Anda di halaman 1dari 61

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS

SISWA PADA MATERI OPERASI BILANGAN BULAT

PROPOSAL

RUSLIYANA TIDORE

NPM : 03081811037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KHAIRUN
TERNATE
2022

i
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur penyusun ucapkan, atas berkat Rahmat dan Hidayah

dari ALLAH SWT. Yang maha luas Ilmu-Nya, serta kesehatan dan kesempatan

yang diberikan sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan hasil

penelitian ini. Penyusunan hasil penelitian ini merupakan salah satu persyaratan

untuk menyelesaikan studi Strata 1 (S1) untuk memperoleh gelas sarjana

pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan MIPA

Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Khairun. Hasil Penelitian ini

berjudul “ Penerapan Model Problem Based Learning Dalam Meningkatkan

Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Pada Materi Operasi Bilangan

Bulat”.

Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimah kasih kepada semua

pihak yang telah membantu penyusun hingga selesai penyusunan hasil penelitian

ini. Ucapan terimah kasih ini penyusun sampaikan kepada Bapak Dr. H In Hi.

Abdullah, S.Pd.,M.Si. selaku pembimbing I dan Ibu Sitti Busyrah Muchsin.,

S.Pd., M.Pd. selaku pembimbing II yang telah melengkapi daripada penyusunan

hasil penelitian ini.

Ternate, November 2022

Penyusun

Rusliyana Tidore
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.............................................................................................7
C. Rumusan Masalah................................................................................................8
D. Tujuan Penelitian.................................................................................................8
E. Manfaat Penelitian...............................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................11

A. Kemampuan Pemahaman Matematis...............................................................11


1. Pemahaman Matematis................................................................................11
B. Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa....................................................14
C. Indikator Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa...................................16
D. Model Problem Based Learning (PBL)..............................................................18
1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)...................................18
3. Tujuan Model Problem Based Learning....................................................20
4. Kelebihan dan Kelemahan Model PBL......................................................21
5. Langka-Langka Model PBL........................................................................24
E. Hasil Penelitian Yang Relevan..........................................................................25
F. Kerangka Teoritik..............................................................................................27
BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................29
A. Tempat dan Waktu Penelitian...........................................................................29
B. Jenis dan Desain Penelitian...............................................................................29
C. Populasi dan Sampel..........................................................................................30
1. Populasi.........................................................................................................30
2. Sampel...........................................................................................................31
D. Variabel Penelitian.............................................................................................31
1. Variabel.........................................................................................................31
2. Variabel Terikat...........................................................................................31
E. Teknik Pengumpulan Data................................................................................32
1. Prosedur Penelitian......................................................................................32
2. Instrumen Penelitian....................................................................................33
F. Teknik Prngumpulan Data................................................................................34
1. Analisis Deskriptif........................................................................................34
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................36
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mata pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang cukup

sulit oleh sebagian siswa. Belajar matematika memerlukan kemampuan

pemahaman matemati, karena matematika memiliki keterkaitan antar konsep-

konsepnya, yang kemudian melahirkan teorema atau rumus. Agar konsep-

konsep dan teorema-teorema itu dapat diaplikasikan, perlu adanya

keterampilan menggunakan konsep-konsep dan teorema-teorema terebut.

Menurut Hudojo (Rahmawati, 2011: 18), kemampuan pemahaman matematis

terhadap setiap materi yang diajarkan guru penting dimiliki oleh setiap siswa

karena dengan memiliki pemahaman terhadap materi dapat membantu proses

mengingat dan membuat lebih mudah untuk mengerjakan soal-soal

matematika yang memang memerlukan banyak rumus.

Usaha untuk lebih meningkatkan kemampuan pemahaman matematis

siswa, dapat dilakukan antara lain dengan memperbaiki proses pembelajaran.

Memperbaiki proses pembelajaran diperlukan peranan guru untuk mampu

mencari strategi yang dipandang efektif menciptakan terbentuknya

kemampuan pemahaman matematis siswa.

Pembelajaran merupakan suatu system yang terdiri atas berbagai

komponen yang saling berhubungan antara satu dengan yang lain. Komponen

tersebut meliputi tujuan, materi, strategi dan evaluasi. Keempat komponen

pembelajaran tersebut harus diperhatikan oleh guru dalam memilih dan


menentukan model-model pembelajaran apa yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran.

Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa yang maksimal,

merupakan salah satu tujuan dari pendiikan. Namun kenyataan banyak peserta

didik yang kemampuan pemahaman matematis masih sangat rendah. Keadaan

tersebut dapat terlihat saat mengamati secara langsung dilapangan yang

menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman matematis peserta didik masih

rendah salah satunya dalam pelajaran matematika yang cenderung semakin

menurun.

Berikut ini disajikan soal tes dan hasil kerja salah satu siswa saat peneliti

melakukan tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam

menyelesaikan soal oprasi bilangan bulat.

1. Pak Dani sedang berusaha merintis usaha kuliner. Karna tidak

memiliki cukup uang, maka ia meminjam uang ke bank lampung

sebesar Rp. 40.000.000. ternyata modal tersebut masilah kurang

maka ia meminjam lagi Rp. 13.000.000. sebulan kemudian pak

dani mampu membayar hutangnya sebesar Rp. 50.000.000.

berapakah sisah hutang pak dani?


Gambar 1.
Hasil kerja siswa
Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa telah mampu menuliskan model

matematika dari soal yang diberikan, akan tetapi masih keliru dalam

penyelesaiannya. Kekeliruan ini disebabkan adanya kesulitan dalam

mempelajari operasi bilangan bulat.

Hasil pengamatan peneliti terhadap siswa kelas VII SMP Negeri 4 Kota

Ternate saat mengikuti proses kegiatan belajar mengajar terdapat: (1)

rendahnya keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar: (2)

peserta didik tidur saat pembelajaran berlangsung; (3) peserta didik acuh tak

acuh dalam mendengarkan materi yang dipaparkan oleh guru; (4) peserta didik

mengerjakan tugas yang lain pada saat pembelajaran berlangsung; (5) peserta

didik sering menyontek tugas temannya; (6) peserta didik sering bercerita

dengan temannya saat pembelajaran berlangsung; (7) apabila diberikan tugas,

peserta didik lebih mementingkan mengerjakan tugas lain dibandingkan

dengan tugas yang diberikan, dan (8) peserta didik sering rebut didalam kelas.

Informasi yang didapat peneliti dari guru, bahwa pelajaran matematika

masih merupakan ilmu pengetahuan yang dianggap sulit oleh peserta karena

rendahnya kemampuan pemahaman matematis siswa, dari masalah-masalah

konsep, rumus-rumus, maupun penerapannya. Banyaknya siswa yang

memperoleh nilai matematika yang rendah khususnya pada materi operasi

bilangan bulat. Pernyataan ini dibuktikan dengan data yang diperoleh peneliti

tes studi pendahuluan matematika pada materi operasi bilangan bulat di SMP
Negeri 4 Kota Ternate khususnya kelas VII. Hasil studi tersebut sebagaiman

terlampir, rangkumannya.

Tabel 1.

Daftar nilai matematika siswa kelas VII melalui tes studi pendahuluan

Interval Banyak Siswa Persen Keterangan


Skor < 75 17 85 Tidak tuntas
Skor ≥ 75 3 15 Tuntas
Jumlah 20 100%

Data nilai matematika siswa kelas VII pada materi operasi bilangan bulat

melalui tes pendahuluan, terdapat 17siswa (85% ¿ belum mencapai ketuntasan

belajar dan 3 siswa (15% ¿Sudah mencapai ketuntasan. Hasil tes pendahuluan

ini menunjukkan kurangnya kemampuan pemahaman matematis siswa

sehingga perolehan nilai dari hasil tes ulangan harian matematika pada materi

operasi bilangan bulat bahwa skor nilai ≥ 75 baru dicapai 3 siswa dari 20

siswa.

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti bahwa, tujuan belajar yang

dicapai siswa sering kali tidak sesuai dengan yang diharapkan guru. Hal ini

dapat terjadi karena metode pembelajaran yang sering diperoleh siswa adalah

metode pembelajaran yang masih terpusat pada guru (teacher centeed).

Pembelajaran ini masih sering diterapkan oleh guru denga alasan

pembelajaran ini adalah yang paling praktis dan tidak menyita waktu yang

banyak sehingga menyebabkan sedikit tuntutan aktifitas belajar dari siswa.

Proses pembelajaran masih dijumpai adanya kecenderungan peserta didik


yang menyerah meskipun sebenarnya belum memahami tentang materi yang

di pelajari.

Proses pembelajaran seperti yang diungkapkan sangat tidak diharapkan.

