Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

MANAJEMEN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Sekolah


Dosen Pengampu: Eka Ridha Nofridha, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:
Kelompok 2

1. Syefira Fahru Nabila (2020015065)


2. Allvian Arifianta (2020015058)
3. Desi Rahmadani (2022099021)
4. Nur Amanah (2022099077)
5. Yuni (2022099117)

Kelas : 5 B PGSD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP)
UNIVERSITAS SARJANAWIYATA TAMANSISWA
YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan
Hidayah-Nya kepada penulis untuk menyelesaikan tugas makalah ini tentang Manajemen
Kurikulum dan Pembelajaran serta menyelesaikan tugas kampus ini dengan tepat pada
waktunya. Ada pun tujuan dari penulis dalam makalah ini adalah memenuhi tugas dari mata
kuliah Manajemen Sekolah, selain itu makalah ini bertujuan untuk menambah wawasan
tentang dalam menggunakan media pembelajaran untuk mendapatkan kualitas media
pembelajaran yang baik agar dapat memberikan pengaruh penting dalam proses belajar
mengajar.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Eka Ridha Nofridha, S.Pd., M.Pd
yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga kami dapat menambah pengetahuan dan
wawasan dan menyelesaikan tugas kampus ini dengan tepat pada waktunya. Penulis
menyadari bahwa makalah yang ditulis masih dari kata sempurna. Oleh karena itu, mohon
kritik dan saran dari pembaca yang membangun akan penulis. Demi kesempurnaan dari
makalah ini terima kasih.

Yogyakarta, 18 September 2022

Tim Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2

DAFTAR ISI.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C. Tujuan dan Manfaat........................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................6

A. Pengertian Administrasi kurikulum................................................................................6

B. Landasan Kurikulum.......................................................................................................8

C. Model Pengembangan Kurikulum................................................................................10

D. Desain Pengembangan Kurikulum................................................................................14

E. Proses Administrasi Kurikulum....................................................................................15

F. Peran Guru dalam Administrasi Kurikulum.................................................................18

BAB III PENUTUP................................................................................................................19

A. Kesimpulan...................................................................................................................19

B. Saran..............................................................................................................................19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................20
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kualitas manusia
yang dimiliki suatu bangsa. Salah satu caramenilai pendidikan adalah dengan melihat
sistem pendidikan yang diterapkan. Sistem pendidikan adalah komponen pendidikan
yang dianggap mampu menentukan kualitas manusia ke depannya.
Istilah kurikulum dipakai dalam dunia pendidikan dan pengajaran, yang dalam
konteksnya kurikulum dapat diartikan secara sempit dan luas.Dalam pengertian
sempit, kurikulum diartikan sebagai sejumlah mata pelajaran yang diberikan di
sekolah, sedangkan dalam pengertian luas kurikulum adalah semua pengalaman
belajar yang diberikan sekolah kepada siswa selama mereka mengikuti pendidikan di
sekolah.Dengan pengertian luas ini berarti usaha sekolah untuk memberikan
pengalaman belajar kepada siswa dalam upaya menghasilkan lulusan yang baik secara
kuantitatif maupun kualitatif tercakup dalam pengertian kurikulum. 

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana dapat dilihat


dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 menyatakan
bahwa: “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Salah satu aspek yang
berpengaruh terhadap keberhasilan pendidikan nasional adalah aspek
kurikulum.Kurikulum merupakan salah satu komponen yang memiliki peran strategis
dalam sistem pendidikan.Kurikulum merupakan suatu sistem program pembelajaran
untuk mencapai tujuan institusional pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum
memegang peranan penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu atau
berkualitas.Adanya beberapa program pembaruan dalam bidang pendidikan nasional
merupakan salah satu upaya untuk menyiapkan masyarakat dan bangsa Indonesia
yang mampu mengembangkan kehidupan demokratis yang mantap dalam memasuki
era globalisasi dan informasi sekarang ini.Keberhasilan kurikulum salah satunya
dipengaruhi oleh pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan kurikulum.
Manajemen kurikulum merupakan suatu kegiatan yang dirancang untuk proses
pendidikan yang di dalamnya terdapat pelaksanaan pembelajaran yang diawali dari
perencanaan hingga evaluasi agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar dan
terarah (Indana and Nurvita, 2020). Manajemen kurikulum adalah sebuah bentuk
usaha atau upaya bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran
khususnya usaha meningkatkan kualitas interaksi belajar mengajar. Dalam upaya –
upaya tersebut diperlukan adanya evaluasi, perencanaan, dan pelaksanaan yang
merupakan satuan rangkaian yang tidak dapat dipisahkan. Sedangkan manajemen
pembelajaran ialah suatu sistem dengan komponen-komponen yang saling berkaitan.
Dengan demikian manajemen kurikulum dan pembelajaran saling berkaitan satu sama
lain dalam suatu pendidikan, untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Manajemen kurikulum salah satu aspek yang berpengaruh terhadap
keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan nasional. Di samping itu, kurikulum
merupakan suatu sistem program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional
pada lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peranan penting dalam
mewujudkan sekolah yang bermutu atau berkualitas. Untuk menunjang keberhasilan
kurikulum, diperlukan upaya pemberdayaan bidang manajemen atau pengelolaan
kurikulum.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan administrasi kurikulum?
2. Bagaimana peran dan fungsi kurikulum?
3. Apa saja jenis landasan kurikulum?
4. Apa saja model pengembangan kurikulum?
5. Bagaimana desain pengembangan kurikulum?
6. Apa saja proses administrasi kurikulum?
7. Jelaskan peran guru dalam administrasi kurikulum?

