Anda di halaman 1dari 23

TUGAS KELOMPOK

RUANG LINGKUP TUGAS DAN FUNGSI SEORANG GURU SEBAGAI


PELAKSANA KURIKULUM
MATA KULIAH : KURIKULUM PENDIDIKAN MIPA

DISUSUN OLEH KELOMPOK 12


KELAS : SABTU A MIPA 2A 2021/2022

NO NAMA NPM
1. Dewi Fatimah 20207279126
2. Dani Suhayat 20207279053
3. Adhy Winaktu 20207279054

FAKULTAS PASCA SARJANA PENDIDIKAN MIPA


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
JAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Assalamulaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh


Maha suci Allah dan segala puji hanya milik-Nya.Penggenggam segala
sesuatu yang telah memberikan kemudahan kepada hamba-hamba-Nya dalam
melakukan segala aktivitas. Shalawat beserta salam semoga di limpahkan selalu
kepada sebaik-baiknya manusia yaitu Nabi Muhammad, dan kepada para
sahabatnya, keluarganya, Thabi‟in, Thabi‟ut-thabiin dan pada umatnya yang tetap
berpegang teguh memegang risalahnya.
Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah Allah , kami dapat menyelesaikan
penulisan tugas makalah berjudul “Ruang Lingkup Tugas Dan Fungsi Seorang
Guru Sebagai Pelaksana Kurikulum” ini sesuai dengan waktu yang telah di
tentukan Fakultas Pasca Sarjana Pendidikan MIPA Universitas Indraprasta PGRI
Jakarta .
Kami menyadari penulisan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
banyak kekurangan.untuk itu dengan segala kerendahan hati kami mengharapkan
kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat membangun. Semoga segala
partisipasi dan bantuan dari semua pihak dalam penyusunan makalah ini baik itu
secara materil ataupun formil menjadi amal ibadah di sisi Allah ldan mendapat
balasan yang tak terhingga. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami khususnya dan umumnya bagi seluruh mahasiswa.
Wassalamu‟alaikum Warohmatullohi. Wabarokatuh.

Jakarta, April 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................ 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Guru................................................................................................ 7
1. Profesi guru .............................................................................. 7
2. Pengertian guru ........................................................................ 7
3. Tugas dan Fungsi guru Guru .................................................... 8
B. Kurikulum ...................................................................................... 10
1. Kurikulum 2013 ....................................................................... 10
BAB III PEMBAHASAN
A. Kegiatan Guru Dalam Merencanakan Kurikulum ......................... 14
B. Kegiatan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum ........................... 16
C. Kegiatan Guru dalam Menilai Kurikulum ..................................... 16
D. Kegiatan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum........................... 17
E. Kegiatan Guru dalam Menilai Kurikulum ..................................... 17
BAB IV SIMPULAN
A. Simpulan ........................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat
dipisahkan. Sebagai suatu rencana atau program, kurikulum tidak akan
bermakna manakala tidak diimplementasikan dalam bentuk pembelajaran.
Demikian juga sebaliknya, tanpa kurikulum yang jelas sebagai acuan, maka
pembelajaran tidak akan berlangsung secara efektif. Persoalan tentang
bagaimana mengembangkan suatu kurikulum, bukanlah hal yang mudah dan
tidak sesederhana yang kita bayangkan. Dalam pengembangan kurikulum ada
komponen-komponen kurikulum yang harus diperhatikan antara lain
komponen tujuan, komponen isi, komponen metode dan komponen evaluasi
Dalam pembahasan ini, lebih menitik beratkan pada komponen metode.
Dimana komponen metode merupakan komponen yang memiliki tugas sangat
penting, sebab berhubungan dengan implementasi kurikulum. Metode
meliputi rencana, dan tugasgkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Upaya untuk mengimplementasikan rencana yang sudah
disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara
optimal, dinamakan metode.
Kaitannya dengan pembelajaran, ada yang disebut metode pembelajaran.
Metode pembelajaran merupakan adalah pola umum rencana interaksi antara
siswa dengan guru dan sumber belajar lainnya pada suatu lingkungan belajar
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dalam pembelajaran guru
memiliki tugas penting, karena guru yang berinteraksi langsung dengan
peserta didik (subjek kurikulum 2013)sehingga secara tidak langsung
kesuksesan untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 tergantung pada
keterampilan guru. Karena mereka mempunyai andil besar dalam menerapkan
kurikulum tersebut.
Pendidikan berintikan interaksi antara pendidik (guru) dan peserta didik
(siswa) untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Pendidik, peserta didik, dan

