Anda di halaman 1dari 21

TUGAS PROJECT PSIKOLOGI PENDIDIKAN

“Meningkatkan motivasi belajar siswa SMA/K sesuai dengan


menggunakan metode belajar Inkuiri”

NAMA KELOMPOK : Muhammad Rasyid Ridho (5193321003)

Arya Widyanto (5193121006)

Peter Christy Sinaga(5193321006)

Sohmo Jhon Kevin (5193121003)

KELAS : PTM A

Dosen Pengampu : Prof.Dr. Abdul Murad, M.Pd.

FAKULTAS TEKNIK

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

T.A2020

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmatNya
penulis dapat menyelesaikan laporan projek ini sesuai dengan waktu penyelesaian yang telah
diberikan oleh dosen pengampu.

Terimakasih juga penulis sampaikan kepada dosen pengampu yaituProf.Dr.Drs. Abdul


murad,M.Pd. yang telah membimbing penulis dalam penyelesaian laporan projek ini. Dimana
projek ini disusun sesuai dengan arahan yang telah di sampaikan kepada mahasiswa.

Penyusunan laporan projek ini tentu masih mempunyai kesalahan yang bahkan tidak
sesuai dengan tanggapan oleh pembaca, untuk itu, penulis mengharapkan kritikan atau masukan
yang bersifat membangun dalam penyusunan laporan Projek ini

MEDAN, 23 MEI 2020

Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah.............................................................................................................1
1.3 Batasan Masalah..................................................................................................................2
1.4 Rumusan Masalah................................................................................................................2
1.5 Tujuan Penelitian.................................................................................................................2

BAB II LANDASAN TEORI...................................................................................................3

BAB III PEMBAHASAN........................................................................................................6

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................18

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai pelajar, siswa merupakan subyek utama yang terlibat dalam proses belajar.
Karena keadaan sifat, maka dalam proses belajarnya terdapat beberapa hal keistimewaan. Ada
siswa yang cepat dalam belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif dan ada pula yang tergolong
gagal (drop-out). Namun meskipun demikian kegiatan belajar di sekolah mempunyai tujuan tetap
yaitu membantu memperoleh perubahan tingkah laku bagi setiap siswa dalam rangka
memperoleh tingkat perkembangan yang optimal dan dapat menyesuaikan diri dalam
lingkungannya.

Dalam proses belajar-mengajar di sekolah, sudah menjadi harapan setiap guru agar siswa
dapat mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Banyak guru yang pada saat ini hanya bisa
menjalankan tugasnya sebagai seorang pengajar tetapi tidak bisa menjadi seorang pendidik bagi
siswa-siswanya. Oleh karenanya, banyak siswa yang menunjukan tidak dapat mencapai hasil
belajar sebagaimana yang diharapkan meskipun telah diusahakan dengan sebaik-baiknya oleh
guru.

Guru merupakan bersumber daya manusia yang potensial bagi pengembangan kreativitas
siswa dalam berbagai aspek. Seorang guru mempunyai kewajiban membentuk siswa mencapai
kewaspadaannya masing-masing, hal ini merupakan salah satu ciri keberhasilan tujuan pendidik
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik
menduduki peringkat teratas, artinya setiap guru harus memahami fungsi terhadap pelayanan
peserta didik. Letak pertisipasi aktif guru dalam pelayanan peserta didik tercermin dalam
kegiatan proses pendidikan yang berlangsung selama kegiatan pendidikan itu terjadi.

1.2. Identifikasi Masalah

Salah satu tujuan pendidikan adalah menghasilkan para lulusan yang berkualitas. Tinggi
rendahnya kualitas pendidikan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Antara lain faktor kesulitan
belajar siswa dan peran guru dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran berhasil dengan
baik apabila seluruh komponen yang terlibat dalam proses tersebut dapat dijadikan salah satu
sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan untuk menilai proses maupun hasil belajar
secara nyata.

1.3. Rumusan Masalah

Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain :


1.Bagaimana peranan siswa dalam belajar?

2.Apa saja gejala kesulitan siswa dalam belajar?

3.Apa yang melatar belakangi kesulitan siswa belajar?

4.Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proses belajar?

5.Bagaimana peran guru dalam proses pembelajaran?

6. Apakah metode pembelajaran inkuiri dapat dilakukan demi meningkatkan kemajuan belajar
murid?

1.4. Batasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas dalam makalah ini tidak melebar, maka penulis membatasi
permasalahan hanya dalam tatanan kesulitan siswa dalam proses belajar dan bagaimana peran
guru selaku seorang pendidik untuk mengatasi permasalahan tersebut dan apakah metode
pembelajaran ikuiri tepat untuk dilakukan.

1.5. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan makalah ini adalah :

Menjelaskan mengenai faktor yang mempengaruhi kesulitan siswa dalam proses belajar di
SMA/K.

Menjelaskan latar belakang kesulitan belajar siswa yang terjadi di SMA/K.

Menjelaskan peran guru dalam pelayanan peserta didik.

Menjelaskan mengenai peran siswa dalam proses kegiatan belajar.

Menjelaskan mengenai gejala siswa dalam kegiatan belajar.

