Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

PENGEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

“Indikator dalam pembelajaran dalam berbagai setting dan komponen pengembangan


perencanaan pembelajaran”

Dosen pengampu :

Gaby Arnez, M.Pd.

Disusun oleh kelompok 2 :

Arini Fakhruz Anam (22003167)

Siti Aisyah Mawaddah (22003148)

Anggina Duha Salsabila Damanik ( 22003005)

Siti Anke Ighawa Armia (22003149]

Fahmarita (22003176)

PENDIDIKAN LUAR BIASA

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang
berarti sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Gaby Arnez,
M.Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah pengembangan kurikulum pendidikan khusus yang
telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat bagi semua pihak
yang membutuhkan.

Padang, 18 Maret 2024

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.....................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1

A. Latar belakang........................................................................................................1
B. Rumusan masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan ....................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2

A. Komponen kurikulum dan kaitannya ke kurikulum merdeka belajar ....................2


B. Perangkat kurikulum merdeka belajar ...................................................................5
C. Pendekatan pembelajaran.......................................................................................7
D. Metode pembelajaran .............................................................................................13
E. Model pembelajaran...............................................................................................23

BAB III PPENUTUP .......................................................................................................25

A. Kesimpulan ............................................................................................................25
B. Saran ......................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................26


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kurikulum sebagai sebuah rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang


sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan
kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka
dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang
kokoh dan kuat.

Landasan pengembangan kurikulum tidak hanya diperlukan bagi para penyusun


kurikulum atau kurikulum tertulis yang sering disebut juga sebagai kurikulum ideal, akan
tetapi terutama harus dipahami dan dijadikan dasar pertimbangan oleh para pelaksana
kurikulum yaitu para pengawas pendidikan dan para guru serta pihak-pihak lain yang
terkait dengan tugas-tugas pengelolaan pendidikan, sebagai bahan untuk dijadikan
instrumen dalam melakukan pembinaan terhadap implementasi kurikulum di setiap
jenjang pendidikan. Penyusunan dan pengembangan kurikulum tidak bisa dilakukan
secara sembarangan. Dibutuhkan berbagai landasan yang kuat agar mampu dijadikan
dasar pijakan dalam melakukan proses penyelenggaraan pendidikan, sehingga dapat
memfasilitasi tercapainya sasaran pendidikan dan pembelajaran secara lebih efektif dan
efisien.

B. Rumusan masalah

1. Apa saja komponen kurikulum?


2. Apa saja yang masuk kedalam Metode pembelajaran?

C. Tujuan

Agar mahasiswa memiliki pemahaman bagaiamana pendekatan behavioristik dalam


pengembangan bakat dan kreativitas.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komponen kurikulum dan kaitannya ke kurikulum merdeka belajar

Kurikulum Merdeka Belajar terdiri dari tujuh komponen penting antara lain :

1) Konstruktivisme

Dalam dunia pendidikan konstruktivisme menjadi salah satu teori yang bersifat
membangun pemahaman, kemampuan, dalam proses pembelajaran (Suparlan, 2019).
Dalam kurikulum merdeka, komponen ini berkaitan dengan cara siswa dalam
membangun pengetahuan dalam materi yang dipelajari.

2) Inquiry (Menemukan)

Menurut (Efendi & Wardani, 2021) Inquiry menjadi salah satu model
pembelajaran yang membantu siswa untuk lebih berfikir kritis dalam kegiatan
pembelajaran. Dalam kurikulum merdeka, inquiry mempunyai arti bahwasanya siswa
mengalami perpindahan dari proses pengamatan menjadi suatu pemahaman.

3) Bertanya

Dalam Kurikulum Merdeka Belajar siswa dibiasakan untuk bertanya terkait hal-
hal yang tidak dipahami saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan tersebut bertujuan
untuk membimbing dan menilai kemampuan siswa dalam berfikir.

4) Learning Community

Learning Community merupakan Hasil kegiatan pembelajaran yang diperoleh dari


kerjasama dengan orang lain (Kamaluddin & Hidayat, 2020).

2
Dengan bekerjasama, siswa dapat berbagi ide dan bertukar pengalaman dengan
antar teman selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

5) Modelling

Guru dalam Kurikulum Merdeka Belajar berperan sebagai fasilitator yang dapat
dijadikan model oleh siswa ketika dilingkungan sekolah.

6) Refleksi

Bahwasannya siswa merefleksikan materi dengan memberi pernyataan secara


langsung terkait pembelajaran yang telah diajarkan guru.

7) Authentic Assessment

Komponen Kurikulum Merdeka Belajar ini menerangkan bahwasanya


pengetahuan dan keterampilan siswa dinilai dengan metode penilaian yang relevan.

Menurut Abidah dkk. terdapat empat komponen utama Kurikulum Merdeka Belajar,
yaitu sebagai berikut.

1. Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) diganti dengan asesmen berupa ujian
tertulis dan/atau bentuk ujian lain, yaitu penugasan dan portofolio seperti tugas
kelompok, karya tulis, tugas proyek, dan lainnya.