1
2

tujuan pendidikan merupakan komponen utama pendidikan. Ketiganya


membentuk suatu triangle, jika hilang salah satu komponen, hilang pulalah
hakikat pendidikan. Dalam situasi tertentu tugas guru dapat diwakilkan atau
dibantu oleh unsur lain seperti oleh media teknologi, tetapi tidak dapat
digantikan. Mendidik adalah pekerjaan professional, oleh karena itu guru
sebagai pelaku utama pendidikan merupakan pendidik professional.
(Sukmadinata, 2002 : 191).
Departemen pendidikan dan kebudayaan (1980) telah merumuskan
kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki guru dan mengelompokkannya
atas tiga dimensi umum kemampuan, yaitu; kemampuan professional,
kemampuan sosial, dan kemampuan personal (Arif, 2009: 130). Kemampuan
professional disini bukan hanya dalam penguasaan materi pelajaran, akan
tetapi juga memiliki dan mengetahui strategi, permainan edukasi, ide atau
sesuatu yang dapat menciptakan suasana aktif dalam pembelajaran yang
bermakna.
Adapun kemampuan sosial adalah; guru dapat berkomunikasi secara
efektif baik kepada peserta didik, teman-teman guru, kepala sekolah, orang tua
murid ataupun masyarakat sekitar. Dan yang terakhir adalah kemampuan
personal, dimana guru dituntut memiliki sikap dan penampilan yang positif,
karena seyogyanya guru adalah model bagi murid-muridnya, maka tidaklah
salah jika pepatah mengatakan "guru kencing berdiri, murid kencing berlari".
Berbicara tentang pengembangan kurikulum, penulis akan langsung
menjelaskan sedikit tentang definisi tersebut yakni, pengembangan kurikulum
adalah perencanaan kesempatan-kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk
membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai
sampai mana perubahan-perubahan itu telah terjadi pada diri siswa. (Hamalik,
2008 : 97) Jika diteliti lebih jauh, terdapat beberapa kata yang perlu
digarisbawahi yakni perencanaan, perubahan, dan menilai yang semua itu
berada di bawah tugas seorang guru. Adalah wajar jika guru menempati tugas
yang cukup penting dalam pengembangan kurikulum, karena seorang guru,
dialah orang yang paling mengerti dan mengetahui situasi dan kondisi hasil
3

belajar peserta didiknya serta bertanggung jawab penuh didalamnya. Kegiatan


pembelajaran yang dilakukan oleh guru berpangkal pada suatu kurikulum, dan
dalam proses pembelajaran guru juga berorientasi pada tujuan kurikulum.
Pada sisi lain, guru adalah pembelajar siswa, yang secara kreatif
membelajarkan siswa sesuai dengan kurikulum sekolah. Hal itu menunjukkan
bahwa dalam tugas pembelajaran dipersyaratkan agar guru memahami
kurikulum. (Dimyati, 209 : 288).
Kurikulum memegang tugasan penting dalam pendidikan, sebab
berkaitan dengan penentuan arah, isi dan proses pendidikan yang pada
akhirnya menentukan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Seiring
dengan perkembangan jaman dan tuntutan dari masyarakat, maka dunia
pendidikan harus melakukan inovasi dalam pendidikan. Inovasi pendidikan
akan berjalan dan mencapai sasarannya jika progam pendidikan tersebut
dirancang dan di implementasikan sesuai dengan kondisi dan tuntutan jaman.
Sebagai implikasi dari pentingnya inovasi pendidikan menuntut kesadaran
tentang tugasan guru.
Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah. Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga
profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab. Oleh karena tugas dan kedudukan yang
dibebankan pada guru, maka guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
4