C. Tujuan dan Manfaat


Berdasarkan rumusan masalah tersebut, penulis merumuskan tujuan makalah
sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengertian dari administrasi kurikulum.
2. Untuk mengetahui peran dan fungsi kurikulum.
3. Untuk mengetahui landasan kurikulum.
4. Untuk mengetahui model pengembangan kurikulum.
5. Untuk mengetahui desain pengembangan kurikulum.
6. Untuk mengetahui proses administrasi kurikulum.
7. Untuk mengetahui peran guru dalam administrasi kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Administrasi kurikulum


Administrasi kurikulum merupakan segenap proses usaha Bersama untuk memperlancar
pencapaian tujuan pembelajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas
interaksi belajar mengajar (Mulyasa, 2006:40). Kegiatan ini direncanakan dan diusahakan
secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinyu terhadap situasi
belajar mengajar secara efektif dan efesien demi membatu tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan.

Sebagaimana telah di utarakan di atas bahwa sesungguhnya dalam pengelolaan


manajemen pendidikan fokus dari segala usahanya adalah terletak pada PBM.Hal ini nampak
jelas bahwa pada hakikatnya segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakan di
sekolah/lembaga pendidikan senantiasa di arahkan pada suksesnya PBM.Suksesnya PBM
dapat di tunjang oleh sarana dan prasarana pendidikan anggaran/biaya, tata laksana,
organisasi, serta husemas, termasuk pula supervisi yang mantap.

A. Peran dan Fungsi Kurikulum


Kurikulum sebagai program Pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis
mengemban peran sebagai berikut:
1. Peran Konservatif
Kurikulum memiliki tugas dan tanggung jawab mentransmisikan dan menafsirkan
warisan social kepada generasi muda.Sekolah sebagai suatu Lembaga social dituntut
dapat mempengaruhi dan membina tingkah laku para siswa dengan nilai-nilai social
yang ada dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan peranan Pendidikan sebagai suatu
proses social. Karena itu Pendidikan pada hakekatnya berfungsi pula menjembatani
siswa dengan orang dewasa dalam proses pembudayaan yang semakin berkembang
menjadi lebih kompleks, dan disinilah peranan kurikulum turut membantu proses
tersebut. Melalui kurikulum siswa perlu memahami dan menyadari norma-norma dan
pandangan hidup masyarakatnya, sehingga Ketika Kembali ke masyarakat dapat
menjunjung tinggi dan berperilaku sesuai dengan norma-norma tersebut.
2. Peran Kreatif
Kurikulum melakukan kegiatan-kegiatan kreatif dan konstruktif, dalam arti
mencipta dan menyusun sesuatu yang baru sesuai dengan kebutuhan masa sekarang
dan masa yang akan datang. Guna membantu setiap individu mengembangkan segala
potensi yang ada pada dirinya, maka kurikulum menciptakan pelajaran, pengalaman,
cara berpikir, kemampuan dan keterampilan yang baru yang bermanfaat bagi
masyarakat.
3. Peran Kritis/Evaluatif
Kebudayaan senantiasa berubah dan sekolah tidak hanya mewariskan
kebudayaan yang ada, melainkan juga menilai, memilih unsur-unsur kebudayaanyang
diwariskan.Dalam hal ini, kurikulum turut aktif berpartisipasi dalam control social
dan menekankan pada unsur berpikir kritis.Kurikulum berperan menyeleksi nilai dan
budaya mana yang perlu dimiliki anak didik. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi
dengan keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan,
sehingga kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu.
Demikian juga sebaliknya nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan budaya setempat
mungkin akan ditolak dan tidak dipakai, atau dipakai dengan diwarnai nilai-nilai
local, sehingga menjadi nilai-nilai yang dapat diterima masyarakat setempat. (Tim
Pengembang MKDP Kurikulum dan Pengembangan:10).Syaodih (2016:158)
mengemukakan fungsi kurikulum meliputi:
1. Fungsi Penyesuaian
Lingkungan tempat individu hidup senantiasa berubah dan dinamis,
karena itu setiap individu harus mampu menyesuaikan diri secara dinamis.
Kurikulum berfungsi sebagai alat Pendidikan menuju individu yang well
adjusted, yang membekali anak didik dengan berbagai kemampuan sehingga
setelah selesai Pendidikan, diharapkan dapat membawa dirinya untuk
berperilaku sesuai dengan hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat,
maupun dengan lingkungan yang lain.
2. Fungsi Integrasi
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi. Individu
merupakan bagian integral dari masyarakat, maka dengan pembentukan
pribadi-pribadi yang terintegrasi, akan memberikan sumbangan dalam rangka
pembentukan atau pengintegrasian masyarakat.
3. Fungsi Deferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-perbedaan
perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi akan medorong
orang berpikir kritis dan kereatif, dan ini akan mendorong kemajuan sosial
dalam masyarakat.
4. Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu melanjutkan
studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau terjun ke
masyarakat.Sekolah tidak mungkin memberikan segala sesuatu yang
diperlukan atau segala sesuatu yang menarik minat mereka, tetapi melalui
kurikulum harus dapat memberikan kemampuan yang diperlukan anak didik
untuk melanjutkan studinya ataupun mencari pekerjaan.
5. Fungsi Pemilihan
Antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang erat.
Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan bagi seseorang
untuk memilih apa yang diinginkan atas sesuatu yang menarik minatnya. Ini
merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi masyarakat yang dmokratis,
sehingga kurkulum perlu diprogram secara fleksibel, memberikan
kesempatan kapada semua anak didik untuk memperoleh Pendidikan sesuai
pilihannya berdasarkan minat dan bakatnya.
6. Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan Pendidikan adalah membantu dan mengarahkan
siswa agar mereka mampu memahami dan menerima dirinya sehingga dapat
mengembangkan semua potensi yang dimiliki.

Hal ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua kelemahan dan kekuatan
yang dimiliki melalui eksplorasi dan prognosa.Disini fungsi kurikulum adalah
mendiagnosa dan membimbing anak didik agar dapat mengembangkan potensinya secara
optimal.

