Anda di halaman 1dari 47

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING

TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS


SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Seminar Pra Skripsi

Anggita
3315140676

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Model
Discovery Learning terhadap Kemampuan Berpikir Analisis Siswa pada
Pembelajaran Kimia”.

Proposal ini disusun sebagai salah satu prasyarat lulus dalam mata
kuliah SPS (Seminar Pra Skripsi). Tersusunnya proposal ini tentunya tidak
lepas dari peran serta berbagai pihak yang telah memberikan bantuan,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Dra. Zulmanelis D., M.Si selaku dosen pembimbing I yang telah


membantu, memberi masukan dan membimbing penulis.
2. Drs. Suhartono, M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
membantu, memberi masukan dan membimbing penulis.
3. Dr. Maria Paristiowati, M.Si selaku dosen pengampu mata
kuliah Seminar Pra Skripsi.

Penulis menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan.


Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak untuk kesempurnaan proposal ini.
Semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca
dan bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 19 Januari 2018

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

DAFTAR TABEL ........................................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah.......................................................................... 3

C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 3

D. Perumusan Masalah ........................................................................ 3

E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4

F Manfaat Penelitian ............................................................................ 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... 5

A. Pembelajaran Kimia ........................................................................ 5

B. Berpikir Analisis ............................................................................... 7

C. Model Discovery Learning ................................................................ 9

D. Penelitian yang Relevan ................................................................ 12

E. Kerangka Berpikir........................................................................... 12

F. Hipotesis Penelitian ........................................................................ 13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ....................................................... 14

A. Tujuan Operasional Penelitian ....................................................... 14

B. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 14

C. Metode Penelitian ........................................................................... 14

D. Rancangan Perlakuan.................................................................... 15
E. Populasi dan Sampel ..................................................................... 16

F. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 16

G. Instrumen Penelitian ..................................................................... 16

H. Hipotesis Statistik ........................................................................... 22

I. Teknik Analisa Data ...................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 27


DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Analisis 17

Tabel 2. Kriteria Indeks Korelasi r 20

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pembelajaran Kelas

Eksperimen 20

Tabel 4. Kisi-Kisi Lembar Observasi Pembelajaran Kelas Kontrol 21


DAFTAR LAMPIRAN

1. RPP Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 29


2. Lembar Kerja Peserta Didik 34
3. Soal Post Test Kemampuan Berpikir Analisis 36
4. Lembar Observasi Pembelajaran Kelas Eksperimen 38
5. Lembar Observasi Pembelajaran Kelas Kontrol 39
6. Rubrik Penilaian Instrumen Kemampuan Berpikir Analisis 40
7. Lembar Angket Validasi Konstruk Instrumen Kemampuan 41
Berpikir Analisis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi setiap


negara, tak terkecuali Indonesia. Salah satu tujuan negara Indonesia
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah
sebagai institusi yang bertanggung jawab atas terlaksananya
pendidikan terus melakukan upaya peningkatan mutu. Salah satu
upaya tersebut adalah memperbaiki sistem kurikulum secara berkala.
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang sudah diterapkan
dan terus dikembangkan sejak pertengahan tahun 2013. Kurikulum ini
berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
peserta didik serta lingkungannya(Kunandar, 2013). Penerapan
kurikulum 2013 memiliki ciri khas yaitu pembelajaran dilakukan dengan
pendekatan ilmiah (scientific approach). Peserta didik dilatih untuk
mengobservasi, mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data,
menganalisis, dan mengkomunikasikan hasil yang mereka pelajari.
Pendekatan ilmiah dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan
kompetensi abad 21 atau dikenal dengan istilah 4C (Communication,
Collaboration, Critical Thinking, and Creativity).

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, diketahui bahwa


implementasi dari kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah masih
belum terlaksana secara maksimal. Pelaksanaan pembelajaran masih
cenderung teacher centered sehingga aktivitas peserta didik hanya
sekedar menerima informasi. Kondisi tersebut menyebabkan peserta
didik tidak aktif ikut serta dalam pembelajaran dan tidak dapat
mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Hal ini juga terjadi
dalam pembelajaran kimia di sekolah, peserta didik kurang dilatih
untuk mengembangkan kemampuan berpikir mereka. Salah satu
kemampuan peserta didik yang perlu dioptimalkan yaitu kemampuan
berpikir analisis. Berpikir analisis merupakan bagian dari berpikir
tingkat tinggi (High Order Thingking Skills) yang merupakan fokus
kompetensi abad ke 21. Dengan mengoptimalkan kemampuan berpikir
analisis, peserta didik mampu menguasai ranah kognitif sampai tipe C4
(menganalisis) sehingga mereka dapat mengaplikasikan
pengetahuannya untuk menyelesaikan berbagai masalah atau
persoalan. Berdasarkan Taksonomi Bloom revisi, tipe C4 (menganalis)
merupakan ranah kognitif setelah C1 (mengingat), C2 (memahami),
dan C3 (menerapkan). Rendahnya kemampuan analisis peserta didik
akan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Menurut penelitian
Bayram & Comek (2009), terdapat korelasi positif antara prestasi
belajar dengan kemampuan analisis yang dimiliki peserta didik
khususnya pada mata pelajaran kimia. Penelitian tersebut
mendapatkan hasil 78,4% prestasi belajar kimia dipengaruhi oleh
kemampuan berpikir analisis. Peserta didik dengan prestasi tertinggi
adalah mereka yang memiliki kemampuan analisis yang baik.

Salah satu upaya meningkatkan kemampuan berpikir analisis


peserta didik yaitu menerapkan model pembelajaran yang mampu
mengembangkan dan melatih kemampuan berpikir analisis.
Kemampuan analisis merupakan variabel penting untuk meningkatkan
pemahaman kimia(Chijioke & Offiah, 2013). Berdasarkan penelitian
Novita, dkk (2016) kemampuan berpikir analisis dapat dikembangkan
dengan menggunakan model discovery learning. Model pembelajaran
berdasarkan penemuan (discovery learning) merupakan proses
pembelajaran yang mampu mendorong siswa untuk menganalisis dan
memecahkan berbagai persoalan sehingga siswa dapat menarik
kesimpulan dari apa yang sedang dipelajari dan menemukan suatu
konsep. Discovery learning terdiri dari beberapa tahap meliputi:
stimulation/ pemberian rangsangan, problem statement/ identifikasi
masalah, data collection/ pengumpulan data, data processing/
pengolahan data, verification/ pembuktian, dan generalization/ menarik
kesimpulan. Tahapan dalam model pembelajaran discovery learning
melibatkan siswa secara langsung sehingga memungkinkan
pembentukan konsep lebih bermakna karena tidak sekedar hafalan.

Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, maka penulis


akan melakukan penelitian mengenai pengaruh model discovery
learning terhadap kemampuan berpikir analisis siswa pada
pembelajaran kimia.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa masalah


yang akan diidentifikasi sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh model discovery learning pada


pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir analisis
siswa?
2. Bagaimana menerapkan model discovery learning secara efektif
dalam pembelajaran kimia?
3. Apa saja kendala dalam menerapkan model discovery learning
pada pembelajaran kimia?