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki


kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru
meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora)
DIY Kadarmanta Baskara Aji, "Kurikulum eksekusinya di tangan guru.
Karenanya guru bertugas besar dalam implementasinya,". Menurutnya, tugas
guru dalam mengaplikasikan kurikulum baru memang dibutuhkan saat ini.
Sebab kurikulum yang diterapkan pada peserta didik dibuat tidak hanya oleh
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) namun juga banyak
pihak, termasuk para guru. Maka dari itu, untuk mensukseskan penerapan
kurikulum tersebut, guru menjadi faktor yang paling dominan untuk
dilaksanakan. Para pendidik itulah yang mengetahui perkembangan ilmu dan
perubahan materi kurikulum yang dibutuhkan.
Menurut Murray tugas guru dalam kurikulum adalah sebagai berikut:
(Sumardi, 2009: 19) Pertama, sebagai implementers, guru bertugas untuk
mengaplikasikan kurikulum yang sudah ada. Dalam melaksanakan tugasnya,
guru hanya menerima berbagai kebijakan perumus kurikulum. Dalam
pengembangan kurikulum guru dianggap sebagai tenaga teknis yang hanya
bertanggung jawab dalam mengimplementasikan berbagai ketentuan yang ada.
Akibatnya kurikulum bersifat seragam antar daerah yang satu dengan daerah
yang lain. Oleh karena itu guru hanya sekadar pelaksana kurikulum, maka
tingkat kreatifitas dan inovasi guru dalam merekayasa pembelajaran sangat
lemah. Guru tidak terpacu untuk melakukan berbagai pembaruan. Mengajar
dianggapnya bukan sebagai pekerjaan profesional, tetapi sebagai tugas rutin
atau tugas keseharian.
Kedua, tugas guru sebagai adapters, lebih dari hanya sebagai pelaksana
kurikulum, akan tetapi juga sebagai penyelaras kurikulum dengan karakteristik
dan kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah. Guru diberi kewenangan untuk
menyesuaikan kurikulum yang sudah ada dengan karakteristik sekolah dan
kebutuhan lokal. Hal ini sangat tepat dengan kebijakan KTSP dimana para
5

tugascang kurikulum hanya menentukan standat isi sebagai standar minimal


yang harus dicapai, bagaimana implementasinya, kapan waktu
pelaksanaannya, dan hal-hal teknis lainnya seluruhnya ditentukan oleh guru.
Dengan demikian, tugas guru sebagai adapters lebih luas dibandingkan dengan
tugas guru sebagai implementers.
Ketiga, tugas sebagai pengembang kurikulum, guru memiliki
kewenganan dalam mendesain sebuah kurikulum. Guru bukan saja dapat
menentukan tujuan dan isi pelajaran yang disampaikan, akan tetapi juga dapat
menentukan strategi apa yang harus dikembangkan serta bagaimana mengukur
keberhasilannya. Sebagai pengembang kurikulum sepenuhnya guru dapat
menyusun kurikulum sesuai dengan karakteristik, visi dan misi sekolah, serta
sesuai dengan pengalaman belajar yang dibutuhkan siswa.
Keempat, adalah tugas guru sebagai peneliti kurikulum (curriculum
researcher). Tugas ini dilaksanakan sebagai bagian dari tugas profesional guru
yang memiliki tanggung jawab dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagai peneliti, guru memiliki tanggung
jawab untuk menguji berbagai komponen kurikulum, misalnya menguji
bahan-bahan kurikulum, menguji efektifitas program, menguji strategi dan
model pembelajaran dan lain sebagainya termasuk mengumpulkan data
tentang keberhasilan siswa mencapai target kurikulum. Metode yang
digunakan oleh guru dalam meneliti kurikulum adalah PTK dan Lesson Study.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat
dirumuskan masalahnya yaitu “Apa saja tugas guru, fungsi serta tanggung
jawab guru dalam pelaksanaan kurikulum”..

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
mempelajari tentang Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum serta
6

pembahasan yang mencakup ruang lingkup di dalamnya seperti profesionalisme


guru, peran, fungsi serta tanggung jawabnya dalam pendidikan sebagai bentuk
usaha pengembangan pendidikan.
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Guru
1. Profesi guru
Kata profesi idientik dengan kata keahlian. Jarvis via Yamin
(2007:3) mengartikan seseorang yang melakukan tugas profesi juga
sebagai seorang ahli (expert). Pada sisi lain, profesi mempunyai pengertian
seseorang yang menekuni pekerjaan berdasarkan keahlian, kemampuan,
teknik, dan prosedur berdasarkan intelektualitas.
Sardiman (2009: 133) berpendapat secara umum profesi diartikan
sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dalam science
dan teknologi yang digunakan sebagai tugasgkat dasar untuk
diimplementasikan dalam kegiatan yang bermanfaat. Pengertian profesi
menurut Sardiman ini dikuatkan dengan pengertian profesi menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Menurut KBBI (2005: 897), kata
profesi berarti bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian
(keterampilan, kejuruan, dan sebagainya) tertentu.
Dari beberapa pengertian mengenai istilah profesi menurut Javis,
Sardiman, dan KBBI, dapat disimpulkan bahwa profesi adalah suatu
pekerjaan yang memerlukan keterampilan khusus untuk melakukannya.
Karena dua kata kunci dalam istilah profesi adalah pekerjaan dan
keterampilan khusus, maka guru merupakan suatu profesi. Hal ini
dikuatkan dengan pendapat Uno. Menurut Uno (2008: 15), guru
merupakan suatu profesi, yang berarti suatu jabatan yang memerlukan
keahlian khusus sebagai guru dan tidak dapat dilakukan oleh sembarang
orang di luar bidang kependidikan.
2. Pengertian guru
Menurut Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang
SistemPendidikan Nasional Pasal 1, mengenai ketentuan umum butir 6,
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