B. Landasan Kurikulum
Syaodih (2016:38) menjelaskan bahwa landasan utama dalam pengembangan
kurikulum adalah meliputi: (1) filosofis; (2) psikologis; (3) sosial budaya; dan (4)
ilmu pengetahuan dan teknologi. Penjelasan dari masing-masing landasan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Landasan Filosofis
Filsafat memegang peranan yang penting dalam pengembangan kurikulum. Dengan
merujuk kepada pemikiran Ella Yulaelawati (2003), isi dari masing-masing aliran
filsafat terkait dengan pengembangan kurikulum adalah sebagai berikut:
a. Perenialisme, lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan
keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan
dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegaitan sehari-hari.
Pendidikan yang menganut paham ini menekankan pada kebenaran absolut,
kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih
berorientasi ke masa lalu.
b. Essensialisme, menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian
pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota
masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap
sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di
masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essensialisme juga lebih
berorientasi pada masa lalu.
c. Eksistensialisme, menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang
hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami
dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan “bagaimana saya hidup di dunia?”
“Apa pengalaman itu?”
d. Progresivisme, menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual,
berpusat pada peserta didik, variasi pengalamn belajar dan proses. Progresivisme
merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
e. Rekonstruktivisme, merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada
Rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Disamping
menekankan tentang perbedaan individual seperti pada Progresivisme,
Rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berpikir
kritis, dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis,
memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu? Penganut aliran ini menekankan
pada hasil belajar dari pada proses.

2. Landasan Psikologis
Pada dasarnya pendidikan tidak terlepas kaitannya dengan unsur-unsur
psikologi, sebab pendidikan menyangkut perilaku manusia itu sendiri, mendidik
berarti merubah tingkah laku anak menuju kedewasaan. Terdapat dua bidang
psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum, yaitu: (1) psikologi
perkembangan; dan (2) psikologi belajar.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku
individu berkenaan dengan perkembangannya.Dalam psikologi perkembangan dikaji
tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek
perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lain yang
berhubungan dengan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai
bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.Selanjutnya, psikologi
belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks
belajar.Psikologi belajar mengkaji tentang hakikat belajar dan teori-teori belajar, serta
berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya juga dapat
dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan
kurikulum.

3. Landasan Sosial Budaya


Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan Pendidikan.Sebagai
suatu rancangan Pendidikan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil
Pendidikan. Pendidikan sebagai proses budaya adalah upaya membina dan
mengembangkan daya cipta, karsa, dan rasa manusia menuju ke peradaban manusia
yang lebih luas dan tinggi, yaitu manusia yang berbudaya. Semakin meningkatnya
perkembangan sosial budaya manusia akibat majunya ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang merupakan bagian dari budaya itu sendiri, akan menjadikan
tuntutan hidup manusia yang semakin tinggi pula. Untuk itu diperlukan kesiapan
sekolah atau lembaga pendidikan dalam menjawab segala tantangan akibat
perkembangan kebudayaan tersebut.Oleh sebab itu, pendidikan harus dapat
mengantisipasinya dengan jalan menyiapkan peserta didik untuk hidup secara wajar
sesuai dengan perkembangan sosial budaya masyarakatnya.Dalam hal ini diperlukan
inovasi-inovasi pendidikan terutama yang menyangkut kurikulum
pendidikan.Kurikulum pendidikan harus dan sewajarnya pula disesuaikan dengan
kondisi masyarakat saat ini, bahkan harus dapat mengantisipasi kondisi-kondisi yang
bakal terjadi. Untuk itu pula guru dituntut dapat membina dan melaksanakan
kurikulum, agar apa yang diberikan kepada peserta didiknya berguna dan relevan
dengan kehidupan dalam masyarakat.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi


Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa
warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebih jangkauan
pemikiran manusia sebelumnya, pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan social,
ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai,
pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal. Sifat
pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan
canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta
kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to
learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi situasi
yang ambigu dan atisipatif terhadap ketidakpastian. Oleh karena itu, kurikulum
seharusnya dapat mengakomodir dan mengantisipasi laju perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, sehingga peserta didik dapat mengimbangi dan sekaligus
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan dan
kelangsungan hidup manusia.

