PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh gelar sarjana
(S1) pada program studi pendidikan matematika FKIP UNSIKA
Disusun Oleh :
Deby Mayangsari
NPM : 1510631050022
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-nya kepada kita khususnya kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas Seminar Proposal yang berjudul “Pengaruh Model
Pembelajaran Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Serta Motivasi Belajar Siswa SMP”
Proposal ini diajukan untuk melengkapi tugas seminar proposal dan sebagai
syarat untuk melakukan seminar proposal.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, perlu adanya perbaikan dari dosen pengampu mata kuliah seminar
proposal yaitu Ramlah M Zein S.Pd., M.Pd agar hasil hasil yang penulis sajikan
dapat lebih baik dimasa yang akan datang.
Dalam penulisan proposal ini penulis sadari sepenuhnya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung.
Akhir kata , semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-nya atas
kebaikan semua pihak yang telah membantu penyelesaian proposal ini. atas dasar
keterbatasan dan kekurangan penulis dalam penyusunan proposal, semoga dapat
memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan umumnya bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah disampaikan sebelumnya, maka
tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis perbandingan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang memperoleh model pembelajaran Think Talk Write
(TTW) lebih tinggi daripada kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
2. Untuk menganalisis perbandingan motivasi belajar siswa yang memperoleh
model pembelajaran Think Talk Write (TTW) lebih baik daripada motivasi
belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional.
6
D. Manfaat Penelitian
Sebagaimana telah diuraikan diatas, kemampuan pemecahan masalah
matematis serta motivasi belajar siswa sangat penting dalam pembelajaran
matematika, maka hasil penelitian ini dapat memberi manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Secara Teoritis
1) Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat untuk memperluas wawasan
ilmu pengetahuan mengenai model pemebelajaran matematika yang dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis serta motivasi
belajar siswa.
2) Dapat digunakan sebagai pertimbangan untuk penelitian berikutnya yang
berhubungan dengan hal yang sama.
2. Manfaat Secara Praktis
1) Bagis siswa, diharapakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) dapat
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis serta motivasi
belajar siswa.
2) Bagi guru, pembelajaran menggunakan model pemebelajaran Think Talk
Write (TTW) diharapkan memberi pengetahuan kepada guru untuk
mengembangkan dalam memilih model pembelajaran.
3) Bagi sekolah, diharapkan dapat memberi masukan bagi pengembang
kurikulum untuk mempertimbangkan model pembelajaran Think Talk Write
(TTW) sebagai alternatif pembelajaran.
4) Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan
gambaran yang jelas tentang model pembelajaran Think Talk Write (TTW)
dalam pembelajaran matematika dalam rangka meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis serta motivasi belajar siswa SMP.
5) Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan
dalam mengembangkan penelitian-penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
B. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi Belajar
Menurut Uno (2015:23) haikat motivasi belajar adalah dorongan internal
dan eksternal pada siswa-siswa yang sedang belajar untuk mengadakan perubahan
tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator atau unsur yang
mendukungnya. Hal itu mempunyai peranan besar dalam keberhasilan seseorang
dalam belajar.
Menurut Setiawan (2016), Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis
yang bersifat non-intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal
penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar.
Menurut Hamalik (2017: 121) motivasi adalah suatu perubahan energi
dalam diri seseorang yang ditandai oleh timbulnya perasaan dan reaksi untuk
10
2. Teori Gestalt
Menurut Yudhanegara & Lestari (2015:34) teori Gestalt dicetuskan oleh
Max Wertheimer, Kofka, dan Kohler. Teori ini meletakan konsep insight, yaitu
pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar
bagian didalam suatu situasi permasalahan. Para pengikut Teori Gestalt
berpendapat, bahwa seseorang memperoleh sensasi atau informasi dengan melihat
strukturnya secara menyeluruh, kemudian menyusunnya kembali dalam struktur
yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami.
Berdasarkan teori Gestalt jika dikaitkan dengan model pembelajaran Think
Talk Write sangat mendukung karena dapat membantu siswa dalam proses
pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa karena teori ini
meletakan konsep insight dengan melakukan pengamatan terlebih dahulu untuk
memperoleh informasi hingga kemudian disusun dalam struktur yang lebih
sederhana dan siswa dituntut untuk ulet dan tekun dalam menghadapi tugas-
tugasnya.