Konsep-konsep matematika lebih banyak langsung diberikan kepada siswa

tanpa adanya proses yang bermakna yang melibatkan siswa untuk pengalaman

dalam belajar yang nantinya akan berdampak pada hasil akademik yang

rendah maupun kepribadian yang kurang baik. Mencapai tujuan pembelajaran,

diperlukan strategi, pendekatan, metode, serta tekhnik tertentu.

Salah satu model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa adalah

pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Menurut Slavin (Rusman,

2012: 211), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu model

pembelajaran yang menantang siswa untuk mencari solusi dari permasalahan

nyata siswa. Hal ini memungkinkan siswa untuk berinteraksi dengan guru

diharapkan tidak ada ketakutan bagi siswa untuk bertanya atau berpendapat

kepada guru.

Pembelajaran matematika sebenarnya telah banyak upaya yang dilakukan

oleh guru untuk meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa.

Guru yang menjadi perancang model pembelajaran harus mengubah

penggunaan model pembelajaran.

Mencapai tingginya kemampuan pemahaman matematis siswa, peneliti

mencoba melakukan penelitian, dengan menerapkan model pembelajaran

Problem Based Learning (PBL) yang diharapkan dapat meningkatkan

kemampuan pemahaman matematis siswa pada materi operai bilangan bulat.


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang ditemukan

oleh peneliti yang akan berpengaruh pada motivasi dan hasil belajar

matematika siswa, masalah yang ditemukan yaitu sebagai berikut:

1. Kurangnya pemahaman matematis dan kemauan siswa untuk aktif dalam

mengikuti kegiatan belajar mengajar.

2. Model yang digunakan masih menggunakan model pembelajaran yang

berpusat pada guru.

3. Pelajaran matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit

untuk dipelajari.

4. Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) belum digunakan

guru untuk menciptakan suasana belajar aktif pada siswa.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah yang telah

diuraikan sebelumnya, maka masalah penelitian dirumuskan dalam bentuk

pertanyaan berikut:

1. Seberapa besar kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VII SMP

Negeri 4 Kota Ternate pada materi operasi bilangan bulat dalam penerapan

model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)?

2. Seberapa besar peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa

kelas VII SMP Negeri 4 Kota Ternate pada materi operasi bilangan bulat

melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)?


D. Tujuan Penelitian

Mengetahui arah penelitian,perlu dirumuskan terlebih dahulu tujuan yang

ingin dicapai dalam suatu penelitian. Tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini untuk :

1. Mengetahui kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VII SMP

Negeri 4 Kota Ternate pada materi operas bilangan bulat melalui

penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

2. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa kelas

VII SMP Negeri 4 Kota Ternate pada materi operasi bilangan bulat

melalui penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

E. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak dicapai, penelitian diharapkan

mempunyai manfaat dan kegunaan dalam penidikan matemaatika baik secara

teoritis maupun secara praktis, sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
a. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis betapa
pentingnya seorang pelajar harus lebih aktif, kreatif dan inovatif
dalam melakukan tela’ah terhadapat setiap pembelajaran yang
sedang di laksanakan.
b. Meningkatkan konsep pembelajaran Problem Based Learning
(PBL).
c. Menjadikan penelitian ini sebagai bahan referensi bagi penelitian
lanjutan, terutama penelitian tentang meningkatkan kemampuan
pemahaman matematis siswa dengan menggunakan model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL).
2. Manfaat Praktis
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini diharapkan dapat:
a. Dijadikan sebagai salah satu referensi bidang pendidikan keguruan
khususnya mengenai tingkat motivasi dan interaksi belajar
terhadap motrivasi belajar matematika peserta didik.
b. Bermanfaat sebagai pedoman para guru, khususnya dilingkungan
sekolah SMP Negeri 4 Kota Ternate mengenai pentingnya model
pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap
kemampuan pemahaman matematis siswa.
c. Dijadikan sebagai bahan wawasan bagi penulis sebagai calon guru,
tentang hubungan kemampuan pemahaman matematis siswa
dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada materi operasi bilangan bulat.
d. Dijadikan sebagai pertimbangan ataupun acuan bagi penelitian
sejenis selanjutnya.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Pemahaman Matematis

1. Pemahaman Matematis

Pemahaman berarti proses, perbuatan, cara memehami atau

memahamkan. Sedangkan konsep adalah ide abstrak yang memungkinkan

kita dapat mengelompokkan objek kedalam contoh dan non contoh.

Menurut Bell (Sakti, 2014: 58) konsep adalah suatu ide abstrak yang dapat

diklasifikasihkan menjadi contoh dan bukan contoh dari ide abstrak

tersebut. Sehingga memberikan contoh merupakan salah satu aspek yang

digunakan untuk mengukur pemahaman. Menurut Sujono, ada tiga aspek

yang terkandung dalam pemahaman, yaitu kemampuan menerangkan

sesuatu dengan kata-kata sendri, mengenali sesuatu dengan menggunakan

kalimat yang berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks, mengataka

dengan kata-kata yang berbeda dengan yang terdapat dalam buku teks dan

menginyterprestasilkan/menarik kesimpulan (Rahmawati, 2011: 23).

Bloom (Dian dan Utari, 2013: 6) mengemukakan bahwa yang

dimaksud dengan pemahaman adalah kemampuan menangkap pengertian-

pengertian seperti mngungkapkan suatu materi yang disajikan kedalam

bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan interpretasi dan mampu

mengaplikasihkannya. Pemahaman merupakan salah satu daerah kognitif

dan Taksnomi Bloom, yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan daerah

kognitif itu dibagi kedalam 6 aspek, salah satunya aspek pemahaman


(Comprehention). Apabila siswa mengerti tentang sesuatu maka ia telah

memahami sesuatu. Berhasilnya siswa menjelaskan atau mendefinisikan

suatu konsep, hal itu menunjukan bahwa siswa telah memahami prinsip

pelajaran tersebut walaupun memiliki susunan kata dan kalimat yang

berbeda tetapi maknanya tidak berubah.

Adapun jenis-jenis pemahaman yang dikemukakan oleh parah ahli

antara lain sebagai berikut:

Polya (Latif, 2014: 265) membedakan 4 jenis pemahaman yaitu:

a. Pemahaman mekanikal, yaitu dapat mengingat dan menerapkan

sesuatu secara rutin atau perhitungan sederhana.

b. Pemhaman induktif, yaitu dapat mencobakan sesuatu dalam kasus

sederhana dan tahu bahwa sesuatu itu berlaku dalam kasus serupa.

c. Pemahaman rasional, yaitu dapat membuktikan kebenaran sesuatu.

d. Pemahaman intuitif, yaitu dapat memperkirakan kebenaran

sesuatu tanpa ragu-ragu, sebelum menganalisis secara anlitik.

Polattsek (Latif, 2014: 265), membedakan dua jenis pemahaman:

a. Pemahaman komputasional , yaitu dapat menerapkan sesuatu pada

perhitungan rutin /sederhana, atau mengerjakan sesuatu secara

algoritmik saja.

b. Pemahaman fungsional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu denga hal

lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.


Copeland (Latif 2014: 265) membedakan dua jenis pemahaman:

a. Knowing how to, yaitu dapat mengerjakan sesuatu secara

rutin/algoritmik.

b. Knowing, yaitu dapat mengerjakan sesuatu dengan sadar akan

proses yang dikerjakannya.

Skemp (Latif 2014: 265) membedakan dua jenis pemahaman:

a. Pemahaman instrumental, yaitu hafal sesuatu secara terpisah atau dapat

menerapkan sesuatu pada perhitungan rutin/sederhana, mengerjakan

sesuatu secara algoritmik saja.

b. Pemahaman relasional, yaitu dapat mengkaitkan sesuatu dengan hal

lainnya secara benar dan menyadari proses yang dilakukan.

Pemahaman matematis sebagai proses, berarti pemahaman matematis

adalah suatu proses pengamatan tak langsung dalam menyerap pengertian

dari konsep/teori yang akan dipahami, mempertunjukkan kemampuannya

didalam menrapkan konsep/teori yang akan dipahami dalam keadaan dan

situasi-situasi yang lainnya. Sedangkan sebagai tujuan, pemahaman

matematis berarti suatu kemampuan memahami konsep, membedakan

sejumlah konsep-konsep yang saling terpisah, serta kemampuan

melakukan perhitungan secara bermakna pada situasi atau permasalahan-

permasalahan yang lebih luas ( Dian dan Utari, 2013:4).