C. Model Pengembangan Kurikulum


Model pengembangan kurikulum merupakan proses untuk membuat keputusan dan
untuk merevisi suatu program kurikulum. Setidaknya terdapat delapan model
pengembangan kurikulum yaitu: (1) the administrative (line staff) model; (2) the grass
roots model; (3) beachmp’s system; (4) the demonstration model; (5) taba’s inverted
model; (6) roger’s interpersonal relations model; (7) the systematic action research
model; dan (8) emerging technical model (Tim Pengembangan MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran:
1. The Administrative (line staff) Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan paling
banyak dikenal. Diberi nama model adminstratif atau line staff karena inisiatif dan
gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan dan
menggunakan prosedur administrasi. Dengan wewenang administrasinya,
administrator Pendidikan (apakah dirjen, direktur atau kepala kantor wilayah
Pendidikan dan kebudayaan) membentuk suatu komisi atau tim pengarah
pengembangan kurikulum. Anggota-anggota komisi atau tim ini terdiri atas
pejabat di bawahnya, para ahli Pendidikan, ahli kurikulum, ahli disiplin ilmu, dan
para tokoh dari dunia kerja dan perusahaan. Tugas tim ini adalah merumuskan
konsep-konsep dasar, landasan-landasan, kebijakan, dan strategi utama dalam
pengembangan kurikulum. Setelah hal-hal yang mendasar ini terumuskan dan
mendapat pengkajian yang seksama, administrator Pendidikan Menyusun tim atau
komisi kerja pengembangan kurikulum. Para anggota tim atau komisi ini terdiri
atas para ahli Pendidikan/kurikulum, ahli disiplin ilmu dari perguruan tinggi,
guru-guru bidang studi yang senior. Tim kerja pengembangan kurikulum bertugas
Menyusun kurikulum yang sesungghnya yang lebih operasional, dijabaarkan dari
konsep-konsep dan kebijakan dasar yang telah digariskan oleh tim pengarah.
Tugas tim kerja ini merumuskan tujuan-tujuan yang lebih operasional dari tujuan
yang lebih umum, memilih dan Menyusun sekuens bahan pelajaran, memilih
strategi pengajaran dan evaluasi, serta Menyusun pedoman pelaksanaan
kurikulum tersebut bagi guru-guru.
2. The Grass Roots Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama.Inisiatif dan
upaya pengembangan kurikulum bukan datang dari atas tetapi dari bawah, yaitu
guru-guru atau sekolah. Model pengembangan kurkulum yang pertama, digunakan
dalam system pengelolaan Pendidikan/kurikulum yang bersifat sentralisasi,
sedangkan model grass roots akan berkembang dalam system Pendidikan yang
bersifat desentralisasi. Dalam model pengembangan yang bersifat grass roots
seorang guru, sekelompok guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah
mengadakan upaya pengembangan kurikulum.Pengembangan atau
penyempurnaan ini dapat berkenaan dengan suatu komponen kurikulum, satu atau
beberapa bidang studi atau pun seluruh bidang studi dan seluruh komponen
kurikulum. Apabila kondisinya telah memungkinkan, baik dilihat dari kemampuan
guru, fasilitas, biaya mau pun bahan-bahan kepustakaan, pengembangan
kurikulum model grass roots, akan lebih baik, hal itu didasarkan atas
pertimbangan bahwa guru adalah perencana, pelaksana, dan juga penyempurna
dari pengajaran di kelasnya. Dialah yang paling tahu kebutuhan kelasnya, oleh
karena itu dialah yang paling kompeten Menyusun kurikulum bagi kelasnya. Hal
itu sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dikemukakan
oleh Smith, Stanley dan Shores (1957:429):
a. The curriculum will improve only as the professional competence of teachers
improves.
b. The competence of teachers will be improved only as the teachers become
involved personally in the problems of curriculum revision.
c. If teachers share in shaping the goals to be attained, in selecting, defining, and
solving the problems to encountered, and in judging and evaluating the results,
their involvement will be most nearly assured.
d. As people meet in face to face groups, they will be able to understand one
another better and to reach a consensus on basic principles, goals, and plans
(Smith, Stanley, and Shores, 1957:429).
3. Beauchmp’s System Model pengembangan kurikulum ini dikembangkan oleh
Beauchamp seorang ahli kurikulum. Beauchamp mengemukakan empat hal dalam
pengembangan kurikulum, yaitu: (1) menetapkan area atau lingkup wilayah yang
akan dicakup oleh kurikulum tersebut, apakah satu sekolah, kecamatan,
kabupaten, provinsi, ataupun seluruh negara; (2) menetapkan personalia, yaitu
siapa-siapa yang turut serta terlibat dalam pengembangan kurikulum; (3)
organisasi dan prosedur pengembangan kurikulum; dan (4) implementasi
kurikulum.
4. The Demonstration Model
Model demonstrasi pada dasarnya bersifat grass roots, datang dari bawah. Model
ini diprakarsai oleh sekelompok guru atau sekelompok guru bekerja sama dengan
ahli yang bermaksud mengadakan perbaikan kurikulum. Model ini umumnya
berskala kecil, hanya mencakup satu atau beberapa sekolah, suatu komponen
kurikulum ataumencakup keseluruhan komponen kurikulum.Karena sifatnya ingin
mengubah atau mengganti kurikulum yang ada, pengembangan kurikulum sering
mendapat tantangan dari pihak-pihak tertentu.
5. Taba’s Inverted Model
Cara tradisional dalam pengembangan kurikulum dilakukan secara deduktif,
dengan urutan:
a. Penentuan prinsip-prinsip dan kebijakan dasar
b. Merumuskan desain kurkulum yang bersifat menyeluruh didasarkan atas
komitmen-komitmen tertentu
c. Menyusun unit-unit kurikulum sejalan dengan desain yang menyeluruh
d. Melaksanakan kurikulum di dalam kelas.

Taba berpendapat bahwa langkah-langkah di atas (dalam model deduktif)


kurang cocok, sebab tidak merangsang timbulnya inovasi.Menurutnya
pengembangan kurkulum yang lebih mendorong inovasi dan kreativitas guru
adalah yang bersifat induktif, yang merupakan inversi atau arah terbalik dari
model tradisional. Menurut Taba terdapat lima Langkah dalam pengembangan
kurikulum model Taba, yaitu:

1) Mengadakan unit-unit eksperimen bersama guru-guru didalam unit


eksperiman ini diadakan studi yang seksama tentant gubungan antara teori
dengan praktik. Perencanaan didsarkan atas teori yang kuat, dan pelaksanaan
eksperiman di dalam kelas menghasilkan data-data untuk menguji landasan
teori yang digunakan. Terdapat delapan Langkah dalam kegiatan unit
eksperimen ini, yaitu: (1) mendiagnosis kebutuhan; (2) merumuskan tujuan-
tujuan khusus; (3) memilih isi; (4)mengorganisasi isi; (5) memilih pengalaman
belajar; (6) mengorganisasi pengalaman belajar; (7) mengevaluasi; dan (8)
melihat sekuens dan keseimbangan (Taba,1962:347-379).
2) Menguji unit eksperimen
Meskipun unit eksperimen ini telah diuji dalam pelaksanaan di kelas
eksperimen, tetpi masih harus diuji di kelas-kelas atau tempat lain untuk
mengetahui validitas dan kepraktisannya, serta menghimpun data bagi
penyempurnaan.
3) Mengadakan revisi dan konsolidasi
Dari Langkah pengujian diperoleh beberapa data, data tersebut digunakan
untuk mengadakan perbaikan dan penyempurnaan.Selain perbaikan dan
penyempurnaan diadakan juga kegiatan konsolidasi, yaitu penarikan
kesimpulan tentang hal-hal yang bersifat umum yang berlaku dalam
lingkungan yang lebih luas.Hal itu dilakukan, sebab meskipun suatu unit
eksperimen telah cukup valid dan praktis pada suatu sekolah belum tentu
demikian juga pada sekolah yang lainnya.Untuk menguji keberlakuannya pada
daerah yang lebih luas perlu adanya kegiatan konsolidasi.
4) Pengembangan keseluruhan kerangka kurikulum
Apabila dalam kegiatan penyempurnaan dan konsolidasi telah diperoleh
sifatnya yang lebih menyeluruh atau berlaku luas, hal itu masih harus dikaji
oleh para ahli kurikulum dan para profesioanl kurikulum lainnya.Kegiatan itu
dilakukan untuk mengetahui apakah konsep-konsep dasar atau landasan teori
yang dipakai sudah sesuai atau belum.
5) Implementasi dan diseminasi
Hal ini berarti menerapkan kurkulum baru pada daerah atau sekolahsekolah
secara lebih luas.Pada Langkah ini mungkin saja aka nada masalah/kesulitan
dalam pelaksanaannya, baik berkenaan dengan kesiapan guru, fasilitas, alat
dan bahan serta biaya.
6) Roger’s Interpersonal Relations Model
Menurut Rogers, manusia berada dalam proses perubahan (becoming,
developing, changing), sesunguhnya ia mempunyai kekuatan dan potensi
untuk berkembang sendiri, tetapi karena ada hambatan-hambatan tertentu ia
membutuhkan orang lain untuk membantu memperlancar atau mempercepat
perubahan tersebut.

Pendidikan juga tidak lain merupakan upaya untuk membantu memperlancar


dan mempercepat perubahan tersebut. Guru serta pendidik lainnya bukan pemberi
informasi apalagi penentu perkembangan anak, mereka hanyalah pendorong dan
pemelancar perkembangan anak. Terdapat empat langkah pengembangan
kurikulum dalam model Rogers,yaitu:
a) Pemilihan target dari sistem Pendidikan
Dalam penentuan targei ini satu-satunya kriteria yang menjadi pegangan
adalah adanya kesediaan dari pejabat Pendidikan untuk turut serta dalam
kegiatan kelompok yang intensif.Selama seminggu para pejabat
Pendidikan/administrator melakukan kegiatan kelompok dalam suasana yang
rileks, tidak formal.
b) Partisipasi guru dalam pengalaman kelompok yang intensifSama seperti yang
dilakukan para pejabat Pendidikan, guru juga turut serta dalam kegiatan
kelompok. Keikutsertaan guru dalam kelompok tersebut sebaiknya bersifat
suka rela, jika kegiatan bisa berlangsung selama satu minggu akan lebih baik,
tetapi dapat juga kurang dari satu minggu. Efek yang akan diterima guru-guru
sejalan dengan para administrator, dengan beberapa tambahan.
c) Pengembangan pengalaman kelompok yang intensif utuk satu kelas atau unit
pelajaran. Selama lima hari penuh siswa ikut serta dalam kegiatan kelompok,
dengan fasilitator para guru atau administrator atau fasilitator.
d) Partisipasi orang tua dalam kegiatan kelompokKegiatan ini dapat
dikoordinasikan dengan komite sekolah masingmasing. Lama kegiatan
kelompok dapat tiga jam tiap sore selama seminggu atau 24 jam secara terus
menerus. Kegiatan ini bertujuan memperkaya orang-orang dalam
hubungannya dengan sesame orang tua, dengan anak, dan dengan guru.Rogers
juga menyaraknkan, jika mungkin ada pengalaman kegiatan kelompok yang
bersifat campuran. Kegiatan merupakan kulminasi dari semua kegiatan
kelompok di atas.