Menjelaskan mengenai metode pembelajaran Inkuiri terhadap murid.

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1.Pengertian Belajar

Crobach (1954), mengatakan bahwa belajar ditunjukan oleh suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil dari pada pengalaman.
Sartain (1973), belajar ialah suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Crow and Crow (1958), belajar adalah memperoleh kebiasaan-kebiasaan pengetahuan dan
sikap.C.T. Morgan, memberi definisi belajar ialah perubahan tingkah laku yang relative menetap
sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman lampau.

Jadi dari pendapat-pendapat beberapa ahli di atas mengenai pengertian belajar trdapat
beberapa kesamaan yang menyatakan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku
sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain
pendapat para ahli di atas belajar dapat diartikan pula sebagi aktivitas pengembangan diri melalui
pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar di bawah bimbingan pengajar (guru).

2.2.Proses Belajar

Mengenai proses bagaimana perbuatan belajar itu terjadi, Crobach (1954) mengemukakan ada
tujuh aspek atau elemen dalam proses belajar. Ketujuh elemen ini merupakan langkah-langkah
atau proses belajar yang berlangsung dalam diri individu. Ketujuh elemen proses belajar tersebut
ialah sebagai berikut.

Tujuan

Artinya perbuatan belajar dimulai karena ada tujuan yang ingin dicapai da perbuatan ditujukan
untuk mencapai tujuan itu. Hal ini mengandung implikasi bahwa perbuatan belajar yang efisien
akan berlangsung jika dimulai dengan tujuan yang jelas. Siswa hendaknya menyadari dengan
jelas tujuan tersebut.

Kesiapan

Sewaktu tindakan dalam belajar diperlukan adanya kesiapan dalam diri individu (siswa) baik
kesiapan fisik maupun kesiapan mental. Kesiapan dapat diartikan sebagai sejumlah pola-pola
respon atau kecakapan tertentu yang diperlukan untuk suatu tindakan. Jadi bila siswa telah
sampai pada taraf kematangan tertentu, artinya siswa telah sampai taraf kematangan sosialnya,
maka siswa tersebut telah siap untuk melakukan fungsi-fungsi kegiatan sosial. Berhasil tidaknya
perbuatan belajar yang dilakukan individu akan banyak bergantung kepada kesiapan siswa. Para
pengajar seharusnya mengetahui tingkat kesiapan para siswa untuk perbuatan belajar.

Situasi

Aspek ketiga dari proses belajar ialah situasi yaitu seluruh obyek-obyek orang atau simbol-
simbol dalam lingkungan siswa. Situasi dapat pula diartikan sebagai kemungkinan yang
mempengaruhi respon siswa. Pengalaman siswa dalam suatu situasi akan mempengaruhi respon
siswa dalam situasi lain. Demikian proses belajar secara keseluruhan akan berlangsung dalam
situasi tertentu, dalam situasi ini terdapat beberapa kemungkinan untuk melakukan kegiatan
belajar. Penerapan dari prinsip ini ialah agar belajar dapat berhasil, maka situasi belajar
hendaknya diperhatikan.

Interprestasi (pengarahan)

Interprestasi dapat diartikan suatu proses pengarahan perhatian kepada bagian-bagian dalam
situasi, menghubungkannya dengan pengalaman-pengalaman masa lampau, kemudian
meramalkan apa yang dapat dilakukan dalam situasi tersebut dalam menyampaikan tujuan
belajar. Dalam perbuatan belajar kemampuan menafsirkan berbagai kemungkinan dari suatu
situasi adalah menentukan proses belajar.

Respon (tindakan)

Setelah siswa menafsirkan situasi yang dihadapinya, kemudian memilih dan melakukan suatu
tindakan yang dianggap paling memadai untuk tujuannya. Misalnya dalam situasi belajar
memecahkan suatu soal, dalam fase ini siswa melakukan tindakan-tindakan yang dianggap
paling memadai untuk memecahkan soal-soal itu setelah menafsirkan berbagai kemungkinan
dalam situasi yang dihadapi.

Akibat

Akibat merupakan fase yang selanjutnya akan dihadapi oleh siswa setelah melakukkan
responnya. Akibat yang akan dialami akan mempunyai berbagai kemungkinan, mungkin berhasil
dan mungkin gagal. Jika berhasil siswa akan merasa puas, dan kemudian merencanakan
kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan kemudian. Sebaliknya jika gagal, siswa akan merasa
kecewa dan selanjutnya akan memikirkan tindakan-tindakan yang akan dilakukannya kemudian.

Reaksi terhadap kegagalan

Pengalaman sukses dan gagal dalam proses belajar itu bersifat individual. Misalnya saja dalam
suatu ujian ada siswa yang sudah merasa berhasil kalau dia mendapat nilai enam, tetapi ada
siswa lain yang merasa mendapat nilai enam itu sebagai kegagalan dalam belajar. Reaksi
terhadap kegagalan ini tergantung kepada taraf keinginan atau taraf aspirasi siswa mengenai
prestasi belajarnya.

