KELAS : PTM A
FAKULTAS TEKNIK
T.A2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan laporan projek ini sesuai dengan waktu penyelesaian yang telah
diberikan oleh dosen pengampu.
Penyusunan laporan projek ini tentu masih mempunyai kesalahan yang bahkan tidak
sesuai dengan tanggapan oleh pembaca, untuk itu, penulis mengharapkan kritikan atau masukan
yang bersifat membangun dalam penyusunan laporan Projek ini
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................................................2
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagai pelajar, siswa merupakan subyek utama yang terlibat dalam proses belajar.
Karena keadaan sifat, maka dalam proses belajarnya terdapat beberapa hal keistimewaan. Ada
siswa yang cepat dalam belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif dan ada pula yang tergolong
gagal (drop-out). Namun meskipun demikian kegiatan belajar di sekolah mempunyai tujuan tetap
yaitu membantu memperoleh perubahan tingkah laku bagi setiap siswa dalam rangka
memperoleh tingkat perkembangan yang optimal dan dapat menyesuaikan diri dalam
lingkungannya.
Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, sudah menjadi harapan setiap guru agar siswa
dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Banyak guru yang pada saat ini hanya bisa
menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar tetapi tidak bisa menjadi seorang pendidik bagi
siswa-siswanya. Oleh karenanya, banyak siswa yang menunjukan tidak dapat mencapai hasil
belajar sebagaimana yang diharapkan meskipun telah diusahakan dengan sebaik-baiknya oleh
guru.
Guru merupakan bersumber daya manusia yang potensial bagi pengembangan kreativitas
siswa dalam berbagai aspek. Seorang guru mempunyai kewajiban membentuk siswa mencapai
kewaspadaannya masing-masing, hal ini merupakan salah satu ciri keberhasilan tujuan pendidik
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik
menduduki peringkat teratas, artinya setiap guru harus memahami fungsi terhadap pelayanan
peserta didik. Letak pertisipasi aktif guru dalam pelayanan peserta didik tercermin dalam
kegiatan proses pendidikan yang berlangsung selama kegiatan pendidikan itu terjadi.
Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan para lulusan yang berkualitas. Tinggi
rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain faktor kesulitan
belajar siswa dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran berhasil dengan
baik apabila seluruh komponen yang terlibat dalam proses tersebut dapat dijadikan salah satu
sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menilai proses maupun hasil belajar
secara nyata.
6. Apakah metode pembelajaran inkuiri dapat dilakukan demi meningkatkan kemajuan belajar
murid?
Agar permasalahan yang dibahas dalam makalah ini tidak melebar, maka penulis membatasi
permasalahan hanya dalam tatanan kesulitan siswa dalam proses belajar dan bagaimana peran
guru selaku seorang pendidik untuk mengatasi permasalahan tersebut dan apakah metode
pembelajaran ikuiri tepat untuk dilakukan.
Menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam proses belajar di
SMA/K.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Belajar
Crobach (1954), mengatakan bahwa belajar ditunjukan oleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pada pengalaman.
Sartain (1973), belajar ialah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Crow and Crow (1958), belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan
sikap.C.T. Morgan, memberi definisi belajar ialah perubahan tingkah laku yang relative menetap
sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman lampau.
Jadi dari pendapat-pendapat beberapa ahli di atas mengenai pengertian belajar trdapat
beberapa kesamaan yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain
pendapat para ahli di atas belajar dapat diartikan pula sebagi aktivitas pengembangan diri melalui
pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar (guru).
2.2.Proses Belajar
Mengenai proses bagaimana perbuatan belajar itu terjadi, Crobach (1954) mengemukakan ada
tujuh aspek atau elemen dalam proses belajar. Ketujuh elemen ini merupakan langkah-langkah
atau proses belajar yang berlangsung dalam diri individu. Ketujuh elemen proses belajar tersebut
ialah sebagai berikut.
Tujuan
Artinya perbuatan belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai da perbuatan ditujukan
untuk mencapai tujuan itu. Hal ini mengandung implikasi bahwa perbuatan belajar yang efisien
akan berlangsung jika dimulai dengan tujuan yang jelas. Siswa hendaknya menyadari dengan
jelas tujuan tersebut.