7
8

dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,


dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan kata lain, dapat dikatakan
bahwa guru adalah pendidik.
Lalu, siapakah guru? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005:377), yang dimaksud dengan guru adalah orang yang pekerjaannya
(mata pencahariannya, profesinya) mengajar. Pengertian guru menurut
KBBI di atas, masih sangat umum dan belum bisa menggambarkan sosok
guru yang sebenarnya, sehingga untuk memperjelas gambaran tentang
seorang guru diperlukan definisi-definisi lain.
Suparlan dalam bukunya yang berjudul Menjadi Guru Efektif,
mengungkapkan hal yang berbeda tentang pengertian guru. Menurut
Suparlan (2008: 12), guru dapat diartikan sebagai orang yang tugasnya
terkait dengan upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dalam semua
aspeknya, baik spiritual dan emosional, intelektual, fisikal, maupun aspek
lainnya. Namun, Suparlan (2008:13) juga menambahkan bahwa secara
legal formal, guru adalah seseorang yang memperoleh surat keputusan
(SK), baik dari pemerintah maupun pihak swasta untuk mengajar.
Selain pengertian guru menurut Suparlan, Imran juga menambahkan
rincian pengertian guru dalam desertasinya. Menurut Imran (2010: 23),
guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus dalam
tugas utamanya seperti mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan menengah.
3. Tugas dan Fungsi guru Guru
Guru memiliki tugas yang sangat penting dalam pembelajaran.
Peserta didik memerlukan tugas seorang guru untuk membantunya dalam
proses perkembangan diri dan pengoptimalan bakat dan kemampuan yang
dimiliki peserta didik. Tanpa adanya seorang guru, mustahil seorang
peserta didik dapat mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Hal ini
9

berdasar pada pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang selalu


memerlukan bantuan orang lain untuk mencukupi semua kebutuhannya.
Mulyasa (2007: 37) mengidentifikasikan sedikitnya sembilan belas
tugas guru dalam pembelajaran. Kesembilan belas tugas guru dalam
pembelajaran yaitu, guru sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih,
penasehat, pembaharu (innovator), model dan teladan, pribadi, peneliti,
pendorong kreativitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah
kemah, pembawa cerita, aktor, emansivator, evaluator, pengawet, dan
sebagai kulminator.
Secara komprehensif sebenarnya guru harus memiliki keempat
kemampuan tersebut secara utuh. Meskipun kemampuan mendidik harus
lebih dominan dibandingkan dengan kemampuan yang lainnya. Dari sisi
lain, guru sering dicitrakan memiliki tugas ganda yang dikenal dengan
EMASLIMDEF ( educator, manager, administrator, supervisor, leader,
innovator, dinamisator, evaluator, dan fasilitator). EMASLIM lebih
merupakan tugas kepala sekolah. Akan tetapi, dalam skala mikro di kelas,
tugas itu juga harus dimiliki oleh para guru.
Educator merupakan tugas yang utama dan terutama, khususnya
untuk peserta didik pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP). Tugas
ini lebih tampak sebagai teladan bagi peserta didik, sebagai role model,
memberikan contoh dalam hal sikap dan perilaku, dan membentuk
kepribadian peserta didik.
Sebagai manager, pendidik memiliki tugas untuk menegakkan
ketentuan dan tata tertib yang telah disepakati bersama di sekolah,
memberikan arahan atau rambu-rambu ketentuan agar tata tertib di sekolah
dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh warga sekolah.
Sebagai administrator, guru memiliki tugas untuk melaksanakan
administrasi sekolah, seperti mengisi buku presensi siswa, buku daftar
nilai, buku rapor, administrasi kurikulum, administrasi penilaian dan
sebagainya. Bahkan secara administrative para guru juga sebaiknya
memiliki rencana mengajar, program smester dan program tahunan, dan
10