2.3. Metode Pembelajaran INKUIRI


Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang diawali dengan
kegiatan merumuskan masalah,
mengembangkanhipotesis,mengumpulkanbukti,mengujihipotesis,
menarikkesimpulansementara,danmengujikesimpulansementara
tersebutsampaipadakesimpulanyangdiyakinikebenarannya.Jadi, pembelajaran dengan inkuiri
menuntut siswa untuk menemukan sendiri atas pemecahan suatu masalah berdasarkan data-data
yang nyata hasil dari observasi atau pengamatannya.Siswa harus memproses informasi secara
mental untuk memahami makna dan
secaraaktifterlibatdalampembelajaran.Pembelajaranmodelinkuiri mewujudkan learning by doing
dan sejalan dengan teori konstruktivisme.

Trowbridge & Sund (1984:109) menyatakan bahwa:


“The essence of inkuiri teaching is arranging the learning environmentto facilitatate
student centered instruction and giving sufficient guidance to insure direction and
success in discovering scientificconcepts and prinsiples. One way a teacher helps a
student obtain a sense of direction and use his minda is through questioning. The art of
being a good conversationalist requires listening and insightful questions. A good
inkuiri orierted teacher excellent conversationalist. He listen well and asks appropriate
question assisting assisting individuals in organizing their thoughtsand
gaininginsight.”

Hal terpenting dalam mengajar melalui inkuiri adalah kemampuan


mengorganisasikan lingkungan pembelajaran untuk memfasilitasi kegiatan siswa serta
memberikan cukup bimbingan untuk memastikan setiap langkah kegiatan agar dapat
menemukan konsep dan prinsip.

Hasil penelitian I Ketut Neka (2015) menyatakan model pembelajaran inkuiri


terbimbing memberi peluang kepada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam menemukan
dan memanfaatkan sumberbelajar.Siswaakanmemperolehpengalamanlebihbermakna
dan apa yang dipelajari akan lebih kuat melekat dalam pikiran mereka. Hal ini
berdampak posiitif terhadap perolehan hasilbelajar siswa.

Guru melalui pembelajaran inkuiri terbimbing harus merancang pembelajaran


inkuiri yang melibatkan siswa secara aktif di mana pada proses awal pembelajaran guru
memberi banyak bimbingan kemudian secara teratur mengurangi frekuensi bimbingan.
Dengandemikian,siswadapatmenjadipenyelidikyangbaikdanpengetahuan ilmiahnya
dapatterpenuhi.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Siswa Dalam Belajar

Seperti yang telah dijelaskan dalam bab pendahuluan, bahwa siswa merupakan subyek
yang terlibat dalam proses belajar. Jadi siswa adalah pemeran utama dalam proses belajar, dalam
hal ini terdapat banyak keunikan yang terjadi pada diri siswa. Ada siswa yang cepat dalam
belajar, ada yang lambat, ada yang kreatif, dan bahkan ada pula siswa yang tergolong gagal
(drop-out). Semua itu terjadi karena latar belakang keunikan individu masing-masing. Oleh
karena itu pengenalan terhadap karakteristik para siswa sangat perlu. Beberapa karakteristik
siswa dalam belajar antara lain.

1. Cepat dalam belajar

Siswa yang tergolong cepat, pada umumnya dapat menyelesaikan proses belajar dalam waktu
yang lebih cepat dari yang diperkirakan. Mereka dapat mudah menerima materi pelajaran.
Dilihat dari tingkat kecerdasannya, pada umumnya anak ini tergolong anak genius atau gifted
(sangat cerdas) dengan nilai IQ diatas 130. karena cepatnya dalam belajar, maka golongan ini
sering mengalami kesulitan karena pada umumnya kegiatan belajar di sekolah menggunakan
ukuran rata-rata. Salah satu usaha untuk membantu mereka dengan menempatkan pada kelas
khusus atau dengan memberikan tugas-tugas tambahan.

2. Lambat belajar

Siswa yang tergolong lambat pada umumnya lebih lama dari waktu yang diperkirakan untuk
anak-anak normal. Sebagai akibatnya, siswa-siswa golongan ini sering tertinggal dalam proses
belajar, hal ini yang sering menjadi salah satu sebab siswa tidak naik kelas. Dilihat dari tingkat
kecerdasannya, pada umumnya siswa golongan lambat belajar memiliki kecerdasan di bawah
rata-rata. Siswa golongan ini memerlukan perhatian khusus antara lain melalui penempatan pada
kelas-kelas khusus atau pelajaran-pelajaran tambahan dalam program pengajaran remedial.

3. Siswa kreatif

Siswa kreatif ini umumnya dari golongan siswa yang cepat dalam belajar, tetapi banyak juga
yang berasal dari golongan siswa normal (rata-rata). Anak golongan ini menunjukan kreatifitas
dalam kegiatan-kegiatan tertentu. Anak golongan ini selalu ingin menyelesaikan masalah, berani
menanggung resiko yang sulit sekalipun, kadang-kadang lebih senang bekerja sendiri dan
percaya pada kemampuan diri sendiri. Dalam kegiatan belajar siswa golongan ini lebih mampu
menemukan masalah-masalah dan mampu memecahkan masalah. Sekolah perlu memberikan
kesempatan seluas-luasnya kepada golongan siswa ini.
4. Drop-out (putus belajar)

siswa yang tergolong drop-out ialah mereka yang tidak berhasil menyelesaikan studinya atau
gagal dalam kegiatan belajar. Sebab dari drop-out ini banyak, disamping sebab yang terletak
pada diri siswa itu sendiri, juga terdapat sebab-sebab lain seperti motivasi, lingkungan
masyarakat, keluarga dan lain sebagainya. Masalah yang dihadapi ialah bagaimana membantu
golongan drop-out ini, agar mereka pun dapat menjadi warga masyarakat yang produktif.

