Anda di halaman 1dari 22

Tugas Individu

KARYA TULIS ILMIAH


ANALISIS KESIAPAN SEKOLAH DALAM IMPLEMENTASI
KURIKULUM MERDEKA BELAJAR

OLEH :

HALIJA
G2G122026

UNIVERSITAS HALU OLEO


KENDARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan Kehadirat Illahi Rabbi karena berkat rahmat dan
karuniaNya, dengan didorong semangat dan daya upaya penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul ANALISIS KESIAPAN SEKOLAH
DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM MERDEKA BELAJAR. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.
Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan sebagai bahan
acuan pembelajaran mengenai kesiapan sekolah untuk menghadapi kurukulum
merdeka belajar. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghasilkan
yang terbaik dalam penulisan makalah ini, tetapi penulis menyadari masih
terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu penulis sangat mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.

                                                                                  Kendari , 28 Desember 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
....................................................................................................................................
i

KATA PENGANTAR
....................................................................................................................................
ii

DAFTAR ISI
....................................................................................................................................
iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
........................................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
........................................................................................................................
2
C. Tujuan
........................................................................................................................
3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar


........................................................................................................................
4
B. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar
........................................................................................................................
4
C. Tujuan Kurikulum Merdeka Belajar
........................................................................................................................
5

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
........................................................................................................................
7

iii
B. Jenis dan Sumber Penelitian
........................................................................................................................
7
C. Teknik Pengumpulan Data
........................................................................................................................
8
D. Analisis Data
........................................................................................................................
8

BAB IV PEMBAHASAN
....................................................................................................................................
9

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan
........................................................................................................................
16

DAFTAR PUSTAKA
....................................................................................................................................
18

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kurikulum dipakai untuk mencapai sebuah pembelajaran. Asumsi filosofis


mempengaruhi perumusan tujuan pendidikan, pengembangan isi atau bahan
instruksional, penentuan strategi, dan peran siswa dan guru. Latar belakang
psikologi berkaitan dengan teori belajar kognitif, perilaku, dan humanistik.
Landasan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan titik tolak dalam
membangun kurikulum untuk beradaptasi dengan perubahan dan tantangan zaman
(Mubarok et al., 2021).
Kebebasan dalam merancang Kurikulum pendidikan agama Kristen
memperhatikan faktor siswa, guru, lembaga pendidikan, penyelenggara lembaga,
orang tua siswa, gereja dan masyarakat (Tubulau, 2020). Standar proses adalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan penyelenggaraan
pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan
perguruan tinggi.
Proses pembelajaran di satuan pendidikan kami bersifat interaktif, merangsang,
menyenangkan, menantang dan dirancang untuk mendorong partisipasi aktif,
disesuaikan dengan kemampuan, minat, perkembangan fisik dan psikologis siswa.
Menawarkan banyak ruang untuk inisiatif, kreativitas, dan kemandirian (Ilhami &
Syahrani, 2021).
Konsep profesionalisme guru dalam implementasi kurikulum mandiri
menunjukkan bahwa profesionalisme guru menghadapi tantangan berat. Kualitas
Konsep Profesionalisme Guru SMK dalam Penerapan Kurikulum Mandiri
(Rahayu et al., 2022). Langkah-langkah yang dapat dilakukan kepala sekolah
untuk menerapkan konsep pembelajaran mandiri di sekolah dasar adalah: 1)
Kepala sekolah harus Mendukung pelaksanaan belajar mandiri di sekolah. 2)
Mendorong guru untuk membuka diri. 3) memotivasi siswa belajar, berpikir kritis,
ingin tahu, berpartisipasi aktif dalam pembelajaran (Suryana & Iskandar, 2022).