2. Pada tahun 2020 Ujian Nasional (UN) dihapus dan diganti dengan Survei Karakter
serta Asesmen Kompetensi Minimun.

3. Implementasi perihal Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) satu lembar.

4. Menerapkan sistem zonasi pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

3
Kemendikbud menggagas empat komponen di atas bertujuan untuk memberi ruang luas
bagi setiap peserta didik, guru dan pihak sekolah dalam menentukan langkah kebijakan.
Adanya Kurikulum Merdeka Belajar dapat menjawab terhadap pesatnya globalisasi yang
sudah memasuki abad ke-21. Tuntutan perkembangan zaman mendorong suatu lembaga
pendidikan untuk senantiasa adaptif dan solutif terhadap kurikulum.

Komponen kurikulum dan kaitannya dengan Kurikulum Merdeka Belajar telah dijelaskan
secara baik dalam jurnal penelitian yang berjudul "Analisis Komponen Kurikulum
Merdeka Belajar pada Jenjang Sekolah Dasar" oleh Pramita Ariati dan Tutik Rahayu
(2022). Jurnal ini dapat diakses melalui link berikut:

Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa komponen-komponen kurikulum dalam


Kurikulum Merdeka Belajar meliputi:

I. Profil Pelajar Pancasila Profil Pelajar Pancasila menjadi acuan dalam pengembangan
kurikulum Merdeka Belajar. Profil ini mencakup aspek spiritual, personal, sosial, dan
pengetahuan yang diharapkan dimiliki oleh setiap pelajar Indonesia.

II. Capaian Pembelajaran Capaian pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka Belajar


dirumuskan berdasarkan Profil Pelajar Pancasila dan mencakup aspek sikap,
pengetahuan, dan keterampilan.

III. Muatan Pembelajaran Muatan pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka Belajar dapat
berupa mata pelajaran, proyek, atau kegiatan lain yang disesuaikan dengan minat dan
bakat pelajar.

IV. Pembelajaran Proses pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka Belajar berpusat pada
pelajar (student-centered learning) dan mengutamakan kemandirian belajar.

V. Penilaian Penilaian dalam Kurikulum Merdeka Belajar dilakukan secara menyeluruh,


mencakup penilaian sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan menggunakan
berbagai metode, seperti portofolio, proyek, atau tes tertulis.

4
Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa komponen-komponen kurikulum tersebut saling
terkait dan mendukung dalam mencapai tujuan Kurikulum Merdeka Belajar, yaitu
menghasilkan pelajar yang memiliki karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, serta
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

B. Perangkat kurikulum merdeka belajar

Perangkat ajar merupakan buku teks dan modul ajar yang membantu guru dalam
mengimplementasikan Kurikulum Merdeka. Melalui perangkat ajar, guru diharapkan
dapat menyelenggarakan proses pembelajaran yang semakin bermakna, selaras dengan
prinsip yang mengedepankan pembelajaran sesuai tahapan dan kebutuhan peserta didik

Ada tiga perangkat ajar yang baru dikembangkan dalam Kurikulum Merdeka, yaitu
contoh-contoh:

I. modul ajar

Modul ajar merupakan pengembangan dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)


yang dilengkapi dengan panduan yang lebih terperinci, termasuk lembar kegiatan siswa
dan asesmen untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran.

Dengan menggunakan modul ajar diharapkan proses belajar menjadi lebih fleksibel
karena tidak tergantung pada konten dalam buku teks, kecepatan serta strategi
pembelajaran juga dapat sesuai dengan kebutuhan peserta didik, sehingga diharapkan
setiap siswa dapat mencapai kompetensi minimum yang ditargetkan.

II. alur tujuan pembelajaran,

5
Alur Tujuan Pembelajaran (ATP) atau urutan pembelajaran adalah komponen untuk
menyusun silabus. ATP diharapkan dapat membantu satuan pendidikan dan pendidik
mengembangkan langkah-langkah atau alur pembelajaran berdasarkan Capaian
Pembelajaran yang telah ditetapkan.

III. projek penguatan profil pelajar Pancasila

Perangkat ajar didistribusikan melalui platform digital yang dikembangkan


Kemendikbudristek agar dapat diakses lebih luas dalam jangka waktu yang cepat. Selain
itu, pengguna perangkat ajar juga akan lebih mudah untuk memilih perangkat ajar sesuai
dengan kebutuhannya dalam platform tersebut.

Perangkat kurikulum merupakan komponen penting dalam implementasi Kurikulum


Merdeka Belajar. Perangkat kurikulum ini telah dibahas dalam jurnal penelitian yang
berjudul "Perangkat Kurikulum Merdeka Belajar pada Jenjang Sekolah Dasar" oleh Siti
Aminah dan Suparman (2022).

Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa perangkat kurikulum Merdeka Belajar pada
jenjang Sekolah Dasar meliputi:

A. Buku Panduan Guru Buku Panduan Guru berisi panduan bagi guru dalam
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip Kurikulum Merdeka Belajar.

B. Buku Pelajaran Buku Pelajaran berisi materi pembelajaran yang disesuaikan dengan
capaian pembelajaran dan minat belajar peserta didik.

C. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) RPP disusun oleh guru sebagai pedoman
dalam melaksanakan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan
mengutamakan kemandirian belajar.

D. Buku Penilaian Buku Penilaian digunakan untuk mendokumentasikan hasil penilaian


sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik.

