= 24cm,
= 40cm,
= 34cm, dan
= 13cm.
Berikut adalah model atap rumah Jony:
Dari model atap rumah milik Jony, buatlah persoalan-persoalan
matematik diluar panjang
, dan
dan jawablah
pertanyaanmu sendiri!
Penyelesaian:
Pertanyaan bebas dengan ketentuan merupakan pertanyaan
matematik relevan dengan informasi yang ada pada gambar dan
dapat dijawab dengan tepat.
Misalnya :
a. Berapa keliling model rumah milik Jony :
2 = 48 cm
2 = 80 cm
, = 34 cm
= 52 cm +
214 cm
P
A
Q
S
R
B
30
b. Berapa jarak titik A terhadap bidang PQRS:
2
=
2
=13
2
(
1
2
(
)
2
)
=169 - ( ) |
.
|
\
| 2
24
2
1
= 169 144
= 25
= 5 cm
c. Berapa jarak titik B terhadap titik Q
2
=
2
+
2
=40
2
+ 13
2
= 1600 + 169
= 1769
= 42,06 cm
Jarak titik B terhadap titik Q = 42,06 cm.
2 Soal kemampuan berpikir kreatif matematik untuk mengukur aspek
flexibility.
Perhatikan gambar berikut
Penyelesaian:
Q
A
P
O
R
B
Q
31
Untuk menghitung jarak titik K ke bidang ABCD maka terlebih
dahulu mencari jarak titik K ke bidang EFGH yaitu dengan dua
cara.
= 10cm,
= 10cm,
= 10 cm, dan
=
13,93cm. Hitung jarak titik K
ke bidang ABCD dengan
berbagai cara!
Cara I :
2
=
=
2
1
2
=
2
+
2
= 10
2
+ 10
2
= 100 + 100
= 200 = 14,14cm
=
2
1
(14,14) = 7,07cm
Cara II :
2
=
2
=
2
= 13,93
2
5
2
= 194,04 25
= 169
= 169 = 13cm
2
=
2
= 13
2
5
2
D
H
E
A
B
C
F
G
K
L
O
H
E
F
G
K
O
H
E
F
G
K
32
2
=
2
= 13,93
2
7,07
2
= 194,04 49,98
= 144 = 12cm
Jadi jarak K terhadap bidang
ABCD
Adalah 10 cm + 12cm = 22cm
= 169 - 25
= 144
= 144 = 12cm
Jadi jarak K terhadap bidang
ABCD
Adalah 10 cm + 12cm =
22cm
3
Soal kemampuan berpikir kreatif matematik untuk mengukur aspek
originality.
Diketahui balok ABCD. EFGH dengan
= 6cm,
= 4cm, dan
dan
dengan caramu
sendiri!
Penyelesaian:
Jarak garis
ke garis
2
=
2
+
2
= 4
2
+ 8
2
= 16 + 64
= 94 , 8 80 =
4 Soal kemampuan berpikir kreatif matematik untuk mengukur aspek
elaboration.
33
Agung memiliki sebuah kubus ABCD.EFGH dengan panjang rusuk
4cm. Kubus tersebut memiliki empat buah titik tambahan yang
membagi rusuk menjadi dua bagian sama panjang. Melalui empat
titik tersebut terbentuk sebuah bidang baru yang diagonal-diagonal
bidangnya sejajar dengan diagonal-diagonal bidang BCGF. Buat
model matematika berupa sketsa kubus milik Agung dengan ukuran
yang sebenarnya dan beri nama keempat titik tersebut!
Penyelesaian:
Semua rusuk berukuran 4 cm, nama titik bebas dengan urutan yang
tepat dan panjang
adalah 2 cm.
d. Teori Belajar yang Mendukung Model Kooperatif Tipe Think Pair
Share dengan Open Ended Problem
Teori kontruktivisme menjadi landasan teori belajar yang
mendukung model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
dengan Open Ended Problem. Landasan pertama dengan kaitannya
dengan Open Ended Problem, siswa membentuk sendiri pengetahuannya
dalam mencari alternatif penyelesaian yang tidak hanya satu cara dan
berbeda penyelesaian. Hal tersebut dimungkinkan dengan adanya
pengajuan permasalahan terbuka. Landasan yang kedua adalah kaitannya
dengan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share, dalam kegiatan
merekonstruksi pengetahuan dan ide pada tahap pertama, siswa akan
saling berinteraksi dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran
kooperatif. Berkaitan dengan hal tersebut, terdapat beberapa teori
pendukung diantaranya:
34
1) Teori Belajar Jean Piaget
Teori belajar Piaget terkenal dengan teori perkembangan
mental, maksud dari mental pada teorinya adalah intelektual atau
kognitifnya. Piaget mengatakan dalam Daharr, R.W (2006:131)
pengetahuan dan kompetensi diperoleh sebagai konsekuensi
pertumbuhan dan interaksi dengan lingkungan fisik dan sosial.
