Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN (INSTRUKSIONAL)


Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Kuliah Kajian Kurikulum SD
Dosen Pengampu : Muhammad Misbahul Munir, M.Pd.

Disusun oleh:

Achmad Nazarudin 201330000620

Aldist Andhina Listy 201330000628

Wendy Indira 201330000712

5 PGSD A7

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA

TAHUN AKADEMIK 2022


KATA PENGANTAR
Puji Syukur senantiasa kami haturkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat taufiq beserta inayahnya kepada kita semua, sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Kurikulum dan
Pembelajaran (Intruksional)” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada Mata Kuliah
Kajian Kurikulum SD.

Sholawat serta salam senantiasa kita curahkan kepada Nabi Agung


Muhammad SAW, yang mana syafaat beliau senantiasa kita harapkan di yaumil
qiyamah nanti dan semoga beliau mengakui kita sebagai umatnya.

Terima kasih kami haturkan kepada beliau Bapak Muhammad Misbahul


Munir, selaku dosen pengampu Mata Kuliah Kajian Kurikulum SD yang telah
memberikan tugas kepada kami, sehingga kami dapat menambah wawasan dan
pengetahuan. Kami menyadari ada banyak hal yang belum sempurna dalam
pembuatan makalah ini, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat kami
butuhkan.

Jepara, 7 Oktober 2022

Kelompok 3

ii
DAFTAR ISI

JUDUL HALAMAN ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................ ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum ....................................................................... 2
B. Kurikulum yang diterapkan di SD .................................................... 2
C. Pembelajaran Intruksional ................................................................. 8
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ............................................................................................ 14
B. Saran .................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 15

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu hal yang esensial dalam suatu
penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah mata
pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai peserta didik untuk
mencapai tingkat atau ijazah tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi
kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi
waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu
kurikulum tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam
proses lahirnya sebuah kurikulum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar
pedidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan dan standar pembiayaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana kurikulum yang diterapkan pada SD?
3. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran instruksional?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami pengertian dari kurikulum.
2. Untuk mengetahui kurikulum yang diterapkan pada SD.
3. Untuk memahami pembelajaran intruksional.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum

Secara tradisional kurikulum berarti sejumlah pelajaran yang harus


ditempuh peserta didik di sekolah. Ini sesuai dengan apa yang dikatakan william
B.Ragan dalam (Amri Sofan, 2013:72) di dalam bukunya yang berjudul Modern
Elementary Curriculum, Traditionally, The Curriculum Has Mean The Subject
Tought In School, Or Course Of Study. pengertian ini sejalan dengan pendapat
Stenhause “ curriculum is the planned composite effort of any school to guide
pipul learning toward predetermined learning outcome” Kurikulum diartikan
sebagai sejumlah mata pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau
dikuasai peserta didik untuk mencapai tingkat atau ijazah tertentu. Kurikulum juga
diartikan sebagai rencana pelajaran yang disusun untuk mencapai sejumlah tujuan
Pendidikan (Abdul majid: 2009).

UU No.20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan “kurikulum adalah


seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu”. Kurikulum diciptakan
dengan tujuan untuk mempermudah proses pendidikan.

B. Kurikulum Yang Diterapkan Dalam Pembelajaran Sekolah Dasar

Kurikulum yang diterapkan pada proses pembelajaran di sekolah dasar


pada masa ini ada 2 yakni kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka.

a. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru diterapkan oleh
pemerintah untuk menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Pergantian kurikulum merupakan
suatu hal yang wajar terjadi dalam dunia pendidikan, hal ini dimaksudkan
untuk mencari format kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat sebagai pengguna lulusan. Kalau kita perhatikan

