Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Matematika
Disusun oleh :
SUMIATY
NPM : 20108300012
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...
LEMBAR PENGESAHN
KATA PENGANTAR ...................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................... ii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 2
C. Pembatasan Masalah ................................................................................. 3
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 3
E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
v
J. BAB I
K. PENDAHULUAN
L.
A. Latar Belakang
M. Berkembangnya suatu negara sangatlah ditentukan oleh kualitas
dan kuantitas dari komponen yang ada didalamnya yaitu masyarakat,
sebagai panentu masa depan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Sehimgga sebagai salah satu sarana dalam memajukan dan
mencerdaskan bangsa adalah diwujudkan dengan adanya pendidikan.
Peningkatan kualitas pendidikan melalui pembelajaran tidak terlepas dari
upaya memberdayakan potensi siswa sebagai peserta didik dan sebagai
bagian dari masyarakat belajar. Proses pembelajaran disekolah saat ini
sedapat mungkin dilaksanakan dan dikembangkan berdasarkan strategi
pembelajaran yang mengaktifkan siswa. Sejalan dengan upaya tersebut
perlu penerapan strategi yang efektif dan mengaktifkan siswa,sehingga
siswa dapat menemukan hubungan antara informasi informasi yang
mereka pelajari.
N. Merosotnya kualitas pendidikan banyak mendapatkan sorotan dari
masyarakat, para pendidik serta pemerintah, sehingga pendidikan
hendaknya melihat jauh kedepan dan memikirkan apa yang akan dihadapi
peserta didik. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada
pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya
serap peserta didik dalam menerima materi pelajaran yang berpengaruh
pada prestasi siswa. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh
ranah dimensi prestasi didik itu sendiri,yaitu bagaimana sebenarnya
belajar itu. Dalam arti yang substansial,bahwa proses pembelajaran hingga
dewasa ini masih memberikan dominasi guru dan kurang memberi akses
bagi anak didik untuk berkembang secara mandiri melalui penemuan dan
proses berpikirnya.
O. Dalam pembelajaran umum, khususnya matematika, sangatlah di
perlukan banyak strategi pembelajaran yang tepat dan dapat melibatkan
siswa seoptimal mungkin, baik secara intelektual maupun emosional.
Sehingga siswa atau peserta didik lebih memahami jelas dan tidak terkesan
abstrak dengan apa yang dipelajari didalam kelas, karena pengajaran
Matematika menekankan 1
pada keterampilan proses juga bahwa
Matematika merupakan ilmu pasti yang moderat dan strategis yang
terletak kehidupan sehari-hari. Melalui pelajaran Matematika siswa
diharapkan dapat mengembankan pola berpikir ilmiahnya yang mencakup
sikap jujur dan obyektif terhadap fakta serta sikap ingin tau yang selalu
berkembang, yang kemudian dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari dalam masyarakat.
P. Jika melihat pada pelaksanaan pembelajaran di kelas, penggunaan
pembelajaran yang bervariasi masih sangat rendah dan guru cenderung
menggunakan metode ceramah dan mengurangi ketertarikan siswa pada
setiap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan. Hal ini mungkin
disebabkan kurangnya penguasaan terhadap model-model pembelajaran
sangatlah di perlukan untuk meningkatkan kemampuan profesional guru
serta penyerapan materi pembelajaran oleh siswa. Sedangkan
pembelajaran student centered membutuhkan proses belajar dan
pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan kurikulum yang mendukung
pembelajaran, untuk mengembangkan pembelajar yang mandiri yang
mampu memberdayakan kemampuan berpikir kritis peserta didik.
Q. Oleh karenanya peneliti ingin mengetahui apakah perbedaan suatu
pembelajaran yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe jigsaw dan model pembelajaran langsung ( Direct
Instruction ) yang dapat membantu siswa untuk mendapatkan hasil belajar
seperti yang diharapkan
R. Dari permasalahan diatas maka penulis mengdakan penelitian
dengan judul:
S. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan Model
Pembelajaran Langsung ( Direct Instruction ) terhadap hasil belajar
matematika di SMP Duta Mas Jakarta Barat.