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian dibatasi


pada pengaruh model discovery learning pada pembelajaran kimia
terhadap kemampuan berpikir analisis siswa.

D. Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai


berikut: Bagaimana pengaruh model discovery learning pada
pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir analisis siswa?
E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh model


discovery learning terhadap kemampuan berpikir analisis siswa pada
pembelajaran kimia

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi guru, dapat dijadikan alternatif model pembelajaran untuk
meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa
2. Bagi siswa, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
berpikir analisis dengan model pembelajaran discovery learning
3. Bagi peneliti, diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah
pengetahuan mengenai model pembelajaran yang tepat dalam
proses pembelajaran sesuai dengan karakteristik materi dan
siswa
4. Bagi sekolah, untuk mengenalkan model pembelajaran yang
bervariasi dalam melaksanakan proses pembelajaran dan dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran kimia
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kimia

Pembelajaran adalah usaha pendidikan yang dilaksanakan


secara sengaja, dengan tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu
sebelum proses dilaksanakan, serta pelaksanaannya terkendali
(Miarso dalam Siregar & Nara, 2010). Pembelajaran kimia merupakan
upaya guru dalam menyampaikan ilmu kimia sesuai standar
kompetensi sehingga timbul perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan sikap dalam diri peserta didik terhadap
kimia. Kimia merupakan salah satu bidang ilmu sains yang erat
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari dan melibatkan reaksi kimia.
Materi kimia mempelajari mengenai sifat, struktur, komposisi, energi,
dan perubahan zat. Menurut Mulyasa (2006) ilmu kimia mencakup dua
karakteristik, yaitu kimia sebagai produk dan kimia sebagai proses.
Kimia sebagai produk yaitu pengetahuan berupa fakta, konsep, dan
prinsip. Sedangkan kimia sebagai proses berkaitan dengan bagaimana
ditemukannya konsep tersebut (aktivitas ilmiah). Selain itu
pembelajaran kimia mencakup kemampuan untuk merepresentasikan
masalah makroskopik, submikroskopik, dan simbolik seperti lambang,
rumus, persamaan reaksi, dan grafik(Sirhan, 2007). Ketiga level
representasi kimia, yaitu:

1. Representasi makroskopis, diperoleh dari suatu fenomena


yang dapat diamati oleh panca indera secara langsung atau
tidak langsung. Misalnya berkaitan dengan wujud zat, massa,
warna, suhu, kerapatan, dan konsentrasi.
2. Representasi submikroskopis, menjelaskan mengenai
struktur dan proses kimia dalam level partikel materi (atom,
ion, molekul). Pada level ini diperlukan kemampuan untuk
berimajinasi dan memvisualisasikan.
3. Representasi simbolik, bertindak sebagai bahasa persamaan
kimia sehingga terdapat aturan-aturan yang harus diikuti.
Level ini merupakan representasi kimia yang digunakan
untuk membantu menjelaskan level makroskopis dan level
submikroskopis.

Penerapan tiga representasi kimia salah satunya dapat


dicontohkan pada materi termokimia. Level makroskopis yaitu
melarutkan padatan NaOH dengan aquades. Dapat teramati NaOH
larut dan labu ukur terasa panas. Level submikroskopis yaitu NaOH
yang merupakan ikatan ion membutuhkan kalor untuk mengurai
menjadi ion Na+ dan OH- (disosiasi). Selanjutnya ion-ion tersebut
berikatan masing-masing dengan H2O dengan melepaskan kalor. Oleh
karena kalor yang dilepaskan lebih besar dari kalor yang dibutuhkan,
maka dalam pelarutan NaOH reaksi tersebut bersifat eksoterm.
Sedangkan pada level simbolik, dapat ditulis melalui persamaan kimia:
NaOH (s) + H2O (l)  NaOH (aq) + H2O (l)

Pada pembelajaran kimia, peserta didik harus menguasai tiga


representasi tersebut agar memahami konsep kimia dengan baik.
Namun pada umumnya pembelajaran kimia saat ini hanya
memfokuskan pada level makroskopis dan simbolik. Hal tersebut
mengakibatkan peserta didik tidak mampu untuk membayangkan
bagaimana proses dan struktur suatu zat yang bereaksi pada level
submikroskopis. Selain tiga representasi kimia, peserta didik juga
harus memiliki kemampuan berpikir analisis untuk menyelesaikan
berbagai persoalan kimia. Pembelajaran kimia yang dikelola dengan
baik sesuai dengan pendekatan ilmiah akan melatih kemampuan
berpikir analisis peserta didik. Kemampuan berpikir analisis yang baik
akan meningkatkan prestasi belajar kimia.
B. Berpikir Analisis

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, analisis adalah


penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan
bagian itu sendiri serta hubungan antar-bagian untuk memperoleh
pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Menurut
Sudjana (2010), analisis adalah usaha memilah suatu integritas
menjadi unsur-unsur jelas susunannya. Dengan kemampuan analisis
diharapkan seseorang mampu memilah suatu menjadi bagian-bagian
yang terpadu, memahami prosesnya, cara kerja, dan sistematiknya.

Kemampuan berpikir analisis merupakan salah satu domain


kognitif peserta didik menurut Taksonomi Bloom revisi setelah
kemampuan mengingat, memahami, dan menerapkan. Proses kognitif
yang termasuk dalam ranah kemampuan analisis yaitu membedakan,
mengorganisasikan, dan mengatribusikan. Membedakan yakni
melibatkan proses mengurai unsur yang penting dari sebuah konsep,
mengorganisasi yakni melibatkan proses mengidentifikasi unsur yang
relevan membentuk sebuah struktur yang koheren, sedangkan
mengatribusi yakni menentukan sudut pandang, pendapat, atau tujuan
dari informasi yang diberikan. Menurut Anderson & Krathwohl (2010),
kemampuan berpikir analisis mencakup tiga proses yaitu peserta didik
dapat mengurai unsur informasi yang relevan, menentukan hubungan
antar unsur tersebut, dan menentukan sudut pandang tentang tujuan
dalam mempelajari suatu informasi. Sedangkan kemampuan analisis
menurut Marzano (2007), terdiri dari:

1. Mencocokkan (matching)
Proses mencocokkan yang efektif diantaranya: merinci sifat
atau karakteristik butir yang akan dianalisis, dan menentukan
apakah butir-butir tersebut terdapat persamaan atau
perbedaan
2. Mengklasifikasikan (classifying)
Proses pengklasifikasian yang efektif diantaranya:
mengidentifikasi karakteristik dari butir-butir yang
diklasifikasikan dan menjelaskan keterkaitannya
3. Analisis kesalahan (analyzing errors)
Menganalisis kesalahan melibatkan menilai validitas dari
pengetahuan berdasarkan kriteria eksplisit dan
mengidentifikasi suatu kesalahan dalam pemikiran
4. Menggeneralisasikan (generalizing)
Proses menggeneralisasi bersifat induktif. Sifat penting dari
proses menggeneralisasikan antara lain: mencari pola atau
hubungan suatu informasi dan membuat pernyataan umum
yang menjelaskan hal tersebut
5. Merinci (specifying)
Proses merinci bersifat deduktif. Sifat penting dari proses
merinci antara lain: mengidentifikasi prinsip yang diterapkan
pada situasi tertentu dan mengidentifikasi kesimpulan yang
dapat dibuat