6
E. Buku Monitoring Buku Monitoring digunakan untuk memantau perkembangan dan
capaian belajar peserta didik.

F. Buku Panduan Pengawas Buku Panduan Pengawas berisi panduan bagi pengawas
sekolah dalam melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan Kurikulum
Merdeka Belajar.

Dalam jurnal tersebut, dijelaskan bahwa perangkat kurikulum ini saling terkait dan
mendukung dalam mencapai tujuan Kurikulum Merdeka Belajar, yaitu menghasilkan
peserta didik yang memiliki karakter sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila, serta
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakatnya.

C. Pendekatan pembelajaran

• Pendekatan Humanistik

Pendekatan Humanistik dalam pengembangan kurikulum bertolak dari ide


"memanusiakan manusia". Penciptaan konteks yang akan memberi peluang manusia
untuk menjadi lebih human, untuk mempertinggi harkat manusia merupakan dasar
filosofi, dasar teori, dasar evaluasi dan dasar pengembangan program pendidikan. Pada
pendekatan humanistik berpusat pada siswa, jadi student centered, dan mengutamakan
perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian integral dari proses
belajar.

Menurut Somantrie dalam Abdullah Idi, bahwa pada pendekatan humanistik


prioritasnya adalah pengalaman belajar yang diarahkan terhadap tanggapan minat,
kebutuhan dan kemampuan anak. Permasalahan yang perlu disadari adalah bahwa materi
bukanlah tujuan. Dengan demikian, keberhasilan pendidikan tidak semata-mata diukur
dengan lancarnya proses transmisi nilai-nilai (dalam hal ini materi pelajaran yang
terformat dalam kurikulum),

7
melainkan lebih dari sekadar hal itu Pendidikan humanistik menganggap materi
pendidikan lebih merupakan sarana, yakni sarana untuk membentuk pematangan
humanisasi peserta didik, jasmani dan ruhani secara gradual. Jadi dari hal tersebut
dapatlah kita pahami bahwa pada pendekatan humanistik tujuan dari pendidikan itu
bukan hanya pada nilai-nilai yang dapat dicapai pesera didik tapi lebih kepada
pembentukan perubahan pada peserta didik, baik secara jasmani maupun ruhani.

• Pendekatan Teknologis

Perspektif teknologi sebagai kurikulum ditekankan pada efektifitas program metode


dan material untuk mencapai suatu manfaat dan keberhasilan. Teknologi memengaruhi
kurikulum dalam dua cara, yaitu aplikasi dan teori. Aplikasi teknologi merupakan suatu
rencana penggunaan beragam alat dan media, atau tahapan basis instruksi. Sebagai teori,
teknologi digunakan dalam pengembangan dan evaluasi material kurikulum dan
instruksional. Pandangan pertama menyatakan bahwa pemanfaatan teknologi lebih
diarahkan pada bagaimana mengajarnya, bukan apa yang diajarkan. Sementara
pandangan kedua menyatakan bahwa teknologi diarahkan pada penerapan tahapan
instruksional. Penerapan teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah
dalam dua bentuk, yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras
(hardware). Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai
teknologi alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut
juga teknologi sistem (system technology).

Teknologi pendidikan dalam arti teknologi alat, lebih menekankan kepada penggunaan
alat-alat teknologi untuk menunjang efisiensi dan efektifitas pendidikan. Kurikulumnya
berisikan rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media, juga model-model
pengajaran yang banyak melibatkan penggunaan alat.

8
Contoh-contoh model pengajaran tersebut adalah: pengajaran dengan bantuan film dan
video, pengajaran berprogram, mesin pengajaran, pengajaran modul. Pengajaran dengan
bantuan komputer, dan lain-lain. Pendekatan teknologi dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan bertolak dari analisis kompetensi yang dibutuhkan untuk
melaksanakan tugas-tugas tertentu. Karenanya materi yang diajarkan, kriteria evaluasi
sukses, dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan analisis tugas (job analysis)
tersebut. Contoh penerapannya dalam kurikulum

• Pendekatan Rekontruksionalisme

Rekonstruksi sosial sangat memperhatikan hubungan kurikulum dengan sosial


masyarakat dan politik perkembangan ekonomi. Banyak prinsip kelompok ini yang
konsisten dengan cita-cita tertinggi, contohnya masalah hak asasi kaum minoritas,
keyakinan dalam intelektual masyarakat umumnya, dan kemampuan menentukan nasib
sendiri sesuai arahan yang mereka inginkan. Pengajaran kurikulum rekonstruksi sosial
banyak dilaksanakan di daerah-daerah yang tergolong belum maju dan tingkat
ekonominya juga belum tinggi. Pelaksanaan pengajaran ini diarahkan untuk
meningkatkan kondisi kehidupan mereka. Sesuai dengan potensi yang ada dalam
masyarakat, sekolah mempelajari potensipotensi tersebut, dengan bantuan biaya dari
pemerintah, sekolah berusaha mengembangkan potensi tersebut. Di daerah pertanian
misalnya maka sekolah harus mengembangkan bidang pertanian, sementara kalau daerah
industri maka yang harus dikembangkan oleh sekolah adalah bidang industri. Sehingga
kurikulum tersebut dapat memenuhi kebutuhan masyarakat daerah tersebut. Kurikulum
rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai
permasalahan manusia dan kemanusian.

Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa permasalahan yang muncul tidak harus
diperhatikan oleh “pengetahuan sosial” saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu. Dari
pemikiran diatas, maka penyusunan dan pengembangan kurikulum harus bertitik tolak
dari problem yang dihadapi dalam masyarakat.

9
Pendekatan kurikulum rekonstrksi sosial ini selain menekankan pada isi
pembelajaran, sekaligus juga menekankan pada proses pendidikan dari pengalaman
belajar. Ini dikarenakan, pendekatan rekonstruksi sosial berasumsi bahwa, manusia
adalah makhluk sosial yang sepanjang kehidupannya membutuhkan orang lain, selalu
bersama, berinteraksi dan bekerjasama. Dari pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial
ini, nantinya diharapkan peserta didik mempunyai tanggung jawab dalam masyarakatnya
guna membantu pemerintah dalam perbaikan-perbaikan dalam masyarakatnya yang lebih
baik lagi kedepannya. Adapun pendekatan kurikulum rekonstruksi sosial ini mempunyai
ciri-ciri berkenaan dengan:

a) Tujuan Tujuan utama kurikulum rekonstruksi sosial adalah menghadapkan para peserta
didik pada tantangan, ancaman, hambatan-hambatan atau gangguan-gangguan yang
dihadapi manusia. Karena itu, tujuan program pendidikan setiap tahun berubah.
Tantangan-tantangan tersebut merupakan bidang garapan selain bidang studi agama, juga
perlu didekati dari bidangbidang lain seperti ekonomi, sosiologi, ilmu pengetahuan alam,
estetika, matematika dan lain-lain.

b) Metode Tugas guru dalam kegiatan pembelajaran pada kurikulum rekonstruksi sosial,
yaitu: berusaha mencari keselarasan antara tujuan-tujuan nasional dengan tujuan peserta
didik. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran guru harus dapat membantu para
peserta didik untuk menemukan minat dan kebutuhannya. Kegiatan pembelajaran yang
dilakukan untuk mencapai tujuan pendidikan dalam persoalan-persoalan tersebut di atas
dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode antara lain:1). mengadakan
survei kritis kepada masyarakat; 2). mengadakan studi banding ekonomi lokal dan
nasional

c) mengevaluasi semua rencana dengan kriteria, apakah telah memenuhi kepentingan


sebagian besar orang.

10
Organisasi Isi Pola organisasi isi kurikulum rekonstruksi sosial disusun seperti roda.
Ditengahtengahnya sebagai poros dipilih sesuatu masalah yang menjadi tema utama dan
dibahas secara pleno. Tema-tema tersebut dijabarkan ke dalam sejumlah topik yang
dibahas dalam diskusi kelompok, latihanlatihan, kunjungan dan lain-lain. Topik-topik
dengan berbagai kelompok ini merupakan jari-jari. Semua kegiatan jari-jari tersebut
dirangkum menjadi satu kesatuan sebagai bingkai atau velk. Evaluasi Dalam kegiatan
evaluasi para peserta didik dilibatkan. Keterlibatan para peserta didik terutama dalam
memilih, menyusun, dan menilai bahan yang akan diujikan. Soal-soal yang akan diujikan
terlebih dahulu diuji untuk menilai ketepatan maupun keluasan isinya. Selain itu juga
untuk menilai kemampuannya dalam menilai pencapaian tujuan-tujuan pembangunan
kehidupan keberagaman masyarakat yang sifatnya kualitatif.

• Pendekatan Grass Roots

Model grass roots, inisiatif pengembangan kurikulum dimulai dari lapangan atau dari
guru-guru sebagai implementator, kemudian menyebar pada lingkungan yang lebih luas,
makanya pendekatan ini dinamakan juga pengembangan kurikulum dari bawah ke atas.
Oleh karena sifatnya yang demikian, maka pendekatan ini lebih banyak digunakan dalam
menyempurnaan kurikulum (curriculum improvement), walaupun dalam skala yang
terbatas mungkin juga digunakan dalam pengembangan kurikulum baru (curriculum
construction).25 Ada beberapa langkah penyempurnaan kurikulum yang dapat kita
lakukan manakala menggunakan pendekatan grass roots ini:

1) menyadari adanya masalah. Pendekatan grass roots ini biasanya diawali dengan
keresahan guru tentang kurikulum yang berlaku. Misalnya dirasakan ketidak cocokan
penggunaan strategi pembelajaran, atau kegiatan evaluasi seperti yang diharapkan,
atau masalah kurangnya motivasi belajar siswa sehingga kita merasa terganggu, dan
lain sebagainya. Pemahaman dan kesadaran guru akan adanya suatu masalah
merupakan kunci dalam grass roots. Tanpa adanya kesadaran masalah tidak mungkin
gras root dapat berlangsung.

11
2) mengadakan refleksi. Kalau kita merasakan adanya masalah, maka selanjutnya kita
berusaha mencari penyebab munculnya masalah tersebut. Refleksi dilakukan dengan
mengkaji literatur yang relevan misalnya dengan membaca buku, jurnal hasil penelitian
yang relevan dengan masalah yang kita hadapi atau mengkaji sumber informasi lain
misalnya melacak sumber-sumber dari internet; atau melakukan diskusi dengan teman
sejawat dan mengkaji sumber dari lapangan, misalnya melakukan wawancara dengan
siswa, orang tua atau sumber lain.