Proses belajar dengan proses mencari pengetahuan dan kompetensi,
salah satunya didapat dari interaksi sosial, dalam hal ini pada diskusi
kelompok dalam pembelajaran kooperatif.
Interaksi yang terjadi pada lingkungan fisik dan sosial, akan
terjadi tanggapan respon terhadap stimulus dan akan menghasilkan
skema-skema tertentu hasil dari proses tersebut, hal itu sependapat
dengan Tim MKKBM, (2003:36),
Seorang individu dapat mengikat, memahami, dan
memberikan respon terhadap stimulus disebabkan karena
bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara
kronologis, sebagai hasil interaksi antara indivu dengan
lingkungannya
Menurut Piaget dalam Riyanto, Yatim (2009:9), beranggapan
bahwa proses belajar terdiri dari tahapan-tahapan yang terakumulasi
dengan terstruktur sampai terjadinya proses bertambahnya informasi
dari interaksi yang terjadi, adapun proses tersebut yaitu,
Proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yaitu:
a) asimilasi, yang berati proses penyatuan (pengintegrasian)
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam
benak peserta didik;
b) akomodasi, yang berarti penyesuaian struktur kognitif ke
dalam situasi yang baru;
c) ekuilibrasi yang berarti penyesuaian berkesinambungan
antara asimiliasi dan akomodasi.
35
Menurut Piaget, keseimbangan antar komponen pada tahapan
proses belajar, harus bisa seimbang. Bilamana antar komponen
tersebut tidak seimbang, akan terjadi keadaan ketidakseimbangan, hal
tersebut sesuai dengan pendapat Daharr, R.W (2006:136), andaikata
dengan proses asimilasi seseorang tidak dapat mengadakan adaptasi
pada lingkungannya terjadilah keadaan ketidakseimbangan
(disekualibrium). Pada prakteknya dalam pembelajaran, guru
berperan penting untuk menghindari keadaan ketidakseimbangan
yang bisa terjadi.
Secara garis besar, teori belajar Piaget mendukung model
kooperatif tipe Think Pair Share dengan Open Ended Problem, karena
unsur utama dalam teori belajar Piaget adalah bagaimana individu
belajar (dalam hal ini peserta didik), memperoleh pengetahuan dengan
adanya interaksi dengan lingkungannya pada proses asimilasi dan
akomodasi.
2) Teori Belajar Lev Vigotsky
Teori belajar lain yang mendukung pembelajaran dengan
model kooperatif tipe Think Pair Share dengan Open Ended Problem
adalah teori belajar Lev Vigotsky (Daharr, R.W, 2006:152)
pentingnya faktor-faktor sosial dalam belajar. Selama belajar,
terdapat saling pengaruh antara bahasa dan tindakan dalam kondisi
sosial.
36
Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Think Pair Share
dengan Open Ended Problem memiliki karakteristik teori belajar yang
dikemukakan oleh Vigotsky yaitu menekankan pada pembangunan
pengetahuan secara mandiri oleh peserta didik, mengembangkan
kemampuan berinteraksi, menggali informasi melalui diskusi
kelompok, dan bermuara pada proses memecahkan masalah yang
diberikan.
Teori lain menyebutkan bahwa proses belajar memerlukan
bantuan dari orang di sekitar. Hal tersebut dikemukakan oleh
Vygotsky (Rahmadona, Siska, 2012:1):
Teori belajar sosiokultur atau yang juga dikenal sebagai teori
belajar ko-kontruktivistik merupakan teori belajar yang titik
tekan utamanya adalah pada bagaimana seseorang belajar
dengan bantuan orang lain dalam suatu zona keterbatasan
dirinya yaitu Zona Proksimal Development (ZPD) atau Zona
Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam
perkembangannya membutuhkan orang lain untuk memahami
sesuatu dan memecahkan masalah yang dihadapinya
Teori pembelajaran sosial Vygotsky mendukung model
kooperatif tipe Think Pair Share dengan Open Ended Problem karena
peserta didik dibiarkan mengerjakan tugas-tugasnya sendiri dengan
diberi bantuan secukupnya sehingga peserta didik dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Guru sebagai fasilitator dan
mediator. Peserta didik dikelompokan dalam kelompok kecil yang
heterogen untuk belajar dan bekerjasama, berbagi ide antar anggota
kelompok.