Kemampuan analisis dapat diukur menggunakan kata kerja


operasional seperti: uraikanlah unsur-unsur, jabarkanlah, bedakanlah,
hubungkanlah, bandingkanlah, tunjukkan hubungan, dan buatlah
skema/diagram(Munthe, 2009). Salah satu contoh penyelesaian
masalah kimia yang membutuhkan kemampuan analisis yaitu
membandingkan asam kuat dengan asam lemah dengan kemolaran
yang sama dalam hal daya hantar listrik. Asam kuat memiliki daya
hantar listrik lebih besar karena ion-ion yang bergerak secara bebas
mengalami ionisasi sempurna. Sedangkan asam lemah memiliki daya
hantar listrik lebih kecil karena asam lemah hanya mengalami ionisasi
sebagian.
C. Model Discovery Learning

Apabila ditinjau dari segi bahasa, discovery adalah penemuan


dan learning adalah pembelajaran sehingga dapat dikatakan discovery
learning berarti pembelajaran berbasis penemuan. Discovery learning
pertama kali dikenalkan oleh Bruner, beliau ingin memperbaiki
pengajaran yang selama ini tidak melibatkan peserta didik secara
langsung dan pengajaran hanya mengarah pada menghafal fakta.
Discovery learning menitikberatkan pada kemampuan peserta didik
untuk menemukan sesuatu melalui proses ilmiah secara
sistematis(Illahi, 2012). Peserta didik dituntut untuk melakukan
berbagai kegiatan seperti menghimpun informasi, membandingkan,
menganalisis, mengintegrasikan, serta membuat kesimpulan. Ketika
peserta didik mampu menggali dan mengolah informasi maka secara
tidak langsung mereka akan menemukan suatu pengetahuan yang
baru.

Discovery learning meliputi beberapa tahap yaitu: stimulation


(pemberian rangsangan), problem statement (identifikasi masalah),
data collection (pengumpulan data), data processing (pengolahan
data), verification (pembuktian), dan generalization (menarik
kesimpulan). Melalui tahapan tersebut, peserta didik dilibatkan secara
langsung selama proses pembelajaran dan diperlukan keaktifan
peserta didik sebagai modal untuk memahami materi pelajaran yang
diberikan oleh guru. Proses pembelajaran tidak menekankan agar
peserta didik dapat menguasai materi, namun lebih menekankan pada
pemahaman mereka pada suatu konsep. Pada intinya, model
pembelajaran discovery learning mengubah kondisi belajar pasif
menjadi aktif, mengubah pembelajaran yang teacher centered menjadi
student centered. Selain itu, discovery learning mengubah
pembelajaran dari model expository dimana peserta didik hanya
menerima informasi menjadi ke model discovery yang menuntut
peserta didik secara aktif menemukan informasi melalui bimbingan
guru.

Pada tahap awal stimulation/ pemberian rangsangan, peserta


didik dihadapkan dengan sesuatu yang menimbulkan pertanyaan
sehingga timbul keinginan untuk menyelidiki hal tersebut. Tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi
bahan pelajaran (Agus, 2013). Tahap kedua problem statement/
identifikasi masalah, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengidentifikasi sebanyak mungkin masalah yang relevan dengan
materi pelajaran (Syah, 2004). Lalu salah satu dirumuskan dalam
bentuk hipotesis. Tahap ketiga data collection/ pengumpulan data,
peserta didik diberi kesempatan untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber untuk menjawab
pertanyaan. Tahap ini berfungsi untuk membuktikan benar atau
tidaknya suatu hipotesis. Tahap keempat data processing/ pengolahan
data, semua informasi yang sudah diperoleh diolah membentuk suatu
konsep atau pengetahuan baru yang perlu dibuktikan secara logis.
Tahap kelima verification/ pembuktian, peserta didik membuktikan
informasi yang sudah didapat melalui contoh yang sering dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari. Dan tahap terakhir generalization/
menarik kesimpulan, peserta didik menarik suatu kesimpulan
berdasarkan hasil generalisasi yang dapat dijadikan prinsip atau
berlaku untuk permasalahan yang sama (Syah, 2004).

Bruner (dalam Martini, 2010) sebagai pencetus model discovery


learning mengemukakan beberapa keuntungan pembelajaran
menggunakan discovery learning yaitu:

1. Memungkinkan pembentukan konsep abstrak lebih


bermakna karena dalam penyampaian bahan discovery
learning digunakan kegiatan langsung yang menarik
perhatian peserta didik
2. Mendorong peserta didik untuk berpikir dan bekerja atas
inisiatifnya sendiri
3. Peserta didik memperoleh pengetahuan yang bersifat
individual
4. Proses belajar merangsang peserta didik untuk belajar
sungguh-sungguh
5. Membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer
pada proses belajar

Beberapa keuntungan tersebut menjadi pertimbangan dalam


memilih model discovery learning sebagai salah satu model
pembelajaran kimia. Namun perlu diketahui pula kekurangan model
discovery learning yaitu memerlukan waktu lebih lama dan belum
dapat dipastikan peserta didik terus aktif melakukan penemuan.
Harapan yang dicapai dengan menggunakan model discovery learning
yaitu peserta didik dapat membentuk konsep pengetahuannya sendiri
sehingga konsep yang dibentuk tersebut masuk ke dalam long term
memory. Selain itu, peserta didik dapat menerapkan pengetahuan
untuk menganalisis atau memecahkan masalah. Dan melalui model
discovery learning diharapkan muncul lingkungan belajar yang menarik,
interaktif, serta dapat memotivasi peserta didik aktif dalam
pembelajaran sehingga prestasi belajar akan menjadi lebih baik.

Karakteristik model discovery learning menekankan pada


pembentukan konsep dapat diterapkan pada materi larutan penyangga.
Fenomena kehidupan sehari-hari dapat dijadikan stimulus bagi peserta
didik dalam bentuk pertanyaan. “Darah mempunyai pH sekitar 7,4.
Fungsi darah akan terganggu jika pH berubah hingga di bawah 7,0
atau di atas 7,8. Bagaimana tubuh kita mempertahankan rentang pH
darah tersebut?”. Dengan pertanyaan tersebut, peserta didik akan
termotivasi untuk memahami konsep larutan penyangga. Hipotesis
dapat disusun berdasarkan stimulus yang diberikan. Pengumpulan
data dapat dilakukan dengan praktikum mempelajari sifat larutan
penyangga. Berdasarkan hasil yang diperoleh, peserta didik diarahkan
untuk mengolah data sehingga hipotesis yang telah disusun dapat
terjawab dan mendapatkan suatu kesimpulan mengenai konsep
larutan penyangga.

D. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengaruh model


discovery learning dengan kemampuan berpikir analisis sebagai
berikut:

1. Rizkia Handayani (2016) yang berjudul “Pengaruh


Pembelajaran Process Oriented Guided Inquiry Learning
(POGIL) dan Discovery Learning Terhad6ap Kemampuan
Berpikir Analisis Siswa pada Materi Sistem Imun”. Hasil
penelitian tersebut yaitu pembelajaran Process Oriented Guided
Inquiry Learning (POGIL) dan Discovery Learning memiliki
pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran
STAD terhadap kemampuan berpikir analisis siswa pada materi
sistem imun.
2. Hadi Kurnianto, dkk (2016) yang berjudul “Pengaruh model
pembelajaran discovery learning disertai LKS terhadap prestasi
belajar siswa pada materi hidrolisis garam kelas XI SMAN 1
Karanganyar tahun pelajaran 2014/2015”. Hasil penelitian
tersebut yaitu model discovery learning disertai LKS
berpengaruh terhadap prestasi siswa pada aspek pengetahuan
dan keterampilan pada materi hidrolisis garam.
E. Kerangka Berpikir

Pembelajaran kimia harus dikelola dengan baik sesuai dengan


pendekatan ilmiah yang menjadi ciri khas dari kurikulum 2013. Untuk
memperkuat pendekatan ilmiah diperlukan metode pembelajaran
berbasis penemuan. Salah satunya yaitu menggunakan model
discovery learning. Model discovery learning mendorong peserta didik
untuk lebih aktif dan melibatkan peserta didik secara langsung dalam
pembelajaran (student centered). Peserta didik diarahkan untuk
menggali dan mengolah informasi sehingga mereka dapat menemukan
pengetahuan dan membangun pengetahuannya sendiri. Sintak
discovery learning dapat mengembangkan kemampuan berpikir
peserta didik, salah satunya kemampuan berpikir analisis. Berpikir
analisis merupakan bagian dari kemampuan berpikir tingkat tinggi yang
merupakan fokus keterampilan abad 21. Proses kognitif dalam ranah
menganalisis yaitu membedakan, mengorganisasikan, dan
mengatribusikan. Kemampuan berpikir analisis yang baik akan
meningkatkan prestasi belajar kimia.

Berdasarkan kerangka berpikir tersebut, peneliti akan


melakukan penelitian mengenai pengaruh model discovery learning
pada pembelajaran kimia terhadap kemampuan berpikir analisis siswa.

F. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka berpikir di atas


maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini adalah model discovery
learning pada pembelajaran kimia berpengaruh positif terhadap
kemampuan berpikir analisis siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Operasional Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model


discovery learning pada pembelajaran kimia terhadap kemampuan
berpikir analisis siswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 58 Jakarta pada


semester genap tahun ajaran 2017/2018. Penelitian dilaksanakan
selama kurun waktu Februari – Mei 2017. Pokok bahasan yaitu
materi Larutan Penyangga.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi


experimental designs dengan Nonequivalent Control Group Design.
Penentuan variabel dalam penelitian ini terdiri dari:

1. Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu model discovery


learning (X) dan STAD (C)
2. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kemampuan
berpikir analisis siswa

Pada desain penelitian terdapat dua kelompok yang


digunakan, yaitu satu kelompok eksperimen dan satu kelompok
kontrol yang tidak dipilih secara random (Sugiyono, 2016). Desain
penelitian sebagai berikut:

O1 X O2

O3 O4
Keterangan:

O1 dan O3 : kemampuan berpikir analisis siswa sebelum ada


perlakuan
X : pemberian perlakuan
O2 : kemampuan berpikir analisis siswa setelah diberi
perlakuan
O4 : kemampuan berpikir analisis siswa yang tidak diberi
perlakuan

D. Rancangan Perlakuan

Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu tahap


persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap persiapan
a. Mengidentifikasi masalah
b. Menganalisis kompetensi dasar dan indikator dalam
kurikulum 2013 yang mendukung penelitian
c. Menyusun instrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi soal,
membuat RPP, serta mempersiapkan Lembar Kerja Peserta
Didik
d. Memvalidasi dan memperbaiki instrumen

2. Tahap pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di SMAN 58 Jakarta semester


genap tahun ajaran 2017/2018 pada Februari 2018. Pokok
bahasan yang diajarkan pada penelitian ini mengacu pada
kurikulum 2013 pada kompetensi dasar 3.12 Menjelaskan prinsip
kerja, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga dalam tubuh
makhluk hidup dan 4.12 Membuat larutan penyangga dengan pH
tertentu. Penelitian dilaksanakan dengan lima kali pertemuan pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diberikan
perlakuan model discovery learning sedangkan kelas kontrol model
kooperatif tipe STAD.

3. Tahap akhir
a. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian meliputi uji
normalitas dan uji homogenitas
b. Menguji hipotesis penelitian
c. Memberikan kesimpulan hasil penelitian

E. Populasi dan Sampel

Penentuan populasi penelitian ini menggunakan teknik


cluster sampling. Populasi terjangkau adalah peserta didik kelas XI
SMA Negeri 58 Jakarta pada semester genap tahun ajaran
2017/2018.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara


test dan observasi. Data utama diperoleh dari hasil test sedangkan
observasi merupakan data pendukung. Data test dilaksanakan
dengan memberikan post-test yang mengandung soal tipe analisis.
Data observasi dilaksanakan dengan menggunakan lembar
observasi keterlaksanaan pembelajaran oleh guru.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah soal post


test untuk mengukur kemampuan berpikir analisis siswa. Soal
berupa esai diberikan di akhir penelitian. Selain itu, digunakan
instrumen nontes berupa lembar observasi selama kegiatan
pembelajaran berlangsung.
1. Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Analisis
Instrumen tes digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir analisis siswa. Soal post test berupa esai berjumlah
6 soal yang akan diujicobakan dengan alokasi waktu 90
menit. Langkah-langkah penyusunan soal tes kemampuan
berpikir analisis:
a) Mengadakan pembatasan dan penyesuaian bahan-
bahan instrumen dengan kurikulum 2013. Pokok bahasan
yang digunakan yaitu Larutan Penyangga
b) Menentukan tipe atau bentuk soal
c) Menentukan jumlah butir soal dan alokasi waktu
d) Menentukan komposisi jenjang dari perangkat tes
e) Menentukan tabel spesifikasi atau kisi-kisi soal
f) Menyusun butir-butir soal

Berdasarkan langkah-langkah tersebut diperoleh kisi-kisi


instrumen soal post test sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi tes kemampuan berpikir analisis