3) mengajukan hipotesis atau jawaban sementara. Berdasarkan hasil kajian refleksi,


selanjutnya guru memetakan berbagai kemungkinan munculnya masalah dan cara
pengulangannya.

4) menentukan hipotesis yang sangat mungkin dekat dan dapat dilakukan sesuai dengan
situasi dan kondisi lapangan. Tidak mungkin berbagai kemungkinan bisa kita laksanakan.
Dalam langkah ini kita hanya bisa memilih kemungkinan yang dapat kita lakukan dan
selanjutnya merencakan apa yang seharusnya kita lakukan untuk mengatasi masalah
tersebut. Disamping itu kita juga dapat memperhitungkan berbagai kemungkinan yang
akan muncul, misalnya sebagai hambatan yang akan terjadi sehingga lebiha dan kita akan
dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

5) mengimplemenasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga


terpecahlah masalah yang dihadapi. Dalam proses pelaksanaanya kita dapat berkolaborasi
atau meminta pendapat teman sejawat.

6) membuat dan menyusun laporan hasil pelaksanaan pengembangan melui grass roots.
Langkah-langkah ini sangat penting dilakukan sebagai bahan publikasi dan diseminasi,
sehingga kemungkinan dapat dimanfaatkan dan diterapkan oleh orang lain yang pada
glirannya hasil pengembangan dapat tersebar.

12
D. Metode pembelajaran

Istilah metode berasal dari bahasaYunani “metodos”. Kata ini berasal dari dua
kata: “metha” berarti melalui atau melewati, dan “hodos” yang berarti jalan atau cara.
Dalam bahasa Arab metode disebut “ Thariqat ”, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
metode adalah cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, sehingga
dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar tercapai tujuan pengajaran.

Menurut Hamzah B. Uno “metode pembelajaran adalah cara yang digunakan guru untuk
mencapai tujuan pembelajaran”.15 Jadi metode pembelajaran adalah jalan yang ditempuh
seorang guru untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan tahapan-tahapan tertentu.

Metode pembelajaran adalah cara pendidik memberikan pelajaran dan cara peserta didik
menerima pelajaran pada waktu pelajaran berlangsung, baik dalam bentuk
memberitahukan atau membangkitkan.16 Jadi peranan metode pembelajaran ialah
sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar yang kondusif

Adapun macam-macam metode pembelajaran :

1) Metode Karya wisata (Out Door)

Menurut Anitah (2008: 5.29) Pembelajaran Outdoor hampir identik dengan


pembelajaran karya wisata artinya aktivitas belajar siswa dibawa ke luar kelas.
Pembelajaran ini harus direncanakan, dalikasanakan, dan dievaluasi secara sistematis dan
sistemik. Sering dalam implementasi outdoor, siswa tidak memiliki panduan belajar
sehingga esensi kegiatan tersebut kurang dirasakan manfaatnya. Pembelajaran outdoor
selain untuk peningkatan kemampuan juga lebih bersifat untuk peningkatan aspek-aspek
psikologi siswa, seperti rasa senang dan rasa kebersamaan yang selanjutnya berdampak
terhadap peningkatan motivasi belajar siswa.

13
Karakteristik dari pembelajaran outdoor yaitu menemukan sumber bahan
pelajaran sesuai dengan perkembangan masyarakat, dilaksanakan di luar kelas/sekolahan,
memiliki perencanaan, aktivitas siswa lebih muncul dari pada guru, aspek pembelajaran
merupakan salah satu implementasi dari pembelajaran berbasis kontekstual. (Anitah,
2008: 5.29)

Menurut Muslisch M (2009:239) Pembelajaran luar kelas adalah guru mengajak


siswa belajar di luar kelas untuk melihat peristiwa langsung di lapangan dengan tujuan
mengakrabkan siswa dengan lingkungannya. melalui pembelajaran luar kelas peran guru
adalah sebagai motivator artinya guru sebagai pemandu agar siswa belajar secara aktif,
kreatif, dan akrab dengan lingkungan

Keuntungan dari belajar di luar kelas menurut (sudjana, 2007: 208)

1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan siswa duduk di kelas berjam-
jam, sehingga motivasi belajar siswa akan lebih tinggi.

2. Hakikat belajar akan lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan situasi dan
keadaan yang sebenarnya atau bersifat alamiah.

3. Bahan- bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga
kebenarannya lebih akurat.

4. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif sebab dapat dilakukan
dengan berbagai cara seperti mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan atau
mendemonstrasikan, menguji fakta dan lain- lain.

5. Sumber belajar menjadi lebih kaya sebab lingkungan yang dapat dipelajari bisa
beraneka ragam seperti lingkungan sosial, lingkungan alam, lingkungan buatan dan lain-
lain.