5. Underachiever

Siswa yang tergolong underachiever adalah siswa yang memiliki taraf intelegensi yang tergolong
tinggi, akan tetapi prestasi belajar yang dicapainya tergolong rendah (dibawah rata-rata). Secara
potensial siswa yang memiliki taraf intelegensi yang tinggi mempunyai kemungkinan yang
cukup besar untuk memperoleh prestasi yang tinggi, akan tetapi prestasi belajarnya berada pada
golongan di bawah rata-rata. Timbulnya gejala ini berkaitan dengan motivasi, minat, sikap dan
kebiasaan belajar. Siswa dari golongan ini memerlukan perhatian yang sebaik-baiknya dari para
guru dan terutama para petugas bimbingan di sekolah.

3.2. Gejaja Kesulitan Belajar di Sekolah

Kesulitan belajar merupakan suatu gejala yang nampak dalam berbagai jenis kenyataan.
Pemahaman ini merupakan dasar dalam usaha memberikan bantuan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar.

Beberapa ciri tingkah laku yang merupakan pernyataan gejala kesulitan belajar :

1. Menunjukan hasil belajar yang rendah.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan.

3. Lambat dalam menerima tugas-tugas kegiatan belajar.

4. Menunjukan sikap-sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura, dusta dan sebagainya.

5. Menunjukan tingkah laku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, dan
sebagainya.

6. Menunjukan gejala emosional yang kurang wajar, seperti pemurung, mudah tersinggung,
pemarah, dan sebagainya.
3.3. Latar Belakang Kesulitan Belajar

Seperti telah dikatakan sebelumnya bahwa yang dihadapi oleh guru di sekolah berupa gejala atau
manifestasi adanya kesulitan belajar dalam bentuk-bentuk tingkah laku. Gejala-gejala yang
nampak merupakan akibat dari sebab atau latar belakang tertentu. Demikian pula kesulitan
belajar yang dihadapi oleh siswa di sekolah, senantiasa berakar dari suatu latar belakang tertentu
sebagai penyebabnya. Dalam usaha membantu siswa sudah tentu latar belakang kesulitan belajar
hendaknya dipahami terlebih dahulu.

3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kegiatan Belajar

Faktor yang terletak dalam diri siswa (faktor intern) :

1. Kurangnya kemampuan dasar yang dimiliki oleh siswa.

2. Kurangnya bakat khusus untuk situasi belajar tertentu.

3. Tidak adanya motivasi atau dorongan untuk belajar.

4. Situasi pribadi terutama emosional yang dihadapi siswa-siswa tertentu.

5. Faktor jasmani seperti cacat tubuh, gangguan kesehatan, gangguan penglihatan, dan
sebagainya.

Faktor bawaan (herediter) seperti buta warna, kidal, dan sebagainya.

Faktor yang terletak diluar diri siswa (faktor ekstern) :

1. Lingkungan sekolah yang kurang memadai bagi situasi belajar anak, seperti cara
mengajar, sikap guru, kurikulum, perlengkapan belajar, dan sebagainya.

2. Situasi lingkungan sosial yang mengganggu keadaan siswa, seperti pengaruh negatif dari
pergaulan, situasi masyarakat yang kurang kondusif, gangguan kebudayaan modern
seperti film dan sinetron, dan sebagainya.

3.5. Peran Guru Dalam Pembelajaran

Partisipasi guru dalam pelayanan peserta didik sudah merupakan kewajiban dan tanggun jawab
guru secara formal. Pelayanan peserta didik perlu penanganan secara serius, karena siswa adalah
warga sekolah yang menjadi tujuan akhir sebagai ”output” atau lulusan yang perlu dipertahankan
kualitas lulusannya. Masalah yang dihadapi di berbagai sekolah adalah ketidakseimbangan
antara keinginan siswa dan program sekolah. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
pelayanan peserta didik di sekolah sebagai berikut :
1. Kehadiran siswa dan masalah-masalahnya.

2. Perkembangan kreativitas, bakat, dan minat siswa.

3. Keikutsertaan dalam memilih sekolah sebagai lembaga pendidikan di mata siswa untuk
memperoleh pengetahuan, pengalaman, keterampilan secara langsung melalui proses
belajar.