37
f. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Langsung
1) Teori Carl R. Rogers
Salah satu teori lain yang mendukung model pembelajaran
langsung yaitu teori Carl R. Rogers. Menurut pendapat Carl R. Rogers
(Sagala, Syaiful, 2012:29) menyatakan Praktek pendidikan menitik
beratkan pada segi pengajaran, bukan pada siswa yang belajar.
Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa
hanya menghafalkan pelajaran. Artinya pengajaran tersebut sangat
ditentukan oleh guru, artinya guru berperan penting dan dominan
dalam proses pembelajaran. Penyebutan ini mengacu pada gaya
mengajar di mana pendidik terlibat aktif dalam mengusung isi
pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya kepada seluruh
peserta didik dalam kelas.
Model pembelajaran langsung lebih menekankan kepada
proses penyampaian materi secara verbal dari seorang pendidik
kepada peserta didik, agar peserta didik dapat menguasai materi secara
optimal. Dalam model pembelajaran ini peserta didik tidak dituntut
untuk menemukan materi karena materi pelajaran seakan-akan sudah
jadi. Guru secara langsung menyampaikan objek materi, sedangkan
peserta didik dianggap hanya datang menerima materi secara
langsung dari guru. Oleh karena itu guru berperan penting dan
dominan dalam proses pembelajaran langsung yang sesuai dengan
38
teori belajar menurut Carl R. Rogers, sehingga teori ini sangat
mendukung model pembelajaran langsung.
2) Teori Ausubel
Salah satu teori yang mendukung pembelajaran langsung
adalah teori belajar bermaknanya Ausubel. Ausubel (Tim MKPBM,
2003 :33) Mengemukakan Metode Ekspositori adalah metode yang
paling baik dan bermakna. Belajar menerima maupun menemukan
sama-sama dapat berupa belajar menghafal atau bermakna. Metode
ekspositori adalah metode yang paling cocok digunakan pada model
pembelajaran langsung yang pembelajarannya berpusat pada guru.
Pada saat metode penemuan dianggap suatu metode mengajar
yang baik karena dengan cara itu siswa belajar dengan bermakna, dan
sebaliknya metode ceramah dianggap sebagai suatu belajar menerima,
Ausubel menentang pendapat tersebut. Ausubel dalam Tim MKPBM
(2003:33) menyatakan belajar menemukan maupun belajar
menerima (dengan metode ekspositori), kedua-duanya dapat menjadi
belajar mengahafal atau belajar bermakna. Teori tersebut
menyebutkan pentingnya belajar menghafal dan bermakna. Dalam
belajar menghafal siswa diharuskan untuk menghafalkan apa yang
sudah diperolehnya, sedangkan dalam belajar bermakna pengetahuan
baru yang dipelajari dikaitkan dengan pengetahuan siswa yang
dimiliki sebelumnya.
39
Sesuai dengan pendapat Ausubel diatas, cocok diterapkan
dalam menggunakan model pembelajaran langsung karena dalam
pelaksanaanya guru hanya memberikan konsep-konsep dan setiap
konsep diberikan guru dengan memberikan contoh-contoh dalam
penerapannya. Selain itu, dalam model pembelajaran langsung
pengaturan awal mengarahkan peserta didik ke materi yang akan
mereka pelajari, dan menolong mereka untuk mengingat kembali
informasi yang berhubungan yang dapat digunakan dalam membantu
menanamkan pengetahuan baru, dalam pelaksanaan pembelajaran hal
ini disebut apersepsi. Apersepsi dilaksanakan oleh guru pada model
pembelajarn langsung.
g. Disposisi Berpikir Kreatif Peserta Didik terhadap Model
Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share berbasis Open Ended
Disposisi matematik merupakan salah saru ranah sikap atau
afektif dalam pembelajaran matematika. Menurut NCTM (Sumarmo,
Utari, 2013:203),
Disposisi matematik sebagai ketertarikan dan apresiasi seseorang
terhadap matematika. Dalam arti yang lebih luas, disposisi
matematik bukan hanya sebagai sikap saja, tetapi juga sebagai
kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positf
Proses pembelajaran matematika akan memberikan
kecenderungan peserta didik untuk berpikir dan bertindak positif sebagai
hasil dari proses pembentukan ide-ide matematika pada pembelajaran.