T. 3
B. Identifikasi Masalah
U. Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas maka
beberapa masalah yang dapat diidentifikasi sebagai berikut
1. Apakah penting mempelajari pelajaran matematika ?
2. Apakah semua murid kelas VII mengalami kesulitan dalam belajar
matematika ?
3. Apakah penggunaan model pembelajaran jigsaw akan berpengaruh pada
hasil belajar siswa ?
4. Apakah model Direct Instruction mempunyai pengaruh terhadap hasil
belajar matematika ?
5. Apakah model pembelajaran Jigsaw dan Direct instruction dapat
diterapkan di semua sekolah?
6. Apakah yang dimaksud dengan model pembelajaran Jigsaw dengan model
pembelajaran Direct Instruction ?
7. Apakah keunggulan atau kelemahan dari model pembelajaran Jigsaw dan
model pembelajaran Direct Instrution ?
8. Apakah perbedaan model pembelajaran Kooperatif tipe Jigsaw dan model
pembelajaran lansung, terhadap hasil belajar matematika di kelas VII SMP
Duta Mas Jakarta Barat ?
V.
C. Pembatasan Masalah.
W. Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka permasalahan dalam
penelitian ini hanya dibatasi pada perbedaan model pembelajaran dengan
menggunakan tipe Jigsaw dan model pembelajaran langsung (Direct
Instruction ) terhadap hasil belajar matematika di kelas VII SMP Duta Mas
Jakarta Barat.
X.
D. Perumusan Masalah
Y. Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalm
penelitian ini adalah tentang model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw
dengan model pembelajaran langsung ( Direct Instruction ) terhadap hasil
belajar matematika di kelas VII SMP Duta Mas Jakarta Barat
Z.
4
AA.
AB.
AC.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi mahasiswa penelitian ini berguna untuk memenuhi salah satu syarat
mencapai gelar sarjana pendidikan dan meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi saat mengajar.
2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat berguna bagi guru sebagai
bahan pertimbangan dalam menerapkan strategi pembelajaran untuk
menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.
3. Bagi masyarakat pada umumnya hasil penelitian ini dapat digunakan
sebagai bahan penelitian lebih lanjut bagi yang ingin meneliti masalah
pendidikan
AD.
AE.
AF.
AG.
AH.
AI. BAB II
AJ.LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESA
PENELITIAN
AK.
AL. A. Deskripsi Teori
AM. 1. Hakikat Hasil Belajar Matematika
AN. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang
berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat
eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Teori yang dikembangkan dalam
komponen ini meliputi antara lain teori tentang tujuan pendidikan,
organisasi kurikulum, isi kurikulum dan modul-modul pengembangan
kurikulum. Kegiatan atau tingkah laku belajar terdiri dari kegiatan psikis
dan fisis,yang saling bekerja sama secara terpadu dan komprehensif
integral. Sejalan dengan itu belajar dapat dipahami sebagai usaha untuk
berlatih supaya mendapatkan suatu kepandaian. Dalam implementasinya,
belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku,dan
ketrmpilan dengan cara mengolah bahan ajar. Para ahli psikologi atau
guru-gurul pada umumnya memandang belajar kelakuan yang berubah.
Pandangan ini memisahkan pengertian yang tegas antara proses belajar
dengan kegiatan yang semata-mata bersifat hafalan.1
AO. Hal-hal pokok dalam pengertian belajar adalah belajar itu
membawa perubahan tingkah laku karena pengalaman dan
latihan,perubahan itu pada pokoknya didapatkan kecakapan baru, dan
perubahan itu terjadi karena usaha yang disengaja. Aliran psikologi
kognitif menganggap bahwa belajar pada dasarnya merupakan peristiwa
mental, bukan behavioral yang bersifat jasmaniah.