4. Sikap mandiri serta disiplin diri, percaya diri bahwa diri siswa mempunyai potensi positif
yang dapat dikembangkan.

5. Pembentukan moral dan etika sebagai seorang siswa.

6. Kebutuhan siswa dalam menghadapi kesulitan belajar.

Guru profesional dalam memberikan bantuan kepada siswa perlu memperhatikan berbagai faktor
dan kondisi siswa secara normal. Pertimbangan psikologis pada guru biasanya sudah tampak,
guru selalu memperhitungkan jalan keluar yang paling baik demi terwujudnya tujuan pendidikan
karena guru dan siswa merupakan satu kesatuan yang utuh. Dengan demikian partisipasi guru
dalam pelayanan terhadap siswa perlu memperhatikan kebutuhan siswa secara umum,
diantaranya. :

1. Penyesuaian bidang studi yang akan dipelajari.

2. Identifikasi terhadap pribadi siswa.

3. Kesulitan dalam mencerna materi pelajaran.

4. Memilih bakat, minat, dan kegemaran.

5. Membantu menelaah situasi pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi.

6. Memberikan gambaran situasi pendidikan secara terpadu.

7. Menentukan langkah apa yang perlu ditempuh jika menemukan kesulitan belajar.

8. Kesukaran penyesuaian diri dengan lingkungan.

9. Identifikasi hambatan fisik, mental dan emosi.

Guru sebagai faktor sentral harus secara aktif menghadiri situasi kelas secara continue.
Perkembangan siswa memerlukan layanan atau bimbingan. Hal ini menuntut guru untuk lebih
mengenal situasi dn perkembangan kebutuhan siswa.
3.6. Pengunaan Metode pembelajaran inkuiri

Pembelajaran inkuiri terjadi apabila para pembelajar diminta untuk mendapatkan


sesuatu.Seorang guru lebih memilih mengajukan pertanyaan tentang sesuatu daripada
menyebutkannya. Menurut Cruickshank, dkk, setidaknya ada 3 maksud guru
menggunakan inkuiri adalah: Pertama, mengharapkan pembelajar mengetahui
bagaimana berpikir dan mendapatkan sesuatu untuk mereka.
Sebaliknyamerekatidakdiharapkanmenjadikurangdependenatau mandiri dalam
menerima penngetahuan dari para guru dan kesimpulan yang diperoleh orang lain.
Kedua, mengharapkan pembelajar mengenali bagaimana pengetahuan diperoleh.Hal ini
berarti para guru mengharapkan para siswa belajar melalui mengumpulkan (collecting),
mengorganisasi (organizing), dan
menganalisainformasi(analyzinginformation)untuksampaikepada kesimpulan sendiri.
Ketiga, para guru menginginkan siswa menggunakan kemampuan tertinggi dalam
berpikir (highest-order
thinkingskill)yaknikemampuanmenganalisa(analyze),mensintesis (synthesize) dan
menilai(evaluate).

Menurut Sandra L. Laursen, dkk. (2014). menyatakan bahwa


pembelajaranberbasisinkuirimemilikikelebihanyangsangatberarti
dalammendorongkolaborasidanketerlibatansiswa.Rahmatsyah& Simamora (2011)
dalam penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing
memiliki tahapan pembelajaran yang membangkitkan keaktifan siswa sehingga selain
aktivitas meningkat, hasil belajar juga meningkat. Interaksi melalui kegiatan diskusi
juga akan melatih siswa, untuk mengembangkan kepekaan sosialnya, karena siswa
memiliki lebih banyak kesempatan untuk
meningkatkankomunikasidankemampuanberpikir.

KarakteristikModelPembelajaranInkuiriTerbimbing
I. KarakteristikModelPembelajaranInkuiriTerbimbing
Menurut Sanjaya (2014), ada beberapa hal yang menjadi karakteristik utama
dalam pembelajaran inkuiri, yaitu:
1. Inkuirimenekankankepadaaktivitassiswasecaramaksimaluntu mencari
dan menemukan. Siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran
melalui penjelasan guru secara verbaldidalam proses pembelajaran, tetapi
siswa juga berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran
itu sendiri.
2. Seluruhaktivitasyangdilakukansiswadiarahkanuntukmencari dan
menemukan jawaban sendiri dan sesuatu yang
dipertanyakan,sehinggadiharapkandapatmenumbuhkansikap percaya diri
(self belajar). Dengan demikian, metode
pembelajaraninkuirimenempatkangurusebagaisumberbelajar
akantetapisebagaifasilitatordanmotivatorbelajarsiswa.
3. Tujuan dari penggunaan inkuiri dalam pembelajaran adalah
mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis
dankritisataumengembangkankemampuanintelektualsebagai bagian dari
proses mental. Siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi
pelajaran dalam metode inkuiri, akan tetapi bagaimana siswa dapat
menggunakan kemampuan yang dimilikinya secaraoptimal.