1
Kebijakan pembelajaran mandiri, yang juga mencakup peningkatan kualitas
sumber daya manusia pendidik dan peningkatan kesejahteraan guru, harus
mempertimbangkan nasib guru sukarelawan (E. Sari & Noor, 2022b). Untuk
menghasilkan lulusan yang luar biasa, semua kurikulum harus dirancang dan
disesuaikan dengan kebutuhan siswa dan guru (E. C. Sari, 2022). Pendidikan
untuk masa depan membutuhkan pembuatan kebijakan yang merespon harapan
dan tantangan zaman.
Transformasi dibentuk oleh tingkat proses belajar dalam aktivitas belajar siswa
(Aziz et al., 2022). Perlu mengajarkan mata pelajaran sesuai perkembangan
zaman, membimbing agar tidak menciptakan generasi yang ketinggalan zaman,
dan menilai secara komprehensif tiga keterampilan utama anak (sikap,
pengetahuan, dan kemampuan) (Halek, 2019). Salah satu tantangan terbesar yang
dimiliki guru kelas dalam mengembangkan lingkungan kelas adalah bahwa dalam
banyak kasus lingkungan di luar kelas tidak kondusif untuk pencapaian akademik
(Toy, 2021).
Bahkan saat ini masih banyak guru yang bingung untuk memperkenalkan
kurikulumnya sendiri. Guru selalu perlu mengetahui persiapan apa saja yang
diperlukan dan bentuk penilaian apa yang diperlukan saat memperkenalkan
kurikulum pembelajaran mandiri ke dalam proses pembelajaran di sekolah (Ihsan,
2022).
Penelitian ini secara khusus ingin menemukan kesiapan sekolah dalam
menerapkan kurikulum merdeka. Penerapan kurikulum merdeka yang
dilaksanakan di SMPN 3 KENDARI. Sebagian besar guru belum mengerti cara
Menyusun kurikulum merdeka. Akses pelatihan kurikulum masih minim.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah pada latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam
penulisan makalah ini diantaranya adalah
1. Bagaimanakah kesiaapan sekolah dalam menghadapi penetapan kurikulum
merdeka belajar?

2
2. Bagaimanakah kesiapan guru untuk menghadapi penetapan kurikulum
merdeka belajar ?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan Makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui kesiaapan sekolah dalam menghadapi penetapan
kurikulum merdeka belajar
2. Untuk mengetahui kesiapan guru untuk menghadapi penetapan kurikulum
merdeka belajar

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Kurikulum Merdeka Belajar


Kemunculan kurikulum merdeka belajar menunjang tersebarluasnya pendidikan di
Indonesia secara merata dengan kebijakan afirmasi yang dibuat oleh pemerintah
terhadap peserta didik yang berada didaerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Tidak hanya itu saja kurikulum merdeka belajar juga akan mengubah metode
belajar yang awalnya dilaksanakan di ruang kelas dan diubah menjadi
pembelajaran di luar kelas. Pembelajaran di luar kelas akan memberikan peluang
yang lebih besar bagi peserta didik untuk berdiskusi dengan guru.
Pembelajaran di luar kelas akan membentuk karakter peserta didik baik dalam
keberanian mengutarakan pendapat saat diskusi, kemampuan bergaul secara baik,
menjadi peserta didik yang berkompetensi sehingga dengan sendirinya karakter
peserta didik semakin terbentuk. Kurikulum merdeka belajar juga tidak
mematokkan kemampuan dan pengetahuan siswa hanya dari nilai saja tetapi juga
melihat bagaimana kesantunan dan keterampilan siswa dalam bidang ilmu
tertentu.
Peserta didik diberikan kebebasan untuk mengembangkan bakat yang ia punya.
Hal ini menunjang kekereatifan siswa dan akan terwujud dengan sendirinya
melalui bimbingan guru. Tuntutan bagi guru harus mampu mengembangkan
konsep pembelajaran yang inovatif bagi peserta didik juga akan terwujud. Dalam
konsep kurikulum merdeka belajar guru dan siswa secara bersama-sama akan
menciptakan konsep pembelajaran yang lebih aktif dan produktif bagi guru
maupun peserta didik.

B. Konsep Kurikulum Merdeka Belajar


Konsep kurikulum merdeka belajar merupakan terbentuknya kemerdekaan dalam
berpikir. Kemerdekaan berpikir ditentukan oleh guru. Artinya guru menjadi
tonggak utama dalam menunjang keberhasilan dalam pendidikan.