3. Teori Belajar Jerome S.Burner
Burner mencetuskan teori “free discovery learnning”, dalam teorinya
dikatakan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori,
aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang dijumpai dalam kehidupan
(Yudhanegara dan Lestari, 2015:33). Dengan demikian,perkembangan kognitif
seseorang dapat ditingkatkan dengan cara meyusun materi pelajaran dan
menyajikan sesuai dengan tahap perkembangan orang tersebut. Teori ini
meyakini, bahwa cara terbaik untuk belajar adalah memahami konsep, arti, dan
hubungan yang diperoleh melalui proses intuitif sehingga diperoleh suatu
kesimpulan (discovery learning).
Berdasarkan teori belajar Jeorema S.Burner jika dikaitkan dengan model
pembelajaran Think Talk Write sangat mendukung karena dapat membantu siswa
dalam proses pemecahan masalah matematis serta motivasi belajar siswa karena
teori ini mengatakan bahwa belajar dengan baik dan kreatif jika guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau
15
F. Kerangka Berpikir
Pembelajaran matematika di sekolah memiliki tujuan mengajarkan kepada
siswa tentang berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
mempunyai kemampuan kerjasama. Dari hal tersebut pembelajaran matematika
harus bisa meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis serta
motivasi belajar siswa. Dari sini bahwa dibutuhkan model pembelajaran yang
dapat memudahkan pemahaman konsep matematika sekaligus mampu
meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis serta motivasi belajar
siswa. Model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah matematis dan motivasi belajar siswa adalah model
pembeljaran Think Talk Write (TTW).
Sehubungan dengan penerapan model pembelajaran TTW dalam
pembelajaran matematika dan melihat langkah-langkah pembelajaran yang ada,
TTW tentu dapat berdampak pada kemampuan pemecahan masalah matematis
serta motivasi belajar siswa. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti akan
mengungkap bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
serta motivasi belajar siswa dalam pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran TTW.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran TTW
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis dan
motivasi belajar siswa agar tujuan tersebut tercapai model pembeljaran TTW
memiliki langkah-langkah sebgai berikut: 1) Tahap think yaitu tahap berpikir
dimana siswa membaca teks berupa soal. Pada tahap ini siswa secara individu
memikirkan kemungkinan jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil
tentang ide-ide yang terdapat pada bacaan, atau hal-hal yang tidak dipahaminya
sesuai dengan bahasanya sendiri. Pada tahap ini dapat menilai indikator
kemampuan pemecahan masalah yaitu: Mengidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan. Serta dapat menilai
indikator motivasi belajar yaitu: Adanya dorongan dan kebutuhan belajar serta
menunjukkan perhatian dan minat terhadap tugas-tugas yang diberikan. 2) Tahap
talk yaitu siswa merefleksikan, menyusun, serta menguji ide-ide dalam kegiatan
17
diskusi kelompok. Pada tahap ini dapat menilai indikator kemampuan pemecahan
masalah yaitu: Merumuskan masalah matematis atau menyusun model matematis
dan menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah. Serta dapat menilai
indikator motivasi belajar yaitu: Tekun menghadapi tugas dan ulet menghadapi
kesulitan. 3) Tahap write yaitu siswa secara individu merumuskan pengetahuna
merupakan jawaban atas soal dalam bentuk tulisan dengan bahasanya sendiri.
Pada tahap ini dapat menilai indikator kemampuan pemecahan masalah yaitu:
Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah. Serta dapat
menilai indikator motivasi belajar yaitu: Adanya hasrat keinginan berhasil.
G. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian, dimana
rumusan masalah telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Berdasarkan
rumusan masalah, teori-teori yang telah dideskripsikan dan kerangka berpikir
yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang ditetapkan yaitu:
1) Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa yang memperoleh model
pembelajaran Think Talk Write (TTW) lebih tinggi daripada siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
2) Motivasi belajar siswa yang memperoleh model pembelajaran Think Talk
Write (TTW) lebih baik daripada siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
B. Desain Penelitian
Desain penelitian yang akan digunakan yaitu desain penelitian eksperimen
semu (Quasi Experimental Design). Penelitian akan menguji Pengaruh Model
Pembelajaran Think Talk Write Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematis Serta Motivasi Belajar Siswa SMP dengan cara membandingkan
Kemampuan pemecahan masalah maetematis serta motivasi belajar siswa yang
dalam pembelajarannya menerapkan model pembelajaran think talk write
(kelompok eksperimen) dengan siswa yang dalam pembelajarannya menerapkan
pembelajaran langsung (kelompok kontrol). Penelitian ini menggunakan desain
18
19
penelitian jenis the nonequivalent control group design. Dalam desain the
nonequivalent control group design kelompok eksperimen maupun kelompok
kontrol tidak dipilih secara radom (acak). Kemudian untuk mengetahui
kemampuan awal siswa mengenai kemampuan pemecahan masalah matematis
siswa kedua kelompok diberikan pretest terlebih dahulu, kemudian diberikan
perlakuan, dan terakhir diukur kembali dengan postest. Sedangkan untuk
mengetahui motivasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan maka siswa
diberi angket terlebih dahulu, kemudian diberikan perlakuan, dan terakhir diukur
kembali dengan pemberian angket. Adapun desain penelitian quasi experimental
design dengan jenis the nonequivalent control group design menurut Sugiyono
(2015:118) dengan pola sebagai berikut.