Kriteria Indikator Butir soal


Mencocokkan Merinci sifat atau karakteristik
Menyatakan persamaan 1, 2
Menyatakan perbedaan
Mengklasifikasikan Mengidentifikasi karakteristik untuk
diklasifikasikan 3
Menjelaskan keterkaitannya
Menggeneralisasikan Mencari pola atau hubungan suatu
informasi
Membuat pernyataan umum yang 4, 5
menjelaskan pola atau hubungan
tersebut
Merinci Mengidentifikasi prinsip yang
diterapkan pada situasi tertentu
6
Mengidentifikasi kesimpulan yang
dapat dibuat
(Sumber: Marzano, 2007)

Instrumen tes ini harus memiliki dua kriteria yaitu valid


dan reliabel. Untuk mengetahui pemenuhan kriteria tersebut,
maka instrumen yang digunakan dalam penelitian harus melalui
uji validitas dan uji reliabilitas.

a) Uji validitas

Uji validitas digunakan untuk menunjukkan


ketepatan suatu instrumen. Suatu instrumen dapat
dikatakan valid apabila instrumen tersebut menjalankan
fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut
(Azwar, 2000). Validitas konstruk pada penelitian ini
berkaitan dengan konstruksi atau konsep bidang ilmu
yang akan diuji validitas alat ukurnya. Validitas konstruk
merujuk pada kesesuaian antara hasil alat ukur dengan
kemampuan yang ingin diukur. Pada penelitian ini, untuk
menguji validitas konstruk diperiksa oleh ahli / dosen
pembimbing peneliti.
Uji validitas butir soal pada penelitian ini ditentukan
menggunakan koefisien product moment dengan
simpangan angka kasar:

Keterangan:
X : Jumlah skor tiap butir soal
Y : Skor total
N : Jumlah peserta
∑X : Jumlah skor item
∑Y : Jumlah skor total
∑XY : Jumlah perkalian skor item dengan skor total
∑X2 : Jumlah skor kuadrat item
2
∑Y : Jumlah skor kuadrat total

Cara menafsirkan mengacu pada tabel product


moment:
1. Jika rhitung>rtabel berarti instrumen valid
2. Jika rhitung< rtabel berarti instrument tidak valid
(Nurbaity, 2004)

b) Uji reliabilitas

Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang


apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek
yang sama akan menghasilkan data yang sama
(Sugiyono, 2016). Pada penelitian ini instrumen soal yang
digunakan berupa uraian sehingga pengujian reliabilitas
menggunakan rumus Alpha Cronbach:

r
keterangan:
r11 = Koefisien realibilitas tes
n = Banyaknya butir soal
1 = Bilangan konstan
= Jumlah varians skor tiap-tiap butir item
= Varians total
Kriteria penafsiran mengenal indeks korelasi r dapat
diketahui dengan rentang pada tabel berikut:

Tabel 2. Kriteria Indeks Korelasi r


No Indeks Reabilitas Klasifikasi
1 0,00-0,20 sangat rendah
2 0,21-0,40 Rendah
3 0,41-0,60 Cukup
4 0,61-0,80 tinggi
5 0,81-1,00 sangat tinggi

2. Instrumen Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan pada penelitian ini


adalah lembar observasi yang berisi indikator ketercapaian
langkah-langkah discovery learning. Instrumen ini harus
memiliki kriteria kelayakan yang dapat dipertimbangkan oleh
ahli. Uji kelayakan dilakukan oleh dosen pembimbing.

Tabel 3. Kisi-kisi lembar keterlaksanaan pembelajaran kelas


eksperimen (discovery learning)

Tahap Indikator Butir ke-


pembelajaran
Tahap 1: Memberikan motivasi kepada siswa 1,2
Stimulation dan menyampaikan tujuan
pembelajaran
Tahap 2: Mengidentifikasi masalah melalui 3,4
Problem diskusi dan memberikan LKPD
Statement
Tahap 3: Data Mengumpulkan data dari studi literatur 5
Collection sesuai dengan prosedur yang ada di
LKPD
Tahap 4: Data Mengolah data melalui diskusi setelah 6,7
Processing mengumpulkan data disertai guru
mendatangi siswa dan menanyakan
pertanyaan setiap anggota kelompok
Tahap 5: Memberi kesempatan kepada siswa 8, 9
Verification untuk menyampaikan hasil diskusi dan
melakukan tanya jawab
Tahap 6: Membimbing siswa untuk 10
Generalization menyimpulkan materi pelajaran

Tabel 4. Kisi-kisi lembar keterlaksanaan pembelajaran kelas


kontrol (kooperatif tipe STAD)

Tahap Indikator Butir ke-


Pembelajaran
Tahap 1: Guru memotivasi siswa dengan 1
Memotivasi siswa memberikan berbagai pertanyaan
Tahap 2: Guru menyampaikan materi dan 2
Menyampaikan melakukan tanya jawab pada
materi siswa
Tahap 3: Guru mengarahkan siswa dalam 3
Mengorganisasikan membentuk kelompok
siswa dalam
kelompok belajar
Tahap 4: Guru membimbing siswa dalam 4
Membimbing siswa berdiskusi
dalam kelompok
Tahap 5: Guru memberi kesempatan siswa 5
Mengevaluasi hasil untuk mengemukakan hasil
diskusi diskusi
Guru memberikan konfirmasi 6
dengan jelas
Tahap 6: Guru memberikan penghargaan 7
Memberikan kepada siswa
penghargaan

H. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini sebagai


berikut:

Ho: Rerata kelompok yang diberi perlakuan discovery


learning sama dengan rerata kelompok yang
tidak diberi perlakuan
Ha: Rerata kelompok yang diberi perlakuan discovery
learning lebih tinggi dari rerata kelompok yang
tidak diberi perlakuan

I. Teknik Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan uji


prasyarat dan uji hipotesis sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat Analisis Data


Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistik. Uji
prasyarat yang dilakukan yaitu uji normalitas dan uji
homogenitas menggunakan perhitungan manual pada
Microsoft Excel 2010.
a) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah
sampel yang diteliti berasal dari populasi yang
berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas yang
digunakan yaitu uji Lilifiefors (Lo), dengan langkah-
langkah sebagai berikut:
1) Menentukan taraf signifikan misalkan pada
dengan hipotesis yang akan diuji:
H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal
H1 : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi
normal
Dengan kategori pengujian:
Jika Lo= Lhitung<Ltabel terima H0
Jika Lo= Lhitung>Ltabel tolak H0
2) Data pengamatan Y1,Y2, Y3, ……, Yn dijadikan
bilangan baku Z1, Z2, Z3,….., Zn dengan
menggunakan rumus:

(dengan Y dan S masing-masing merupakan


simpangan baku)
3) Untuk setiap bilangan baku ini dengan mengunakan
daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung
peluang F(Zi)= P(Z≤Zi)
4) Selanjutnya dihitung Z1, Z2,Z3, ….., Zn yang lebih kecil
atau sama dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan oleh
S(Zi), maka:

5) Hitung selisih F(Zi)-S(Zi), kemudian tentukan harga


mutlaknya
6) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga
mutlak selisih tersebut, sebagai harga L0 atau Lhitung

Untuk menerima atau menolak hipotesis nol (H0),


dilakukan dengan cara membandingkan L0 ini dengan
nilai Lkritis atau Ltabel yang didapat dari table Liliefors untuk
taraf nyata (signifikansi) yang dipilih, misal

b) Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pada data bersifat homogen atau tidak. Uji homogenitas
yang dilakukan pada data penelitian ini menggunakan uji
Bartlett. Langkah-langkah uji Bartlett sebagai berikut:
1) Membagikan set data pada variabel ke dalam
beberapa kelompok
2) Menghitung varian masing-masing kelompok yang
dibentuk dengan rumus:

3) Menyusun kelompok-kelompok tersebut ke dalam


tabel berikut:
Sampel db Varian (S2) db S2 log S2 db log S2

Jumlah

4) Menghitung varian gabungan dengan menggunakan


rumus:

5) Menghitung nilai satuan B, dengan rumus:


6) Menghitung nilai x2 dengan rumus:

7) Pada uji homogenitas data, statistik yang digunakan


dalam hipotesis yaitu:
Ho : sampel termasuk berdistribusi normal
Ha : sampel termasuk berdistribusi tidak normal
Jika Xn2 < Xt2 maka sampel berasal dari populasi
yang homogen, Ho diterima

2. Analisis Data

Data hasil observasi akan dianalisis dengan deskriptif, untuk


mendapatkan gambaran umum mengenai pelaksanaan
pembelajaran di kelas selama diberi perlakuan berupa
penerapan model discovery learning.

Uji hipotesis digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh


model discovery learning pada pembelajaran kimia terhadap
kemampuan berpikir analisis siswa. Setelah diperoleh data
berdistribusi normal dan homogen maka dilakukan uji hipotesis
menggunakan uji t berpasangan pada taraf signifikan 0,05.
Rumus uji t sebagai berikut:

thitung =

Keterangan :
X1 =rata-rata skor posttest kelompok eksperimen
X2 = rata-rata skor posttest kelompok kontrol
S12 = varians kelompok eksperimen
S22 = varians kelompok kontrol
n1 = jumlah siswa kelompok eksperimen
n2 = jumlah siswa kelompok kontrol

Jika operasi perhitungan pada langkah sebelumnya ternyata:


1) thitung < ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak
2) thitung> ttabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L. W., & Krathwohl, D. R. (2010). Terjemahan Kerangka


Landasan untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Revisi
Taksonomi Bloom. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. (2000). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bayram, H., & Comek, A. (2009). Examining the Relations Between


Science Attitudes, Logical Thinking Ability, Information Literacy and
Academic Achievement Through Internet Assisted Chemistry
Education. Procedia Sosial and Behavioral Sciences, 1526-1532.

Best, J. W., & Kahn, J. V. (2006). Reseach in Education. United States of


America: Paerson.

Cahyo, A. N. (2013). Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan


Terpopuler. Yogyakarta: Diva Press.

Chijioke, U. C., & Offiah. (2013). The Relationship between Senior


Secondary School Students Analytical Skill and Their Achievement
in Anambra State. ISSN (Online), 44-57.

Illahi, M. T. (2012). Pembelajaran Discovery Strategy & Mental Vocational


Skill. Yogyakarta: Diva Press.

Kunandar. (2013). Penilaian Autentik (Penilaian Hasil Belajar Peserta


Didik Berdasarkan Kurikulum 2013). Jakarta: Rajawali Press.

Marzano, R. J., & S, K. J. (2007). The New Taxonomy of Educational


Objective. California: Corwin Press.

Mulyasa, E. (2006). Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran


Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munthe, B. (2009). Desain Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Insan


Madani.

Novita, S., Santosa, S., & Rinanto, Y. (2016). Perbandingan Kemampuan


Analisis Siswa melalui Penerapan Model Cooperative Learning
dengan Guided Discovery Learning. Proceeding Biology Education
Conference, 369-367.
Nurbaity. (2004). Evaluasi Pengajaran. Jakarta: Jurusan Kimia FMIPA
UNJ.

Siregar, E., & Nara, H. (2010). Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor:
Ghalia Indonesia.

Sirhan, G. (2007). Learning Diffuculties in Chemistry. Journal of Turkish


Science Education, 2.

Sudjana, N. (2010). Dasar-dasar Proses Belajar. Bandung: Sinar Baru.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian. Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.
Lampiran 1. RPP Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Sekolah : SMA Negeri 58 Jakarta


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/Semester : XI / Genap
Materi Pokok : Larutan Penyangga
Alokasi Waktu : 3 Minggu x 4 Jam pelajaran @ 45 Menit

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
2. Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong
royong, kerja sama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif
sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan
dunia
3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin
tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan
kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang
kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah
abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta
mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

Kompetensi Dasar Indikator


3.12 Menjelaskan prinsip 1, Memahami sifat larutan penyangga
kerja, perhitungan pH, dan dan pembuatannya
peran larutan penyangga 2. Memahami prinsip kerja larutan
dalam tubuh makhluk hidup penyangga dalam mempertahankan
pH
3. Menentukan pH larutan penyangga
4. Menganalisis data dan informasi
tentang peranan larutan penyangga
dalam tubuh makhluk hidup
4.12 Membuat larutan 5. Merancang percobaan tentang
penyangga dengan pH membedakan larutan penyangga/
tertentu bukan menggunakan indikator
universal atau pH meter
6. Menganalisis hasil percobaan untuk
menentukan sifat larutan penyangga

C. Materi pembelajaran
1. Sifat larutan penyangga
2. pH larutan penyangga
3. Peran larutan penyangga dalam tubuh makhluk hidup dan
industri
D. Tujuan Pembelajaran
Melalui model pembelajaran discovery learning / kooperatif tipe
STAD dengan menggali informasi dari berbagai sumber belajar,
percobaan sederhana dan mengolah informasi, diharapkan siswa
terlibat aktif selama proses pembelajaran berlangsung, memiliki sikap
ingin tahu, teliti dalam melakukan pengamatan, dan
bertanggunggjawab dalam menyampaikan pendapat, menjawab
pertanyaan, memberi saran dan kritik, serta dapat menjelaskan sifat,
prinsip kerja larutan penyangga dan peran larutan penyangga dalam
tubuh makhluk hidup dan industri.
E. Pendekatan, Model, dan Metode
Pendekatan : saintifik
Model : discovery learning / kooperatif tipe STAD
Metode : tanya jawab, diskusi kelompok, percobaan
sederhana, presentasi, dan kuis
F. Media Pembelajaran
Media/ Alat : Penyajian komputer, bahan-bahan kimia, bahan
alam, alat-alat lab
G. Sumber Belajar
1. Michael Purba, Kimia SMA Kelas XI, Erlangga, 2006
2. Unggul Sudarmo, Buku Kimia Untuk Kelas XI, Erlangga, 2014