2
kurikulum ini lebih mengedapankan pengembangan peserta didik ke arah
mental atau sikap yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik setelah selesai
mengikuti program pembelajaran. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek
penilaian, yaitu aspek sikap dan perilaku, aspek Pengetahuan dan aspek
keterampilan (Demonika : 2020).
Kurikulum 2013 (K-13) merupakan kurikulum yang berbasis karakter.
Pemerintah menetapkan pendidikan karakter pada kurikulum 2013 dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah
pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan suatu kebijakan dari
pemerintah dalam bidang pendidikan yang diharapkan mampu untuk
menjawab tantangan dan persoalan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia
kedepan. Kurikulum 2013 diharapkan mampu memberikan keseimbangan
pada aspek sikap (spiritual dan sosial), aspek pengetahuan, dan aspek
ketrampilan, sehingga kurikulum 2013 dapat menjawab permasalahan
pembelajaran yang selama ini dalam prakteknya cenderung mengutamakan
aspek kognitif saja (Abdul Majid,: 2009).
Karakteristik proses pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu :
a) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik.
b) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menetapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar.
c) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.

3
e) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f) Kompetensi inti kelas meliputi unsur pengorganisasian (Organizing
Elements) kompetensi dasar dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti.
g) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (Reinforced) dan memperkaya (Enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (Organisasi Horizontal dan Vertical).

Kurikulum 2013 lebih mengedepankan peran peserta didik dalam


proses pembelajaran. Guru bertugas sebagai fasilitator, sehingga dalam
aplikasinya pembelajaran yang berpusat kepada peserta didik dapat
menumbuhkan interaksi antara guru dan peserta didik ataupun sebaliknya.
Konsep tersebut sejalan dengan pendidikan interaksional lebih menekankan
interaksi dua pihak, dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik
kepada guru. Lebih luas, interaksi tersebut juga terjadi antara peserta didik
dan bahan ajar peserta didik dan lingkungan, antara pemikiran peserta didik
dan kehidupannya. Interaksi yang terjadi antara peserta didik dan peserta
didik ataupun peserta didik dan lingkungan dapat diciptakan melalui proses
kerjasama. Kerjasama merupakan salah satu nilai yang perlu ditanamkan
kepada peserta didik.

b. Kurikulum merdeka

Pendidikan masa kini adalah pendidikan yang mengadopsi kurikulum


2013 dan kurikulum merdeka belajar kampus merdeka (MBKM). Tujuan
kurikulum ini adalah perbaikan sumber daya manusia dan peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Tidak hanya itu, pendidikan yang menerima
kurikulum ini mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi. Oleh
karena itu, peran setiap jenjang sangat dibutuhkan untuk mensukseskan
program-program ini. Pendidikan adalah salah satu cara manusia untuk
“bertahan hidup” agar dapat beradaptasi dengan perubahan zaman yang

4
begitu pesat. Setiap individu berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Di
Indonesia, pendidikan tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, cakap, kreatif, mandiri,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan menjadi warga negara yang demokratis
(Ainia: 2020).

Merdeka belajar merupakan bentuk penyesuaian kebijakan untuk


mengembalikan esensi dari asesmen yang semakin dilupakan. Konsep
Merdeka Belajar adalah mengembalikan sistem pendidikan nasional kepada
esensi undang-undang untuk memberikan kemerdekaan sekolah
menginterpretasi kompetensi dasar kurikulum menjadi penilaian mereka ,
Merdeka belajar dapat dipahami sebagai merdeka berpikir, merdeka
berkarya, dan menghormati atau merespons perubahan yang terjadi memiliki
daya kritis (Anis, M., & Anwar, C: 2020).