Keterangan :
O1 = Pretest kemampuan pemecahan masalah matematis & angket motivasi
belajar pada kelas ekperimen
O3 = Pretest kemampuan pemecahan masalah matematis & angket motivasi
belajar pada kelas kontrol
X = Perlakuan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran think
talk write
O2 = Posttest kemampuan pemecahan masalah matematis & angket motivasi
belajar pada kelas ekperimen
O4 = Posttest kemampuan pemecahan masalah matematis & angket motivasi
belajar pada kelas kontrol
---- = Sampel tidak diambil secara acak
20
D. Definisi Oprasional
Untuk menghindari terjadinya perbedaan pengertian terhadap istilah yang
digunakan dalam penelitian ini maka perlu dikemukakan definisi operasional
sebagai berikut :
1. Kemampuan pemecahan masalah matematis adalah kemampuan dimana
siswa berupaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan,
juga memerlukan kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Adapun indikator kemampuan
pemecahan masalah matematis adalah sebagai berikut: 1) Mengidentifikasi
unsur-unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang
diperlukan. 2) Merumuskan masalah matematis atau menyusun model
matematis. 3) Menerapkan strategi untuk menyelesaikan masalah. 4)
Menjelaskan atau menginterpretasikan hasil penyelesaian masalah.
21
2. Motivasi belajar adalah suatu daya, dorongan atau kekuatan, baik yang datang
dari diri sendiri maupun dari luar yang mendorong peserta didik untuk
belajar. Adapun indikator motivasi belajar adalah sebagia berikut: 1) Adanya
dorongan dan kebutuhan belajar. 2) Menunjukkan perhatian dan minat
terhadap tugas-tugas yang diberikan. 3) Tekun mengadapi tugas. 4) Ulet
menghadapi kesulitan. 5) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
3. Model pembelajaran think talk write adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada kegiatan berpikir, menyusun, menguji,
merefleksikan dan menuliskan ide-ide. Adapun langkah-langakah model
pembelajaran think talk write adalah sebagai berikut: 1) Tahap think yaitu
tahap berpikir dimana siswa secara individu memikirkan kemungkinan
jawaban (strategi penyelesaian), membuat catatan kecil tentang ide-ide yang
terdapat pada bacaan, atau hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan
bahasanya sendiri. 2) Tahap talk yaitu siswa merefleksikan, menyusun, serta
menguji ide-ide dalam kegiatan diskusi kelompok. 3) Tahap write yaitu siswa
secara individu merumuskan pengetahuna merupakan jawaban atas soal
dalam bentuk tulisan dengan bahasanya sendiri.
E. Instrumen Penelitian
Menurut Sugiyono (2015: 135) instrumen peneitian adalah instrumenn yang
digunakan untuk mengukur nilai variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini,
terdapat dua jenis instrumen penelitian yang digunakan yaitu :
1. Instrumen Non Tes
Instrumen non tes yang digunakan adalah instrumen non tes berbentuk
angket. Angket diberikan dua kali kepada siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Angket pertama kali diberikan kepada siswa untuk menganaisis sejauh
mana motivasi belajar siswa sebelum diberikan perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran think talk write (TTW) pada kelas eksperimen dan model
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Dan yang kedua angket diberikan
22
kepada siswa untuk menganaisis sejauh mana motivasi belajar siswa seteah
diberikan perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran think talk write
(TTW) pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas
kontrol
2. Instrumen Tes
Instrumen tes yang digunakan adalah instrument tes kemampuan pemecahan
masalah matematis berbentuk uraian (subjektif). Instrumen tes dilakukan dua kali
yaitu sebelum proses pembelajaran berlangsung (pretest) dan sesudah
pembelajaran berlangsung (postest). Pretest diberikan kepada kelas konrtol dan
ekseperimen untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam kemampuan
pemecahan masalah matematis siswa sebelum diberikan perlakuan, sedangkan
postest diberikan kepada kelas konrtol dan ekseperimen untuk melihat
kemampuan pemecahan masalah matematis siswa setelah diberikan perlakuan.