H. Kegiatan Pembelajaran

Langkah Alokasi
Kegiatan
Waktu
Pendahuluan - Guru melakukan pembukaan dengan salam
dan berdoa untuk memulai pelajaran
- Guru memeriksa kehadiran sebagai sikap
10
disiplin
menit
- Guru mengaitkan materi larutan penyangga
dengan materi sebelumya: Asam-
Basa/Hidrolisis Garam
Discovery Learning Kooperatif tipe
STAD
Kegiatan Inti Stimulation Guru menyampaikan
Siswa ditayangkan tujuan pembelajaran,
gambar atau video dan memberikan
mengenai contoh sistem gambaran tentang
larutan penyangga manfaat mempelajari
larutan penyangga
dalam kehidupan 65
sehari-hari menit
Problem Statement Guru menyampaikan
Siswa diminta materi mengenai sifat
mengidentifikasi dan komponen
masalah berdasarkan larutan penyangga
tayangan yang
disajikan. Pertanyaan
yang muncul seperti:
apakah pengertian
larutan penyangga?
bagaimana cara
membuat larutan
penyangga? Bagaimana
cara kerja larutan
penyangga
mempertahankan pH?
Data Collection Guru mengarahkan
Siswa diminta mencari siswa secara
informasi dari berbagai berkelompok untuk
sumber, seperti buku, berdiskusi
internet, dll Guru memberikan
sebuah video
mengenai larutan
penyangga sebagai
salah satu sumber
untuk diskusi
Data Processing Guru membimbing
Setelah data diperoleh, siswa selama diskusi
siswa diminta untuk Siswa diminta
mengolah data tersebut menuliskan hasil
diskusi
Guru menilai
keaktifan siswa
selama proses diskusi
dan saat presentasi
Verification Siswa diberi
Siswa diberi kesempatan
kesempatan untuk menyampaikan hasil
membuktikan teori/ diskusi
konsep yang sudah Guru memberikan
didapatkan dengan konfirmasi dengan
kegiatan seperti jelas materi yang
praktikum di belum tersampaikan
laboratorium, untuk dan menjelaskan
mengetahui sifat dan kembali materi secara
komponen larutan utuh
penyangga
Penutup Generalization Guru memberikan
Siswa dibimbing untuk penghargaan kepada
5 menit
menyimpulkan siswa
pembelajaran
LAMPIRAN 2. LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Nama :

Judul Percobaan :

A. Tujuan :

B. Teori Dasar :

C. Alat dan Bahan :

1. Rak dan tabung reaksi 6. Larutan CH3COOH 0,1 M


2. Gelas ukur 10 mL 7. Larutan CH3COONa 0,1 M
3. Gelas kimia 100 mL 8. Larutan NH3 0,1 M
4. Pipet tetes 9. Larutan NH4Cl 0,1 M
5. Larutan NaCl 0,1 M 10. Indikator universal

D. Cara Kerja:
1. Ukur pH larutan NaCl 0,1 M menggunakan indikator universal
2. Siapkan 3 gelas kimia 100 mL, isi masing-masing dengan 10 mL
larutan HCl 0,1 M, kemudian:
o Gelas kimia 1 tambahkan1mL larutan HCl 0,1 M
o Gelas kimia 2 tambahkan 1 mL larutan NaOH 0,1 M
o Gelas kimia 3 tambahkan 10 mL aquades
o Ukur pH ketiga larutan tersebut
3. Campurkan 25 mL larutan CH3COOH 0,1 M dan 25 mL larutan
CH3COONa 0,1 M ke dalam sebuah gelas kimia. Ukur ph
campuran tersebut
4. Siapkan 3 gelas kimia 100 mL, isi masing-masing dengan 10 mL
campuran dari prosedur (3) kemudian:
o Gelas kimia 1 tambahkan1mL larutan HCl 0,1 M
o Gelas kimia 2 tambahkan 1 mL larutan NaOH 0,1 M
o Gelas kimia 3 tambahkan 10 mL aquades
o Ukur pH ketiga larutan tersebut
5. Campurkan 25 mL larutan NH3 0,1 M dan 25 mL larutan NH4Cl 0,1
M dalam sebuah gelas kimia. Ukur pH campuran tersebut
6. Siapkan 3 gelas kimia 100 mL, isi masing-masing dengan 10 mL
campuran dari prosedur (5) kemudian:
o Gelas kimia 1 tambahkan1mL larutan HCl 0,1 M
o Gelas kimia 2 tambahkan 1 mL larutan NaOH 0,1 M
o Gelas kimia 3 tambahkan 10 mL aquades
o Ukur pH ketiga larutan tersebut

E. Hasil Pengamatan
pH setelah pH setelah pH setelah
Larutan pH mula-
penambahan penambahan penambahan
yang diuji mula
HCl NaOH aquades

F. Pembahasan

G. Kesimpulan

H. Daftar Pustaka
LAMPIRAN 3. SOAL POST-TEST

1. Perhatikan data percobaan berikut.

Larutan Penyangga pH pH setelah pH setelah pH setelah


awal penambahan penambahan diencerkan
sedikit asam sedikit basa
50 mL CH3COOH 0,1 M 4,75 4,73 4,80 4,79
+ 50 mL CH3COONa
0,1 M
100 mL NH3 0,1 M + 9 8,99 9,02 9,01
100 mL NH4Cl 0,1 M
0,15 mol CH3COOH + 5 4,89 5,02 5,01
0,10 mol NaOH
50 ml NH3 0,2 M + 50 8,95 8,90 8,97 8,96
ml HCl 0,1 M

Berdasarkan data tersebut, apa saja yang termasuk sifat dan


komponen larutan penyangga?

2. Bandingkan pH zat berikut sebelum dan sesudah penambahan 0,5


mL HCl 0,1 M
a. Air murni 100 mL
b. 100 mL larutan yang mengandung 3 gram CH3COOH dan 4,1
gram CH3COONa (Ka CH3COOH= 10-5)
c. 100 mL larutan NH3 0,1 M dan 100 mL larutan NH4Cl 0,1 M (Kb
NH3 = 1,8x10-5)
d. Bagaimana perubahan pH ketiga larutan tersebut? Jelaskan

3. Suatu larutan penyangga dibuat dengan mencampurkan 50 mL


larutan CH3COOH 0,3 M dengan 50 mL larutan NaOH 0,1 M.
a. Tentukan pH larutan tersebut
b. Tentukan perubahan pH larutan jika ditambahkan:
1. 1 mL larutan NaOH 1M
2. 1 mL larutan HCl 1M
3. 100 mL aquades
c. Buatlah kesimpulan dari hasil tersebut

4. Di dalam laboratorium tersedia berbagai jenis larutan HCOOH,


CH3COOH, H3PO4, NaHCOO, CH3COONa, dan NaH2PO4 masing-
masing dengan konsentrasi 0,1 M. Jika Anda diminta membuat 200
mL larutan buffer dengan pH= 3,5. Larutan yang mana yang Anda
gunakan? Dan bagaimana perbandingannya?
Diketahui Ka HCOOH= 1,8x 10-4; Ka CH3COOH= 1,8x10-5; dan Ka
H3PO4 =7,1 x 10-3