Lebih lanjut, National Science Educational Standard (NRC, 2000)


menyatakan lima ciri esensial dari inkuiri, antara lain.

a. Siswa tertarik pada pertanyaan-pertanyaan yang berorientasi ilmiah


Pertanyaan-pertanyaan berorientasi ilmiah berpusat pada objek,
organisme dan peristiwa-peristiwa di alam. Guru memiliki peran penting
dalam membimbing identifikasi pertanyaan, khususnya ketika pertanyaan
tersebut berasal dari para siswa. Inkuiri yang berhasil berawal dari
pertanyaan-pertanyaan bermakna dan relevan bagi para siswa, namun
dapat menjawab juga melalui
pengamatandanpengetahuanilmiahyangdiperolehdarisumber- sumber
yangterpercaya
b. Siswamemberikanprioritasterhadappembuktianyangmembuat mereka
mengembangkan dan mengevaluasi penjelasan-penjelasan terhadap
pertanyaan-pertanyaan berorientasiilmiah.
Akurasi dari pengumpulan bukti diverifikasi dengan mengecek
pengukuran, mengulang pengamatan, atau mengumpulkandata- data
berbeda yang berkaitan dengan fenomena yang
sama.Buktiadalahsubyekdaripertanyaandanpenyelidikanlebihlanjut.Para
siswa menggunakan bukti untuk mengembangkan penjelasan
terhadapfenomenailmiahdidalamkelasinkuiri.
c. Siswa menyusun penjelasan dari bukti terhadap pertanyaan- pertanyaan
berorientasiilmiah.
Penjelasan-penjelasan ilmiah harus konsisten dengan bukti dari
percobaandanpengamatantentangalam.Penjelasanadalahcara untuk
mempelajari tentang apa yang belum dikenal dengan menghubungkan
hasil pengamatan dengan yang sudah lebih
dahuludiketahui.Bagiparasiswa,haliniberartimembangunide-
idebarudiataspemahamansiswayangsekarang.
d. Siswa mengevaluasi penjelasannya berdasarkan penjelasan- penjelasan
alternatif, khususnya yang mereflesikan pemahaman ilmiah.
Penjelasan-penjelasanalternativemungkinditinjauulangsetelah
parasiswaberdiskusi,membandingkanhasilataumengecekhasil
merekadenganyangdiajukanolehguruataumateri.
e. Siswaberkomunikasidanmenilaipenjelasanyangmerekaajukan.
Mengkomunikasikan penjelasan dengan meminta siswa untuk berbagi
pertanyaan akan membuka kesempatan pafda siswa lain untuk
bertanya,memeriksa bukti, dan menyarankan beberapa penjelasan
alternative dari pengamatan yang sama. Berbagai penjelasan dapat
memcahkan kontradiksi dan memantapkan sebuah argument
berdasarkanempirik.
Pembelajaran yang hanya berpusat pada guru (teacher centered) menjadikan
siswa relatif pasif karena pembelajaran hanya didominasi oleh guru. Materi yang
didapat siswa hanya berupa hafalan jangka pendek.Proses Pembelajaran yang
berorientasi terhadap target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetensi
mengingat jangka pendek, namun gagal dalam membekali siswa memecahkan
persoalan-persoalan dalam kehidupanjangkapanjang(Depdiknas,2006).Hal-
haltersebutsudah seharusnya segera dikoreksi guru karena proses
belajaryangseharusnyaberlangsungadalahprosesyangsebagaimanaditekankan
olehalirankonstruktivismeyaitulebihditekankanpadaketerlibatan aktif peserta didik
melalui pendekatan proses mental untuk
mengkonstruksidanmentransformasikanpengetahuannya.

Sebagai fasilitator peranan guru dalam pembelajaran adalah menstimulasi dan


memotivasi siswa, mendiagnosis dan mengatasi kesulitan siswa, serta menyediakan
pengalaman untuk menumbuhkan pemahaman siswa. Guru harus menyediakan dan
memberikan kesempatan sebanyak mungkin kepada siswa untuk belajar secara aktif,
Sehingga para siswa dapat menciptakan, membangun, mendiskusikan,
membandingkan, bekerja sama, dan melakukan eksperimen dalam kegiatanbelajarnya.

Menurut Rahayu dan Nuryata (2012;171) tugas guru sebagi


fasilitatoradalaha)menjadikanpengetahuanbermaknadanrelevan bagi peserta didik, b)
memberi kesempatan bagi peserta didik
menemukandanmenerapkanidenyasendiri,c)menyadarkanpeserta
didikagarmenerapkanstrategimerekasendiridalambelajar.Model
pembelajaranyangdikembangkanharusdikemasdengancukupbaik agar proses
pembelajaran berjalan dengan aktif, inovatif, kreatif, efektif, danmenyenangkan.

Pembelajaran IPA di sekolah dasar sangat berkaitan dengan alam maupun


lingkungan sekitar, Pembelajaran akan efektif dan mencapai sasaran jika melibatkan
fenomena yang terjadi di lingkungansekitarsiswadalamkehidupannyatasehari-
hari(Hastuti, 2010:191).Untukituperludikembangkanmodelpembelajaranyang
memberikan siswa kesempatan untuk melakukankegiatan-kegiatan nyata yang
memancing kreatifitas siswa dalam menemukan ide-ide baru dalam
prosespembelajaran.

Selain penggunaan model pembelajaran minat belajar siswa merupakan salah


satu faktor penentu keberhasilan pembelajaran. Terdapatfaktor-
faktoryangberinteraksidalampembelajaran,faktor siswa dengan segala karakteristiknya
sebagai titik sentral dalam
pembelajarandanfaktorgurusebagaiinstrumentinputdalamprosespembelajaran, karena
siswa yang mengalami pembelajaran maka siswa pulalah yang harus bertanggung
jawab atas pembelajaran dirinya (Marhaeni, 2012).