yang paling penting adalah menyampaikan rapor atau laporan pendidikan


kepada orang tua siswa dan masyarakat.
Tugas guru sebagai supervisor terkait dengan pemberian bimbingan
dan pengawasan kepada peserta didik, memahami permasalahan yang
dihadapi peserta didik, menemukan permasalahan yang terkait dengan
proses pembelajaran, dan akhirnya memberikan jalan keluar pemecahan
masalahnya.
Tugas sebagai leader bagi guru lebih tepat dibandingkan dengan
tugas sebagai manager. Karena manager bersifat kaku dengan ketentuan
yang ada. Dari aspek penegakan disiplin misalnya, guru lebih menekankan
disiplin mati. Sementara itu, sebagai leader guru lebih memberikan
kebebasan secara bertanggung jawab kepada peserta didik. Dengan
demikian, disiplin yang telah ditegakkan oleh guru dari tugas sebagai
leader ini adalah disiplin hidup.
Dalam melaksanakan tugas sebagai innovator, seorang guru harus
memiliki kemauan belajar yang cukup tinggi untuk menambah
pengetahuan dan keterampilannya sebagai guru. Tanpa adanya semangat
belajar yang tinggi, mustahil bagi guru dapat menghasilkan inovasi-
inovasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu pembelajaran di
sekolah.
Adapun tugas sebagai motivator terkait dengan tugas sebagai
educator dan supervisor. Untuk meningkatkan semangat dan gairah belajar
yang tinggi, siswa perlu memiliki motivasi yang tinggi, baik motivasi dari
dalam dirinya sendiri (intrisik) maupun dari luar (ekstrinsik), yang
utamanya berasal dari gurunya sendiri.

B. Kurikulum
1. Kurikulum 2013
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyebutkan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
11

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan


kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Berdasarkan pengertian tersebut, ada dua dimensi kurikulum, yang
pertama adalah rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran, sedangkan yang kedua adalah cara yang digunakan untuk
kegiatan pembelajaran. Kurikulum 2013 yang diberlakukan mulai tahun
ajaran 2013/2014 yang lalu telah memenuhi kedua dimensi tersebut.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud) Nomor 68 Tahun 2016, Kurikulum 2013 dikembangkan
berdasarkan faktor-faktor sebagai berikut:
a. Tantangan Internal
Tantangan internal antara lain terkait dengan kondisi pendidikan
dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada delapan
Standar Nasional Pendidikan yang meliputi standar isi, standar proses,
standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan,
standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar
pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Tantangan internal
lainnya terkait dengan perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari
pertumbuhan penduduk usia produktif. Saat ini jumlah penduduk
Indonesia usia produktif (15-64 tahun) lebih banyak dari usia tidak
produktif (anak-anak berusia 0-14 tahun dan orang tua berusia 65
tahun ke atas). Jumlah penduduk usia produktif ini akan mencapai
puncaknya pada tahun 2020-2035 pada saat angkanya mencapai 70%.
Oleh sebab itu tantangan besar yang dihadapi adalah bagaimana
mengupayakan agar sumberdaya manusia usia produktif yang
melimpah ini dapat ditransformasikan menjadi sumberdaya manusia
yang memiliki kompetensi dan keterampilan melalui pendidikan agar
tidak menjadi beban.
b. Tantangan Eksternal
Tantangan eksternal antara lain terkait dengan arus globalisasi
dan berbagai isu yang terkait dengan masalah lingkungan hidup,
12

kemajuan teknologi dan informasi, kebangkitan industri kreatif dan


budaya, dan perkembangan pendidikan di tingkat internasional. Arus
globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan
perniagaan tradisional menjadi masyarakat industry dan perdagangan
modern seperti dapat terlihat di World Trade Organization (WTO),
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Community,
AsiaPacific Economic Cooperation (APEC), dan ASEAN Free Trade
Area (AFTA). Tantangan eksternal juga terkait dengan pergeseran
kekuatan ekonomi dunia, pengaruh dan imbas teknosains serta mutu,
investasi, dan transformasi dibidang pendidikan. Keikutsertaan
Indonesia di dalam studi International Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) dan Program for
International Student Assessment (PISA) sejak tahun 1999 juga
menunjukkan bahwa capaian anak-anak Indonesia tidak
menggembirakan dalam beberapa kali laporan yang dikeluarkan
TIMSS dan PISA. Hal ini disebabkan antara lain banyaknya materi uji
yang ditanyakan di TIMSS dan PISA tidak terdapat dalam kurikulum
Indonesia.
c. Penyempurnaan Pola Pikir
Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola
pikir sebagai berikut :
1) Pola pembelajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-
pilihan terhadap materi yang dipelajari untuk memiliki kompetensi
yang sama.
2) Pola pembelajaran satu arah (interaksi guru-peserta didik) menjadi
pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta didik-masyarakat-
lingkungan alam, sumber/media lainnya).
3) Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran secara jejaring
(peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana
saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).
13

4) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari


(pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan
model pembelajaran pendekatan sains).
5) Pola belajar sendiri menjadi belajar kelompok (berbasis tim).
6) Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis alat
multimedia.
7) Pola pembelajaran berbasis massal menjadi kebutuhan pelanggan
(users) dengan memperkuat pengembangan potensi khusus yang
dimiliki setiap peserta didik.
8) Pola pembelajaran ilmu pengetahuan tunggal (monodiscipline)
menjadi pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines).
9) Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran kritis.
d. Penguatan Tata Kelola Kurikulum
Pelaksanaan kurikulum selama ini telah menempatkan kurikulum
sebagai daftar mata pelajaran. Pendekatan Kurikulum 2013 untuk
Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah diubah sesuai
dengan kurikulum satuan pendidikan. Oleh karena itu dalam
Kurikulum 2013 dilakukan penguatan tata kelola sebagai berikut:
1) Tata kerja guru yang bersifat individual diubah menjadi tata kerja
yang bersifat kolaboratif.
2) Penguatan manajemen sekolah melalui penguatan kemampuan
manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan
(educational leader).
3) Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan
proses pembelajaran.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kegiatan Guru Dalam Merencanakan Kurikulum


Kurikulum dapat dilaksanakan dengan balk dibutuhkan adanya suatu
perencanaan yang sistematis dan memadai. Melalui perencanaan diharapkan
dapat memperkirakan tentang apa-apa yang hendak diwujudkan sewaktu
proses belajar mengajar terjadi. Adapun perencanaan ini meliputi: menentukan
tujuan pengajaran, menentukan bahan pelajaran, menentukan metode dan alat
pengajaran, dan merencanakan penilaian pengajaran.
Langkah pertama yang harus ditempuh guru dalam merencanakan
proses belajar mengajar adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai setelah
pelaksanaan proses belajar mengajar berlangsung. Tujuan dapat memberi
pedoman terhadap apa yang akan dilakukan dan bagaimana cara
pelaksanaannya. Tujuan dapat juga digunakan sebagai patokan untuk
mengetahui hingga mana tujuan tersebut dicapai.
Tujuan ini merupakan suatu pokok bahasan yang lebih spesifik yang
merupakan basil proses belajar mengajar. Tujuan pengajaran ini mengandung
muatan yang menjadi bahan pelajaran. Bloom mengklasifikasikan tujuan
tersebut ke dalam tiga ranah besar, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotorik."
Tujuan ini bersumber dari kebutuhan anak, kebutuhan masyarakat, ilmu
pengetahuan, dan filsafat".
Tujuan pengajaran perlu ditentukan dan dirumuskan dengan baik dan
benar. Dalam hal ini Taba memberikan beberapa petunjuk tentang cara
merumuskan tujuan pengajaran, yaitu: (a) tujuan hendaknya mengandung
unsur proses dan produk; (b) bersifat spesifik dan dinyatakan dalam bentuk
prilaku; (c) mengandung pengalaman belajar yang diperlukan untuk mencapai
tujuan yang dimaksud; (d) pencapaian tujuan kadang kala membutuhkan
waktu relatif lama; (e) harus realistis dan dapat dimaknai sebagai kegiatan atau
pengalaman belajar tertentu; dan (f) bersifat komprehensif atau meliputi
semua tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga pendidikan.