Menurut Skemp (Ferry dan Ghanny, 2010: 50), pemahaman

matematis didefinisikan sebagai klemampuan yang mengaitkan notasi dan

simbol matematis yang relevan dengan ide-ide matematika dan


mengkombinasikannya kedalam rangkaian penalaran logis. Sedangkan

menurut Kurniawan (Ferry dan Ghanny, 2019: 50), pemahaman matematis

dapat dipandang sebagai proses dan tujuan dari suatu pembelajaran

matematika. Pemahaman matematis sebagai proses berarti pemahaman

konsep matematis adalah suatu proses pengamatan kognitif yang tak

langsung dalam menyerap pengertian daro konsep/teori yang akan

dipahami pada keadaan dan situasi-situasi yang lainnya.

Pemahaman matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam

pembelajaran memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan

kepada peserta didik bukan bukan sebagai hafalan tetapi bagaimana materi

yang diajarkan tersebut dalam melakukan perhitungan dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan seahr-hari. Oleh karena itu, dalam

proses pembelajaran matematika, pemahaman dalam setiap materi

sangatlah penting untuk ditingkatkan.

B. Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa

Pembelajaran matematika siswa dituntut untuk dapat memahami setiap

konsep diajarkan tujuannya agar siswa mampu menerapkan setiap konsep

yang dipahaminya pada setiap situasi apapun. Pengembangan kemampuan

pemahaman siswa dilihat dari bagaimana siswa mampu mendefinisikan

konsep secara jelas serta mampu menerapkan konsep tersebut pada situasi

apapun. Adanya kemampuan pemahaman matematis didalam diri siswa akan

mempermudah siswa dalam menyelesaikan berbagai permasalahan dalam


matematis nantinya, dengan demikian dapat meningkatkan hasil belajar siswa

(Bani, 2011:43).

NCTM (Bani, 2011: 45) menyebutkan bahwa pemahaman matematis

merupakan aspek yang sangat penting dalam prinsip pembelajaran

matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat Heny Irawanti (Bani, 2011: 46)

yang mengatakan bahwa kemampuan pemahaman matematis melandasi semua

kemampuan daya matematis, sehingga dapat dikatakan bahwa kemampuan

pemahaman merupakan aspek yang sangat fundamental dalam pembelejaran

matematika. Salah satu kemampuan yang harus dimiliki siswa yaitu

kemampuan pemahaman matematis, Sumarno (Bani, 2011: 8)

mengidentifikasi kemampuan pemahaman matematis dalam tiga jenis perilaku

kognitif yaitu mengubah dari satu bentuk matematis ke bentuk matematis lain,

menginteraksi suatu konsep, prinsip, dan ekspresi matematis, dan

mengekstrapolasi suatu kecenderungan data.

Heny Irawanti (Bani, 2011: 46) menyebutkan bahwa tujuan mata pelajaran

matematika pada jenjang pendidikan dasar yaitu agar siswa memiliki

kemampuan pemahaman matematis yang meliputi: memahami konsep

matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan

konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam

memecahakan masalah. Sebagai contoh, tentukan luas dan keliling dari

lingkaran. Masalah ini termasuk dalam golongan rendah (knowing how to,

pemahaman komputasional, mekanikal, instrumental) karena jika sisi – sisi

dan tinggi diketahui mereka bisa langsung menghitung dan jika hanya
diketahui keliling dan luas maka masalah tersebut tergolong tingkat tinggi

(knowing, pemahaman rasional, fungsional, relasional).

Permasalahan yang tergolong tingkat tinggi tidak akan bisa diselesaikan

oleh siswa jika siswa belum bisa menyelesaikan permasalahan dalam

golongan rendah. Siswa tentunya harus memahami dari hal-hal yang kecil

sebelum meunju ke permasalahan yang besar. Hal ini menunjukkan perlu

adanya suatu proses pembelajaran yang bisa membuat siswa paham akan

konsep suatu materi pelajaran.

C. Indikator Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006

disebutkan bahwa pembelajaran matematika bertujuan agar siswa memiliki

kemampuan sebagai berikut:

a. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan

mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan

tepat, dalam pemecahan masalah.

b. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau

menjelasakan gagasan dan pernyataan matematika.

c. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,

merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan

solusi yang diperoleh.

d. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, table, diagram, atau media

lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.


e. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu

memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari

matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah,

(Depdiknas, 2006; 416-417).

Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut

NCTM (Sakti, 2014: 57) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam :

a. Menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

konsepnya

c. Memberi contoh dan bukan contoh dari konsep

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis.

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi

tertentu.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.

Berdasarkan uraian diatas menunjukkan bahwa kemampuan pemahaman

sangatlah penting dalam pembelajaran matemtika, sehingga dibutuhkan upaya

demi meningkatkan kemampuan pemahaman siswa disetiap jenjang

pendidikan. Menurut Sumarnmo (Bani, 2011: 4), menyatakakan bahwa

indikator dari kemampuan pembelajaran matematika meliputi; (1) mengenal,

(2) memahami, dan (3) menerapkan konsep, prosedur, prinsip, dan ide

matematika. Dari berbagai jenis pemahaman dan indikator-indikator yang


dikemukakan diatas, maka beberapa indikator kemampuan pemahaman

matematis yang akan diukur dalam penelitian ini yaitu:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep adalah kemampuan siswa untuk

mengungkapkan kembali apa yang telah dikomunikasikan kepadanya.

b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan

konsepnya adalah memudahkan kemampuan siswa untuk

mengelompokkan suatu objek menurut jenisnya berdasarkan sifat-sifat

yang terdapat dalam materi.

c. Memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep adalah kemampuan

siswa untuk dapat membedakan contoh dan bukan contoh dari suatu

materi.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis adalah

kemampuan yang dimiliki untuk memudahkan siswa dalam memahami

kembali suatu materi.

e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep

tujuannya adalah kemampuan siswa dalam menyelesaiakan masalah sesuai

dengan prosedur berdasarkan syarat cukup yang telah diketahui

f. Menggunakan, memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu

untuk menyelesaikan masalah sesuai kebutuhan soal sehingga

menghasilkan jawaban yang benar.

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah adalah

dengan menganggap konsep operasi bilangan bulat sebagai suatu


himpunan dari objek-objek yang dilabeli dengan tujuan untuk

meningkatkan pemahaman siswa.

D. Model Problem Based Learning (PBL)

1. Pengertian Model Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (PBL) dikembangkan berdasarkan

konsep-konsep yang dicetuskan oleh Jerome Bruner. Konsep tersebut

memberikan dukungan teoritis terhadap pengembangan model PBL yang

berorientasi pada kecakapan memproses informasi. Menurut

Kemendikbud (2014: 27) PBL merupakan suatu model pembelajaran yang

menantang siswa untuk “belajar bagaimana belajar” bekerja bersama

kelompok untuk mencari solusi dari permasalahan nyata siswa. Pendapat

diatas diperjelas oleh Jones dkk, (Yamin, 2013: 620) PBL adalah model

pembelajaran yang lebih menekanan pada pemecahan masalah secara

autentik seperti masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Kurniasih (2014: 40) PBL merupakan sebuah model

pembelajaran yang menyajikan berbagai permasalahan nyata dalam

kehidupan sehari-hari siswa (bersifat konstekstual) sehingga merangsang

siswa yntuk belajar. Dari beberapa pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan

bahwa PBL adalah merupakan sebuah model pembelajaran yang berbagai

permasalahan nayata dalam kehidupan sehari-hari siswa (bersifat

kontekstual) sehingga merangsang siswa untuk belajar.

2. Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)


Setiap model pembelajaran, memiliki karakteristik masing-masing

untuk membedakan model yang satu dengan model yang lain. PBL

merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan

untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan

untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleks yang ada.

Seperti yang diungkapkan Gijbele (Yamin, 2013: 64) karakteristik model

PBL yaitu:

a. Pembelajaran dimulai dengan mengangkat suatu permasalahan atau

suatu pertanyaan yang nantinya menjadi focal poin untuk keperluan

usaha-usaha investagi siswa.

b. Siswa memiliki tanggung jawab utama dalam menyelidiki masalah-

masalah dan memburu pertanyaan-pertanyaan.

c. Guru dalam pembelajaran PBL berperan sebagai fasilitator.

Karakteristik model PBL menurut Rusman (2014: 232) adalah sebagai

berikut.

a. Permasalahan menjadi starting point dalam belajar.

b. Permasalahan yang diangkat adalah permasalahan yang ada di dunia

nyata yang tidak terstruktur.

c. Permasalahan membutuhkan perspektif ganda (multiple perspective).

d. Permasalahan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh siswa, sikap,

dan kompetensi yang kemudian membutuhkan identifikasi kebutuhan

belajar dan bidang baru dalam belajar. 5) Belajar pengarahan diri

menjadi hal yang utama.


e. Pemanfaatan sumber pengetahuan yang beragam, penggunaanya, dan

evaluasi sumber informasi merupakan proses yang esensial dalam

PBL.

f. Belajar adalah kolabortif, komunikasi,dan kooperatif.

g. Pengembangan keterampilan inquiry dan pemecahan masalah sama

pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk mencari solusi

dari sebuah permasalahan. 9) Sintesis dan integrasi dari sebuah proses

belajar.

h. PBL melibatkan evaluasi dari review pengalaman siswa dan proses

belajar.