4
Pada era digitalisasi saat ini perkembangan teknologi mempengaruhi kualitas
dalam pendidikan. Dimana dalam setiap aktivitas yang dilakukan baik guru
maupun peserta didik tidak terlepas dari perangkat yang berbasis digital. Konsep
pendidikan kurikulum merdeka belajar mengintegrasikan kemampuan literasi,
kecakapan pengetahuan, keterampilan dan sikap serta penguasaan teknologi.

Melalui konsep ini peserta didik diberikan kebebasan dalam berpikir untuk
memaksimalkan pengetahuan yang harus ditempuh. Konsep kurikulum abad 21
menuntut peserta didik harus mandiri dalam memperoleh ilmu baik dalam
pendidikan formal maupun non formal. Kebebasan yang diterapkan dalam konsep
abad 21 tersebut akan memberikan peluang kepada peserta didik untuk menggali
ilmu sebanyak-banyaknya. Salah satu hal yang bisa dilakukan yaitu melalui
kegiatan literasi, mengembangkan bakat melalui keterampilan dan hal-hal positif
yang menunjang perkembangan setiap peserta didk.

Konsep kurikulum merdeka belajar ini sudah sewajarnya diterapkan secara merata
di instansi pendidikan Indonesia saat ini. Selain berpengaruh terhadap
perkembangan peserta didik, konsep ini juga akan mempermudah guru dalam
menerapkan proses pembelajaran yang inovatif. Beban yang ditanggung guru
selama ini dapat dipecahkan melalui kurikulum merdeka belajar. Selain itu,
konsep kurikulum merdeka belajar juga akan menjadi solusi dalam menjawab
tantangan pendidikan pada era digitalisasi seperti sekarang ini. Nah untuk itu, kita
selaku kaum akademisi harus mampu menjadi garda terdepan dalam
menggerakkan kurikulum merdeka belajar tersebut diranah pendidikan Indonesia
saat ini.

C. Tujuan Penetapan Kurikulum Merdeka Belajar

Pembelajaran yang monoton/satu arah menjadi penghalang bagi peserta mdidik


dalam mengekspresikan kemampuannya (Yusrizal et al., 2017). Adanya batasan-
batasan pada konsep kurikulum yang diterapkan selama ini menjadi pemicu

5
terbelunggunya kekreatifan yang terdapat dalam diri guru maupun peserta didik.
Kurikulum yang diterapkan selama ini mengindikasikan siswa untuk memperoleh
nilai setinggi-tingginya pada setiap pelajaran yang diajarkan disekolah. Sementara
kita ketahui bahwa setiap peserta didik mempunyai keahlian dibidangnya masing-
masing (Selian & Irwansyah, 2018). Hal ini juga menjadi salah-satu faktor siswa
menjadi tidak kreatif dalam mengimplementasikan kemampuannya.

Nadiem Makarim (2019) menyatakan bahwa guru mempunyai tugas dan tanggung
jawab yang sangat sulit namun bersifat mulia. Guru diberikan tanggung jawab
dalam membentuk masa depan bangsa tetapi dilandasi dengan aturan-aturan yang
sangat banyak berupa persiapan administrasi yang harus disediakan oleh guru
sehingga konsep mulia berbentuk pertolongan yang seyogiyanya harus dilakukan
oleh guru kepada peserta didiknya menjadi tidak maksimal.

Menurut Eko Risdianto (2019:4) juga mengatakan bahwa kehadiran kurikulum


merdeka belajar ini juga bertujuan untuk menjawab tantangan pendidikan di era
revolusi industri 4.0 dimana dalam perwujudannya harus menunjang keterampilan
dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah, kreatif dan inovatif, serta terampil
dalam berkomunikasi dan berkolaborasi bagi peserta didik. Indonesia merupakan
Negara yang persebarannya sangat luas yaitu dari Sabang-Marauke. Persebaran
ini memicu banyaknya daerah-daerah terpencil yang sulit untuk mendapatkan
mendidikan secara merata (Suastika, 2021).