14
15

Langkah kedua dalam merencanakan proses belajar mengajar adalah


menetapkan bahan pelajaran. Bahan pelajaran berkenaan dengan menjawab
pertanyaan, yaitu "apa yang akan diajarkan?". Bahan pelajaran merupakan isi
kurikulum yang diberikan kepada anak didik sewaktu berlangsungnya proses
belajar mengajar. Dalam hal ini guru perlu memahami bahan pelajaran terlebih
dahulu sebelum diajarkan keapa anak didik.
Bahan pelajaran yang ingin disajikan kepada anak didik perlu
dirancang dan diorganisir dengan baik. Nasution mengemukakan bahwa
organisasi kurikulum sebagai pola atau bentuk bahan pelajaran yang disusun
dan disampaikan kepada murid." Ada beberapa jenis organisasi kurikulum
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pengajaran, yaitu: (a) organisasi
kurikulum berdasarkan mata pelajaran; (b) organisasi kurikulum berdasarkan
kebutuhan anak; dan (c) organisasi kurikulum berdasarkan masalah-masalah
yang dihadapi masyarakat."
Langkah ketiga dalam merencanakan proses belajar mengajar adalah
menentukan metode mengajar. Menentukan metode mengajar erat kaitannya
dengan pemilihan strategi belajar mengajar yang paling efisien dan efektif.
Pemilihan strategi yang tepat ini diperlukan dalam rangka mempersiapkan
kegiatan proses belajar mengajar yang diperlukan untuk mencapai tujuan
pengajaran. Ada beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam
memilih metode mengajar, yaitu: (a) tujuan pengajaran yang ingin dicapai; (b)
bahan pelajaran yang akan diajarkan; dan (c) jenis belajar anak didik yang
diinginkan.
Langkah terakhir dalam merencanakan proses belajar adalah
merencanakan evaluasi atau penilaian pengajaran. Pada dasarnya penilaian
adalah suatu proses menentukan nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam
konteks situasi tertentu." Lebih lanjut Sukmadinata mengatakan bahwa "untuk
mengevaluasi komponen¬komponen dan proses pelaksanaan mengajar bukan
hanya digunakan tes tetapi juga digunakan bentuk-bentuk non-tes, seperti
observasi, studi dokumenter, analisis hasil, angket, dan
16

checklist".'Pelaksanaannya dapat berlangsung sewaktu atau setelah proses


belajar mengajar berlangsung.

B. Kegiatan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum


Setelah membuat rencana pengajaran, kegiatan guru berikutya adalah
mewujudkan terhadap apa-apa yang telah direncanakan. Kegiatan ini disebut
juga dengan melaksanakan proses belajar mengajar. Perbuatan guru dalam
mengajar ini akan mewarnai setiap langkah yang membentuk proses belajar
mengajar. Sudjana mengartikan langkah mengajar sebagai langkah guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dan bagaimana guru dalam
mengembangkan kegiatan belajar siswa sehubungan dengan bahan yang harus
dipelajari.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru alam melaksanakan
proses belajar mengajar, yaitu: tahap pemula, tahap pengajaran, tahap
penilaian dan tindak lanjut." Tahap pemula adalah tahap yang bertujuan
menyiapkan anak dan kondisi belajar yang dapat memudahkannya menerima
pelajaran. Tahap pengajaran merupakan tahapan yang membahas materi yang
telah disiapkan guru. Sedangkan tahapan penilaian dan tindak lanjut bertujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran.

C. Kegiatan Guru dalam Menilai Kurikulum


Pelaksanaan kurikulum yang telah dilakukan guru perlu diadakan
penilaian atau evaluasi. Penilaian bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan terhadap komponen-komponen kurikulum Hasil penilaian ini
dapat digunakan menentukan nilai dari suatu objek atau peristiwa dalam
konteks situasi tertentu. Lebih lanjut Sukmadinata mengatakan bahwa "untuk
mengevaluasi komponen¬komponen dan proses pelaksanaan mengajar bukan
hanya digunakan tes tetapi juga digunakan bentuk-bentuk non-tes, seperti
observasi, studi dokumenter, analisis hasil, angket, dan checklist.
Pelaksanaannya dapat berlangsung sewaktu atau setelah proses belajar
mengajar berlangsung.
17

D. Kegiatan Guru dalam Melaksanakan Kurikulum


Setelah membuat rencana pengajaran, kegiatan guru berikutya adalah
mewujudkan terhadap apa-apa yang telah direncanakan. Kegiatan ini disebut
juga dengan melaksanakan proses belajar mengajar. Perbuatan guru dalam
mengajar ini akan mewarnai setiap langkah yang membentuk proses belajar
mengajar. Sudjana mengartikan langkah mengajar sebagai langkah guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar dan bagaimana guru dalam
mengembangkan kegiatan belajar siswa sehubungan dengan bahan yang harus
dipelajari.
Ada beberapa langkah yang harus ditempuh guru alam melaksanakan
proses belajar mengajar, yaitu: tahap pemula, tahap pengajaran, tahap
penilaian dan tindak lanjut." Tahap pemula adalah tahap yang bertujuan
menyiapkan anak dan kondisi belajar yang dapat memudahkannya menerima
pelajaran. Tahap pengajaran merupakan tahapan yang membahas materi yang
telah disiapkan guru. Sedangkan tahapan penilaian dan tindak lanjut bertujuan
untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran.