Mendikbud Nadiem Makarim mengubah kurikulum 2013 menjadi


kurikulum MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) pada tahun 2019.
Konsep MBKM terdiri dari dua konsep yaitu “Merdeka Belajar” dan
“Kampus Merdeka”. Merdeka belajar adalah kebebasan berpikir dan
kebebasan inovasi (Ainia, 2020). Sedangkan kampus merdeka adalah
lanjutan program merdeka belajar untuk pendidikan tinggi. Transformasi
pendidikan melalui kebijakan merdeka belajar merupakan salah satu langkah
untuk mewujudkan SDM Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar
Pancasila (Kemdikbud, 2021). Sejalan dengan World Economic Forum
(2016), pelajar harus memiliki 16 keahlian di abad ke-21. Secara garis besar,
16 keahlian ini terbagi menjadi tiga yaitu literasi, kompetensi, dan kualitas
karakter. Selain itu, untuk menghadapi perubahan sosbud, dunia kerja, dunia
usaha, dan kemajuan teknologi yang begitu pesat, mahasiswa harus
dipersiapkan untuk dapat mengikuti perubahan ini. Oleh sebab itu, setiap
instansi pendidikan harus mempersiapkan literasi bari dan oritentasi
terbimbing dalam bidang pendidikan (Lase, 2019). Persiapan Perguruan

5
Tinggi dapat dilakukan dengan cara merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian
pembelajaran mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
optimal dan selalu relevan melalui Kurikulum MBKM. Walaupun konsep
Merdeka Belajar sudah disosialisasikan dan diperkenalkan secara langsung
maupun melalui beberapa media online, masih banyak pendidik dan orang
tua yang bingung dengan konsep MBKM (CNN Indonesia, 2021).

MBKM atau Merdeka belajar kampus merdeka terdiri dari dua


konsep yaitu “Merdeka Belajar” dan “Kampus Merdeka” di dalam satu
program. Merdeka belajar adalah program kebijakan baru dari Kemendikbud
RI yang dicetuskan oleh Mendikbud Nadiem Makarim. Transformasi
pendidikan melalui kebijakan merdeka belajar merupakan salah satu langkah
untuk mewujudkan SDM Unggul Indonesia yang memiliki Profil Pelajar
Pancasila. Merdeka belajar ditujukan untuk jenjang pendidikan dasar dan
pendidikan menengah seperti SMP/SMA/SMK/Sederajat. Menurut beberapa
pendapat (Ainia, 2020; Kurniawan et al., 2020; Noventari, 2020; Wahdani &
Burhanuddin, 2020), dikatakan bahwa konsep merdeka belajar sejalan
dengan cita-cita Ki Hajar Dewantara yang berfokus pada kebebasan untuk
belajar secara kreatif dan mandiri, sehingga mendorong terciptanya karakter
jiwa merdeka. Hal ini dikarenakan siswa dan guru dapat mengeksplorasi
pengetahuan dari sekitarnya. Ada empat pokok kebijakan merdeka belajar
yaitu :

a) Mengganti USBN (Ujian Sekolah Berstandar Nasional) menjadi


Asesmen Kompetensi Mengganti USBN menjadi Asesmen Kompetensi
dimaksudkan untuk mengembalikan keleluasaan sekolah untuk
menentukan kelulusan sesuai dengan UU Sisdiknas. Penilaian
kompetensi siswa dilakukan dalam bentuk tes tertulis dan/atau bentuk
penilaian lain yang lebih komprehensif. Pergantian USBN menjadi
asesmen kompetensi bermanfaat oleh siswa, guru, dan sekolah. Bagi
siswa, berkurangnya tekanan psikologis dan mereka memiliki

6
kesempatan untuk menunjukkan kompetensinya. Bagi guru, penilaian ini
membuat mereka merasa merdeka dalam mengajar, menilai sesuai
dengan kebutuhan siswa, dan situasi kelas/sekolahnya. Hal ini bisa terus
mengembangkan kompetensi profesional guru. Bagi sekolah, sekolah
menjadi lebih merdeka karena asesmen mempunyai nilai positif dalam
proses dan hasil belajar siswa..

b) Mengganti Ujian Nasional (UN) menjadi Asesmen Kompetensi


Minimum dan Survei Karakter Mengganti UN menjadi penilaian
kompetensi minimum dan Survei Karakter dimaksudkan untuk
mengurangi tekanan pada guru, siswa, dan orang tua, serta dianggap
kurang optimal sebagai alat untuk memperbaiki mutu pendidikan
nasional. Asesmen kompetensi mengukur kompetensi bernalar seperti
literasi dan numerasi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah
personal maupun profesional yang mengacu pada praktik pada level
internasional seperti Programme for International Student Assessment
(PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study
(TIMSS). Survei karakter mengukur aspek implementasi nilai Pancasila
di sekolah, seperti aspek karakter (karakter pembelajar dan karakter
gotong royong) dan aspek iklim sekolah (iklim kebinekaan, perilaku
bullying, dan kualitas pembelajaran). Perubahan ini merupakan proses
perbaikan mutu pendidikan.