BAB III

6
METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian pada penyusunan makalah ini dilakukan pada sekolah SMPN 3
Kendari untuk memperoleh data yang sesuai dengan penelitian penulis. Pertama,
penulis melakukan penelitian pada beberapa guru untuk mengetahui cara apa yang
diterapkan dalam proses mendidik siswa. Kedua penulis melakukan penelitian
pada sekollah sekaligus siswa untuk mengetahui perkembangan pembelajaran
menggunakan kurikulum merdeka belajar.

B. Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Primer
Yaitu data yang diperoleh di lapangan seperti hasil wawancara dengan
guru dan siswa.
b. Data Sekunder
Yaitu data yang diperoleh dari hasil telaah buku-buku, literatur-literatur
dan bahan bacaan lainnya yang ada relevansinya dengan masalah
pendidikan terhadap siswa serta kurikulum merdeka belajar.

2. Sumber Data

1. Penelitian Kepustakaan (library researcti)


Yaitu data yang diperoleh dari membaca buku-buku, literatur-literatur dan
perundang-undangan yang berhubungan dengan penulisan ini, terutama
yang berkaitan dengan kurikulum belajar merdeka di sekolah.
2. Penelitian Lapangan (field research)

7
Untuk mendapatkan data lapangan penulis turun langsung ke lapangan
mewawancarai narasumber dan mengumpulkan data melalui hasil
wawancara langsung tersebut.

C. Teknik Pengumpulan Data

Lazimnya untuk mendapatkan data yang sesuai dengan hal-hal yang diteliti,
peneliti menggunakan instrument sebagai berikut :

1. Wawancara, penggunaan teknik ini dimaksudkan untuk menggali dan


mendalami hal-hal penting yang mungkin belum terjangkau melalui
observasi atau untuk mendapatkan jawaban yang lebih detail atas suatu
persoalan. Untuk memudahkan pelaksanaannya, wawancara dilakukan
secara terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara (interview
guide).
2. Lembaran kuisioner yang berisi pertanyaan seputar objek kajian yang
penulis teliti.
3. Dokumentasi yaitu penelusuran data melalui studi kepustakaan dan
internet untuk mengumpulkan data yang tidak didapatkan melalui
instrument pengumpulan data lainnya.

D. Analisis Data

Berdasarkan data primer dan sekunder yang telah diperoleh oleh penulis
kemudian membandingkan data tersebut. Penulis menggunakan teknik deskriptif
yang didasari oleh teori-teori yang diperoleh diperkuliahan dan literature yang
ada, yaitu menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan teknik
pengumpulan data, kemudian hasil analisis tersebut kemudian disajikan dalam
bentuk penjelasan dan penggambaran kenyataan-kenyataan atau kondisi objektif
yang ditemukan di lokasi penelitian.

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Kesiapan Sekolah Dalam Penetapan Kurikulum Merdeka Belajar

Hasil Angket Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SMPN 3 Kendari.


Berdasarkan angket yang diberikan oleh peneliti kepada guru disekolah berjumlah
(7 orang), dan 21 orang siswa, sehinga berjumlah 28 informan utama terkait
penerapan kurikulum merdeka belajar di SMP Negeri 3 Kendari. Adapun pilihan
pernyataan jawaban yaitu “sudah diterapkan dengan sangat baik” (SDDSB),
“sudah diterapkan dengan baik” (SDDB), “cukup diterapkan” (CD), “kurang
diterapkan” (KD), “tidak diterapkan sama sekali”

Berdasarkan keterangan hasil angket diatas penerapan kurikulum merdeka belajar


mulai dari SMPN 3 Kendari diperoleh rata- rata 84, 1071 yang masuk kedalam
kategori “sudah diterapkan dengan sangat baik” belajar Untuk setiap indikatornya
juga dapat disimpulkan. Seperti Asesmen Sekolah, Asesmen kompetensi
minimum dan survei karakter (AKM- SK), RPP, dan Zonasi.