AP. Menurut Gagne (1970), mengemukakan bahwa belajar adalah
perubahan yang terjadi dalam kemampuan manusia yang terjadi setelah
terus menerus, bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
2 Ibid,h.17
7. Belajar mengalami menuntut keterlibatan siswa secara penuh dan sungguh-
sungguh3.
AS. perubahan tingkah laku bukan dilihat dari perubahan sifat-sifat
fisik misalnya tinggi dan berat badan, kekuatan fisik misalkan7 untuk
mengangkat. Yang terjadi sebagai satu perubahan fisiolagis dalam besar
otot atau efesiensi dari proses-proses sirkulasi dan respirasi. Perubahan ini
tidak termasuk belajar, perilaku berbicara, menulis, bergerak, dan lainnya
memberi kesempatan kepada manusia untuk mempelajari perilaku-
perilaku seperti berpikir, merasa, mengingat, memecahkan masalah,
berbuat kreatif dan lainnya, perubahan ini termasuk hasil belajar.
Sedangkan istilah pengalaman membatasi macam-macam perubahan
perilaku yang dapat dianggap mewakili belajar.
AT.Proses lain yang menghasilkan perubahan perilaku, yang tidak termasuk
belajar adalah kematangan, yaitu perubahan perilaku disebabkan oleh
pertumbuhan dan perkembangan diri dari organisma-organisma secara
fisiologis. Pemikiran belajar mengacu pada proses :
1. Belajar tidak hanya sekedar menghapal, siswa harus mengkontruksikan
pengetahuan dibenak mereka sendiri.
2. Anak belajar dan mengalami, anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari
pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3. Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki seseorang itu terorganisasi
dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang suatu persoalan
(subject matter)
4. Pengetahuan tidak bisa dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proporsi
yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5. Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6. Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah menemukan sesuatu yang
berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide.
3 Ibid,h.42
7. Proses belajar dapat mengubah struktur otak, perubahan strktur otak itu
berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan
keterampilan seseorang.
AU. Belajar merupakan proses terbentuknya tingkah laku baru yang
8 yang
disebabkan individu merespon lingkungannya. Melalui pengalaman pribadi
tidak termasuk kematangan. Pertumbuhan atau instink. Belajar sebagai proses
akan terarah kepada tercapainya tujuan (goal oriented) dari pihak siswa maupun
dari pihak guru. Tujuan itu dapat diidentifikasi dan bahkan dapat diarahkan sesuai
dengan maksud pendidikan.4
AV.Secara harfiah pembelajaran berarti proses, cara, perbuatan mempelajari,
dan perbuatan menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Pembelajaran
merupakan suatu proses atau upaya menciptakan kondisi belajar dalam
mengembangkan kemampuan minat dan bakat siswa secara optimal,
sehingga kompetensi dan tujuan belajar dapat tercapai.
AW. Kompetensi dan tujuan pembelajaran akan tercapai secara
optimal apabila pemilihan dan pendekatan metode, strategi, dan model-
model pembelajaran tepat dan disesuaikan dengan materi. Tingkat
kemampuan siswa, karakteristik siswa. Kemampuan sarana dan prasarana
dan kemampuan guru dalam menerapkan secara tepat guna pendekatan,
metode, strategi, dan model-model pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran guru dapat selektif dalam menerapkan, memilih atau
menggabungkan beberapa pendekatan, metode, strategi, dan model-model
pembelajaran.5
AX. Pembelajaran merupakan suatu proses terjadinya interaksi belajar
dan mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan beberapa
unsur, baik unsur ekstrinsik maupun intrinsik yang melekat pada diri siswa
dan guru termasuk lingkungan. Penjelasan ini sejalan dengan undang-
4 Ibid,h.39
10 Prof.Dr. La Iru S.H,Si dan La Ode Safiun S.Pd, M.Pd. Analisis penerapan
pendekatan,metode,strategi dan model-model pembelajaran. DIY : Multi
presindo h.49
12 Ibid,h.155
menginformasikan tujuan
pembelajaran.