II. Jenis-jenisModelPembelajaranInkuiri
1. Inkuiri terbimbing (Guidedinkuiri)
Inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang belum mempunyai
pengalaman belajar dengan metode inkuiri. Guru memberikan bimbingan
dan pengarahan yang cukup luas.
Bimbinganlebihbanyakdiberikanpadatahapawaldansedikitdemi sedikit
dikurangi sesuai dengan perkembangan pengalaman
siswa.Sebagiaanbesarperencanaandibuatolehgurudanparasiswa tidak
merumuskanmasalah.
Inkuiri terbimbing berorientasi pada aktivitas kelas yang berpusat
pada siswa dan memungkinkan siswa belajar memanfaatkan berbagai
sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai sumber belajar.
Siswa secara aktif akan terlibat dalam proses mentalnya melalui kegiatan
pengamatan, pengukuran, dan pengumpulan data untuk menarik suatu
kesimpulan. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing siswa secara aktif
dalam proses pembelajaran yaitu melalui dari perencanaan, pelaksanaan,
sampai proses evaluasi. Dengan menerapkan pembelajaran berbasis inkuiri
akan memacu keingintahuan siswa dalam menemukan hal-hal yang ingin
diketahui siswa.
b. Inkuiri bebas (freeinkuiri)
Siswa melakukan sendiri penelitian seperti seorang ilmuan pada
inkuiri bebas.Siswa harus dapat mengidentifikasi dan merumuskan masalah
berbagai topik permasalahan yang hendak
diselidikimadapembelajaran.metodeyangdigunakanadalahinkuiri role
approach yang melibatkan siswa dalam kelompok tertentu, setiap anggota
kelompok memiliki tugas sebagai misalnya sebagai koordinator kelompok,
pembimbing teknis, pencatatan data dan pengevaluasianproses.
ModelinkuirididefinisikanolehPiaget(SunddanTrowbridge,
1973)sebagaipembelajaranyangmempersiapkansituasibagianak untuk
melakukaneksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang
terjadi, inginmelakukan sesuatu, ingin menggunakan simbul-simbul dan
mencari jawaban ataspertanyaan sendiri,
menghubungkanpenemuanyangsatudenganpenemuanyanglain,
membandingkanapayangditemukandenganyangditemukanorang lain.
Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inkuiri sebagai
pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-
peristiwadangejala-gejalailmiahdenganpendekatandanjiwapara
ilmuwan.Pengajaranberdasarkaninkuiriadalahsuatustrategiyang
berpusatpadasiswadimanakelompok-kelompoksiswadihadapkan pada suatu
persoalan atau mencarijawaban terhadap pertanyaan pertanyaan di dalam
suatu prosedur dan strukturkelompok yang digariskan secara jelas
(Hamalik,1991).
c. Inkuiri bebas yang dimodifikasi(modified free inkuiri)
Gurumemberikanpermasalahandankemudiansiswadiminta
memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi,danprosedurpadapembelajaranberbasisinkuiri.Untuk itu guru
dituntut harus mampu merancang dan melaksanakan proses pembelajaran
dengan tepat. Setiap siswa memerlukanbekal pengetahuan dan kecakapan
agar dapat hidup di masyarakat dan bekal ini diharapkan diperoleh melalui
pengalaman belajar di sekolah.Oleh sebab itu pengalaman belajar di sekolah
sedapat mungkinmemberikanbekalsiswadalammencapaikecakapanuntuk
berkarya.Kecakapan ini disebut dengan kecakapan hidup yang
cakupannyalebihluasdibandinghanyasekadarketerampilan.
Meador (2010) dan Windschitl (2002) membagi inkuiri
menjadibeberapalevelinkuiridarilevelyangpalingrendahhingga
levelyangpalingtinggiberdasarkanpenerapannyayangditunjukkan pada table
dibawahini.

Table 8.1 Level Pembelajaran Inkuiri


Level Inkuiri Deskripsi Yang diberikan
pada siswa
Confirmation Siswa memastikan prinsip Masalah,
melalui aktivitas yang prosedur dan
hasilnya telah diketahui solusi
terlebih dahulu
Structures Inkuiri Siswa menyelidiki Masalahdan
pertanyaan yang prosedur
disajikan guru melalui
prosedur yang
ditentukan
Guided Inkuiri Siswa menyelidiki Masalah
pertanyaan yang
disajikan oleh guru
dengan menggunakan
rancangan dan
prosedur penelitian
yang dibuat siswa
Open Inkuiri Siswamenyelidikitopicya Topik
ng berhubungan dengan
pertanyaan yang
dirumuskan melalui
rancangan/proseduryang
dibuat prosedur siswa
(Sumber: Meador, 2010 dan Windschintl, 2002)