Proses yang ada pada pembelajaran matematika, akan membangun
karakter dan kecenderungan positif pada diri peserta didik yang disebut
disposisi berpikir matematik.
40
Proses pembelajaran matematika yang melatih kemampuan
berpikir kreatif matematik, akan memunculkan istilah disposisi berpikir
kreatif. Kemampuan dan disposisi berpikir kreatif merupakan bagian
yang penting dalam pembelajaran matematika, sejalan dengan
Sumarmo, Utari (2013:376), yang mengatakan Pada dasarnya,
kemampuan dan disposisi berpikir logis, kritis dan kreatif adalah
kemampuan esensial yang perlu dimiliki oleh dan dikembangkan pada
siswa yang belajar matematika
Disposis berpikir kreatif merupakan pengembangan yang lebih
khusus bila dibandingkan dengan disposisi berpikir matematik. Menurut
Sumarmo, Utari (2013:380),
Disposisi berpikir kreatif melputi:
a) bersikap terbuka, toleran terhadap perbedaan pendapat;
b) fleksibel dalam berpikir dan merespons;
c) bebas menyatakan pendapat dan perasaan;
d) menghargai fantasi dan inisiatif;
e) mempunyai pendapat sendiri dan tidak terpengaruh oleh orang
lain;
f) memiliki stabilitas emosianal yang baik;
g) percaya diri dan mandiri;
h) menunjukkan rasa ingin tahu dan minat yang luas;
i) tertarik pada hal-hal yang abstrak, kompleks;
j) berani mengambil resiko, bertanggung jawab dan komitmen
pada tugas;
k) tekun, tidak mudah bosan, tidak kehabisan akal;
l) peka terhadap situasi lingkungan,dan;
m) lebih berorientasi ke masa kini dan masa depan dari pada masa
lalu
Penelitian yang dilakukan dalam kajian mengenai hubungan
antara diposisi berpikir dengan beberapa aspek kemampuan berpikir
matematika, kemampuan dan disposisi berpikir kreatif, saling berkaitan.
41
Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Supriadi (Sumarmo, Utari,
2013:203) mengatakan:
Terdapat korelasi tinggi antara kreativitas afektif dan kognitif.
Implikasi dari temuan tersebut mengindikasikan bahwa dalam
pembelajaran, kemampuan kreatifitas dan disposisi matematik
perlu dikembangkan bersama-sama.
Dari pernyataan di atas, dalam pembelajaran, khususnya
matematika, proses pembelajaran idealnya tidak terbatas pada
pengembangan komponen kognitif atau pengetahuan saja. Kaitannya
dengan kreativitas, untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
matematik peserta didik, tidak hanya memperhatikan kemampuan
kreatifnya saja yang dikembangkan, tetapi perlu juga memperhatikan
sikap kreatifnya. Oleh karena itu dalam suatu pembelajaran matematika,
disposisi berpikir matematik peserta tidak dapat diabaikan begitu saja.
Selain kemampuan kognitif, perlu dikembangkan disposisi siswa
terhadap matematika, khususnya kemampuan berpikir kreatif.
Dalam mengukur disposisi berpikir kreatif matematik, guru bisa
melakukan berbagai prosedur. Sesuai dengan pendapat NCTM
(Sumarmo, Utari, 2013:203), disposisi matematik dapat diakses melalui
observasi terhadap peserta didik selama diskusi, menyelesaikan masalah,
mengerjakan tugas individu, atau menggunakan skala disposisi. Hasil
yang didapat akan menunjukan bagaimana disposisi berpikir kreatif
matematika peserta didik.
42
h. Deskripsi Materi Geometri
Berdasarkan kurikulum 2013, materi Geometri disampaikan pada
peserta didik SMA/MA kelas X semester 2. Kompetensi Dasar yang
diteliti adalah:
3.13 Mendeskripsikan konsep jarak dan sudut antartitik, garis dan
bidang melalui demonstrasi menggunakan alat peraga atau media
lainnya.
4.13 Menggunakan berbagai prinsip bangun datar dan ruang serta dalam
menyelesaikan masalah nyata berkaitan dengan jarak dan sudut
antara titik, garis dan bidang.