5. Zat pengatur asam adalah suatu jenis aditif makanan yang bekerja
sebagai buffer. Salah satu diantara yang sering digunakan adalah
campuran asam sitrat dengan natrium sitrat. Asam sitrat adalah
asam lemah yang mengion sebagai berikut:
C5H7O4CO2H (aq)  C5H7O4CO2 – (aq) + H+ (aq)
a. Jelaskan bagaimana campuran asam sitrat dan natrium sitrat
dapat menahan ph terhadap penambahan asam dan basa
b. Konsentrasi larutan asam sitrat dalam suatu jus lemon sebesar
0,25 M. Jika tidak ada asam yang lain, tentukan pH jus lemon
tersebut. (Ka asam sitrat= 10-5)
c. Tentukan pH dari larutan yang mengandung asam sitrat 0,25 M
dan larutan natrium sitrat 0,3 M. Bandingkan keasaman larutan
ini dengan keasaman jus lemon pada pertanyaan (b)

6. Dicampurkan 500 mL NH4OH 0,2 M dan 500 mL HCl 0,1 M dalam


gelas kimia
a. Berapa pH larutan setelah dicampur (Kb NH4OH = 10-5)
b. Apabila ke dalam campuran tersebut ditambahkan 10 mL NaOH
3 M, berapa pH larutan tersebut?
c. Dengan membandingkan jawaban a dan b, apa yang Anda dapat
simpulkan?
LAMPIRAN 4. LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN OLEH GURU DI KELAS EKSPERIMEN

Observer:

Petunjuk: berilah skor sesuai dengan hasil pengamatan

Indikator No. Kriteria Penilaian Pertemuan Pertemuan Pertemuan


1 2 3
Tahap 1: 1 Guru memberikan motivasi siswa dengan
Stimulation pertanyaan-pertanyaan terkait materi yang akan
diberikan untuk menciptakan minat dan rasa ingin
tahu
2 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai
dengan RPP
Tahap 2: Problem 3 Guru mengarahkan siswa membentuk kelompok
Statement belajar
4 Guru membimbing siswa mengidentifikasi
Tahap 3: Data 5 Guru meminta siswa untuk mencari informasi yang
Collection relevan dari berbagai sumber
Tahap 4: Data 6 Guru meminta siswa untuk mengolah informasi
Processing yang didapat
7 Guru meminta siswa untuk menguji hipotesis
Tahap 5: 8 Guru memberikan kesempatan siswa untuk
Verification menyajikan hasil kerja
9 Guru memberikan konfirmasi materi yang telah
dipelajari
Tahap 6: 10 Guru mengarahkan siswa menyimpulkan hasil
Generalization belajar
LAMPIRAN 5. LEMBAR OBSERVASI PEMBELAJARAN OLEH GURU DI KELAS KONTROL

Observer:

Petunjuk: berilah skor sesuai dengan hasil pengamatan

Indikator No Kriteria Penilaian Pertemuan Pertemuan Pertemuan


1 2 3
Tahap 1: Menyampaikan tujuan 1 Guru menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa pembelajaran sesuai dengan RPP dan
memotivasi siswa
Tahap 2: Menyampaikan materi 2 Guru menyampaikan materi Larutan
Penyangga dengan jelas dan tanya
jawab dengan siswa
Tahap 3: Mengorganisasikan 3 Guru mengarahkan siswa dalam
siswa dalam kelompok belajar membentuk kelompok
Tahap 4: Membimbing siswa 4 Guru membimbing siswa dari seluruh
dalam kelompok kelompok dalam berdiskusi
Tahap 5: Mengevaluasi hasil 5 Guru memberi kesempatan kepada
diskusi siswa untuk mengemukakan hasil
diskusi
6 Guru memberikan konfirmasi dengan
jelas kepada siswa
Tahap 6: Memberikan 7 Guru memberikan penghargaan
penghargaan kepada siswa berupa pujian atau tepuk
tangan
LAMPIRAN 6. RUBRIK PENILAIAN INSTRUMEN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS

No. Kriteria Pemberian skor


Kriteria Indikator
Soal 4 3 2 1
Merinci sifat atau
Tidak ada indikator
karakteristik
Semua terpenuhi namun
Menyatakan 2 indikator 1 indikator
Mencocokkan 1,2 indikator ada usaha untuk
persamaan terpenuhi terpenuhi
terpenuhi memenuhi
Menyatakan
indikator
perbedaan
Mengidentifikasi 1 indikator Tidak ada indikator
karakteristik Semua terpenuhi dan terpenuhi namun
1 indikator
Mengklasifikasikan 3 indikator sebagian ada usaha untuk
Menjelaskan terpenuhi
terpenuhi indikator ke-2 memenuhi
keterkaitannya
terpenuhi indikator
Mencari pola atau
hubungan suatu 1 indikator Tidak ada indikator
informasi Semua terpenuhi dan terpenuhi namun
1 indikator
Menggeneralisasikan Membuat pernyataan 4,5 indikator sebagian ada usaha untuk
terpenuhi
umum yang terpenuhi indikator ke-2 memenuhi
menjelaskan hubungan terpenuhi indikator
tersebut
Mengidentifikasi
1 indikator Tidak ada indikator
prinsip yang diterapkan
Semua terpenuhi dan terpenuhi namun
pada situasi tertentu 1 indikator
Merinci 6 indikator sebagian ada usaha untuk
Mengidentifikasi terpenuhi
terpenuhi indikator ke-2 memenuhi
kesimpulan yang dapat
terpenuhi indikator
dibuat
LAMPIRAN 7. LEMBAR ANGKET VALIDASI KONSTRUK INSTRUMEN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALISIS

Mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner ini guna penyempurnaan instrumen tes kemampuan berpikir
analisis yang telah dibuat.

Indikator Pernyataan SS S TS STS Keterangan


Soal sudah mengarahkan siswa dapat merinci sifat atau
karakteristik
Mencocokkan
Soal sudah mengarahkan siswa dapat menyatakan perbedaan
Soal sudah mengarahkan siswa dapat menyatakan persamaan
Soal sudah mengarahkan siswa dapat mengidentifikasi
karakteristik untuk diklasifikasikan
Mengklasifikasikan
Soal sudah mengarahkan siswa untuk menjelaskan
keterkaitannya
Soal sudah mengarahkan siswa untuk mencari pola atau
hubungan suatu informasi
Menggeneralisasikan
Soal sudah mengarahkan siswa untuk membuat pernyataan
umum menjelaskan hubungan tersebut
Soal sudah mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi prinsip
yang diterapkan pada situasi tertentu
Merinci
Soal sudah mengarahkan siswa untuk mengidentifikasi
kesimpulan yang dapat dibuat

Anda mungkin juga menyukai