Disusun oleh:
5 PGSD A7
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kurikulum merupakan suatu hal yang esensial dalam suatu
penyelenggaraan pendidikan. Kurikulum dapat diartikan sebagai sejumlah mata
pelajaran atau ilmu pengetahuan yang ditempuh atau dikuasai peserta didik untuk
mencapai tingkat atau ijazah tertentu. Kurikulum harus mampu mengakomodasi
kebutuhan peserta didik yang berbeda secara individual, baik ditinjau dari segi
waktu maupun kemampuan belajar. Oleh karena itu, merumuskan suatu
kurikulum tentu bukan perkara gampang. Banyak faktor yang menentukan dalam
proses lahirnya sebuah kurikulum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54
Tahun 2013 Pasal 1 Ayat 1 menyatakan bahwa Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama
pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar
pedidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan dan standar pembiayaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan kurikulum?
2. Bagaimana kurikulum yang diterapkan pada SD?
3. Apa yang dimaksud dengan pembelajaran instruksional?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Untuk memahami pengertian dari kurikulum.
2. Untuk mengetahui kurikulum yang diterapkan pada SD.
3. Untuk memahami pembelajaran intruksional.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kurikulum
a. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru diterapkan oleh
pemerintah untuk menggantikan kurikulum tingkat satuan pendidikan yang
telah berlaku selama kurang lebih 6 tahun. Pergantian kurikulum merupakan
suatu hal yang wajar terjadi dalam dunia pendidikan, hal ini dimaksudkan
untuk mencari format kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dan
kepentingan masyarakat sebagai pengguna lulusan. Kalau kita perhatikan
2
kurikulum ini lebih mengedapankan pengembangan peserta didik ke arah
mental atau sikap yang harus dimiliki oleh setiap peserta didik setelah selesai
mengikuti program pembelajaran. Kurikulum 2013 memiliki tiga aspek
penilaian, yaitu aspek sikap dan perilaku, aspek Pengetahuan dan aspek
keterampilan (Demonika : 2020).
Kurikulum 2013 (K-13) merupakan kurikulum yang berbasis karakter.
Pemerintah menetapkan pendidikan karakter pada kurikulum 2013 dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan, yang mengarah
pada pembentukan budi pekerti dan akhlak mulia peserta didik secara
utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan pada
setiap satuan pendidikan. Kurikulum 2013 merupakan suatu kebijakan dari
pemerintah dalam bidang pendidikan yang diharapkan mampu untuk
menjawab tantangan dan persoalan yang akan dihadapi oleh bangsa Indonesia
kedepan. Kurikulum 2013 diharapkan mampu memberikan keseimbangan
pada aspek sikap (spiritual dan sosial), aspek pengetahuan, dan aspek
ketrampilan, sehingga kurikulum 2013 dapat menjawab permasalahan
pembelajaran yang selama ini dalam prakteknya cenderung mengutamakan
aspek kognitif saja (Abdul Majid,: 2009).
Karakteristik proses pembelajaran pada kurikulum 2013 yaitu :
a) Mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan
sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerjasama dengan kemampuan
intelektual dan psikomotorik.
b) Sekolah merupakan bagian dari masyarakat yang memberikan
pengalaman belajar terencana dimana peserta didik menetapkan apa yang
dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat
sebagai sumber belajar.
c) Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan serta
menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
d) Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai
sikap, pengetahuan, dan ketrampilan.
3
e) Kompetensi dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci
lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
f) Kompetensi inti kelas meliputi unsur pengorganisasian (Organizing
Elements) kompetensi dasar dimana semua kompetensi dasar dan proses
pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan
dalam kompetensi inti.
g) Kompetensi dasar dikembangkan didasarkan pada prinsip akumulatif,
saling memperkuat (Reinforced) dan memperkaya (Enriched) antar mata
pelajaran dan jenjang pendidikan (Organisasi Horizontal dan Vertical).
b. Kurikulum merdeka
4
begitu pesat. Setiap individu berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Di
Indonesia, pendidikan tercantum dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003
yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, cakap, kreatif, mandiri,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, dan menjadi warga negara yang demokratis
(Ainia: 2020).
5
Tinggi dapat dilakukan dengan cara merancang dan melaksanakan proses
pembelajaran yang inovatif agar mahasiswa dapat meraih capaian
pembelajaran mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik secara
optimal dan selalu relevan melalui Kurikulum MBKM. Walaupun konsep
Merdeka Belajar sudah disosialisasikan dan diperkenalkan secara langsung
maupun melalui beberapa media online, masih banyak pendidik dan orang
tua yang bingung dengan konsep MBKM (CNN Indonesia, 2021).