Merdeka belajar ini menekankan pada pemberian kebebasan di bidang


pendidikan. Dalam hal ini, guru berperan sebagai fasilitator bagi siswa dalam
memberikan pembelajaran. Untuk itu, pembangunan di sektor pendidikan perlu
dirancang agar berbagai tantangan dan permasalahan yang muncul dapat diatasi.
Salah satu cara yang dilakukan dalam membangun sektor pendidikan yaitu dengan
menerapkan kebijakan merdeka belajar yang meliputi Ujian Sekolah Berstandar
Nasional menjadi Asessmen Sekolah, Ujian Nasional menjadi Asesmen
kompetensi minimum dan survei karakter, Pembuatan RPP efektif, efesien dan
berorientasi belajar siswa serta penerimaan peserta didik baru zonasi. Untuk
pembahasan lebih lanjut dapat dilihat sebagai berikut:

9
1. Gambaran Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SMP Negeri 3 Kendari

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang Analisis


Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SMP Negeri 3 Kendari sudah
menerapkan kurikulum merdeka belajar dengan bukti adanya jawaban dari
perwakilan setiap sekolah baik itu yang memberikan jawaban angket dan jawaban
hasil wawancara. Meskipun belum secara maksimal atau seratus persen, namun
penerapannya sudah dilakukan sesuai aturan dari Kemendikbud.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan kebijakan Merdeka belajar yang


diterapkan di SMP Negeri 3 Kendari ini meliputi Ujian Sekolah Berstandar
Nasional yang digantikan menjadi Asessmen Sekolah, Ujian Nasional menjadi
Asesmen kompetensi minimum dan survei karakter, Pembuatan RPP efektif,
efesien dan berorientasi belajar siswa serta penerimaan peserta didik baru zonasi.

Meskipun penerapan merdeka belajar ini beberapa guru mengatakan belum


maksimal, akan tetapi sudah melaksanakan garis besar atau hal-hal terpenting dari
uraian kurikulum merdeka belajar tersebut. Seperti prosedur pelaksanaan
kurikulum merdeka belajar ini dilaksanakan sesuai aturan dari kemendikbud serta
surat edaran nomor 1 tahun 2020 tentang kebijakan merdeka belajar. Hal ini
sesuai dengan yang terdapat dalam jurnal “Analisis kebijakan merdeka belajar
sebagai strategi peningkatan mutu pendidikan” (Sari:2019).

2. Pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional menjadi Asesmen Sekolah

Ujian Sekolah Berstandar Nasional menajadi Asesmen sekolah sudah diterapkan


di SMPN 3 Kendari. Dengan adanya Assesmen sekolah guru dan sekolah lebih
merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa. Siswa juga sudah tidak tertekan lagi
karna asesmen dapat dilakukan secara lebih komprehensif, tidak hanya
dilaksanakan di akhir tahun saja. Namun, siswa lebih memiliki banyak
kesempatan dan melalui lebih banyak cara untuk menunjukkan . Ujian sekolah
berstandar nasional sekarang yang menyelenggarakan ujian adalah Sekolah. Ujian
dilakukan untuk menilai kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes

10
tertulis atau bentuk penilaian lainnya yang lebih komprehensif, seperti portofolio
dan penugasan (tugas kelompok, karya tulis, dan sebagainya). Dengan itu guru
dan sekolah lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa. Hal ini didapatkan
dari situs (kemendikbud.go.id pada tanggal 11 Desember 2022).

Ujian Sekolah Berstandar Nasional dikembalikan pada esensinya, yaitu asesmen


akhir jenjang yang dilakukan oleh guru dan sekolah. Kelulusan siswa pada akhir
jenjang memang merupakan wewenang sekolah yang didasarkan pada penilaian
oleh guru. Hal ini sesuai dengan Undang- undang.

Sisdiknas dan juga prinsip pendidikan bahwa yang paling memahami siswa adalah
guru. Selain itu, asesmen akhir jenjang oleh sekolah memungkinkan penilaian
yang lebih komprehensif, yang tidak hanya didasarkan pada tes tertulis pada akhir
tahun. Hal ini juga mendorong sekolah untuk mengintensifkan dan memperluas
pelibatan guru dalam semua tingkat dalam proses asesmen.