E. Kegiatan Guru dalam Menilai Kurikulum


Pelaksanaan kurikulum yang telah dilakukan guru perlu diadakan
penilaian atau evaluasi. Penilaian bertujuan untuk mengetahui kelemahan dan
kekurangan terhadap komponen-komponen kurikulum Hasil penilaian ini
dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk melakukan perbaikan dan
penyempurnaan terhadap kurikulum yang berlaku.
Guru sebagai pengembang kurikulum disekolah sebaiknya melakukan
penilaian terhadap kurikulum yang sedang dilaksanakannya. Kegiatan terbaik
bagi guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah adalah melakukan
evaluasi kurikulum secara terns menerus dan bersifat menyeluruh." Penilaian
kurikulum ditujukan pada kurikulum sebagai ide, kurikulum sebagai rencana,
kurikulum sebagai proses, kurikulum sebagai hasil, tujuan pengajaran, bahan
pelajaran, kualitas guru, kualitas siswa, sarana dan prasarana pengajaran, dan
lain-lain.
18

Pendekatan dan teknik penilaian kurikulum itu beragam sesuai dengan


sasaran, fungsi, dan tujuan penilaian. Untuk menilai dimensi kuantitatif ,
misalnya hasil belajar siswa, dapat digunakan teknik penilaian berupa tes-tes
standar. Sedangkan untuk dimensi kualitatif dapat digunakan melalui
observasi, wawancara, dan lain-lain.
BAB IV
SIMPULAN

A. Simpulan
Guru sebagai pengembang kurikulum di sekolah harus mampu
menterjemahkan, menjabarkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang
terkandung dalam kurikulum kepada anak didik. Dalam pengembangan
kurikulum, guru dapat melaksanakan beberapa kegiatan, yaitu: merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi kurikulum.
Melalui perencanaan kurikulum, guru dapat memperkirakan apa yang
hendak diwujudkan dalam proses belajar mengajar. Ada beberapa langkah
yang harus ditempuh dalam merencanakan proses belajar mengajar, yaitu:
menentukan tujuan yang ingin dicapai, menetapkan bahan pelajaran,
menentukan metode mengajar, dan merencanakan evaluasi atau penilaian
pengajaran.
Setelah membuat rencana pengajaran, kegiatan guru berikutnya adalah
melaksanakan kurikulum. Kegiatan ini disebut juga dengan melaksanakan
proses belajar mengajar. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh guru
dalam melaksanakan proses belajar mengajar, yaitu: mempersiapkan anak dan
kondisi belajar, membahas materi, dan mengadakan penilaian dan tindak
lanjut, guna untuk mengetahui tingkat keberhasilan pengajaran.
Diharapkan kepada guru supaya mampu mengembangkan kurikulum di
sekolah secara efektif, efisien, kritis dan serius, dengan membuat perencanaan
yang matang dan lengkap, sehingga proses belajar mengajar yang
dilaksanakan akan berhasil dengan baik sesuai dengan tujuan pengajaran yang
ingin dicapai.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sufyarma (2004). Kapita Selekta Manajemen Pendidikan. Bandung:


PenerbitAlfabeta.

Ahmad, T. (2010). Ilmu Pendidikan Islam dalam Perspektif Islam. Bandung:


Penerbit Remaja Rosdakarya.

Arifin, Muzayyin, 2009. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Bumi
Aksara.

Muhaimin, 2004. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Penerbit


Pustaka Pelajar.

Nata, Abuddin, 2008. Manajemen Pendidikan. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada


Group.

Daradjat, Zakiah, 2008. Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta:


Penerbit Bumi Aksara.

Rosyidah, Ida, 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: UIN Press.

Rooijakkers, Ad, 1993. Mengajar Dengan Sukses. Jakarta: Penerbit PT Grasindo


Jakarta.

Mulyasa, 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung: Penerbit Remaja


Rosdakarya.

Salahudin, Anas, 2010. Bimbingan & Konseling. Bandung: Penerbit Pustaka


Setia.

Salahudin, Anas, 2011. Filsafat Pendidikan. Bandung: Penerbit Pustaka Setia.

20

Anda mungkin juga menyukai