CI. 3.Memberikan penjelasan atau arahan
mengenai kgiatan yang akan dilakukan
CJ. 4.menginformasikan materi /konsep
yang akan di gunakan dan kegiatan
yang akan dilakukan selama
pembelajaran
CK. 5.menginformasikan kerangka
pelajaran
CL. CM. Presentasi CN. 1.Penyajian materi dalam
2 langkah-langkah pendek
sehingga materi dapat dikuasai
siswa dalam waktu relatif
singkat
CO. 2.Memberi contoh-contoh
konsep
CP.3.Pemodelan atau peragaan
keterampilan dengan cara
demonstrasi atau dengan
penjelasan langkah-langkah
kerja
CQ. 4.Menjelaskan ulang hal-
hal yang sulit
CR. CS.Tahap latihan CT.Guru memandu siswa untuk melakukan
3 terstruktur latihan-latihan.Memberikan umpan
balik respon siswa dan memberikan
penguatan terhadap respon siswa yang
benar dan yang salah
CU. CV. Tahap CW. Guru memberikan kesempatan
4 latihan terbimbing pada siswa untuk berlatih konsep atau
keterampilan
CX. CY. Tahap CZ. Melakukan kegiatan latihan
5 latihan mandiri secara mandiri
DA.
DB.
DC. Sintaks pembelajaran langsung yang dikemukakan savin(2003)
yaitu:
DD.
DE. DF.Tahapan DG. Uraian
N
20
21
D. Desain Penelitian
FO. Adapun rancangan dan desain penelitian tersebut dinyatakan
sebagai berikut :
FP.Kelas FQ. Perlakuan FR. Hasil Tes
FS. Rx FT. M FU. X
FV.Ry FW. P FX. Y
FY. Keterangan
FZ. Rx : Kelas yang dipilih secara random (acak)
GA. Ry : Kelas pembanding yang dipilih secara random (acak)
GB. M : Kelas yang diajarkan dengan proses pembelajaran seperti biasa
GC. p : Kelas yang diajarkan dengan menerapkan PBMP pada siswa
GD. X : Hasil belajar dengan proses pembelajaran seperti biasa
GE. Y : Hasil belajar dengan menerapkan PBMP pada siswa
GF.
E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
GG. Populasi merupakan sekelompok objek penelitian yang dijadikan
sebagai somber data dalam suatu penelitian balk secara kuantitatif maupun
kualitallf, daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang
lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat .-- sifatnya.
GH. Populasi adalah somber data atau disebut juga wilayall generallsasi
yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang diterapkan oleh pendidik untuk inejnr)elqlarl dan keniudiai-, ditarik
kesimpulan.
a. Populasi Target
GI. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Duta
Mas tahun ajaran 2013- 2014, yaitu sebanyak 60 siswa, yang terbagi dalam 2
kelas yaitu VII (2 kelas)
b. Populasi Terjangkau
GJ. Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VII SMP Duta Mas
yang terdaftar pada tahun ajaran 2013-2014.
22
2. Sampel penelitian
GK. Sampel adalah sebagian dari populasi yang diteliti atau sebagian
dari jumlah objek dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini diambil kelas VII A
dengan 30 siswa sebagai kelas kontrol dan kelas VII B dengan 30 siswa sebagai
kelas eksperimen. Jadi jumlah respon sampel dalam penelitian ini adalah 60 siswa.
3. Teknik Pengambilan Sampel
GL. Dalam penelitian ini menggunakan pengambilan sampel dengan
Random Cluster.
GM.
F. Instrumen Penelitian
1. Instrumen
GN. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan
instrument tes objektif. Tes objektif adalah tes yang pemeriksaanya dapat
dilakukan secara objektif.13 Tes ini bertujuan untuk mendapatkan hasil belajar
siswa dengan tipe soal pilihan ganda yang terdiri dari 30 butir soal dengan empat
pilihan jawaban yang tersedia. Skor untuk setiap soal adalah 1 untuk jawaban
yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Untuk variabel hasil belajar akan
dilakukan validitas dan reliabilitas.