c) Perampingan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Perampingan


RPP dilakukan untuk mengoptimalkan performance guru. Sebelumnya
RPP memiliki terlalu banyak komponen apabila ditulis dapat mencapai
20 halaman bahkan lebih. Sekarang RPP cukup 1 halaman yang memuat
tiga komponen inti yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk penyederhanaan administrasi dan
menghemat waktu guru, sehingga guru dapat merencanakan dan
mengevaluasi proses pembelajaran secara matang.

d) Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi Peraturan

7
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi dibuat
lebih fleksibel. Rancangan peraturan sebelumnya membagi PPDB sistem
zonasi menjadi tiga yaitu jalur zonasi 80%, jalur prestasi 15%, jalur
perpindahan 5%. Sedangkan rancangan peraturan terbaru menjadi empat
yaitu jalur zonasi 50%, jalur afirmasi 15%, jalur perpindahan 5%, jalur
prestasi 0 – 30%.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila memberikan kesempatan


kepada pserta didik untuk “mengalami pengetahuan”sebagai proses
penguatan karakter sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan
sekitarnya. Peserta didik memiliki kesempatan untuk mempelajari tema tema
atau isu penting seperti gaya hidup berkelanjutan, budaya , wirausaha, dan
teknologi, sehingga murid bisa melakukan aksi nyata dalam menjawab isu-
isu tersebut sesuai dengan tahap belajar dan kebutuhannya.

Ada lima tema dalam projek penguatan pelajar Pancasila untuk


jenjang SD, diantaranya : a). Gaya hidup berkelanjutan, b). Kearifan lokal,
c). Bhineka tunggal ika d). Rekayasa dan teknologi, e).kewirausahaan,
dimana pemerintah daerah dan sekolah dapat mengembangkan tema menjadi
topik yang lebih spesifik sesuai dengan budaya serta kondisi daerah sekolah,
dan sekolah diberikan kewenangan untuk menentukan tema yang diambil
untuk dikembangkan dengan minimal 2 tema (Baharuddin, M. R: 2021).

C. Pembelajaran Instruksional

Desain instruksional tumbuh dan berkembang melalui pengaruh dari


berbagai disiplin ilmu, baik yang tumbuh lebih dahulu maupun yang tumbuh
bersamaan dengan desain instruksional sendiri atau teknologi pendidikan. Herre,
(1960) dalam Richey, Rita C. Klien, James D, dan Tracery. Monica, (2011.hal 9-
10) menyebutkan pengaruh berbagai ilmu yang berasal dari luar desain
instruksional yaitu, "General system theory, communication theory, learning
theory, and early instructional theory General system theory adalah suatu disiplin

8
ilmu yang memengaruhi dan instruksional dalam membuat arah dan orientasi
prosedur desain instruksional.

Teori komunikasi yang membahas proses interaksi timbal balik dari dua
atau lebih pihak untuk saling berbagi pemahaman tentang suatu pesan sehingga
mendapatkan kesepakatan atau ketidaksepakatan, sangat banyak memengaruhi
praktik desain instruksional.

Bidang ilmu lain yang memengaruhi desain instruksional adalah teori


belajar yang mempelajari proses berpikir manusia dalam mencari, menyimpan,
dan menggunakan kembali data dan informasi untuk pemecahan masalah
kehidupan. Richey dan kawan kawan (2011, hal. 82) menyebutkan teori
înstruksional lama yang lahir sebelum munculnya instruksional seperti prinsip
dasar secara individu, kurikulum, belajar tuntas, krakteristik peserta didik, dan
pemilihan strategi instruksional.