7) The Systematic Action Research Model


Model kurikulum ini didasarkan pada asumsi bahwa perkembangan kuriulum
merupakan perubahan social. Hal ini mencakup suatu proses yang melibatkan
kepribadian orang tua, siswa, guru, struktur system sekolah, pola hubungan
pribadi dan kelompok dari sekolah dan masyarakat. Sesuai dengan asumsi
tersebut model ini menekankan pada tiga hal yaitu: (1) hubungan insani; (2)
sekolah dan organisasi masyarakat; serta (3) wibawa dari pengetahuan
professional. Kurikulum dikembangkan dalam konteks harapan warga
masyarakat, para orang tua, tokoh masyarakat, pengusaha, siswa, guru, dan
lain-lain, mempunyai pandangan tentang bagaimana Pendidikan, bagaimana
anak belajar, dan bagaimana peranan kurikulum dalam Pendidikan dan
pengajaran. Penyusunan kurikulum harus memasukkkan pandangan dan
harapan-harapan masyarakat, dan salah satu cara untuk mencapai hal itu
adalah dengan prosedur action research. Langkah-langkah yang dilakukan
adalah:
a. Mengadakan kajian secara seksama tentang masalah-masalah kurikulum,
berupa pengumpulan data yang bersifat menyeluruh, dan mengidentifikasi
factor-faktor, kekuatan dan kondisi yangmempengaruhi masalah tersebut.
Dari hasil kajian ini dapat disusun rencana yang menyeluruh tentang cara-
cara mengatasi masalah yang ada, serta Tindakan pertama yang harus
diambil.
b. Implementasi dari keputusan yang diambil dalam Tindakan pertama di
atas. Tindakan ini segera diikuti oleh kegiatan pengumpulan data dan
fakta-fakta. Kegiatan pengumpulan data ini mempunyai beberapa fungsi
yaitu: (1) menyiapkan data bagi evaluasi tidakan; (2) sebagai bahan
pemahaman tentang maslah yang dihadapi; (3) sebagai bahan untuk
menilai Kembali dan mengadakan modifikasi; dan (4) sebagai bahan untuk
menentukan Tindakan lebih lanjut.
8) Emerging Technical Model
Perkembangan bidang teknologi dan ilmu pengetahuan serta nilainilai efisiensi
efektivitas dalam bisnis, juga mempengaruhi perkembangan model-model
kurikulum. Kecenderungan-kecenderungan baru yang tumbuh tersebut,
diantaranya didasarkan pada:
a. The Behavioral Analysis Model, yang menekankan penguasaan perilaku
atau kemampuan. Suatu perilaku/kemampuan yang kompleks diuraikan
menjadi perilaku-perilaku yang sederhana yang tersusun secara hierarkis.
Siswa mempelajari perilaku-perilaku tersebut secara berangsung-angsur
muali dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks.
b. The System Analysis Model, berasal dari gerakan efisiensi bisnis. Langkah
pertama dari model ini adalah menentukan spesifikasi perangkat hasil
belajar yang harus dikuasai siswa. Langkah kedua adalah Menyusun
intrumen untuk menilai keterapaian hasil-hasil belajar tersebut. Langkah
ketiga, mengidentiikasi tahap-tahap ketercapaian hasil serta perkiraan
biaya yang diperlukan. Langkah keempat, membandingkan biaya dan
keuntungan dari beberapa program Pendidikan.
c. The Computer Based Model, suatu model pengembangan kurikulum
dengan memanfaatkan computer. Pengembangannya dimulai dengan
mengidentifikasi seluruh unit-unit kurikulum, tiap unit kurikulum telah
memiliki rumusan tentang hasil-hasil yang diahrapkan. Kepada para siswa
dan guru-guru diminta untuk melengkapi pertanyaan tentang unit-unit
kurkulum tersebut. Setelah diadakan pengolahan disesuaikan dengan
kemampuan dan hasil-hasil belajar yang dicapai siswa disimpan dalam
komputer.
D. Desain Pengembangan Kurikulum
Desain kurikulum menyangkut pola pengorganisasian unsur-unsur atau
komponen kurkulum.Penyusunan desain kurikulum dapat dilihat dari dua dimensi,
yaitu dimensi horizontal dan vertikal.Dimensi horizontal berkenaan dengan
penyusunan dari lingkup isi kurikulum. Susunan lingkup ini sering diintegrasikan
dengan proses belajar dan mengajarnya. Dimensi vertikal menyangkut penyusunan
sekuens bahan berdasarkan urutan tingkat kesukaran.Bahan tersusun mulai dari yang
mudah, kemudian menuju pada yang lebih sulit, atau mulai dengan yang dasar
diteruskan dengan yang lanjutan.
Syaodih menjelaskan bahwa berdasarkan apa yang menjadi fokus pengajaran,
setidaknya dikenal tiga pola desain kurikulum, yaitu:
1. Subject centered design, suatu desain kurikulum yang berpusat pada bahan ajar.
2. Learner centered design, suatu desain kurikulum yang mengutamanakan peranan
siswa.
3. Problems centered design, desain kurkulum yang berpusat pada masalah-masalah
yang dihadapi dalam masyarakat. (Syaodih:113)

E. Proses Administrasi Kurikulum


1. Perencanaan

Perencanaan kurikulum sebagian besar dilaksanakan dan ditentukan oleh


pemerintah pusat melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud).Hal ini berarti bahwa ditingkat daerah dan sekolah tidak ada
perencanaan kurikulum.Yang ada hanyalah menambahkan kurikulum muatan lokal
sesuai kekhasan masing-masing wilayah.Pada beberapa sekolah swasta, biasanya
dikombinasikan dengan kurikulum yang menjadi ciri khas sekolah. Perencanaan
kurikulum yang dilakukan oleh Kemendikbud ditingkat pusat meliputi hal-hal berikut:

a. Penyusunan, program dan pengembangan kurikulum yang terdiri atas:


1) Landasan, program dan pengembangan kurikulum,
2) Garis-garis besar program pengajaran, dan
3) Pedoman pelaksanaan kurikulum.
b. Penyusunan pedoman teknis pelaksanaan kurikulum seperti pedoman penyusunan
kalender pendidikan, pembagian tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran,
penyusunan program pengajaran dan pedoman penyusunan persiapan pengajaran.
Perencanaan kurikulum yang akan digunakan di sekolah seperti kurikulum
tingkat satuan pendidikan harus berlandaskan kepada Pancasila sebagai falsafah
negara dan Undang-undang Dasar 1945 yang mengamanatkan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa. Untuk merumuskan kurikulum hendaknya diperhatikan prinsip-
prinsip umum yang berlaku dalam pengembangan dan perumusan kurikulum itu
sendiri yaitu: (1) Prinsip relevansi; (2) Prinsip efektifitas; (3) Prinsip efisiensi; (4)
Prinsip continuitas; dan (5) Prinsip fleksibelitas.
Perencanaan kurikulum yang dilakukan ditingkat daerah meliputi penyusunan
rencana pelaksanaan kurikulum seperti penyusunan kelender pendidikan untuk setiap
tahun ajaran pada masing-masing daerah.Penyusunan kalender pendidikan
dimaksudkan agar terdapat pembakuan pelaksanaan kegiatan di sekolah, sehingga
setiap kepala sekolah dapat mengadakan perencanaan dan pengaturan secara cermat
terhadap kegiatan di sekolah yang dipimpinnya.
Kalender pendidikan antara lain berisi: (1) permulaan tahun ajaran;  (2)
penerimaan siswa baru dan persiapan tahun ajaran baru; (3) kegiatan pada hari
pertama masuk sekolah; (4) hari belajar efektif di sekolah; (5) upacara-upacara di
sekolah (termasuk upacara peringatan hari besar); (6) hari-hari libur sekolah baik libur
umum, libur khusus, maupun libur semester; (7) ulangan-ulangan (UTS, UAS, UN,
UNBK); (8) pengisian dan pembagian rapor kenaikan kelas; (9) kegiatan-kegiatan
ekstra kurikuler.
Dalam melaksanakan kalender pendidikan wajib memperhatikan prinsip-
prinsip operasional kegiatan sekolah antara lain:
1) Setiap kegiatan mempunyai fungsi peningkatan mutu, efektifitas dan efisiensi
pendidikan.
2) Setiap kegiatan mempunyai kaitan fungsional dengan kegiatan lainnya yang
relevan.
3) Dalam fungsinya untuk meningkatkan mutu pendidikan kegiatan kurikuler dan
ekstra kurikuler merupakan satu keseluruhan yang integratif.
4) Penjadwalan kegiatan ekstra kurikuler menjamin kelancaran dan efektifitas
pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler.