3. Pelaksanaan Ujian Nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan


Survei Karakter

Asesmen kompetensi minimum dan survei karakter ini sudah dijalankan sesuai
dengan peraturan dari kementrian pendidikan dan kebudayaan di SMP Negeri 3
Kendari. Meskipun beberapa siswa tidak mengerti tentang asesmen ini karna yang
mengikuti asesmen ini hanyalah siswa yang berada pada kelas VIII dan hanya
beberapa orang saja, sesuai dengan nama yang dikeluarkan dari pusat. Sebelum
melaksankan ujian siswa terlebih dahulu diberi persiapan dengan adanya simulasi.
Dengan adanya pelaksanaan asesmen ini sesuai dengan konsep merdeka belajar
diharapkan dapat mendorong peserta didik, guru, dan sekolah untuk memperbaiki
mutu pembelajaran kepada yang lebih baik lagi.

Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SMP Negeri 3 Kendari, untuk


pelaksanaan Ujian Nasional (UN) menjadi Asessmen kompetensi minimum dan
survei karakter juga sudah diterapkan dan dilaksanakan dengan baik.
Sebagaimana diketahui bersama bahwa materi Ujian Nasional (UN) dulunya

11
sangat atau bisa dikatakan terlalu padat. Guru sebagai pendidik dan siswa sebagai
peserta didik lebih menguji kepada penguasan isi saja, bukan penalaran Ujian
Nasional (UN).

Pelaksanaan Ujian Nasional (UN) dulunya atau sebelum penerapan kurikulum


merdeka belajar merupakan beban bagi siswa, guru, dan bahkan orang tua siswa.
Mengapa demikian, hal ini dikarenakan Ujian Nasional (UN) menjadi indicator
atau tolak ukur keberhasilan siswa. Sementara setelah dilaksanakannya penerapan
kurikulum merdeka belajar sebagaimana diuraikan di atas, membuat semua pihak
lebih merasa bebas tanpa terbebani. Namun, perlu diketahui bahwa kebebasan
yang ada bukan tanpa aturan, akan tetapi terikat dengan aturan pemerintah yang
bertujuan menghasilkan atau menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan
meningkatkan kemampuan siswa untuk menjadi pribadi yang lebih baik, cerdas
dan berkarakter menuju bangsa dan Negara yang lebih baik dan maju
(Asfiati:2020)

4. Pembuatan RPP Efektif, Efesien, dan Berorientasi Belajar Siswa

Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SMPN 3 Kendari, untuk rencana


pelaksanaan pembelajaran (RPP) efektif, efesien, dan berorientasi belajar juga
sudah dilaksanakan oleh setiap sekolah. Pelaksanaan pembuatan RPP efektif,
efesien, dan berorientasi belajar di SMPN 3 Kendari dilaksanakan dengan cara
bahwa guru bebas memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan
format RPP sesuai dengan materi pembelajaran yang sudah ditetapkan. Memang
belum begitu baik, akan tetapi langkah menuju kearah yang lebih bagus terus
diupayakan dan diusahakan dengan mengikuti aturan yang diberikan pemerintah.

Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) setelah dilakukannya atau


diterapkannya kurikulum merdeka belajar sangat jauh berbeda. Dulunya guru
diarahkan untuk mengikuti format rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
secara kaku, rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) memiliki komponen yang
begitu banyak sehingga menghabiskan waktu yang begitu banyak juga. Jika

12
diperhatikan dan dipahami untuk saat ini rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) membuat berkurangnya waktu pendidik untuk mengasah kompetensi yang
dimilikinya dalam meningkatkan kemampuan mengajar pada proses pembelajaran
(Asfiati: 2020)

Arahan kebijakan baru atau setelah lahirnya kurikulum merdeka belajar


menajdikan guru lebih bebas dalam memilih, membuat, menggunakan bahkan
mengembangkan format rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dengan
demikian rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) lebih efisien dan efektif.