Berdasarkan kompetensi dasar tersebut, sesuai dengan
pengembangan sistem penilaian SMAN 8 Kota Tasikmalaya, indikator
untuk KD 3.13 yang harus dicapai peserta didik antara lain :
3.13.1 Menemukan konsep kedudukan titik
3.13.2 Menemukan konsep jarak antara titik dan titik
3.13.3 Menemukan konsep jarak titik ke garis
3.13.4 Menemukan konsep jarak titik ke bidang
3.13.5 Menemukan konsep jarak antara dua garis dan dua bidang yang
sejajar
Indikator untuk KD 4.13 yang harus dicapai peserta didik antara lain:
4.13.1 Menemukan konsep antara dua garis dalam ruang
4.13.2 Menemukan konsep sudut antara garis dan bidang pada bangun
ruang
43
4.13.3 Menemukan konsep sudut antara dua bidang pada bangun ruang
Deskripsi materi Geometri menurut Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (2013:284) adalah sebagai berikut:
1) Menemukan Konsep Jarak Titik, Garis, dan Bidang
a) Menemukan konsep kedudukan titik
Definisi:
(1) Jika suatu titik dilalui garis, maka dikatakan titik terletak pada
garis tersebut
(2) Jika suatu titik tidak dilalui garis, maka dikatakan titik tersebut
berada di luar garis
(3) Jika suatu titik dilewati suatu bidang,maka dikatakan titik itu
terletak pada bidang
(4) Jika titik tidak dilewati bidang, maka titik itu berada di luar
bidang
b) Menemukan konsep jarak antara titik dan titik
Definisi
1) Titik A,B,dan C adalah titik-titik sudut segitiga ABC dan siku-
sikudi C, maka jarak antara titik A dan B adalah:
= ()
2
+()
2
c) Menemukan konsep jarak titik ke garis
Perhatikan gambar di samping.
Kedudukan suatu titik terhadap garis
dapat dibedakan menjadi dua macam.
P
Q
R
S
44
1) Titik terletak pada garis
Pada Gambar di samping, titik P dan titik Q dilalui garis g. Dengan
demikian, dapat dikatakan bahwa titik P dan Q terletak papa garis
2) Titik terletak di luar garis
Suatu titik dikatakan terletak di luar sebuah garis apabila titik itu
terletak pada garis tersebut. Pada gambar, titik R dan S terletak di
luar garis g.
d) Menemukan Konsep Titik ke Bidang
Kedudukan suatu titik terhadap bidang juga dibedakan menjadi
dua macam.
1) Titik terletak pada bidang
Pada gambar, titik P dan Q terletak
pada bidang
2) Titik terletak di luar bidang
Pada gambar, titik R terletak di luar bidang
e) Menemukan konsep jarak antara dua garis dan dua bidang yang sejajar
Mari kita cermati gambar berikut ini
Garis k dan l dikatakan sejajar jika jarak antara kedua garis tersebut
selalu sama (konstan), dan jika kedua garis tidak berhimpit, maka
P
Q
R
45
kedua garis tidak pernah berpotongan meskipun kedua garis
diperpanjang.
2) Menemukan Konsep Sudut pada Bangun Ruang
Definisi:
a) Sifat dua garis dalam satu bidang yang sama
b) Misalkan garis k dan garis l berpotongan secara sembarang, maka
pasangan sudut yang dihasilkan (ada dua pasang) besarnya sama.
2. Penelitian yang Relevan
Penelitian tentang pembelajaran matematika menggunakan
pendekatan Open Ended dilaporkan oleh Rasyid, Ridla (2013), dengan judul
Pengaruh Penggunaan Pendekatan Open Ended Dalam Pembelajaran
Matematika Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik Peserta
Didik (Penelitian terhadap Peserta Didik Kelas X MAN Cipasung
Singaparna Tahun Pelajaran 2012/2013). Hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat pengaruh positif penerapan pendekatan Open Ended dalam
pembelajaran matematika terhadap kemampuan kemampuan berpikir
kreatif matematik peserta didik.
Penelitian yang dilaporkan Khoerunisa, Nurmalita (2013) dengan
judul Penerapan Model Pembelajaran Investigasi Untuk Meningkatkan
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa SMP di Kota Cimahi
46
(Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP N 1Kota
CimahiTahun Pelajaran 2012-2013). Hasil penelitian menunjukkan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
memperoleh pembelajaran Investigasi lebih baik daripada siswa yang
memperoleh pembelajaran ekspositori.