Selain dipengaruhi oleh disiplin ilmu darii luar, desain instruksional atau
desain pembelajaran juga dapat di pengeruhi dari dalam yaitu media theory,
conditions-based, construkctivist design theory, dan performance improvment
theory. Sedangkan menurut teori media yaitu menyangkut dengan penggunaan
teknologi dalam pendidikan, khususnya dalam peran media dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.

Instruksional berasal dari kata instruksi dan bisa diartikan perintah.


Namun dalam konteks komunikasi penididikan, instruksional tidak hanya
diartikan sebagai perintah, tapi meliputi pengajaran atau pembelajaran.
Pengajaran atau pembelajaran bisa dimaknai sebagai proses pemindahan pesan
(pengetahuan) dari pendidik kepada peserta didik atau guru kepada muridnya.
Komunikasi dalam sistem instruksional dalam hakikatnya adalah upaya untuk
mengubah perilaku komunikan. Proses komunikasi diciptakan secara wajar, akrab
dan terbuka dengan didukung oleh faktor-faktor lainnya seperti sarana dan
prasarana yang bertujuan mempunyai efek perubahan perilaku pada pihak
sasaran. (Yusuf, 2010 : 64).

9
Komunikator dalam menjalankan misi instruksionalnya tidak lepas dari
media yang akan digunakan. Komunikator akan melihat sasaran (komunikan)
terlebih dahulu. Setiap sasaran komunikasi instruksional menggunakan media
yang berbeda. Tidak dapat disangkal bahwa kesenjangan media sangat terasa
dewasa ini. Tidak hanya di kota dan di desa, tapi dalam ruang lingkup keluarga
pun bisa terjadi kesenjangan media. Misalnya seorang anak yang lahir di era
90-an tentu pada saat ini akan mengikuti perkembangan teknologi informasi
yang sedang up date, berbeda dengan orang tuanya yang lahir pada tahun 50-
an tentu akan sangat sulit mengikuti perkembangan teknologi informasi kecuali
orang-orang yang memang tertarik dengan teknologi informasi.Komunikasi
instruksional yang melibatkan guru dan anak disleksia sama-sama melakukan
interaksi psikologis yang akhirnya berdampak pada perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan.

Pemberdayaan Keterampilan Model Komunikasi Instruksional Guru SD


86 Komunikasi instruksional merupakan persimpangan antara guru dan siswa,
serta pertukaran makna antara guru dan siswa(et al., 2016). Komunikasi
instruksional merupakan komunikasi dalam pengajaran dikelas, guru sebagai
komunikator, siswa sebagai komunikan, sedangkan pesan yang akan disampaikan
adalah materi yang akan diajarkan di dalam kelas (Robeet, 2019). Komunikasi
instruksional bertujuan menciptakan pemahaman pada komunikan yang menjadi
targetnya, pemahaman ini selanjutnya diharapkan akan membawa perubahan
perilaku komunikan dari sisi kognitif, afektif, dan juga psikomotor (Firdausi,
2018; Usman et al., 2021). Komunikasi instruksional sangat dipengaruhi oleh
keahlian guru, kemampuan pedagogik guru, dan kompetensi guru dalam
komunikasi pembelajaran. Komunikasi instruksional, yang menjadi pemberi
instruksi adalah guru sedangkan yang menjadi penerima instruksi adalah murid
(Shintiyana, 2020). Semakin efektif komunikasi instruksional yang dilakukan
oleh guru maka semakin efektif pula proses pembelajaran di dalam kelas
sehingga akan meningkatkan hasil belajar siswa (Arianto et al., 2018).
Pentinganya komunikasi instruksional dalam pembelajaran, menuntut
pemecahan lebih mendalam terhadap masalah yang dihadapi.