GO.
2. Pengujian Instrumen
a. Validitas Soal
GP. Validitas dalam instrument ini adalah validitas (content validity)
yaitu tes sebuah pengukuran tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi
atau isi pelajaran yang diberikan mencari validitas instrument variabel X dan Y
dalam bentuk (tes objektif) dengan menggunakan rumus kolerasi poin biserial 14
sebagai berikut :
GQ.
14 Ibid. h 79
GR. Y pbi =
MpMt
St p
q
23
GS.
GT.
GU. Keterangan
GV. Ypbi: Koefisien kolerasi point biserial
GW. Mp : Rata rata skor total yang menjawab benar pada butir
soal
GX. Mt : Rata rata skor total
GY. St : Standar deviasi skor total
GZ. p : Proporsi siswa yang menjawab benar pada butir
soal
HA. q : proporsi siswa yang menjawab salah pada setup
butir soal
HB. Kriteria : jika Ypbi > y table, maka soal valid
HC.
b. Relibilitas Soal
HD. Relibilitas yang berarti sejauh mana hasil pengukuran dapat
dipercaya yang berhubungan dengan koefisien tes. Instrument yang baik adalah
instrument yang dapat memberikan data yang sesuai dengan kenyataan. Karena
instrument yang digunakan dalam bentuk tes, maka koefisien reliabilitas dapat
dihitung dengan menggunakan rumus Kader dan Richardson (KR-20)15 sebagai
berikut :
HE.
HF. n
( n1
r 11 = )( SS pq )
HG.
HH. Keterangan :
HI. r11: Relibilitas tes secara keseluruhan
HJ. n: Banyaknya item
15 Ibid. h 100
HK. p: Proporsi subjek yang menjawab item benar
HL. q: Proporsi subjek yang menjawab item salah
HM. Ypq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
HN. S: Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians, jadi
S2 disebut varians)
HO.
24
HP. Klasifikasi koefisien reliabilitas (R) adalah sebagai berikut :
HQ. r11 = 0,800 1,00 : sangat tinggi
HR. r11 = 0,600 0,800 : tinggi
HS. r11 = 0,400 0,600 : cukup
HT. r11 = 0,200 0,400 : rendah
HU. r11 = 0,000 0,200 : sangat rendah
HV.
c. Taraf Kesukaran
HW. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya sesuatu soal
disebut Indeks kesukaran (difficulty index)16. Besamva indeks kesukaran antara
0,00 sampai dengan 1,00. Indeks kesukaran ini menunjukan taraf kesukaran soal.
Soal dengan indeks kesukaran :
HX. 0,00 = Soal itu terlalu sukar
HY. 1,00 = Soal itu terlalu mudah
HZ. Dalam indeks kesukaran ini diberi symbol P (proporsi). Dengan
demikian maka soal dengan P = 0,70 lebih mudah jika dibandingkan dengan P =
0,20. Sebaliknya soal dengan P = 0,30 lebih sukar daripada soal dengan P = 80.
IA. Rumus mencari P :17
B
IB. P=
JS
IC.
ID. Dimana:
IE. P= indeks kesukaran
16 Ibid h 207
17 Ibid. h 208
IF. B = banyaknya siswa yang menjawab jawab soal itu dengan
benar
IG. JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
IH.
d. Daya Pembeda
II. Daya pembeda soal adalah kemampuan semua soal untuk
membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang
bodoh (berkemampuan rendah).18
IJ. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi disingkat D. Ada 3 (tiga) titik pada daya pembeda yaitu :
IK. -1,00 0,00 1,00 25
IL. Daya pembeda negative daya pembeda rendah daya pembeda
tinggi
IM. Cara menentukan daya pembeda dengan cara membagi kelompok
menjadi 2 kelompok yaitu:
1) Kelompok atas (upper group)
2) Kelompok bawah (lower group)
IN. Jika seluruh kelompok diatas dapat menjawab soal tersebut dengan benar,
sedangkan kelompok bawah menjawab dengan salah, maka soal tersebut
mempunya D paling besar, yaitu 1,00. Sebaliknya jika semua kelompok
atas menjawab dengan salah, tapi semua kelompok bawah menjawab
dengan benar, maka nilai D yaitu 1,00. Tetapi sebaliknya jika siswa
kelompok atas dan siswa kelompok bawah sama-sama menjawab salah,
maka soal tersebut mempunyai nilai D yaitu 0,00. Karena tidak
mernpunyai daya pembeda sama sekali.