Secara umum Kuhlthau (2007) mengatakan bahwa inkuiri terbimbing (guided


inkuiri) membantu siswa untuk berlatih dalam sebuah tim, mengembangkan
kompetensi dalam penelitian,
pengetahuan,motivasi,pemahamanbacaan,perkembanganbahasa, kemampuan menulis,
pembelajaran kooperatif dan ketrampilan sosial.
Hasil penelitian Laela Ngasarotur (2015) menyebutkan bahwa model
pembelajaran inkuiri terbimbing berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar fisika
siswa diantaranya yaitu: Terlaksananya langkah-langkah kegiatan dengan model inkuiri
terbimbing dalam proses pembelajaran, permasalahan yang disajikan dalam LKS
mampu membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa, alat-alatpraktikum yang
menunjang kegiatan pembelajaran dan adanya kesempatan siswa untuk
mengkomunikasikan hasil diskusi

Terdapatenamprinsipdalaminkuiriterbimbing(gudedinkuiri)
(Kuhlthau,2007)antaralainsebagaiberikut:1)siswabelajarsecara aktif mengehubungkan
dan bercermin dari pengalaman; 2) siswa
belajardenganmembangunpengetahuandariapayangmerekasiap ketahui; 3) siswa
mengembangkan berpikir tingkat tinggi melalui berpikir kritis dalam proses belajar; 4)
siswa mempunyai cara berbeda dalam belajar; 5) siswa belajar melalui interaksi sosial
dengan siswa lainnya; dan 6) siswa belajar melalui pedoman dan
pengalamanyangsesuaidenganperkembangankognitifmereka.

Pendekatanmodelpembelajaraninkuiriterbimbingpadasiswa
yangmemilikiminatbelajartinggimemberikanpeluangkepadasiswa untuk bisa
mengeksplorasikan kemampuannya sehingga pada saat proses pembelajaran terjadi
siswa mampu mengembangkan kemampuanyangmerekamilikisecaraoptimal.

III. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Penggunaaninkuiriterbimbing(guidedinkuiri)memilikibeberapa
keuntunganuntuksiswa(Kuhlthau,2007)antaralain.
1. Siswa dapat mengembangkan ketrampilan bahasa, membaca
dan ketrampilansosial
2. Siswa dapat membangun pemahamansendiri
3. Siswamendapatkebebasandalammelakukanpenelitian
4. Siswadapatmeningkatkanmotivasibelajardanmengembangkan strategi
belajar untuk menyelesaikanmasalah
Selain itu, penggunaan inkuiri terbimbing (guided inkuiri) juga
mempunyai beberapa kelemahan antara lain.
a. Prosespembelajaranmembutuhkanwaktuyanglebihlama
b. Inkuiri terbimbing (guided inkuiri) sering bergantung pada kemampuan
matematika siswa, kemampuan bahasa siswa,
ketrampilanbelajarmandiridanself-management
c. Siswa yang aktif mungkin tetap tidak paham atau mengenali konsep
dasar, aturan dan prinsip, serta siswa sering kesulitan untuk membuat
pendapat, membuat hipotesis, membuat
rancanganpercobaandanmenarikkesimpulan.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN

Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu proses pembelajaran yang diawali


dengan kegiatan merumuskan masalah,
mengembangkanhipotesis,mengumpulkanbukti,mengujihipotesis,
menarikkesimpulansementara,danmengujikesimpulansementara
tersebutsampaipadakesimpulanyangdiyakinikebenarannya.Jadi, pembelajaran dengan
inkuiri menuntut siswa untuk menemukan sendiri atas pemecahan suatu masalah
berdasarkan data-data yang nyata hasil dari observasi atau pengamatannya.Siswa harus
memproses informasi secara mental untuk memahami makna dan
secaraaktifterlibatdalampembelajaran.Pembelajaranmodelinkuiri mewujudkan learning
by doing dan sejalan dengan teori konstruktivisme.

SARAN
Sebaiknya kita sebagai pelajar haruslah menamkan rasa semangat belajar yang
kuat. Kita juga harus lebih fokus pada tujuan utama kita. Adapun yang harus kita
lakukan ketika kita menjadi pengajar adalah harus lebih memperhatikan sifat dan
karakteristik anak didik kita. Hal itu bertujuan untuk membantu kita dalam memberikan
pelajaran kepada anak didik tersebut. Karena cara memahami orang lain itu beda beda.
Kita sebagai pengajar tak boleh menekankan anak didik kita untuk dapat mengikuti
pelajaran kita sesuai keinginan kita. Kita harus memperhatikan keinginan anak didik
kita juga.
DAFTAR PUSTAKA

Thamrin, Husni, Pendidikan: Dinamika dan Problematika, Pekanbaru: Suska Press, 2009.

Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan, Jakarta:


Kencana, 2007.

Wena, made,  Strategi Pembelajaran Inovatif  Kontemporer, Jakarta: Bumi Akasara, 2009.

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/model-pembelajaran-kolaboratif-murder/

http://suksesbersamasukarto.blogspot.com/2010/03/strategi-pembelajaran-inkuiri-spi.html

Surya Dharma, Strategi Pembelajaran Dan Pemilihannya, Jakarta :Ditjen PMPTK, 2008

Anda mungkin juga menyukai