Kesiapan
Sewaktu tindakan dalam belajar diperlukan adanya kesiapan dalam diri individu (siswa) baik
kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah pola-pola
respon atau kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Jadi bila siswa telah
sampai pada taraf kematangan tertentu, artinya siswa telah sampai taraf kematangan sosialnya,
maka siswa tersebut telah siap untuk melakukan fungsi-fungsi kegiatan sosial. Berhasil tidaknya
perbuatan belajar yang dilakukan individu akan banyak bergantung kepada kesiapan siswa. Para
pengajar seharusnya mengetahui tingkat kesiapan para siswa untuk perbuatan belajar.
Situasi
Aspek ketiga dari proses belajar ialah situasi yaitu seluruh obyek-obyek orang atau simbol-
simbol dalam lingkungan siswa. Situasi dapat pula diartikan sebagai kemungkinan yang
mempengaruhi respon siswa. Pengalaman siswa dalam suatu situasi akan mempengaruhi respon
siswa dalam situasi lain. Demikian proses belajar secara keseluruhan akan berlangsung dalam
situasi tertentu, dalam situasi ini terdapat beberapa kemungkinan untuk melakukan kegiatan
belajar. Penerapan dari prinsip ini ialah agar belajar dapat berhasil, maka situasi belajar
hendaknya diperhatikan.
Interprestasi (pengarahan)
Interprestasi dapat diartikan suatu proses pengarahan perhatian kepada bagian-bagian dalam
situasi, menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lampau, kemudian
meramalkan apa yang dapat dilakukan dalam situasi tersebut dalam menyampaikan tujuan
belajar. Dalam perbuatan belajar kemampuan menafsirkan berbagai kemungkinan dari suatu
situasi adalah menentukan proses belajar.
Respon (tindakan)
Setelah siswa menafsirkan situasi yang dihadapinya, kemudian memilih dan melakukan suatu
tindakan yang dianggap paling memadai untuk tujuannya. Misalnya dalam situasi belajar
memecahkan suatu soal, dalam fase ini siswa melakukan tindakan-tindakan yang dianggap
paling memadai untuk memecahkan soal-soal itu setelah menafsirkan berbagai kemungkinan
dalam situasi yang dihadapi.
Akibat
Akibat merupakan fase yang selanjutnya akan dihadapi oleh siswa setelah melakukkan
responnya. Akibat yang akan dialami akan mempunyai berbagai kemungkinan, mungkin berhasil
dan mungkin gagal. Jika berhasil siswa akan merasa puas, dan kemudian merencanakan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan kemudian. Sebaliknya jika gagal, siswa akan merasa
kecewa dan selanjutnya akan memikirkan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya kemudian.
Pengalaman sukses dan gagal dalam proses belajar itu bersifat individual. Misalnya saja dalam
suatu ujian ada siswa yang sudah merasa berhasil kalau dia mendapat nilai enam, tetapi ada
siswa lain yang merasa mendapat nilai enam itu sebagai kegagalan dalam belajar. Reaksi
terhadap kegagalan ini tergantung kepada taraf keinginan atau taraf aspirasi siswa mengenai
prestasi belajarnya.
PEMBAHASAN
Seperti yang telah dijelaskan dalam bab pendahuluan, bahwa siswa merupakan subyek
yang terlibat dalam proses belajar. Jadi siswa adalah pemeran utama dalam proses belajar, dalam
hal ini terdapat banyak keunikan yang terjadi pada diri siswa. Ada siswa yang cepat dalam
belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif, dan bahkan ada pula siswa yang tergolong gagal
(drop-out). Semua itu terjadi karena latar belakang keunikan individu masing-masing. Oleh
karena itu pengenalan terhadap karakteristik para siswa sangat perlu. Beberapa karakteristik
siswa dalam belajar antara lain.
Siswa yang tergolong cepat, pada umumnya dapat menyelesaikan proses belajar dalam waktu
yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka dapat mudah menerima materi pelajaran.
Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak ini tergolong anak genius atau gifted
(sangat cerdas) dengan nilai IQ diatas 130. karena cepatnya dalam belajar, maka golongan ini
sering mengalami kesulitan karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan
ukuran rata-rata. Salah satu usaha untuk membantu mereka dengan menempatkan pada kelas
khusus atau dengan memberikan tugas-tugas tambahan.