IO. Rumus mencari D :
IP.
Ba Bb
IQ. D= =PaPb
Ja Jb
IR.
18 IIbid. h 211
IS. Dimana :
IT. J = jumlah peserta tes
IU. Ja = banyaknya peserta kelompok atas
IV. Ja = banyaknya peserta kelompok bawah
IW. Bb = banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab
soal itu dengan benar
IX. Jb = banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal
itu dengan benar
IY. Pa = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
IZ. Pb = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
JA.
G. Teknik Analisis Data
26
JB. Data yang terkumpul dari hasil tes akan disusun dan diolah untuk
mendapatkan perbedaan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran
tematik dan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ekspositori.
JC. Data disusun dari nilai terkecil hingga nilai terbesar dalam sebuah
data kelompok menjadi table frekuensi dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Penyajian Data
a. Menentukan rentangan (R)
JD. Rentangan = data terbesar data terkecil
b. Menentukan banyak kelas interval dengan aturan strurges (K)
JE. Banyak kelas = 1 + 3,3 log n
c. Menentukan panjang kelas ( P )
R
JF. P=
K
JG. Dimana :
JH. P = panjang kelas
JI. R = Range
JJ. K = banyak kelas
JK.
d. Pengelolaan Data
JL. Data yang telah disajikan dalam bentuk tabel frekuensi
dikembangkan menjadi ukuran penyebaran data dan ukuran pemusatan data
dengan rumus statistik sebagai berikut :
a. Mean
JM. Untuk memperoleh mean dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus:
fiXi
JN. X=
fi
JO. Dimana :
JP. X = mean atau nilai rata-rata
JQ. Xi = nilai tengah tiap interval
JR. fi = frekuensi yang sesuai dengan kelas Xi
b. Median (Me)
JS.Untuk memperoleh median dapat diperoleh dengan menggunakan rumus:
27
1
JT.
Me=b+ p
2
(
N Fio
F me )
JU. Dimana :
JV. b = tepi bawah kelas median
JW. p = panjang interval
JX. N = jumlah frekuensi
JY. Fio = jumlah frekuensi sebelum kelas median
JZ. F me = frekuensi kelas median
KA.
c. Modus (Mo)
KB. Untuk memperoleh modus dapat diperoleh dengan menggunakan
rumus :
KC.
d1
KD. Mo=b+ p ( d 1+d 2)
KE.
KF. Dimana :
KG. b = tepi bawah kelas modus
KH. d I= selisih frekwensi kelas dengan frekwensi sebelum kelas
modus
KI. d2 = selisih frekwensi kelas dengan frekwensi sesudah kelas
modus
KJ. p = panjang interval kelas
KK.
d. Standar Varians
KL. Untuk memperoleh varian dapat dicari dengan rumus sebagai berikut :
KM.
2
2 n Fixi2( fixi )
KN. S =
n ( n1 )
KO.
KP. Keterangan :
KQ. S2 = Varians
KR. fi = Jumlah frekuensi yang sesuai dengan kelas
28
KS. Xi = nilai tengah tiap interval
KT. x = mean atau nilai rata-rata
KU. n = banyaknya subjek pengikut tes
e. Standar deviasi
KV. Untuk memperoleh standar deviasi dapat dicari dengan rumus sebagai
berikut:
KW.
2
nn Fixi 2( fixi )
KX. S=
n ( n1 )
KY.