Sebelum digunakan instrumen tes dan non tes harus melewati tahapan-
tahapan analisis, instrument tes dan non tes diujikan untuk mengetahui dan
mengukur tingkat validitas dan reliabilitas. Instrument atau alat evaluasi harus
memenuhi persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas harus tinggi
pengujiannya. Sedangkan, untuk instrumen tes selain diujikan untuk mengetahui
dan mengukur tingkat validitas reliabilitas, instrumen tes juga diuku untuk
mengetahui dan mengukur daya pembeda butir soal dan indeks kesukaran.
1. Validitas
Menurut Anderson, sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur (Lestari & Yudhanegara, 2015:190). Dengan
kata lain, validitas suatu instrument merupakan tingkat ketepatan suatu instrumen
untuk mengukur sesuatu yang harus diukur. Untuk menghitung validitas tes
kemampuan pemecahan masalah matematis digunakan rumus korelasi product
moment dengan rumus sebagai berikut :
23
Keterangan:
= Koefisien korelasi anatara skor butir soal (X) dan skor total (Y)
= Banyaknya subjek
= Skor butir soal atau skor item pernyataan/pertanyaan
= Total skor
Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat validitas instrumen ditentukan
berdasarkan kriteria menurt Guilford (dalam Lestari & Yudhanegara, 2015:193)
sebagai berikut.
Tabel 3.1
Kriteria Koefisien Korelasi Validitas Instrumen
Koefisie korelasi Korelasi Interpretasi Validitas
0,8 < 1,0 Sangat tinggi Sangat tepat/sangat baik
0,6 < 0,8 Tinggi Tepat/baik
0,4 < 0,6 Sedang Cukup tepat/cukup baik
0,2 < 0,4 Rendah Tidak tepat/buruk
0,0 < 0,2 Sangat rendah Sanngat tidak tepat/sangatburuk
2. Reliabilitas
Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegan atau kekonsistenan instrumen
tersebut bila diberikan pada subjek yang sama meskipun oleh orang yang berbeda,
waktu yang berbeda, atau temat yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang
sama atau relatif sama (tidak berbeda secara signifikan). Rumus yang digunakan
untuk menentukan reliabilitas instrument tes tipe subjektif atau instrumen non tes
adalah rumus Alpha Cronbach, yaitu :
Keerangan:
= koefisien reliabilitas
= banyak butir soal
variansi skor butir soal ke-i
24
3. Daya Pembeda
Daya pembeda dari setiap butir soal menyatakan seberapa jauh kemampuan
butir soal tersebut membedakan antara siswa yang dapat menjawab soal dengan
tepat dan siswa yang tidak dapat menjawab soal tersebut dengan teat (siswa yang
menjawab kurang tepat/tidak tepat). Berikut ini rumus untuk menghitung daya
pembeda untuk soal uraian yaitu sebagai berikut :
Keterangan:
= indeks daya pembeda butir soal
= rata-rata skor jawaban siswa kelompok atas
= rata-rata skor jawaban siswa kelompok bawah
: Skor Maksimum Ideal
Tinggi atau rendahnya tingkat daya pembeda suatu butir soal dinyatakan
dengan indeks daya pembeda (DP). Kriteria yang digunakan untuk
menginterpretasikan indeks daya pembeda disajikan dalam tabel berikut.
25
Keterangan:
IK = indeks kesukaran butir soal
= rata-rata skor jawaban siswa pada suatu butir soal
SMI = Skor Maksimum Ideal
Suatu butir soal dikatakan memiliki indeks kesukaran yang baik jika soal
tersebut tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sukar. Indeks kesukaran suatu butir
soal diinterpretasikan dalam kriteria sebagai berikut.