2. Pelaksanaan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan guru dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah
meliputi:
a. Penyusunan Program Pengajaran Semester
Tujuan penyusunan program pengajaran semester ini adalah untuk:
1) Menjabarkan bahan pelajaran yang akan disajikan guru dalam proses
belajar mengajar.
2) Mengarahkan tugas yang harus ditempuh guru agar pengajaran dapat
dilakukan secara bertahap dan tepat.
Adapun fungsi program pengajaran semester adalah:
1) Pedoman bagi guru dalam penyelenggaraan pembelajaran selama satu
semester
2) Bahan oleh kepala sekolah dan pengawas dalam melakukan pembinaan
terhadap guru.

Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun program pengajaran


semester yaitu:

1) Mempelajari kurikulum mata pelajaran yang dibina (pahami Standar


kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai).
2) Mengelompokkan bahan pengajaran yang tercantum dalam kurikulum
menjadi beberapa satuan bahasan.
3) Menghitung banyaknya satuan bahasan yang terdapat selama satu
semester.
4) Menghitung banyaknya minggu efektif sekolah (belajar) selama satu
semeter dengan melihat kalender pendidikan sekolah yang bersangkutan.
5) Mengalokasikan waktu yang dibutuhkan untuk setiap satuan bahasan
sesuai dengan hari efektif sekolah.
6) Mengatur pelaksanaan proses belajar mengajar sesuai dengan banyaknya
minggu efektif sekolah yang tersedia berdasarkan kalender pendidikan.
7) Penyusunan persiapan mengajar yang akan digunakan dan dipedomani
oleh guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar di kelas.
8) Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar
9) Kegiatan Intra dan Ekstra Kurikuler

3. Pengawasan
Pengawasan identik dengan kata controlling yang berarti pemeriksaan.Sedangkan
dalam kamus Bahasa Indonesia pengawasan adalah penilikan dan penjagaan, jadi
pengawasan berarti mempertahankan dan menjaga dengan baik. Menurut Winardi,
pengawasan adalah semua aktivitas yang dilaksanakan oleh pihak manajer dalam
upaya memastikan bahwa hasil aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan.

Pengawasan adalah fungsi administratif bagi setiap administrator untuk


memastikan bahwa apa yang dikerjakan sesuai dengan yang dikehendaki.
Pengawasan itu meliputi pemeriksaan apakah semua berjalan sesuai dengan
rencana yang dibuat, instruksi-instruksi yang dikeluarkan dan prinsip-prinsip yang
ditetapkan.

Menurut Simbolon (2004: 62) Pengawasan bertujuan agar hasil


pelaksanaan pekerjaan diperoleh secara berdaya guna (efisien) dan berhasil guna
(efektif) sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya. Fungsi dari
pengawasan, Simbolon (2004: 62) mengemukakan bahwa, fungsi dari pengawasan
yaitu:

a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas
dan wewenang dalam pelaksanaan pekerjaan.
b. Mendidik para pejabat agar mereka melaksanakan pekerjaan sesuai dengan
prosedur yang ditentukan.
c. Untuk mencegah terjadinya penyimpangan, penyelewengan, kelalaian dan
kelemahan, agar tidak terjadi kerugian yang tidak diinginkan.
d. Untuk memperbaiki kesalahan dan penyelewengan, agar pelaksanaan
pekerjaan tidak mengalami hambatan dan pemborosan-pemborosan.

4. Evaluasi

Evaluasi merupakan salah satu upaya untuk mengetahui apakah segala sesuatu
yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik dan mencapai target yang
diharapkan. Beberapa kegiatan evaluasi yang dilakukan di sekolah adalah:

a. Evaluasi hasil belajar


Evaluasi hasil belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh
tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa.
Tujuan dan fungsi evaluasi hasil belajar adalah:
1) memberikan umpan balik kepada guru dan siswa dengan tujaun untuk
memperbaiki cara belajar mengajar, mengadakan perbaikan dan pengayaan
bagi siswa, serta menempatkan siswa pada situasibelajar mengajar yang
tepat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
2) memberikan informasi kepada siswa tentang tingkat keberhasilannya dalam
belajar dengan tujuan untuk memperbaiki, mendalami atau memperluas
pelajaran.
3) menentukan nilai hasil belajar siswa yang dibutuhkan untuk pemberian
laporan kepada orang tu, penentuan kenaikan kelas, dan kelulusan siswa.
b. Evaluasi program pengajaran
Evaluasi program pengajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program, serta
faktor-faktor yang mendukung atau menghambat keberhasilan program tersebut.