Guru lebih memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan proses pembelajaran.


Selain itu, guru juga lebih bisa meningkatkan kemampuan atau kompetensi
mengajarnya juga bisa lebih baik dalam mengevaluasi proses pembelajaran yang
dilakukannya.

5. Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru Zonasi

Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar di SMPN 3 Kendark, untuk peraturan


penerimaan peerta didik baru (PPDB) zonasi juga sudah dilaksanakan dengan
baik. Sekolah mengikuti aturan yang ada, yaitu yang tertuang pada permendikbud
no 44 tahun 2019 serta mengikuti Pasal 16 ayat (6) Permendikbud bahwa 90%
untuk jalur zonasi, kemudian 10% dibagi kedalam dua bagian yaitu 5% untuk
berprestasi, dan 5% yang lain diperuntukkan untuk calon peserta didik yang
memiliki alasan khusus. Untuk peraturan penerimaan peerta didik baru (PPDB)
zonasi ini menurut sekolah yang ada di kota Padangsidimpuan memberikan efek
positif yang begitu banyak baik untuk guru sebagai pendidik, siswa sebagai
peserta didik, orangtua dan peningkatan mutu pendidikan (Asfiati: 2020).

Sistem zonasi ini mengandalkan agar bersekolah dilingkungan tempat tinggal,


namun tidak menutup kemungkinan untuk menerima siswa lain melalui jalur
afirmasi, prestasi, dan beralasan khusus seperti perpindahan domisili.
Sebagaimana diuraikan bahwa kebijakan merdeka belajar diharapkan mampu
menciptakan suasana pendidikan yang dinamis dan menyenangkan. Sistem zonasi

13
merupakan kebijakan dalam merdeka belajar diharapkan mampu menciptakan
suasana yang menyenangkan. Dengan kata lain seorang siswa tidak mesti cape
jauh-jauh bersekolah. Artinya, dalam hal biaya juga siswa lebih diuntungkan,
karna tidak perlu mengeluarkan ongkos yang banyak untuk pigi ke sekolah. Dan
yang paling penting adalah penerimaan peserta didik baru menjadi merata ditiap
sekolah.

Siswa dan siswi disetiap sekolah juga memberikan keterangannya tentang


penerimaan peserta didik baru zonasi. Berdasarkan wawancara dengan siswa-
siswa disetiap sekolah juga mengakui bahwa penerimaan peserta didik baru zonasi
ini memberikan keuntungan bagi siswa yang ingin bersekolah dekat dengan
lingkungan tempat tinggal, karna tidak perlu jauh- jauh untuk pigi kesekolah,
dalam hal biaya juga terbantu bagi siswa, kemudian siswa juga merasa aman dan
nyaman karna rata-rata orang yang berada dilingkungan sekolah adalah sudah
dikenal. Namun, ada juga beberapa siswa yang memberikan pendapatnya bahwa
zonasi ini membuat kesempatan berkurang untuk mendaftar di sekolah pavorit.
Sehingga dengan demikian jawaban dari pendidik dan peserta didiknya sesuai
dengan penerapan kurikulum merdeka belajar untuk Penerimaan Peserta Didik
Baru (PPDB) zonasi.

Hal penelitian ini sesuai dengan penjelasan dari (Projo, 2019) dimana Sistem
zonasi bertujuan memberikan akses pendidikan berkualitas dan mewujudkan
tripusat pendidikan (sekolah, keluarga, masyarakat). Sistem zonasi ini
mengandalkan agar bersekolah dilingkungan tempat tinggal. Penerapan sistem
zonasi membuat sekolah dibawah pemerintah atau berstatus negeri dalam proses
penerimaan peserta didik baru (PPDB) wajib menerima minimal 90% siswa baru
yang berasal dari dekat sekolah.