14
6. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di
lingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi yang tidak asing dengan kehidupan di
sekitarnya, serta dapat memupuk cinta lingkungan

Beberapa kelemahan dan kekurangan yang sering terjadi dalam pelaksanaannya berkisar
pada teknis pengaturan waktu dan kegiatan belajar. (Sudjana, 2007: 209) misalnya:

1. Kegiatan belajar kurang dipersiapkan sebelumnya yang menyebabkan pada waktu


siswa dibawa ketujuan tidak melakukan kegiatan belajar yang diharapkan sehingga ada
kesan main-main. Kelemahan ini bisa diatasi dengan persiapan yang matang sebelum
kegiatan itu dilaksanakan. Misalnya, menentukan tujuan belajar yang diharapkan dimiliki
siswa, menentukan cara bagaimana siswa mempelajarinya, menentukan apa yang harus
dipelajarinya, berapa lama dipelajari, cara memperoleh informasi, mencatat hasil yang
diperoleh, dan lainlain

2. Ada kesan dari guru dan siswa bahwa kegiatan mempelajari lingkungan memerlukan
waktu yang cukup lama, sehingga menghabiskan waktu untuk belajar di kelas.

3. Sempitnya pandangan guru bahwa kegiatan belajar hanya terjadi di dalam kelas. Guru
lupa bahwa tugas belajar siswa dapat dilakukan di luar jam kelas atau pelajaran baik
secara individual maupun kelompok dan satu diantaranya dapat dilakukan dengan
mempelajari keadaan lingkunganny

2) Metode Talking Stick

Metode pembelajaran talking stick adalah Metode pembelajaran yang dilakukan


dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari
guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya Metode pembelajaran talking stick
dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang berorientasi

15
pada terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari
satu siswa kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan
selanjutnya mengajukan pertanyaan. Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka
siswa yang sedang memegang tongkat, itulah yang yang memperoleh kesempatan untuk
menjawab pertanyaan tersebut.

Salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
serta menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran yaitu metode Talking
Stick. Pembelajaran dengan metode Talking Stick mendorong peserta didik untuk berani
mengemukakan pendapat. pembelajaran dengan metode Talking Stick diawali oleh
penjelasan guru mengenai materi pokok yang akan dipelajari. Peserta didik diberi
kesempatan membaca dan mempelajari materi tersebut. Berikan waktu yang cukup untuk
aktivitas ini. Guru selanjutnya meminta kepada peserta didik menutup bukunya. Guru
mengambil tongkat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Tongkat tersebut diberikan
kepada salah satu peserta didik. Peserta didik yang menerima tongkat tersebut diwajibkan
menjawab pertanyaan dari guru demikian seterusnya. Ketika stick bergulir dari peserta
didik lainnya, seyogianya diiringi musik. langkah akhir dari metode Talking Stick adalah
guru memberikan kesempatan kepada peserta didik melakukan refleksi terhadap materi
yang telah dipelajarinya. Guru memberi ulasan terhadap seluruh jawaban yang diberikan
peserta didik, selanjutnya bersama-sama peserta didik merumuskan kesimpulan.(Dalam
Suprijono. A, 2010: 109-110).

Metode Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dipergunakan guru


dalam mencapai tujuan pembelajaran yang diiinginkan. Talking Stick sebagaimana
dimaksudkan penelitian ini, dalam proses belajar mengajar di kelas berorientasi pada
terciptanya kondisi belajar melalui permainan tongkat yang diberikan dari satu siswa
kepada siswa yang lainnya pada saat guru menjelaskan materi pelajaran dan selanjutnya
mengajukan pertanyaan.

16
Saat guru selesai mengajukan pertanyaan, maka siswa yang sedang memegang
tongkat itulah yang memperoleh kesempatan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Hal
ini dilakukan hingga semua siswa berkesempatan mendapat giliran menjawab pertanyaan
yang diajukan guru.

Teknis pelaksanaan metode Talking Stick sebagai mana tercantum dalam buku
panduan materi sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan yang diselenggarakan
oleh Dinas Pendidikan Nasional 2006 dapat digambarkan sebagai berikut: 1) Guru
menyiapkan sebuah tongkat, 2) Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari,
kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari
materi, 3) Setelah selesai membaca materi pelajaran, siswa diperintahkan untuk menutup
buku, 4) Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru
memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian seterusnya hingga seluruh siswa mendapat bagian untuk menjawab pertanyaan
yang diajukan guru, 5) Guru memberikan kesimpulan, 6) Melakukan evaluasi, dan 7)
Menutup pelajaran.

Kelebihan Dan Kekurangan Menggunakan Metode Talking Stick

Kelebihan :

1) Menguji kesiapan siswa.

2) Melatih membaca dan memahami dengan cepat

3) Agar lebih giat belajar (belajar dahulu)

Kekurangan :

17
1) Membuat siswa senam jantung

2) Membuat siswa minder karena belum terbiasa

3) Metode Simulasi

Menurut Djamarah (2006:46) metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode
diperlukan oleh guru agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah
pengajaran berakhir. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia tidak
menguasai satu pun metode mengajar yang dirumuskan dan dikemukakan para ahli
psikologi dan pendidikan.