KZ. Dimana :
LA. S = standar deviasi
LB. fi = jumlah frekuensi yang sesuai dengan kelas xi
LC. Xi = nilai tengah tiap interval
LD. x = mean atau nilai rata-rata
LE. n = banyaknya subjek pengikut tes
LF.
3. Teknik Analisis llensvaratan Data
a. Uji Normalitas
LG. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang
dipilih berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dengan uji lilifors
statistik, dengan rumus sebagai berikut :
xix
LH. Z=
s
LI. Dimana:
LJ. Z = nilai baku
LK. Xi = skor
LL. x = rata-rata skor dari kelompok
LM. s = standar deviasi
LN.
LO. Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai
berikut:
LP. Lo : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
29
LQ. Li : data sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
LR. Kriteria pengujian : Tolak Ho, jika Lo > L tabel, selain itu Ho diterima
LS.
b. Uji Homogenitas
LT. Uji homogenitas adalah melakukan pengujian terhadap kesamaan
beberapa sampel, yaitu seragam atau tidaknya varians sampel-sampel yang
diambil dari populasi yang sama. Populasi-populasi dari varians yang sama besar
dinamakan populasi dengan varians yang homogeny. Dalam hal lainnya disebut
populasi dengan varians yang heterogen.
LU. Hipotesis uji homogenitas sebagai berikut :
LV.
LW. H 0 : a21=a 22
LX. H 1=a12 a
LY.
LZ. Keterangan :
MA. H0 = Hipotesis nol
MB. H1 = Hipotesis Tandingannya
MC.
MD. #Menentukan nilai F hitung menggunakan Fisher
varians sampel terbesar
ME. F=
varians sampel terkecil
MF. #kriteria penm ian adal A
MG. Terima hipotesis Ho jika
MH. F( 1a) (n 11) < F< F 1 /2 a (n 11,n 21)
MI. Untuk taraf nyata a, dimana F c(m,n) didapat dari daftar distribusi F
dengan peluang C,dk pembilang =n dan dk penyebut =m.
MJ. Dalam hal lainnya Ho ditolak jika
1
MK. FF a (v1 , v2 )
2
1
ML. Dengan F a ( v1 , v 2 ) didapat daftar distribusi F dengan peluang
2
1
a sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dengan dk
2
30
pembilang dan penyebut seperti biasa a = taraf nyata.
MM.
MN.
H. Hipotesis Statistik
MO. Untuk dapat mengetahui adanya perbedaan hasil belajar
matematika antara kelas eksperimen dengan kelas control atau pembanding maka
digunakan rumus sebagai berikut :
MP.
x 1x 2
t=
MQ.
sgab
1
+
1
n1 n 2
MR.
MS. Dimana
MT.
MV.
MU. Sgab=
( n11 ) S 21 + ( n21 ) S22
( n1 +n2 ) 2
MW. Nilai t dapat dilihat pada table distribusi t dengan derajat infinitive
(inf=(x)). Dengan hipotesis sebagai berikut :
MX.
MY. H 0 : x = y
MZ. H 1: x y
NA.
NB. Dimana :
NC. H0 = hasil belajar keliling dan luas persegi dan persegi panjang
yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran tematik sama dengan
hasil belajar keliling dan luas persegi dan persegi panjang dengan
menggunakan pembelajaran ekspositori.
ND.
NE. H1 = hasil belajar keliling dan luas persegi dan persegi panjang
siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran tematik lebih
31 belajar
tinggi dan berbeda secara signifikan jika dibandingkan basil
keliling dan luas persegi dan persegi panjang siswa dengan menggunakan
pembelajaran ekspositori.
NF. x = rata-rata nilai tes matematika kelas eksperimen (menggunakan
pembelajaran tematik )
NG. y = rata-rata nilai tes matematika kelas control/pembanding
(menggunakan pembelajaran ekspositori )
NH.
NI. Kriteria pengujian :
1 1 1
NJ. Terima H0 jika t 1 a< t<t 1 a , dimana t1 a didapat dari
2 2 2
vi