14
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penerapan kurikulum merdeka belajar di SMPN 3 Kendari sudah siap diterapkan
dengan 100% hal ini diketahui berdasarkan hasil angket dan wawancara dengan
beberapa guru di SMP Negeri 3 Kendari. Kemudian untuk pelaksanaan Ujian
Sekolah Berstandar Nasional di SMP Negeri 3 Kendari diganti menjadi Asessmen
sekolah sudah dilaksanakan 100%. USBN diserahkan pada sekolah. Jadi, yang
menyelenggarakan ujian sekarang adalah sekolah. Sekolah juga diberikan
kebebasan untuk menentukan penilaian. Akibatnya, siswa bisa memperbaiki lagi
nilainya jika tidak sesuai dengan harapan. Karna ujian dilaksanakan tidak di akhir
semester saja. Untuk Pelaksanaan Ujian Nasional di SMP Negeri 3 Kendari, telah
diganti dengan asesmen kompetensi minimum dan survey karakter. Asesemen
kompetensi minimum dan survei karakter ini sudah diterapkan 100%. Pelaksanaan
asesmen kompetensi minimum dan survei karakter membuat guru harus lebih
kreatif dalam menentukan bahan penilaian dan mengembangkan penilaian bagi
peserta didiknya.
Asesmen kompetensi minimum dan survei karakter juga yang mewakili hanya
beberapa siswa saja, yaitu siswa yang berada pada kelas VIII. Sehingga dengan
adanya hasil dari asesmen ini menjadi perbaikan mutu pendidikan bagi masing-
masing sekolah. Untuk Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
efektif, efesien, berorientasi siswa belajar di SMPN 3 kendari , sudah
dilaksanakan 100% sesuai dengan kurikulum merdeka belajar. Guru dapat secara
bebas dalam memilih, membuat, menggunakan dan mengembangkan format
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan situasi dan kondisi.
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dilakukan dengan effisien
dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkannya
dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri.
Sedangkan pada Penerimaan Peserta Didik Baru Zonasi di SMPN 3 Kendari juga
sudah dilaksanakan 100 %. Zonasi dilaksanakan dengan baik atau bisa dikatakan
sesuai aturan kurikulum merdeka belajar. Peserta didik atau siswa dan siswi yang

15
diterima berasal tidak jauh dari lokasi sekolah. Adanya penerimaan peserta didik
baru zonasi, memberikan dampak atau efek positif yang begitu banyak, sehingga
penerimaan peserta didik baru zonasi memang merupakan pilihan yang begitu
tepat untuk dicanangkan

16
DAFTAR PUSTAKA

Ainia, Dela Khoirul. Merdeka Belajar dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara dan
Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter, Jurnal Filsafat
Indonesia, Vol 3 No 3 Tahun 2020 ISSN: EISSN 2620-7982, P-ISSN:
2620-7990.

Asfiati. 2020. Visualisasi dan Virtualisasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam.


Jakarta: Kencana.

Elindra, Rahmatika dan Muhammad Syahril Harahap. 2021. Model Pembelajaran


Flipped Clasroom terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematika
Siswa di Kelas VIII SMP Negeri 9 Padangsidimpuan, Jurnal Mathedu.

Gunawan, Imam.2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik. Jakarta:


Bumi Aksara.

Harahap, Muhammad Syahril, dkk. 2020. Analisis Kesulitan Belajar Siswa


Melaksanakan Pembelajaran secara Daring Selama Masa Pandemi Covid-
19, Jurnal Mathedu.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya.

Putria, Dwi. 2021. “Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar”. Hasil wawancara


pribadi: 13 Desember 2021, Padangsidimpuan

Purwanto, Ngalim. 2002. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda


Karya.

R. SuyantoKusumaryono dalam Kemendikbud.go.id, 2019.

17
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

Siregar, Bahler. 2022. “Kebijakan Kurikulum Merdeka Belajar”. Hasil wawancara


pribadi

Siregar, Bulan. 2021. “Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar”. Hasil wawancara


pribadi 2021, Padangsidimpuan.

Safitri, Evi. 2021. “Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar”. Hasil wawancara


pribadi: 13 Desember 2021, Padangsidimpuan.

18

Anda mungkin juga menyukai