Simulasi adalah tiruan atau perbuatan yang hanya pura-pura saja (dari kata
simulate yang artinya pura-pura atau berbuat seolah-olah; dan simulation artinya tiruan
atau perbuatan yang pura-pura saja) Hasibuan dan Moedjiono (2008: 27). Sedangkan
menurut Hamalik dalam Taniredja, dkk (2011: 40) simulasi adalah suatu teknik yang
digunakan dalam semua sistem pengajaran, terutama dalam desain instruksional yang
berorientasi pada tujuan-tujuan tingkah laku. Latihan-latihan ketrampilan menuntut
praktik yang dilaksanakan di dalam situasi kehidupan nyata (dalam pekerjaan tertentu),
atau dalam situasi simulasi yang mengandung ciri-ciri situasi kehidupan senyatanya.
Latihanlatihan dalam bentuk simulasi pada dasarnya berlatih melaksanakan tugas-tugas
yang akan dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2008: 27-28) ada beberapa langkahlangkah dalam
penggunaan metode simulasi, yaitu :

A. Penentuan topik dan tujuan simulasi;

18
B. Guru memberikan gambaran secara garis besar situasi yang akan disimulasikan;

C. Guru memimpin pengorganisasian kelompok, peranan-peranan yang akan dimainkan,


pengaturan ruangan, pengaturan alat, dan sebagainya.

D. Pemilihan pemegang peranan;

E. Guru memberikan keterangan tentang peranan yang akan dilakukan;

F. Guru memberikan kesempatan untuk mempersiapkan diri kepada kelompok dan


pemegang peranan;

G. Menetapkan lokasi dan waktu pelaksanaan simulasi;

H. Pelaksanaan simulasi;

I. Evaluasi dan pemberian balikan;

J. Latihan ulang.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2008: 28) dalam pembelajaran metode simulasi ini
juga memiliki kelebihan dan kelemahan yaitu sebagai berikut:

1. Kelebihan Metode Simulasi:

• Menyenangkan, sehingga siswa secara wajar terdorong untuk berpartisipasi;


• Menggalakkan guru untuk mengembangkan aktivitas simulasi;
• Memungkinkan eksperimen berlangsung tanpa memerlukan lingkungan yang
sebenarnya;
• Memvisualkan hal-hal yang abstrak;

19
• Tidak memerlukan ketrampilan komunikasi yang pelik;
• Memungkinkan terjadinya interaksi antarsiswa;
• Menimbulkan respon yang positif dari siswa yang lamban, kurang cakap dan
kurang motivasi;
• Melatih berpikir kritis karena siswa terlibat dalam analisa proses, kemajuan
simulasi.

2. Kelemahan Metode Simulasi:

• Efektifitasnya dalam memajukan belajar belum dapat dilaporkan oleh riset;


• Validitas simulasi masih banyak diragukan orang;
• Menuntut imajinasi dari guru dan siswa.

4) Metode Discovery Learning

Menurut Djamarah (2008: 22) Discovery Learning adalah belajar mencari dan
menemukan sendiri. Dalam sistem belajar mengajar ini guru menyajikan bahan pelajaran
yang tidak berbentuk final, tetapi anak didik diberi peluang untuk mencari dan
menemukan sendiri dengan menggunakan teknik pendekatan pemecahan masalah. Secara
garis besar prosedurnya adalah demikian:

1. Simulation. Guru bertanya dengan mengajukan persoalan atau

menyuruh peserta didik untuk membaca atau mendengarkan uraian yang memuat
permasalahan.

2. Problem statement. Anak didik diberi kesempatan mengidebtifikasi berbagai


permasalahan.

20
3. Data collection. Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya
hipotesis ini, anak didik diberi kesenpatan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang
relevan.

4. Data processing. Semua informasi hasil bacaan, wawancara, observasi, dan


sebagainya, semua diolah, diacak, diklasifikasikan ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung
dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu,

5. Verification atau pembuktian. Berdasarkan hasih pemngolahan dan pembuktian,


hipotesis yang telah dirumuskan terdahulu kemudian dicek.

6. Generalization. Tahap selanjutnya berdasarkan hasil verifikasi tadi, anak didik belajar
menarik kesimpulan

5) Metode Brainstorming

Brainstorming merupakan bentuk dari pengembangan metode diskusi.Model


diskusi banyak dikembangkan menjadi Metode pembelajaran baru salah satunya yaitu
metode Branstorming.Diskusi adalah membahas suatu masalah oleh sejumlah anggota
kelompok, setiap anggota kelompok bebas untuk menyumbangkan ide, saran, pendapat,
informasi yang dimiliki, dan gagasan.Setiap anggota bebas untuk menanggapi, didukung,
atau bahkan tidak sepihak.Sedangkan dalam metode Brainstorming semua ide tau
gagasan ditampung oleh ketua kelompok dan hasilnya kemudian dijadikan peta
gagasan.Hasil dari peta gagasan menjadi kesepakatan bersama dalam kelompok.

Menurut Danajaya (2010: 79), brainstorming adalah dirancang untuk mendorong


kelompok mengekspresikan berbagai macam ide dan menunda penilaian-penilaian kritis.
Setiap orang menawarkan ide yang dicatat, kemudian dikombinasikan dengan berbagai
macam ide yang lainnya.

21
Pada akhirnya kelompok tersebut setuju dengan hasil akhirnya
Brainstormingadalahmendorong kelompokmenyumbangkanide-ide baru tanpa dinilai
segera.Setiap anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya. Hasil belajar yang
diharapkan ialah agar anggota kelompok belajar menghargai pendapat orang lain,
menumbuhkan rasa percaya pada diri sendiri dalam menyumbangkan ide-ide yang
ditemukannya yang dianggap benar (Hasibuan, 2008: 21).