6
kesempatan untuk menunjukkan kompetensinya. Bagi guru, penilaian ini
membuat mereka merasa merdeka dalam mengajar, menilai sesuai
dengan kebutuhan siswa, dan situasi kelas/sekolahnya. Hal ini bisa terus
mengembangkan kompetensi profesional guru. Bagi sekolah, sekolah
menjadi lebih merdeka karena asesmen mempunyai nilai positif dalam
proses dan hasil belajar siswa..
7
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan sistem zonasi dibuat
lebih fleksibel. Rancangan peraturan sebelumnya membagi PPDB sistem
zonasi menjadi tiga yaitu jalur zonasi 80%, jalur prestasi 15%, jalur
perpindahan 5%. Sedangkan rancangan peraturan terbaru menjadi empat
yaitu jalur zonasi 50%, jalur afirmasi 15%, jalur perpindahan 5%, jalur
prestasi 0 – 30%.
C. Pembelajaran Instruksional
8
ilmu yang memengaruhi dan instruksional dalam membuat arah dan orientasi
prosedur desain instruksional.
Teori komunikasi yang membahas proses interaksi timbal balik dari dua
atau lebih pihak untuk saling berbagi pemahaman tentang suatu pesan sehingga
mendapatkan kesepakatan atau ketidaksepakatan, sangat banyak memengaruhi
praktik desain instruksional.
Selain dipengaruhi oleh disiplin ilmu darii luar, desain instruksional atau
desain pembelajaran juga dapat di pengeruhi dari dalam yaitu media theory,
conditions-based, construkctivist design theory, dan performance improvment
theory. Sedangkan menurut teori media yaitu menyangkut dengan penggunaan
teknologi dalam pendidikan, khususnya dalam peran media dalam proses
pembelajaran yang berlangsung di dalam kelas.
9
Komunikator dalam menjalankan misi instruksionalnya tidak lepas dari
media yang akan digunakan. Komunikator akan melihat sasaran (komunikan)
terlebih dahulu. Setiap sasaran komunikasi instruksional menggunakan media
yang berbeda. Tidak dapat disangkal bahwa kesenjangan media sangat terasa
dewasa ini. Tidak hanya di kota dan di desa, tapi dalam ruang lingkup keluarga
pun bisa terjadi kesenjangan media. Misalnya seorang anak yang lahir di era
90-an tentu pada saat ini akan mengikuti perkembangan teknologi informasi
yang sedang up date, berbeda dengan orang tuanya yang lahir pada tahun 50-
an tentu akan sangat sulit mengikuti perkembangan teknologi informasi kecuali
orang-orang yang memang tertarik dengan teknologi informasi.Komunikasi
instruksional yang melibatkan guru dan anak disleksia sama-sama melakukan
interaksi psikologis yang akhirnya berdampak pada perubahan pengetahuan, sikap
dan keterampilan.
10
Komunikasi instruksional antara guru dan anak disleksia tidak dapat
berjalan seperti halnya pertukaran pesan antara guru dan siswa normal pada
umumnya, namun diperlukan kepekaan dari pihak guru untuk mengetahui
terlebih dahulu kondisi siswanya. Sebelum melakukan pembelajaran, guru
tentunya akan berfikir sejenak untuk mengatur strategi yang tepat untuk
menciptakan komunikasi instruksional yang berhasil. Dengan kondisi
siswa yang memiliki gangguan dalam belajar, maka guru dituntut mampu
menciptakan atau menentukan media yang tepat dalam proses pembelajaran.
11
apabila seorang guru telah mahir menjadi seorang desain dan arsitek dalam
manghasilkan strategi pembelajaran yang tepat guna.
Ahli lain, Gagne, Robert M., Wager, Walter W., Golas, Katharine C.,
Keller, Jhon M. (2005: 226) menjelaskan strategi instruksional sebagai berikut.
"Instructional strategies are tools or techniques available to educators and
instructional designers for designing and facilitating learning". Strategi
pembelajaran adalah alat atau teknik yang tersedia untuk pendidik dalam
merancang dan memfasilitasi belajar
12
permasalahan pada latar belakang tersebut itulah yang menjadi dasar peikiran
penulis untuk melakukan peneliitian mengenai peran guru. Sebagai desainer
strategi instruksional dalam upaya menikgaatkan kualitas pembeleajaran bagi
guru SD.
13
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai
tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu. Kurikulum diciptakan dengan tujuan untuk mempermudah proses
pendidikan.
B. Saran
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya dan
orang yang mendengarkannnya. Tentunya makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih banyak kekurangan, maka dari itu kami akan menerima
kritikan-kritikan atau saran-saran para pembaca maupun pendengar demi
kesempurnaan makalah kami ini
14
DAFTAR PUSTAKA
Susanto, R., Syofyan, H., Febriani, E., Nisa, M. A., Oktafiani, O.,
Yolanda, Y. D., ... & Nurlinda, B. D. (2021). Pemberdayaan Keterampilan Model
Komunikasi Instruksional Guru SD. International Journal of Community Service
Learning, 5(2), 84-94.
15