3. Tujuan Model Problem Based Learning

Proses pembelajaran di dalam kelas tentunya memiliki tujuan yang

akan dicapai sehingga dalam proses pembelajaran siswa memperoleh suatu

dari apa yang mereka pelajari. Yamin (2013: 63-64) menyatakan bahwa

tujuan model PBL adalah untuk membantu siswa mengembangkan

pengetahuan fleksibel yang dapat diterapkan dalam situasi yang

berlawanan dengan inter knowledge.

Tujuan PBL adalah kemampuan untuk berpikir kritis, analitis,

sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah

melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap

ilmiah (Sanjaya, 2013: 21). Sedangkan Ibrahim dan Nur (Rusman, 2014:

242) mengemukakan tujuan model PBL secara lebih rinci yaitu: (a)

membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan


masalah; (b) belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan

mereka dalam pengalaman nyata, dan (c) menjadi para siswa yang otonom

atau mandiri.

Berdasarkan penjelasan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan

tujuan PBL adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir

dan memecahkan masalah, belajar berbagai peran orang dewasa melalui

keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata, dan menjadi siswa yang

otonom atau mandiri.

4. Kelebihan dan Kelemahan Model PBL

Setiap model pembelajaran memilkinkelebihan dan kekuarangan,

sebagaimana model PBL juga memiliki kelemahan dan kelebihan yang

perlu dicermati untuk keberhasilan penggunaanya. Menurut Susanto

(2014: 88-89) kelebihan PBL anatara lain:

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup baik untuk

memahami isi pembelajaran.

b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menemuka pengetahuan baru.

c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan

nyata.
e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertangguang jawab dalam pembelajaran

yang mereka lakukan.

f. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan diskusi siswa.

g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru.

h. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

Kelemahan dari penerapan model ini antara lain:

a. Bila siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahakan, maka mereka

akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan pendekatan pembelajaran melalui pemecahan masalah

membuktikan cukup waktu untuk persiapan.

c. Tanpa pemahaman mereka untuk berusaha memecahkan masalah yang

sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar dari apa yang

mereka pelajari.

Berdasarkan teori di atas peneliti menggunakan kelebihan dan

kekurangan yang diungkapkan Susanto, kelebihan PBL sebagai berikut.

a. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup baik untuk

memahami isi pembelajaran.


b. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta

memberikan kepuasan untuk menemuka pengetahuan baru.

c. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan

nayata.

e. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran

yang mereka lakukan.

f. Pemecahan masalah dianggap lebih menyenangkan dan diskusi siswa.

g. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk

berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuikan dengan pengetahuan baru.

h. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.

Kelemahan dari penerapan PBL sebagai berikut.

a. Bila siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan

bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka

akan merasa enggan untuk mencoba.

b. Keberhasilan pendekatan pembelajaran melalui pemecahan masalah

membutuhkan cukup waktu untuk persiapan


c. Tanpa pemahaman mereka untuk berusaha memecahkan masalah yang

sedang dipelajari, maka mereka tidak akan belajar dari apa yang

mereka pelajari.

5. Langka-Langka Model PBL

Model PBL memiliki beberap langkah pada Implementasinya dalam

prosespembelajaran. Menurut kemendikbun, (2014: 28) mengemukakan

bahwa langkah-langkah PBL adalah sebagai berikut.

a. Orientasih siswa pada masalah.

Guru menjelaskan tujuan pmbelajaran, menjelaskan logistik yang

diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat aktif dalam pemecahan

masalah.

b. Mengorganisasi siswa untuk belajar.

Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut`

c. Membimbing pengalaman individu/kelmpok.

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasih yang sesuai,

melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan

pemecahan masalah.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyajikan karya

yang sesuai seperti laporan, dan membantu mereka untuk berbagi

tugas dengan temannya.

e. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.


Guru membantu siswa untuk melakuan refleksi atau evaluasi terhadap

materi yang telah dipelajari, meminta kelompok presentasi hasil kerja.

E. Hasil Penelitian Yang Relevan

1. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yulisa Dewi pada tahun 2013

melakukan penelitian di SMP Negeri 16 Kota Tidore Kepulauan dalam

jurnalnya tentang “penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) untuk meningkatan kemampuan pemahaman konsep

matematis siswa”. Hasil yang disimpulkan bahwa berdasarkan analisis

data, diperoleh data-data indeks gain pada kelas Problem Based Learning

(PBL) yaitu sebesar 0,752 dan kelas konvensional sebesar 0,631. Denga

demikian, dapat disimpulkan bahwa peningkatan pemahaman konsep

matematis siswa yang mengikuti pembelajaran Problem Based learning

(PBL) lebih tinggi dari pada siswa yang mengikuti pembelajaran

konvensioanal. Hasil pengujian hipotesis yang telah dilakukan,

menunjukan bahwa Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan

pemahaman konsep matematis siswa.

2. Mardia Hi Fataha tahun 2014, melakukan penelitian pada siswa SMP

Negeri 5 Kota Ternate tentang Peningkata Kemampuan Pemahaman

Matematis Siswa Pada Materi Persegi Panjang Dan Persegi Dengan

Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa klasifikasi kemampuan

pemahaman matematis siswa dengan menggunakan rumus Gain

menunjukan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


dapat meningkatkan kemampuan pemahaman matematis siswa SMP

Negeri 5 Kota Ternate pada materi peregi panjang dan persegi. Penelitian

tersebut walaupun menggunakan model Problem Based Learning (PBL)

namun relevansinya dengan penelitian ini pada aspek yang diukur yaitu

kemampuan pemahaman konsep matematis.

3. Sucirahayu (2015: 215) dalam penelitiannya yang berjudul “penerapan

model Problem Based Learning (PBL) Pada Konsep Usaha Dan Energi

Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa

SMA”. Dalam penelitiannya dilihat berdasarkan permasalahan, hasil

penelitian, dan pemahaman sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,

maka dapat diambil kesimpulan bahwa: 1) aktivitas guru pada saat

diterapan model PBL. Menunjukan kategori baik dan sangat baik yang

berarti guru tela mengajarkan sesuai dengan sintaks model PBL: 2)

penerapan model PBL mampu meningkatkan keterampilan berpikir kritis

siswa sebesar 34.23% dengan kategori sedang: 3) penerapan model PBL

mampu meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa sbesar 36`50%

dngan kategori sedang: 4) hampir seluruhnya siswa memberi tanggapa

positif atau setuju dengan penerapan model PBL pada konsep usaha dan

energi. Relevansinya pada model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dan perbedaannya pada materi yang digunakan.

F. Kerangka Teoritik

Pembelajaran matematis yang diharapkan saat ini adalah pembelajaran

yang berorentasi pada siswa, artinya dalam proses pembelajaran selain guru
aktif dalam mengajar, siswa juga dituntut untuk akif dalam belajar. Selain itu,

guru sebagai fasilitator dan motivator. Tetapi prosespembelajaran matematika

yang terjadi saat ini adalah pembelajaran yang berpusat pada guru. Sikap guru

ang dominan dalam proses pembelajaran matematikan menjadikan siswa

pasif.

Sesuai dengan hasil studi awal, bahwa masalah yang ditemukan peneliti

adalah kemampuan pemahaman matematis siswa belum optimal, rendahnya

kemampuan pemahaman matematis siswa diduga karena selam ini guru tidak

menggali pengetahuan dan pemahaman siswa tentang matematika itu sendiri,

dan pembelajaran hanya memberikan rumus-rumus kemudian mengerjakan

soal-soal latihan. Tanpa memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan kemampuan pemahaman matematis akibatnya siswa tidak

menemukan makna dari apa yang dipelajari tersebut.

Guru jarang menciptakan suasana yang kondusif dalam proses

pembelajaran bahkan belum menerapkan langkah-langkah pembelajara untuk

siswa mengembangkan kemampuan pemahaman matematis, sehingga siswa

tidak termotivasi belajar mandiri. Model pembelajaran yang dilakukan belum

mampu meningkatkan kemampua pemahaman matematis. Cara mengajar yang

baik merupakan kunci dan prasarat bagi siswa untuk dapat belajar dengan

baik. Salah satu tolak ukur bahwa siswa itu dapat mepelajari apa yang

seharusnya dipelajari adalah indikator hasil belajar yang diinginkan oleh

siswa, Trianto (Nurhasmi 2017: 26).