6) Metode diskusi

Metode diskusi menurut Suryosubroto (2009:167) adalah suatu cara penyajian


bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada para siswa (kelompok-
kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat,
membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas sesuatu
masalah

7) Metode pembelajaran luar kelas

Kajawati (1995) menyatakan bahwa metode outdoor study atau metode di luar
kelas adalah metode dimana guru mengajak siswa belajar di luar kelas untuk melihat
peristiwa langsung dilapangan dengan tujuan mengakrabkan siswa dengan
lingkungannya. Melalui outdoor study lingkungan luar kelas dapat digunakan sebagai
sumber belajar. Peran guru disini adalah sebagai motivator artinya guru sebagai pemandu
agar siswa belajar secara aktif, kreatif dan akrab dengan lingkungan. (Muslisch, M, 2009
: 239)

Hal- hal yang harus diperhatikan oleh seorang guru agar metode pembelajaran di
luar kelas (OutDoor Study) berhasil dengan baik diantaranya adalah a) mampu
mengidentifikasi objek outdoor study yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, b)
membuat perencanaan dan panduan siswa dalam melaksanakan outdoor study,

22
c) mampu mempersiapkan bahan dan alat akan digunakan dalam kegiatan, d)
mampu mengontrol, memfasilitasi dan membimbing aktivitas siswa selama
melaksanakan kegiatan, e) mampu menilai kegiatan outdoor study.

E. Model pembelajaran kurikulum merdeka

Model pembelajaran adalah bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal


sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran
merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, strategi, dan
tehnik pembelajaran.

1. MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PjBL)

Model Project Based Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang


memulai atau berangkat dari sebuah proyek untuk memperoleh ilmu pengetahuan.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek
sebagai langkah awal untuk memperoleh dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalaman kegiatan kehidupan nyata. Pembelajaran berbasis proyek
dirancang untuk digunakan dalam masalah kompleks yang perlu diselidiki dan dipahami
siswa

2. MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah adalah pendekatan yang menanamkan


pengetahuan baru kepada siswa dengan menghadirkan masalah di awal untuk dipecahkan
oleh siswa. Namun, guru tetap harus meminta siswa untuk mengemukakan masalah yang
nyata dan relevan.

23
3. MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY BASED LEARNING

Model pembelajaran berbasis inkuiri adalah pembelajaran yang memungkinkan


siswa secara mandiri mengajukan pertanyaan, melakukan penelitian atau penelusuran,
mengikuti tes, atau penelitian untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan.
Dalam model ini, siswa dibimbing untuk menemukan materi yang disajikan dalam
pelajaran melalui pertanyaanpertanyaan dan introspeksi diri

4. MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

Pada dasarnya, discovery learning merupakan model pembelajaran yang


menekankan pada proses memahami secara aktif dan mandiri suatu konsep materi untuk
menarik kesimpulan. Dalam model pembelajaran ini siswa diharapkan lebih aktif dalam
kegiatan pembelajaran dimana guru berperan sebagai supervisor. Guru hanya
menanyakan kepada siswa serangkaian pertanyaan yang berkaitan dengan materi. Siswa
kemudian ditugaskan untuk menemukan, meneliti dan memutuskan pengamatannya
sebagai modal untuk menjawab pertanyaan guru.

5. MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kelompok dengan


volume tertentu yang tujuannya untuk mendorong anggota kelompok mencapai hasil
belajar yang maksimal. Tujuan dari model ini adalah untuk memaksimalkan hasil belajar
yang dapat dicapai dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa tingkat pengetahuan anggota kelompok ini rendah,
sedang dan tinggi.

24
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun
kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan
landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan
sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam
rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU No.20 Tahun 2003.

B. Penutup

Saran yang di sampaikan penulis agar dengan membaca makalah ini disarankan
pada pembaca agar mengetahui tentang pentingnyan kurikulum dalam sistem
pembelajaran di sekolah. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

25
DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, M., & Fahira, E. F. (2023). Model Pembelajaran dalam Kurikulum Merdeka. Prosiding
Konferensi …, 1–23.
https://prokonpi.uinsa.ac.id/index.php/prokonpi/article/view/16%0Ahttps://prokonpi.uinsa.a
c.id/index.php/prokonpi/article/download/16/10

Cholilah, M., Tatuwo, A. G. P., Komariah, & Rosdiana, S. P. (2023). Pengembangan Kurikulum
Merdeka Dalam Satuan Pendidikan Serta Implementasi Kurikulum Merdeka Pada
Pembelajaran Abad 21. Sanskara Pendidikan Dan Pengajaran, 1(02), 56–67.
https://doi.org/10.58812/spp.v1i02.110

Manalu, J. B., Sitohang, P., Heriwati, N., & Turnip, H. (2022). Prosiding Pendidikan Dasar
Pengembangan Perangkat Pembelajaran Kurikulum Merdeka Belajar. Mahesa Centre
Research, 1(1), 80–86. https://doi.org/10.34007/ppd.v1i1.174

Anda mungkin juga menyukai