2. Lambat belajar
Siswa yang tergolong lambat pada umumnya lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk
anak-anak normal. Sebagai akibatnya, siswa-siswa golongan ini sering tertinggal dalam proses
belajar, hal ini yang sering menjadi salah satu sebab siswa tidak naik kelas. Dilihat dari tingkat
kecerdasannya, pada umumnya siswa golongan lambat belajar memiliki kecerdasan di bawah
rata-rata. Siswa golongan ini memerlukan perhatian khusus antara lain melalui penempatan pada
kelas-kelas khusus atau pelajaran-pelajaran tambahan dalam program pengajaran remedial.
3. Siswa kreatif
Siswa kreatif ini umumnya dari golongan siswa yang cepat dalam belajar, tetapi banyak juga
yang berasal dari golongan siswa normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukan kreatifitas
dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Anak golongan ini selalu ingin menyelesaikan masalah, berani
menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang lebih senang bekerja sendiri dan
percaya pada kemampuan diri sendiri. Dalam kegiatan belajar siswa golongan ini lebih mampu
menemukan masalah-masalah dan mampu memecahkan masalah. Sekolah perlu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada golongan siswa ini.
4. Drop-out (putus belajar)
siswa yang tergolong drop-out ialah mereka yang tidak berhasil menyelesaikan studinya atau
gagal dalam kegiatan belajar. Sebab dari drop-out ini banyak, disamping sebab yang terletak
pada diri siswa itu sendiri, juga terdapat sebab-sebab lain seperti motivasi, lingkungan
masyarakat, keluarga dan lain sebagainya. Masalah yang dihadapi ialah bagaimana membantu
golongan drop-out ini, agar mereka pun dapat menjadi warga masyarakat yang produktif.
5. Underachiever
Siswa yang tergolong underachiever adalah siswa yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong
tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang dicapainya tergolong rendah (dibawah rata-rata). Secara
potensial siswa yang memiliki taraf intelegensi yang tinggi mempunyai kemungkinan yang
cukup besar untuk memperoleh prestasi yang tinggi, akan tetapi prestasi belajarnya berada pada
golongan di bawah rata-rata. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan motivasi, minat, sikap dan
kebiasaan belajar. Siswa dari golongan ini memerlukan perhatian yang sebaik-baiknya dari para
guru dan terutama para petugas bimbingan di sekolah.
Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis kenyataan.
Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar.
Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan gejala kesulitan belajar :
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.
4. Menunjukan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, dan
sebagainya.
6. Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, dan sebagainya.
3.3. Latar Belakang Kesulitan Belajar
Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa yang dihadapi oleh guru di sekolah berupa gejala atau
manifestasi adanya kesulitan belajar dalam bentuk-bentuk tingkah laku. Gejala-gejala yang
nampak merupakan akibat dari sebab atau latar belakang tertentu. Demikian pula kesulitan
belajar yang dihadapi oleh siswa di sekolah, senantiasa berakar dari suatu latar belakang tertentu
sebagai penyebabnya. Dalam usaha membantu siswa sudah tentu latar belakang kesulitan belajar
hendaknya dipahami terlebih dahulu.
5. Faktor jasmani seperti cacat tubuh, gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, dan
sebagainya.
1. Lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak, seperti cara
mengajar, sikap guru, kurikulum, perlengkapan belajar, dan sebagainya.
2. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan siswa, seperti pengaruh negatif dari
pergaulan, situasi masyarakat yang kurang kondusif, gangguan kebudayaan modern
seperti film dan sinetron, dan sebagainya.
Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan tanggun jawab
guru secara formal. Pelayanan peserta didik perlu penanganan secara serius, karena siswa adalah
warga sekolah yang menjadi tujuan akhir sebagai ”output” atau lulusan yang perlu dipertahankan
kualitas lulusannya. Masalah yang dihadapi di berbagai sekolah adalah ketidakseimbangan
antara keinginan siswa dan program sekolah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan peserta didik di sekolah sebagai berikut :
1. Kehadiran siswa dan masalah-masalahnya.
3. Keikutsertaan dalam memilih sekolah sebagai lembaga pendidikan di mata siswa untuk
memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara langsung melalui proses
belajar.
4. Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa diri siswa mempunyai potensi positif
yang dapat dikembangkan.
Guru profesional dalam memberikan bantuan kepada siswa perlu memperhatikan berbagai faktor
dan kondisi siswa secara normal. Pertimbangan psikologis pada guru biasanya sudah tampak,
guru selalu memperhitungkan jalan keluar yang paling baik demi terwujudnya tujuan pendidikan
karena guru dan siswa merupakan satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian partisipasi guru
dalam pelayanan terhadap siswa perlu memperhatikan kebutuhan siswa secara umum,
diantaranya. :
7. Menentukan langkah apa yang perlu ditempuh jika menemukan kesulitan belajar.
Guru sebagai faktor sentral harus secara aktif menghadiri situasi kelas secara continue.
Perkembangan siswa memerlukan layanan atau bimbingan. Hal ini menuntut guru untuk lebih
mengenal situasi dn perkembangan kebutuhan siswa.
3.6. Pengunaan Metode pembelajaran inkuiri
KarakteristikModelPembelajaranInkuiriTerbimbing
I. KarakteristikModelPembelajaranInkuiriTerbimbing
Menurut Sanjaya (2014), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama
dalam pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Inkuirimenekankankepadaaktivitassiswasecaramaksimaluntu mencari
dan menemukan. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbaldidalam proses pembelajaran, tetapi
siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran
itu sendiri.
2. Seluruhaktivitasyangdilakukansiswadiarahkanuntukmencari dan
menemukan jawaban sendiri dan sesuatu yang
dipertanyakan,sehinggadiharapkandapatmenumbuhkansikap percaya diri
(self belajar). Dengan demikian, metode
pembelajaraninkuirimenempatkangurusebagaisumberbelajar
akantetapisebagaifasilitatordanmotivatorbelajarsiswa.
3. Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis
dankritisataumengembangkankemampuanintelektualsebagai bagian dari
proses mental. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi
pelajaran dalam metode inkuiri, akan tetapi bagaimana siswa dapat
menggunakan kemampuan yang dimilikinya secaraoptimal.
II. Jenis-jenisModelPembelajaranInkuiri
1. Inkuiri terbimbing (Guidedinkuiri)
Inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang belum mempunyai
pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Guru memberikan bimbingan
dan pengarahan yang cukup luas.
Bimbinganlebihbanyakdiberikanpadatahapawaldansedikitdemi sedikit
dikurangi sesuai dengan perkembangan pengalaman
siswa.Sebagiaanbesarperencanaandibuatolehgurudanparasiswa tidak
merumuskanmasalah.
Inkuiri terbimbing berorientasi pada aktivitas kelas yang berpusat
pada siswa dan memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai
sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai sumber belajar.
Siswa secara aktif akan terlibat dalam proses mentalnya melalui kegiatan
pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data untuk menarik suatu
kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran yaitu melalui dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai proses evaluasi. Dengan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri
akan memacu keingintahuan siswa dalam menemukan hal-hal yang ingin
diketahui siswa.
b. Inkuiri bebas (freeinkuiri)
Siswa melakukan sendiri penelitian seperti seorang ilmuan pada
inkuiri bebas.Siswa harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah
berbagai topik permasalahan yang hendak
diselidikimadapembelajaran.metodeyangdigunakanadalahinkuiri role
approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu, setiap anggota
kelompok memiliki tugas sebagai misalnya sebagai koordinator kelompok,
pembimbing teknis, pencatatan data dan pengevaluasianproses.
ModelinkuirididefinisikanolehPiaget(SunddanTrowbridge,
1973)sebagaipembelajaranyangmempersiapkansituasibagianak untuk
melakukaneksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang
terjadi, inginmelakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan
mencari jawaban ataspertanyaan sendiri,
menghubungkanpenemuanyangsatudenganpenemuanyanglain,
membandingkanapayangditemukandenganyangditemukanorang lain.
Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai
pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-
peristiwadangejala-gejalailmiahdenganpendekatandanjiwapara
ilmuwan.Pengajaranberdasarkaninkuiriadalahsuatustrategiyang
berpusatpadasiswadimanakelompok-kelompoksiswadihadapkan pada suatu
persoalan atau mencarijawaban terhadap pertanyaan pertanyaan di dalam
suatu prosedur dan strukturkelompok yang digariskan secara jelas
(Hamalik,1991).