Peneliti membagi beberapa kerangka teori dalam penelitian ini, yakni:


1. Kondisi Awal (Dalam pembelajaran tematik guru masih menggunakan

pendekatan konvensional yaitu guru masih banyak menggunakan

metode ceramah dan kurang kreatif dalam menggunakan metode

pembelajaran);

2. Tindakan (Guru menerapkan model pembelajaran menggunakan model

Program Based Learning);

3. Kondisi Akhir (ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa

setelah digunakan model pembelajaran Program Based Learning);


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dikelas VII-4 semester ganjil tahun ajaran

2022/2023 dengan materi operasi bilangan bulat. Berikut ini adalah jadwal

penelitian yang akan dilaksanakan di SMP Negeri 4 Kota Ternate dengan

rentang waktu pelaksanaan sebagai berikut:

Tabel 2.
Kegiatan dan Waktu Penelitian
NO Uraian Kegiatan Waktu
1 Observasi Maret 2022
2 Penyusunan Proposal Penelitian Mei 2022
Penyususnan Istrument
3 Agustus 2022
Penelitian
4 Validasi Instrumen Penelitian Agustus 2022
5 Pengambilan Data September 2022
6 Pengolahan Data Oktober 2022
Penyusunan Laporan Hasil
7 Oktober 2022
Penenlitian

B. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Menurut

(Sugiyono, 2015:8), jenis penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada

populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrumen

penelitian, analisi data bersifat kuantitatif, dengan tujuan untuk menguji

hipotesis yang telah diterapkan. Menurut Sugiyono (2015: 74) menggunakan


desain pra-eksprimen dengan pretest satu kelompok dan posstest satu

kelompok. Dalam hal ini desain penlitiannya adalah berikut:

Tabel 3.

O1 X O2
Desain Penelitian One Group Protest-Postest Design
Keterangan:
O1 : Pre-test pada kelas eksperimen.
O2 :Post-test pada kelas eksperiman.
X : Perlakuan dikelas menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning.
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang teridiri atas obyek yang

mempunyai kualitatif dan karakeristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipalajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015: 119).

Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh Siswa kelas VII SMP Negeri 4

Kota Ternate berjumlah 216 yang tersebar pada 9 kelas paralel.

Berikut data populasi seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 4 Kota

Ternate yang disajikan dalam bentuk tabel.

Tabel 4. Data Populasi


No Kelas Banyak Siswa
1 VII-1 24
2 VII-2 20
3 VII-3 22
4 VII-4 20
5 VII-5 26
6 VII-6 24
7 VII-7 27
8 VII-8 25
9 VII-9 28
Jumlah 216

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2015: 120). Teknik pengambilan sampel

dilakukan menggunakan teknik samping purposive, yaitu teknik penentuan

sampel dengan pertimbangan tertentu atau digunakan apabila anggota

sampel yang dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya

(Sugiyono, 2015:300). Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas

VII-4 SMP Negeri 4 Kota Ternate berjumlah 20 siswa.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2015: 61). Variabel dalam penelitian ini terdiri atas variabel bebas

dan variabel terikat.

1. Variabel

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,

antecendent atau disebut variabel independen. Variabel bebas merupakan

variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel terikat dependen (Sugiyono, 2015: 61). Variabel bebas

dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL)`
2. Variabel Terikat

Variabel ini sering disebut sebagai variabel konsekuen yang sering

disebut sebagai variabel dependen (terikat). Variabel terikat merupakan

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya

variabel bebas (Sugiyono, 2017: 61). Variabel terikat dalam penelitian ini

adalah kemampuan pemahaman matematis siswa kelas VII-4 SMP Negeri

4 Kota Ternate`

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data

(Sugiyono, 2015: 308). Teknik pengumpulan data merupakan alat yang

digunakan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data ini

digunakan instrumen berupa soal tes. Soal akan disusun oleh peneliti dengan

memperhatikan kompetensi dasar dan indikator materi serta indikator

kemampuan pemahaman matematis siswa. Pengumpulan data pada penelitian

dilakukan melalui observasi, tes dan dokumentasi. Observasi yang dilakukan

bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat masalah dalam pemahaman siswa

terkait dengan pokok bahasan yang telah dipelajari. Tes dimaksud adalah tes

tertulis yang diberikan sebelum (pretest) dan sesudah (postest). Dokumentasi

adalah sebuah objek yang menyajikan informasi.

1. Prosedur Penelitian

Beberapa langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Melakukan tes awal (pretest)


Peneliti memberikan soal yang telah disiapkan untuk dipelajari

oleh siswa, hal ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan

pemahaman matematis siswa.

2) Pengolahan data

Setelah data diperoleh dari hasil tes awal (pretest) terkumpul,

peneliti dapat mengetahui masalah yang dialami siswa yang terkait

dengan kemampuan pemahaman matematis siswa.

3) Diagnosis

Diagnosis adalah penemuan mengenai hasil dari pengolahan data

penentuan tersebut mengenai jenis masalah-masalah siswa dalam

pembelajaran. Tahap ini peneliti sudah bisa membuat pembelajaran

dan merumuskan materi operasi bilangan bulat dengan model Problem

Based Learning (PBL).

4) Perlakuan

Melakukan pembelajaran dengan menggunakan model Problem

Based Learning (PBL) pada materi operasi bilangan bulat.

5) Tes akhir (postest)

Tes akhir dilakukan jika semua tahap sudah dilalui, yang bertujuan

untuk mengevaluasi seluruh rangkaian belajar untuk dianalisis.

2. Instrumen Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrumen dalam bentuk tes, instrumen tes

digunakan sebanyak 5 butir soal essay yang terdiri dari 5 butir soal tes

awal dan 5 butir soal tes akhir yang dikonsultasi dengan dosen
pembimbing. Tindakan ini dimaksud agar soal sebagai instrumen

penelitian dinyatakan valid dan layak digunakan. Mengukur instrumen

penelitian pemahaman matematis siswa pada materi operasi bilangan bulat

maka dilakukan uji vadilitas dan uji reliabilitas instrumen.

a. Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan pada penelitian in yaitu validitas isi. Validitas isi

diartikan sebagai kevalidan atau ketepatan suatu alat ukur dilihat dari isi alat

ukur tersebut. Untuk mengetahui ketetapan dari instrumen yang akan

digunakan dalam penelitian ini, maka instrumen tersebut terlebih dahulu

divalidasi pembimbing 1 dan pembimbing 2 yaitu : Dr. H. In Hi Abdullah,

S.Pd., M.Si. dan Sitti Busyrah Muchsin., S.Pd. M.Pd. Setelah divalidasi dan

layak untuk digunakan untuk meberikan tes kepada siswa.

b. Validitas Konstruk

Validitas Konstruk menuju pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan

kemampuan yang ingin diukur. Untuk mengukur apakah validitas butir

soal sebelum dan setelah perlakuan valid atau tidak maka digunakan

tehnik product moment denga rumus sebagai berikut:

r xy =N ∑ XY −¿ ¿ ¿

Keterangan:

r xy :Koefisien korelasi

N : Jumlah responden

∑X : Jumlah seluruh skor x


∑Y : Jumlah seluruh skor y

∑ XY : Jumlah seluruh skor x dikalikan skor y


Jika r hitung sudah diketahui kemudian dikonsultasikan dengan nilai tabel r
pearson product moment dengan taraf signifikansi yang ingin digunakan
(5%). Dengan kriteria pengujian jika r hitung ≥r tabel maka butir soal valid dan
jika r hitung <r tabel maka butir soal tidak valid. Menurut surapranata
(Mandasari, 2015: 35) koefisien korelasi umumnya dibagi kedalam lima
bagian seperti berikut:

Tabel 5. Makna Koefisien Korelasi Product Moment


Angka Korelasi Makna
0,800 – 1,000 Sangat Tinggi
0,600 – 0,800 Tinggi
0,400 – 0,600 Cukup
0,200 – 0,400 Rendah
0,000 – 0,200 Sangat Rendah

Memudahkan dalam menghitung validitas dari instrumen, peneliti


menggunakan bantuan software SPSS 16. Apabila hasil output dari SPSS 16
menunjukkan nilai signifikansi yang kurang dari taraf nyata yang digunakan oleh
peneliti (Sig. ¿ α =0.05 ) maka instrumen tersebut tidak valid. Sebaliknya apabila
nilai signifikansi lebih dari atau sama dengan taraf kesukaran yang digunakan
peneliti (Sig. ≥ α =0,05), maka instrument tersebut valid.
Uji coba tes awal dan tes akhir diberikan kepada siswa kelas VII-4
dengan jumlah siswa sebanyak 20 orang. Berdasarkan perhitungan validitas tiap
butir soal tes awal dan tes akhir sebagai berikut:

NO Instrumen
Pretest Ket Posttest Ket
1 0,846 Valid 0,548 Valid
2 0,649 Valid 0,547 Valid
3 0,596 Valid 0,528 Valid
4 0,713 Valid 0,607 Valid
5 0,232 Valid 0,689 Valid
r tabel =0,361 pada df = 20 dan α =0,000

Tabel 6. Hasil Validitas Instrumen Tes Kemampuan Pemahaman Matematis


Siswa Sebelum Dan Sesudah Pembelajaran

Berdasarkan tabel validitas diatas menunjukkan bahwa seluruh butir


soal memiliki nilai signifikansi yang kurang dari taraf signifikansi (α =0,05 ) dan
nilai pearson lebih dari r tabel . Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua
butir soal Pretest dan Postest adalah valid.
c. Pengujian Reliabilitas
Setelah instrumen tersebut valid, peneliti kemudian menguji reliabilitas instrumen.
Reliabilitas adalah pengujian untuk mengukur apakah soal tersebut cukup dapat di
percaya untuk digunakan sebagai instrumen tes. Mengetahui reliabilitas suatu
instrumen yang bentuk soalnya uraian digunakan ruus Alpha Cronbach yaitu:

( )( ∑σi
)
2
k
r 11= 1−
k −1 σ t2

Keterangan
r 11 :reliabilitas yang dicari

∑ σ i2 :jumlah varians skor tiap-tiap butir

σ t2 :varians total
k :banyak butir
Rumus Varians Butir Soal:

σ i =∑ X −¿¿ ¿
2 2

Rumus Varians Total:


σ t =σ i =∑ Y −¿ ¿ ¿ ¿
2 2 2

Kriteria interpretasi reliabilitas menurut Guilford (Mandasari, 2015: 36)


dijelaskan dalam tabel berikut:
Angka Korelasi Makna
r 11 ≤ 0,20 Sangat Rendah
0,20 ≤ r 11< 0,40 Rendah
0,40 ≤ r 11< 0,70 Sedang
0,70 ≤ r 11< 0,90 Tinggi
0,90 ≤ r 11<1,00 Sangat Tinggi

Memudahkan dalam menghitung reliabilitas dari instrumen digunakan


bantuan software SPSS 16. Dengan syarat, hasil aouput dari data yang diuji pada
bagian tabel kualifikasi reliabilitas diperoleh volue N of itemsakan
dikualifikasikan dengan kriteria interpretasi reliabilitas.
Uji reliabilitas Pretest

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.326 5

Syarat dari uji reliabilitas menggunakan SPSS 16 yaitu hasil output


dari data yang diuji yakni nilai pada tabel Alpha Cronbach’s akan dikualifikasi
denagn kriteria interpretasi reliabilitas. Berdasarkan hasil output diperoleh nilai
Alpha Cronbach’s yaitu 0,326 sehingga dapat disimpulkan semua butir soal
Pretest reliabel pada kualifikasi rendah.
Uji Reliabilitas Posttest

Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha N of Items

.519 5
Syarat dari uji reliabilitas menggunakan SPSS 16 yaitu hasil output
dari data yang diuji yakni nilai pada tabel Alpha Cronbach’s akan dikualifikasi
dengan kriteria interpretasi reliabilitas. Berdasarkan hasil output niali Alpha
Cronbach’s yaitu 0,519 sehingga dapat disimpulkan semua butir soal Postest
reliabel pada kualifikasi sedang.

F. Teknik Prngumpulan Data

Teknik analisis data pada penelitian menggunakan statistik. Terdapat dua

macam statistik yang digunakan untuk analisis data pada penelitian yaitu statistik

deskriptif dan statistik infersial, Sugiyono (2015: 147).

1. Analisis Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau mengambarkan data yang telah terkumpul

sebagai mana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk

umum (Sugiyono, 2015: 147).

Untuk menjawab rumusan masalah yakni bagimana kemempuan pemahaman

matematis siswa telah diterapkan model Problem Based Learing (PBL) digunakan

pedoman Penilaian Acuan Patokan (PAP) skala 5. Cara menghitung persentase

penalaran matematesndari setiap hasil tes siswa dengan rumus sebagai berikut.

Hasil analisis data akan dijadikan untukmenentukan keberhasilan atas

tindakan yang diberikan. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan stelah

pengumpulan data dari berbagai sumber dengan mengunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis dengan

mengitung presentase dari skor yang dicapai siswa dalam tindakan dapat

mengukan rumus sebagai berikut:


jumlah skor yang diperoleh
Tingkat Penguasaan (TP) = x 100 %
skor total

Kemudian hasil presentase diklasifikasikan kedalam tabel Pedoman Acuan

Patokan (PAP) skala 5 (Sugiyono, 2016: 145) sebagai berikut:

Tabel 8.
Pedoman Acuan Patokan Skala 5
Taraf penguasaan Kualifikasi
81 %−100 % Sangat Baik
61 %−80 % Baik
41 %−60 % Cukup
21 %−40 % Kurang
0 %−20 % Sangat Kurang

1. Mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa

digunakan rumus N Gain. Menurut Hake (Jumiati dkk., 2011: 170),

rumus dan kriteria dari N Gain sebagai berikut:

( skor rata−rata posttes )−(skor rata−rata pretes )


N. Gain (9) =
100−( skor rata−rata pretes)

Tabel 9.
Kriteria N. Gain (g)
Interval kualifikasi
(g) > 0,70 Tinggi
0,30 < (g) ≤ 0,70 Sedang
(g) ≤ 0,30 Rendah

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mendeksripsikan

kemampuan pemahaman matematis siswa dan peningkatannya. Pada setiap

tahapan penelitian yang telah dilakukan, data yang diperoleh berupa tes awal

(pretest) dan tes akhir (postest) yang terdiri dari 5 butir soal uraian yang

diberikan kepada 20 siswa. Penelitian yang berupa penerapan model

promblem based learning (PBL) pada materi operasi bilangan bulat siswa

kelas VII-4 SMP Negeri 4 Kota Ternate semester ganjil tahun ajaran

2022/2023. Data pretest merupakan hasil tes kemampuan pemahaman

matematis siswa sebelum perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui

kemampuan awal siswa terhadap materi yang akan diajarkan dan data potstest

merupakan hasil tes kemampuan pemahaman matematis siswa setelah

perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan

pemahaman matematis siswa setelah diberikan perlakuan. Data kemampuan

pemahaman matematis siswa yang disajikan pada tabel dibawah ini:

Tabel 10.
Deksripsi Data Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Pada
Materi Operasi Bilangan Bulat Sebelum Dan Sesudah Penerapan
Model Problem Based Learning (PBL
Deskripsi Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Sebelum Perlakuan Sesudah Perlakuan
Rata-Rata 33 74
Nilai minimum 20 40
Nilai maksimum 50 100
Jumlah siswa 20

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kemampuan

pemahaman matematis siswa kelas VII-4, sebelum dan sesudah menerapkan


model problem based learning (PBL) sebagai berikut: (1) hasil dari tes awal

(pretests) diperoleh skor rata-rata kelas 33,skor minimum 20 dan maksimum

50 (2) hasil dari tes akhir (posttest) diperoleh skor nilai rata-rata kelas 74, skor

minimum 40 dan maksimum 100.

1. Kualifikasi Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Sebelum Dan

Sesudah Diterapkan Model Problem Based Learning (PBL) Pada

Materi Operasi Bilangan Bulat

Hasil kualifikasi data sebelum dan sesudah diterapkan model problem

based learning (PBL) untuk kemampuan pemahaman matematis siswa pada

materi operasi bilangan bulat dari 20 siswa yang berdasarkan kriterianya

dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel 11.
Kualfikasi Data Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa
Sebelum Dan Sesudah Penerapan Model Problem Based Learning (PBL)

Interval Sebelum Setelah Kualifikasi


Perlakuan Perlakuan
F % F %
81-100% 0 0% 7 35% Sangat Baik
61-80% 0 0% 11 55% Baik
41-60% 3 15% 1 5% Cukup
21-40% 15 75% 1 5% Kurang
0-20% 2 10% 0 0% Sangat Kurang
Ket : f = frekuensi, % = persen

Berdasarkan tabel 11 di atas dapat dijelaskan bahwa hasil tes awal

(pretest) untuk kualifikasi ”Cukup” sebanyak 3 orang siswa dengan persentasi

15%, kualifikasi “Kurang” sebanyak 15 siswa dengan persentasi 75% dan

untuk kualifikasi “Sangat kurang” sebanyak 2 siswa dengan persentasi 10%,

adapun hasil akhir (postest) untuk kualifikasi “Sangat baik” sebanyak 7 orang
siswa dengan persentasi 35%, kualifikasi “ Baik” sebanyak 11 siswa dengan

persentasi 55%, kualifikasi “Cukup” sebanyak 1 siswa dengan persentasi 5%

dan kualifikasi “Kurang” sebanyak 1 siswa dengan persentasi 5%. Pernayatan

di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan pemahaman

matematis siswa pada materi operasi bilangan bulat sesudah menerapkan

model problem based learning (PBL).

2. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Setelah

Diterapkan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Materi

Operasi Bilangan Bulat

Berdasarkan hasil analisis data kemampuan pemahaman matematis pada

skor tes awal dan tes akhir siswa, untuk mengetahui peningkatan kemampuan

pemahaman matematis siswa pada materi operasi bilangan bulat denga

menggunakan uji N-Gain. Berikut hasil analisis data disajikan dalam bentuk

tabel dibawah ini:

Tabel 12.
Peningkatan Kemampuan PemahamanMatematis Siswa
Menggunakan Rumus N-Gain

NO Interval Jumlah % Interpretasi


Siswa
1 ⟨ g ⟩ >0,70 7 35% Tinggi
2 0,30 < 12 60% Sedang
⟨ g ⟩ ≤ 0,70
3 ⟨ g ⟩ ≤ 0,30 1 1% Rendah

Keseluruhan 20 100% Sedang


74−33 Sedang
= =0,61
100−33
Keterangan : ⟨ g ⟩ = Gain Ternormalisasi
Beradasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa nilai keseluruhan melalui

model problem based learning (PBL) terdapat 7 orang siswa mecapai

peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa interpretasi tinggi, 12

siswa dengan interprtasi sedang dan 1 siswa interpretasi rendah. Secara

keseluruhan rata-rata peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa

kelas VII-4 SMP Negeri 4 Kota Ternate pada materi operasi bilangan bulat

interpretasi sedang.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan analisis dan penyajian data di atas telah diketahui bahwa ada

perbedaan kemampuan pemahaman matematis siswa sebelum dan sesudah

menerapkan menggunakan model problem based learning (PBL). Adapun

tujuan yang dilakukan penelitian ini yaitu untuk dapat melihat dan

mendeskripsikan bagaimana kemampuan pemahaman matematis siswa,

bagaimana peningkatan, dan serta tidaknya peningkatan sebelum dan setelah

diterapkan model problem based learning (PBL).

1. Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Setelah Diterapkan Model

Problem Based Learning (PBL) Pada Materi Operasi Bilangan Bulat

Analisis hasil penelitian ini diperoleh kemampuan pemahaman matematis

siswa setelah diterapkan mode problem based learning (PBL) adalah sangat

baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang. Berikut disajikan hasil posttest

siswa yakni tes sesudah model problem based learning (PBL) untuk setiap

ketegori dan pembahasannya.

Hasil kerja siswa


Gambar 2.
Hasil Posttest Siswa R-9 Kategori Sangat Baik
Untuk Indikator Pertama Menyatakan Ulang Sebuah Konsep dapat dilihat

bahwa siswa sudah mampu menuliskan kembali pengertian dari konsep

operasi bilangan bulat dengan bahasa mereka sendiri.

Hasil kerja siswa soal nomor 2 untuk indikator ketiga dan empat

memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep dan menyajikan konsep

dalam bentuk representasi matematis operasi bilangan bulat terdapat pada

gambar 3 dibawah ini:

Gambar 3.
Hasil Posttest Siswa R-13 Kategori Sangat Baik
Pada gambar 3 bisa dijelaskan bahwa siswa sudah mampu

membedakan mana dengan indikator kedua dan tiga yakni memberikan contoh

dan bukan contoh dari konsep dan menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematis, benar tampak seperti pada gambar di atas

menunjukkan telah mampu memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep

dan menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematis dari operasi

bilangan bulat.
Hasil kerja siswa soal nomor 3 untuk indikator kedua dan lima yaitu:

mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu dengan menyelesaikan

materi operasi bilangan bulat dan menggunakan syarat perlu dan syarat cukup

yang telah diketahui

Gambar 4.

Hasil posttest Siswa R-15 Kategori Baik Indikator Kedua Dan lima

Untuk soal nomor 3 dengan indikator mengklasifikasikan objek

menurut sifat-sifat tertentu dan menggunakan syarat perlu dan syarat cukup

yang telah diketahui, tampak seperti jawaban siswa di atas sudah tepat

menuliskan langkah-langkah penyelesaiannya dengan benar.

Hasil kerja siswa untuk soal nomor 4 indikator ke enam menggunakan,

memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu

Gambar 5.
Hasil posttest Siswa R-17 Kategori Baik Indikator Keenam

Pada gambar 5 menunjukkan bahwa siswa sudah mampu

menyelesaikan soal sesuai dengan prosedur mana indikator keenam yakni

menggunakan, memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu

benar seperti tampak pada gambar tersebut. Adapun pernyataan ini

menunjukkan bahwa telah mampu menggunakan, memanfaatkan serta

memilih materi dari operasi bilangan bulat.

Hasil kerja siswa dari indikator ketujuh mengaplikasikan konsep

matematika

G
ambar 6.
Hasil Posttest Siswa R-10 Untuk Soal Nomor 5 Kategori Kurang
Indikator Ketujuh
Pada gambar 6 dapat dijelaskan bahwa siswa sudah mampu

mengaplikasikan konsep operasi bilangan bulat. Hal ini menunjukkan bahwa

siswa mampu mengaplikasikan serta menganggap konsep untuk memahami

dan menyelesaikan materi operasi bilangan bulat tetapi belum lengkap dan

benar.

2. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Setelah Diterapkan

Model Problem Based Learning (PBL)


Berdasarkan analisis hasil penelitian, diperoleh Skor rata-rata pretest 33

dan posttest 74 serta Skor N-Gain 0,611 yakni intepretasi sedang, sehingga

dapat dikatakan peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa setelah

diterapkan model problem based learning (PBL) tergolong sedang. Berikut

disajikan hasil pretest dan posttest siswa serta pembahasan peningkatan

kemampuan pemahaman matematis siswa untuk tiap indikator.

a. Disajikan hasil pretest dan posttest siswa untuk butir soal 1 indikator

menyatakan ulang sebuah konsep.

Gambar 7.
Hasil Kerja Siswa R-3 Pada Pretest
Berdasarkan hasil pada Pretest siswa R-3 dapat dijelaskan bahwa

siswa sudah mampu menyatakan ulang sebuah konsep operasi bilangan bulat

tetapi belum lengkap dan benar.

Gambar 8.
Hasil Kerja Siswa R-3 Pada Posttest
Pada hasil posttest siswa R-3 menunjukkan bahwa siswa sudah mampu

menyatakan ulang sebuah konsep dari operasi bilangan bulat dengan benar

dan tepat. Dari hasil pretest dan posttest siswa R-3 diatas menunjukkan bahwa
terjadi perubahan peningkatan pemahaman matematis siswa dalam

menyelesaikan menyatakan ulang sebuah konsep.

b. Hasil pretest dan posttest siswa untuk butir soal 2 indikator memberikan

contoh dan bukan contoh dari konsep dan menyajikan konsep dalam

bentuk representasi matematis dari operasi bilangan bulat

Gambar 9.
Hasil Kerja Siswa R-8 Pada Pretest
Pada hasil pretest siswa R-8 yang tampak pada gambar 9 dapat

dijelaskan bahwa siswa R-8 sudah mampu memberikan contoh dan bukan

contoh dari konsep dan menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis tetapi belum lengkap dan benar.

Gambar 10.
Hasil Kerja Siswa R-8 Pada Posttest
Hasil pada posttest siswa R-8 yang tampak pada gambar 10 dapat

dijelaskan bahwa siswa R-8 sudah mampu memberikan contoh dan bukan

contoh dari konsep dan menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis dari operasi bilangan bulat dengan lengkap dan benar.


Berdasarkan hasil pretest dan posttest siswa R-8 menunjukkan bahwa

terjadi peningkatan dalam kemampuan pemahaman matematis pada

memberikan contoh dan bukan contoh dari konsep dan menyajikan konsep

dalam bentuk representasi matematis dari operasi bilangan bulat.

c. Hasil pretest dan posttest siswa untuk butir soal 3 indikator

mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu dan mengembangkan

syarat perlu dan syarat cukup

Gambar 11
Hasil Kerja Siswa R-18 Pada Pretest
Pada gambar 11 hasil pekerjaan siswa di atas, dapat dijelaskan bahwa

siswa mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu dan

mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup operasi bilangan bulat tetapi

belum lengkap dan benar. Pernyataan ini menunjukkan bahwa pemahaman

matematis siswa belum tepat.