26
Tabel 3.4
Kriteria Indeks Kesukaran
IK Interpretasi Indeks Kesukaran
Terlalu sukar
0,00 < 0,30 Sukar
0,31 < 0,70 Sedang
0,71 < 1,00 Mudah
Terlalu mudah
G. Tahap-Tahap Penelitian
Penelitian ini meliputi beberapa tahap kegiatan. Tahap – tahap dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
1) Mengidentifikasi masalah dan merumuskan permasalahan.
2) Penyusunan rencana penelitian (proposal penelitian).
3) Menyampaikan seminar proposal penelitian.
4) Menyempurnakan proposal penelitian.
27
Keputusan
Apabila hasil pengujian diperoleh varians sama (homogen), maka
dilanjutkan dengan uji pebedaan dua rata-rata Uji-t (Independent Sample
T-test).
Apabila hasil pengujian diperoleh varians berbeda (tidak homogen), maka
dilanjutkan dengan uji pebedaan dua rata-rata Uji-t’ (Independent Sample
T’-test).
Kriteria Pengujian
H0 : Kedua kelompok homogen
H1 : Kedua kelompok tidak homogen
3) Uji Perbedaan Dua Rata-rata
Untuk mengetahui apakah rata-rata data pretest, posttest dan data gain kedua
kelas terdapat perbedaan atau tidak. Jika kedua kelas berdistribusi normal atau
homogenitas maka, pengjian hipotesis dilakukan Uji-t atau Independent Sample T-
test.
Kriteria Pengujian
Jika Sig > 0.05, maka H0 diterima
Jika Sig < 0.05, maka H0 ditolak
H0 : ≠ (kemampuan pemecaan masalah matematis siswa kelas
eksperimen tidak lebih tinggi dari pada kelas kontrol)
H1 : > μ2 (kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol)
Keterangan:
H0 : Tidak terdapat perbedaan anatar kedua kelompok
H1 : Terdapat perbedaan anatar kedua kelompok
μ1 : rata – rata kemampuan pemecahan masalah matematis siswa (data
posttest) menggunakan model pembelajaran Think Talk Write.
μ2 : rata – rata kemampuan pemecahan masalah matematis (data posttest)
yang menggunakan pembelajaran biasa.
30
4) Uji Mann-Whitney U
Untuk mengetahui apakah data pretest, posttet, dan data gain kedua kelas
terdapat perbedaan peningkatan atau tidak. Jika salah satu kelas berdistrbusi tidak
normal atau tidak homogen maka, pengujian hipotesis dilakukan dengan uji
Mann-Whitney U.
5) Uji Indeks Gain
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis
yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran diberikan kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. dapat dihitung dengan rumus g faktor (N-Gain)
dengan rumus:
Indeks Gain =
Adapun untuk kriteria gain rendah, sedang, dan tinggi mengacu pada
kriteria Hake, yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.5
Interpretasi Indeks Gain
Indeks Gain Interpretasi
IG < 0.3 Rendah
0.3 IG 0.7 Sedang
IG > 0.7 Tinggi
P = x 100%
Keterangan :
P = Persentase jawaban
F = Frekuensi jawaban
N = Banyak responden
Zhitung =
1. Jika nilai Zhitung > Ztabel maka terima Ho, dapat disimpulkan pada taraf
kepercayaan 5%, Rata-rata motivasi belajar siswa yang memperoleh model
pemebelajaran TTW lebih baik atau sama dengan rata-rata siswa yang
memperoleh pembelajaran konvensional
2. Jika nilai Zhitung < Ztabel maka tolak Ho, dapat disimpulkan pada taraf
kepercayaan 5%, Rata-rata motivasi belajar siswa yang memperoleh model
pemebelajaran TTW lebih rendah dari siswa yang memperoleh pembelajaran
konvensional.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar. 2017. Kurikulum Dan Pembelajran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Perawati, Pera. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa.
Skripsi, Program Studi Pendidikan Mtamatika. Karawang: Universitas
Singaperbangsa Karawang.
Putri, Palupi Dini. 2017. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Think Talk Write
Terhadap Kemampuan Komunikasi dan Pemecahan Masalah. Jurnal
Pendidikan Islam. 2 (1):83-86.
34
35
Uly, Jenitha Febryanti. 2016. Penerapan Model Think Talk Write (TTW)
Menggunakan Inspiration Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa
SMP Negeri 2 Salatiga. Skripsi, Program Studi Pendidikan Teknik
Informatika dan Komputer. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Uno, B.Hamzah. 2015. Teori Motivasi dan Pengukuranya. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.