10
Komunikasi instruksional antara guru dan anak disleksia tidak dapat
berjalan seperti halnya pertukaran pesan antara guru dan siswa normal pada
umumnya, namun diperlukan kepekaan dari pihak guru untuk mengetahui
terlebih dahulu kondisi siswanya. Sebelum melakukan pembelajaran, guru
tentunya akan berfikir sejenak untuk mengatur strategi yang tepat untuk
menciptakan komunikasi instruksional yang berhasil. Dengan kondisi
siswa yang memiliki gangguan dalam belajar, maka guru dituntut mampu
menciptakan atau menentukan media yang tepat dalam proses pembelajaran.

Komunikasi merupakan salah satu point penting dalam proses


penanganan anak disleksia di sekolah. Guru tidak hanya menyampaikan
materi saja, tetapi harus mampu mengemas materi yang disampaikan melalui
komunikasi yang baik.Peran orang tua dan orang terdekat sangat penting
sekali dalam mendukung upaya yang dilakukan guru disekolah. Perhatian
yang lebih dari orang tua sangat penting dan berpengaruh. Memperbanyak
intensitas komunikasi antarpribadi akan membuat orang tua mangetahui
kebutuhan-kebutuhan anak. Dalam proses pembelajaran pun orang tua wajib
terlibat. Bila perlu guru dan orang tua bekerjasama dan sepakat berbagi
peran. Orang tua harus siap menjadi guru di rumah. Tanpa kerjasama guru
dan orang tua perkembangan akademik anak disleksia akan sulit. Tidak
sedikit orang tua yang tidak paham akan kondisi anaknya dan lebih
menyalahkan pihak sekolah dalam perkembangan akademik anaknya.

Salah satu aspek penting dalam tahap desain instruksional adalah


merancang strategi instruksional. Mengapa strategi instruksional itu
penting? Guru tidak akan mudah menetukan materi atau topik
pembelajaran yang akan dibahas bersama siswa apabila tidak mengetahui
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Termasuk dalam meanentukan
waktu yang diperlukan untuk melakukan kegiatan pembelajaran. Penting juga
untuk menentukan metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan
kegiatan pembelajaran. Semua unsur tersebut di atas hanya bisa dijalankan

11
apabila seorang guru telah mahir menjadi seorang desain dan arsitek dalam
manghasilkan strategi pembelajaran yang tepat guna.

Dick, Carey dan Carey (2009: 166) mengatakan bahwa “Instructional


strategy is used generally to cover the various aspects of choosing a delivery
system, sequencing and grouping clusters of content, describing learning
components that will be included in the instruction, specifying how students
will be grouped during instruction, establishing lessons structures, and
selecting media for delivering instruction”.Strategi pembelajaransecara umum
digunakan untuk menemukan berbagai aspek untuk memilih sistem
penyampaian, penginstrukturan dan pengelompokan kelompok konten atau
isi pembelajaran, menggambarkan komponen pembelajaran, menentukan
bagaimana peserta didik akan dikelompokkan selama proses pembelajaran
berlangsung, membangun struktur pemebelajaran, dan memilih media yang
yang tepat untuk kegiatan pembelajaran.

Ahli lain, Gagne, Robert M., Wager, Walter W., Golas, Katharine C.,
Keller, Jhon M. (2005: 226) menjelaskan strategi instruksional sebagai berikut.
"Instructional strategies are tools or techniques available to educators and
instructional designers for designing and facilitating learning". Strategi
pembelajaran adalah alat atau teknik yang tersedia untuk pendidik dalam
merancang dan memfasilitasi belajar

Strategi instruksional berkenaan dengan pendekatan dalam mengelola isi


dan proses instruksional secara komprehensif untuk mencapai satu atau
sekelompok tujuan instruksional. Di dalamnya terintegrasi berbagai komponen
yang meliputi urutan kegiatan pembelajaran, garis besar isi, metode, media &
alat, dan waktu belajar (dalam menit) (Suparman, 2012:241). Guru yang
profesional harus mampu menciptakan blue print dalam merancang sebuah
bangun pembelajaran yang mampu menampung kebutuhan peserta didik. Untuk
itu guru harus mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran sebagai
bagian bangunan pembelajaran yang kokoh bagi tereselanggaraanya kualitas
pembelajaran yang berkualitas. Keseluruhan uraian konsep, data, informasi dan

12
permasalahan pada latar belakang tersebut itulah yang menjadi dasar peikiran
penulis untuk melakukan peneliitian mengenai peran guru. Sebagai desainer
strategi instruksional dalam upaya menikgaatkan kualitas pembeleajaran bagi
guru SD.

Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya kemampun guru dalam


mendesain strategi instruksional ditentukan oleh (a) faktor lingkungan dan
budaya, (b) faktor sumber pengetahuan yang terbatas dalam meningkatakan
kinerja, (c) masalah motivasi, (d) faktor akses informasi dan telekomunikasi.
Dengan demikian, para guru harus mahir dalam bidang desain Instruksional
yang juga desainer strategi instruksional sebagai Suatu kegiatan yang dilakukan
secara sistematis untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
hasil yang optimal.

13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah proses
pendidikan.

Kurikulum yang diterapkan pada proses pembelajaran di sekolah dasar


pada masa ini ada 2 yakni kurikulum 2013 dan kurikulum merdeka. Kurikulum
2013 merupakan kurikulum baru diterapkan oleh pemerintah untuk menggantikan
kurikulum tingkat satuan pendidikan yang telah berlaku selama kurang lebih 6
tahun. Sedangkan kurikulum merdeka mempunyai tujuan untuk perbaikan sumber
daya manusia dan peningkatan mutu pendidikan di Indonesia.

Strategi instruksional berkenaan dengan pendekatan dalam mengelola isi


dan proses instruksional secara komprehensif untuk mencapai satu atau
sekelompok tujuan instruksional. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
kemampun guru dalam mendesain strategi instruksional d itentukan oleh (a)
faktor lingkungan dan budaya, (b) faktor sumber pengetahuan yang terbatas
dalam meningkatakan kinerja, (c) masalah motivasi, (d) faktor akses
informasi dan telekomunikasi.

B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan
orang yang mendengarkannnya. Tentunya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, maka dari itu kami akan menerima
kritikan-kritikan atau saran-saran para pembaca maupun pendengar demi
kesempurnaan makalah kami ini

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, Majid. 2009. Strategi Pembelajaran. Bandung: Rosdakarya.

Ainia, D. K. 2020. Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar


Dewantara Dan Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal
Filsafat Indonesia, 3(3), 95–101.

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan & Model Pembelajaran dalam


Kurikulum 2013. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Anis, M., & Anwar, C. 2020. Self-organized learning environment


teaching strategy for ELT in Merdeka Belajar concept for high school students in
Indonesia. JEES Journal of English Educators Society.

Baharuddin, M. R. . 2021. Adaptasi Kurikulum Merdeka Belajar Kampus


Merdeka (Fokus: Model MBKM Program Studi). Jurnal Studi Guru Dan
Pembelajaran,. Vol.4 . No. 1.

Demonika, S. D., Mustadi, A., & Rezkillah. 2020. Implementasi


Tematik Integratif Kurikulum 2013 Di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan, Vol. 5,
No. 6

DESAIN, C. I. Y. M. (2021). INSTRUKSIONAL. Tulisan Bersama


Tentang Desain Pembelajaran SD, 18.

Juliansyah, A. (2019). Komunikasi Instruksional pada Anak Disleksia di


Sekolah Dasar. Jurnal Dimensi Pendidikan dan Pembelajaran, 6(3), 119-131.

Sayangan, Y. V. (2017). Pendidik Sebagai Desainer Strategi Instruksional


Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar. JIPD (Jurnal
Inovasi Pendidikan Dasar), 1(2), 148-159.

Susanto, R., Syofyan, H., Febriani, E., Nisa, M. A., Oktafiani, O.,
Yolanda, Y. D., ... & Nurlinda, B. D. (2021). Pemberdayaan Keterampilan Model
Komunikasi Instruksional Guru SD. International Journal of Community Service
Learning, 5(2), 84-94.

15

Anda mungkin juga menyukai