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi(modified free inkuiri)
Gurumemberikanpermasalahandankemudiansiswadiminta
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi,danprosedurpadapembelajaranberbasisinkuiri.Untuk itu guru
dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
dengan tepat. Setiap siswa memerlukanbekal pengetahuan dan kecakapan
agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah.Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah
sedapat mungkinmemberikanbekalsiswadalammencapaikecakapanuntuk
berkarya.Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang
cakupannyalebihluasdibandinghanyasekadarketerampilan.
Meador (2010) dan Windschitl (2002) membagi inkuiri
menjadibeberapalevelinkuiridarilevelyangpalingrendahhingga
levelyangpalingtinggiberdasarkanpenerapannyayangditunjukkan pada table
dibawahini.
Terdapatenamprinsipdalaminkuiriterbimbing(gudedinkuiri)
(Kuhlthau,2007)antaralainsebagaiberikut:1)siswabelajarsecara aktif mengehubungkan
dan bercermin dari pengalaman; 2) siswa
belajardenganmembangunpengetahuandariapayangmerekasiap ketahui; 3) siswa
mengembangkan berpikir tingkat tinggi melalui berpikir kritis dalam proses belajar; 4)
siswa mempunyai cara berbeda dalam belajar; 5) siswa belajar melalui interaksi sosial
dengan siswa lainnya; dan 6) siswa belajar melalui pedoman dan
pengalamanyangsesuaidenganperkembangankognitifmereka.
Pendekatanmodelpembelajaraninkuiriterbimbingpadasiswa
yangmemilikiminatbelajartinggimemberikanpeluangkepadasiswa untuk bisa
mengeksplorasikan kemampuannya sehingga pada saat proses pembelajaran terjadi
siswa mampu mengembangkan kemampuanyangmerekamilikisecaraoptimal.
Penggunaaninkuiriterbimbing(guidedinkuiri)memilikibeberapa
keuntunganuntuksiswa(Kuhlthau,2007)antaralain.
1. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan bahasa, membaca
dan ketrampilansosial
2. Siswa dapat membangun pemahamansendiri
3. Siswamendapatkebebasandalammelakukanpenelitian
4. Siswadapatmeningkatkanmotivasibelajardanmengembangkan strategi
belajar untuk menyelesaikanmasalah
Selain itu, penggunaan inkuiri terbimbing (guided inkuiri) juga
mempunyai beberapa kelemahan antara lain.
a. Prosespembelajaranmembutuhkanwaktuyanglebihlama
b. Inkuiri terbimbing (guided inkuiri) sering bergantung pada kemampuan
matematika siswa, kemampuan bahasa siswa,
ketrampilanbelajarmandiridanself-management
c. Siswa yang aktif mungkin tetap tidak paham atau mengenali konsep
dasar, aturan dan prinsip, serta siswa sering kesulitan untuk membuat
pendapat, membuat hipotesis, membuat
rancanganpercobaandanmenarikkesimpulan.
BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
SARAN
Sebaiknya kita sebagai pelajar haruslah menamkan rasa semangat belajar yang
kuat. Kita juga harus lebih fokus pada tujuan utama kita. Adapun yang harus kita
lakukan ketika kita menjadi pengajar adalah harus lebih memperhatikan sifat dan
karakteristik anak didik kita. Hal itu bertujuan untuk membantu kita dalam memberikan
pelajaran kepada anak didik tersebut. Karena cara memahami orang lain itu beda beda.
Kita sebagai pengajar tak boleh menekankan anak didik kita untuk dapat mengikuti
pelajaran kita sesuai keinginan kita. Kita harus memperhatikan keinginan anak didik
kita juga.
DAFTAR PUSTAKA
Thamrin, Husni, Pendidikan: Dinamika dan Problematika, Pekanbaru: Suska Press, 2009.
Wena, made, Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Jakarta: Bumi Akasara, 2009.
http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-kolaboratif-murder/
http://suksesbersamasukarto.blogspot.com/2010/03/strategi-pembelajaran-inkuiri-spi.html
Surya Dharma, Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya, Jakarta :Ditjen PMPTK, 2008