F. Peran Guru dalam Administrasi Kurikulum


Guru merupakan ujung tombak dalam membangun kualitas suatu pendidikan.
Mereka berperan sebagai seorang pendidik dan pengajar. Tidak sedikit para penerus
bangsa yang sukses sebagai hasil didikan para guru di masa lalu.Namun perlu kita
ketahui, guru sebenarnya tidak hanya berkutat pada urusan mengajar saja, tapi ada
yang lain, khususnya dalam hal administrasi kurikulum. Kesemuanya memiliki tujuan
sama yaitu mensukseskan pendidikan Indonesia. Didalam kegiatan pelaksanaan
kegiatan berkurikulum tugas pendidik adalah mengkaji kurikulum melalui aktifitas
kelompok atau perorangan, dengan demikian kepala sekolah dan guru harus faham
betul sebelum kurikulum diaplikasikan ke dalam sistem sekolah. Dalam proses
pengembangan kurikulum pendidik akan lebih banyak dalam tataran kelas. Adapun
peran guru berkaitan dengan kurikulum adalah sebagai berikut:

1) Impelementers
Guru berperan dalam mengaplikasikan kurikulum yang telah ada. Dalam
melaksanakan peranannya pendidik hanya sekedar menerima kebijakan
perumusan kurikulum. Guru tidak diberikan kebebasan dalam menentukan isi
kurikulum ataupun target dari kurikulum. Pada fase implementasi, peran pendidik
dalam kurikulum hanya sebatas menjalankan saja.

2) Adapters
Selain sebagai pelaksana kurikulum guru pun berperan sebagai penyelaras
kurikulum dengan karakteristik siswa dan kebutuhan daerah.Dalam tahap ini
pendidik memberikan kewenangan dalam menyelesaikan kurikulum yang telah
ada dengan kebutuhan lokal dan karakteristik sekolah.

3) Developers
Dalam peranannya sebagai pelaksana kurikulum, pendidik juga
ditempatkan sebagai seseorang yang berwenang dalam mendesain kurikulum.
Guru tidak sekedar menunjukan isi dan tujuan pembelajaran saja, tetapi juga bisa
menentukan strategi seperti apa yang mesti dikembangkan dan bagaimana cara
dalam mengukur keberhasilannya. Pada fase pengembangan kurikulum ini, guru
bisa melakukannya dengan mempertimbangkan: visi serta misi sekolah,
karakteristik dan segala hal yang dibutuhkan peserta didik.

4) Researchers
Peranan guru dalam kurikulum adalah sebagai researcher atau
peneliti.Peran ini dilakukan sebagai bagian dari tugas keprofesionalan guru yang
mempunyai tanggung jawab dalam memperbaiki serta meningkatkan kinerjanya
sebagai seorang pendidik.Dalam pelaksanaannya sebagai researcher, pendidik
memliki tanggung jawab untuk meneliti komponen yang terdapat pada kurikulum.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Administrasi kurikulum merupakan segenap proses usaha Bersama untuk memperlancar
pencapaian tujuan pembelajaran dengan titik berat pada usaha meningkatkan kualitas
interaksi belajar mengajar (Mulyasa, 2006:40). Kurikulum berperan menyeleksi nilai dan
budaya mana yang perlu dimiliki anak didik. Nilai-nilai social yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan masa mendatang dihilangkan dan diadakan modifikasi dan perbaikan, sehingga
kurikulum perlu mengadakan pilihan yang tepat atas dasar kriteria tertentu. Demikian juga
sebaliknya nilai-nilai baru yang tidak sesuai dengan budaya setempat mungkin akan ditolak
dan tidak dipakai, atau dipakai dengan diwarnai nilai-nilai local, sehingga menjadi nilai-nilai
yang dapat diterima masyarakat setempat.

Kurikulum sebagai program pendidikan yang telah direncanakan secara sistematis


memiliki peran yakni peran konserfatif, peran keratif, dan peran kritis / evaluative.
Kurikulum berfungsi sebagai panduan dalam pendidikan. Syodih (2016:38) menjelaskan
bahwa landasan utama dalam pengembangan kurikulum meliputi fisolofis, psikologis, social
budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi.

Model pengembangan kurikulum merupakan proses untuk membuat keputusan dan untuk
merevisi suatu program kurikulum. Setidaknya terdapat delapan model pengembangan
kurikulum yaitu: (1) the administrative (line staff) model; (2) the grass roots model; (3)
beachmp’s system; (4) the demonstration model; (5) taba’s inverted model; (6) roger’s
interpersonal relations model; (7) the systematic action research model; dan (8) emerging
technical mode. Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa proses administrasi yang
dilakukan yaitu perencanaan, pelaksanaan, penyusunan, serta evaluasi.

Didalam kegiatan pelaksanaan kegiatan berkurikulum tugas pendidik adalah mengkaji


kurikulum melalui aktifitas kelompok atau perorangan, dengan demikian kepala sekolah dan
guru harus faham betul sebelum kurikulum diaplikasikan ke dalam sistem sekolah. Dalam
proses pengembangan kurikulum pendidik akan lebih banyak dalam tataran kelas
B. Saran
Kiranya para pembaca makalah ini atau mahasiswa sebagi calon guru tidak hanya
sekedar membaca makalah ini tetapi juga perlu mempelajari isi makalah ini yaitu
bagaimana keterampilan dasar dan kompetensi guru professional agar kelak menjadi guru
yang memiliki keterampilan dan kompetensi yang baik dan benar
DAFTAR PUSTAKA
Nasbi, Ibrahim. 2017. Manajemen Kurikulum. Makasar: Jurnal Idaraah

Syaputra, adi. Hasanah Enung. 2021. Manajemen kurikulum dalam pembelajaran jarak jauh
di masa pandemi COVID-19.

Mahrus. 2021. Manajemen kurikulum dan pembelajaran dalam sistem pendidikan nasional.
JIEMAN

Zetha, ayu nur. Retno Trowoelandari. Salati Asmahasanah. Manajemen kurikulum dan
pembelajaran di sekolah dasar nida suksa Thailand selatan.

Sulfemi, wahyu Bagja. 2018. Modul pembelajaran program studi administrasi pendidikan
STKIP Muhammadiyah Bogor. Bogor : Visi Nusantara Maju

Anda mungkin juga menyukai