Gambar 12.
Hasil Kerja Siswa R-18 Pada Posttest
Hasil posttes siswa R-18 pada gambar 12 menunjukkan bahwa siswa

telah mampu mengklasifikasikan objek menurut sifat-sifat tertentu dan

mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup pada penyelesaian operasi

bilangan bulat dengan benar. Pernyataan ini menunjukkan bahwa telah terjadi

peningkatan kemampuan pemahaman matematis pada operasi bilangan bulat.

d. Hasil pretest dan posttest untuk butir soal 4 indikator menggunakan,

memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu

Gambar 13.
Hasil Kerja Siswa R-17 Pada Pretest
e. Hasil pretest siswa R-17 pada gambar 13 dapat dijelaskan bahwa siswa

sudah mampu menggunakan, memanfaatkan serta memilih prosedur atau

operasi tertentu pada penyelesaian operasi bilangan bulat tetapi belum

lengkap dan tepat.


Gambar 14.
Hasil Kerja Siswa R-17 Pada Posttest
Pada hasil posttest siswa R-17 dapat dijelaskan bahwa siswa sudah

mampu mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup pada penyelesaian

operasi bilangan bulat dengan lengkap dan benar. Pernyatan ini menunjukkan

bahwa terjadi perubahan peningkatan pemahaman matematis siswa pada

operasi bilangan bulat.

f. Hasil pretest dan posttest siswa untuk butir soal 5 indikator

mengaplikasikan serta menganggap konsep untuk memahami dan

menyelesaikan materi operasi bilangan bulat

Gambar 14.
Hasil Kerja Siswa R-14 Pada Pretest
Berdasarkan hasil pretest siswa R-14 pada gambar 14 siswa mampu

mengaplikasikan serta menganggap konsep untuk memahami dan

menyelesaikan materi operasi bilangan bulat tetapi belum lengkap dan tepat.
Gambar 15.
Hasil Kerja Siswa R-14 Pada Posttest
Pada hasil posttest siswa R-14 terlihat jelas bahwa siswa sudah mampu

mengaplikasikan serta menganggap konsep untuk memahami dan

menyelesaikan materi operasi bilangan bulat dengan lengkap dan benar.

Pembahasan di atas maka kemampuan pemahaman matematis siswa pada

kelas VII-4 SMP Negeri 4 Kota Ternate setelah diterapkan model problem

based learning (PBL) terjadi peningkatan.

Berdasarkan hasil kerja siswa R3,R8,R18,R17 dan R14 pada butir soal

pretest siswa belum bisa menyelesaikan jawaban dengan benar, tetapi pada

butir soal posttest siswa sudah mampu menyelesaiakan dengan benar, maka

hasil posttest R3,R8,R18,R17 dan R14 mengalami peningkatan kemampuan

pemahaman matematis.

Peningkatan kemampuan pemahaman matematis siswa karena model

pembelajaran guru dalam menfokuskan siswa secara aktif mencari solusi

permasalahan dengan bertukar pikiran dengan siswa lainnya. Penerapan model

problem based learning (PBL) yang membagi siswa berkelompok secara

heterogen dengan tujuan agar siswa lebih aktif dalam berdiskusi mencari
solusi permasalahan. Adapun kelebihan dari model problem based learning

(PBL) yaitu (1) Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan

untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa, (2) meningkatkan motivasi

dan aktivitas pembelajaran siswa, (3) Membantu siswa dalam mentrasfer

pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata, (4) Membantu

siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab

dalam pembelajaran yang mereka lakukan, (5) Mengembangkan kemampuan

siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk

menyesuaikan dengan pengetahuan baru, (6) Mengembangkan minat siswa

untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal

telah berakhir, dan (7) Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep

yang dipelajari guna memecahkan masalah dalam dunia nyata (Sanjaya,

2007).

Beberapa kelebihan model problem based learning (PBL) yang diterapkan

pada proses pemebelajaran dapat meningkatkan kemampuan pemahaman

matematis siswa betul-betul dioptipamalkan melalui proses kerja kelompok,

sehingga dapat mengasah, menguji, dan mengembangkan kemapuan berpikir

secara kesenambungan.

Proses pembelajaran diterapkannya model problem based learning (PBL)

peneliti membagi siswa kedalam beberapa kelompok dan membagikan

Lembar kerja siswa (LKS) ke setiap kelompok. Setelah itu setiap kelompok

bersdikusi menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKS, siswa dapat


bertukar pikiran dan memberitahu informasi kepada teman untuk

menyelesaikan masalah yang terdapat pada LKS. Saat diskusi membahas

masalah guru bertindak sebagai fasilitator dan mengarahkan kepada siswa agar

selesai mengerjakan LKS setiap kelompok mengutus anggotannya agar

memprsentasikan hasil kerja mereka dan kelompok lainnya menanggapi jika

merasa ada yang kurang dipahami dapat bertanya, pada akhir diskusi setiap

kelompok menarik kesimpulan dari hasil persentasi mereka. Dilihat dari kerja

LKS, siswa dapat mengetahui dan memahami cara bagaimana menyelesaikan

masalah. Kemampuan pemahaman matematis siswa dapat meningkat

meskipun peningkatan kemampua pemahaman matematis siswa dalam

interprestasi sedang.

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penerapan

model problem based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan

pemahaman matematis siswa pada materi operasi bilangan bulat.


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan peningkatan

kemampuan pemahaman matematis pada model problem based learning

(PBL) untuk pretest dan posttest


DAFTAR PUSTAKA

Bani, A 2011. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Penalaran


Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pembelajaran
Penemuan Terbimbing. Jurnal Pendidikan . Edisi Khusus No. 1, Agustus
2011.

Depdiknas. 2006. Peraturan Pemerintah RI Nomor 06, tentang Tujuan


Pembelajaran Matematika.

Dian dan Utari. 2013. Meningkatkan Kemampuan Pemahaman dan Komunkasi


Matematik Siswa SMK Melalui Pendekatan Kontekstual Dan Strategi
Formula-Share-Listen-Create (FSLC). Jurnal Ilmiah Program Studi
Matematika. Vol. 2, No. 1, Hal: 1-12.

Ferry Ferdianto & Ghany. Meningkatkan Pemahaman Matematis Siswa Melalui


Problem Posing. Jurnal Euclid, ISSN 2355-17101, Vol 1, No 1, pp 1-59.

Latief, A. 2014. Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMP


Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika Program Pasca Sarjana SITKP Silliwangi,
Bandung, 1, 2355-0473.

Kemendikbud. 2014. Materi Pelatihan Guru Implementasikan Kurikulum 2013.


Kemendikbud RI: Jakarta.

Kurniasih, Imas & Berlin S. 2014. RPP. Kata Pena: Yogyakarta.

Mandasari, E. P. 2015. Pengaruh Pendekatan SAVI Terhadap Kemampuan


Berpikir Kreatif Matematis Siswa Di SMP Negeri 13 Tamgerang Selatan.
Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Mardia Hi Fataha. 2014. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa


Pada Materi Persegi Panjang Dan Persegi Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Based Learning (PBL). Skripsi. STIKIP.

Rahmawati, D. 2011. Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika


Dengan Metode Pemberian Tugas dan Rasitasi Pada Kelas XI IPA SMA
Negeri 1 Seyegen Sleman Yogyakarta. Skripsi, Universitas Negeri
Yogyakarta.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Bandung: Raja Grafindo Persada.

Sakti, S.P. 2014. Efektiviats Pembelajaran Dengan Pendekatan Pemecahan


Masalah (Problem Solving) Dalam Setting Pembelajaran Kooperatif Tipe
Number Head Together (NHT) Ditinjau Dari Peningkatan Pemahaman
Konsep dan Komunikasi Matematis Siswa SMP. Skripsi, Universitas
Negeri Yogyakarta.

Sanjaya, Wina. 2013. Strategi Pembelajaran Berorientasi Sandar Poses


Pendidikan. Kencana: Jakarta.

Sucirahayu. 2015. Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) Pada


Konsep Uasaha Dan Energi Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir
Kritis Dan Berpikir Kreatif Siswa SMA. Skripsi. Universitas Lampung.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta: Bandang.

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R & D. Bandung:


CV Alfabeta

Susanto, Ahmad. 2014. Pengembangan Pembelajaran IPS. Prenadamedia Group:


Jakarta.

Yamin, Martinis. 2013. Strategi & Metode Dalam Model Pembelajaran. GP Press
Group: Jakarta.

Yulisa Dewi. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning


(Pbl) Untuk Meningkatakan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis
Siswa. Skripsi. Stain.

Anda mungkin juga menyukai