Penelitian yang dilaporkan Fitri Apriliani, Setiadiningrat (2013)
dengan judul Penerapan Pembelajaran Problem Posing dengan teknik
Think Pair Share Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
Siswa SMP (Suatu Penelitian Eksperimen terhadap Siswa Kelas VII SMP
N 7 Kota Bandung Tahun Pelajaran 2012-2013). Hasil penelitiannya
menunjukan bahwa terdapat peningkatan kemampuan pemecahan masalah
matematis siswa yang mendapat model Problem Posing teknik Think Pair
Share lebih baik daripada siswa yang mendapatkan model pembelajaran
konvensional.
G. Anggapan Dasar
Menurut Arikunto, Suharsimi (2010:63) Anggapan dasar sesuatu yang
diyakini kebenarannya oleh peneliti yang akan berfungsi sebagai hal-hal yang
dipakai untuk tempat berpijak dalam penelitian. Berdasarkan penjelasan di
atas, maka anggapan dasar yang penulis kemukakan sebagai berikut:
1. Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan Open Ended
Problem berguna untuk meningkatkan diskusi antara kelompok belajar,
keleluasaan tiap individu dalam kelompok belajar, dan digabungkan
dengan basis soal-soal terbuka yang akan mengembangkan kemampuan
47
peserta didik bertindak kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang
diberikan.
2. Model pembelajaran langsung menekankan pembelajaran yang didominasi
oleh guru. Guru berperan penting dan dominan dalam proses proses
pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung, pendekatan modelling
menjadi unsur utama. Pembelajaran ini mempunyai ciri khas, penyampaian
prosedural dilakukan dengan demonstrasi atau pemodelan yang tujuan
utamanya memberikan pengetahuan secara langsung
3. Berpikir kreatif merupakan sebuah proses yang melibatkan unsur-unsur
orisinalitas (originality), kelancaran (fluency), fleksibilitas (flexibility) dan,
elaborasi (elaboration). Keempat indikator yang mengukur kemampuan
berpikir kreatif tersebut dapat ditingkatkan melalui latihan dan lingkungan
pada pembelajaran yang mendukung terhadap peningkatan kemampuan
berpikir kelancaran, keluwesan, elaborasi dan keaslian.
4. Disposisi berpikir kreatif matematik merupakan hasil dari berpikir kreatif
dalam pembelajaran matematika, yaitu kecenderungan peserta didik untuk
berpikir dan bertindak positif dalam menghadapi pembelajaran matematika
yang dihasilkan dari proses berpikir kreatif matematik. Untuk mengukur
aspek pengukur kemampuan disposisi berpikir kreatif matematik peserta
didik, dilakukan penyebaran skala disposisi berpikir kreatif setelah
pembelajaran berlangsung.
48
H. Hipotesis dan Pertanyaan Penelitian
1. Hipotesis
Menurut Arikunto, Suharsimi (2010:110), Hipotesis dapat diartikan
sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan
penelitian. Sudjana (2005:219), Hipotesis adalah asumsi atau dugaan
mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal itu yang sering
dituntut untuk pengecekannya.
Berdasarkan rumusan masalah, landasan teoretis, dan anggapan
dasar, maka penulis merumuskan hipotesis penelitiannya adalah:
Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dengan
Open Ended Problem dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik lebih tinggi daripada
penggunaan model pembelajaran langsung.
2. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diajukan pada penelitian ini yaitu:
Bagaimanakah disposisi berpikir kreatif peserta didik terhadap
penggunaan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dengan Open
Ended Problem pada pembelajaran matematika?
I. Prosedur Penelitian
1. Metode Penelitian
Menurut Arikunto, Suharsimi (2010:160) Metode penelitian adalah
cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
penelitiannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
49
adalah metode kuasi eksperimen, sebab dalam penelitian ini, subjek
penelitian tidak dikelompokkan secara acak, tetapi peneliti menerima
keadaan seadanya. Menurut Russefendi, E.T. (2010:35) Penelitian kuasi
eksperimen adalah penelitian yang melihat hubungan sebab akibat, tetapi
perlakuan dan kontrolnya sudah terjadi serta pengawasan (kontrol) tidak
dilakukan.
2. Variabel Penelitian
Hadi, Sutrisno (Suharsimi, Arikunto, 2010:159) berpendapat
Varibel Penelitian adalah gejala yang bervariasi misalnya jenis kelamin.
Gejala adalah objek penelitian, sehingga variabel adalah objek penelitian
yang bervariasi. Untuk itu, variabel dalam penelitian terdiri dari dua jenis,
yaitu variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas (X), dan variabel
terikat (Y) sebagai variabel akibat. Variabel bebas (X) yaitu penggunaan
model pembelajaran kooperatif Think Pair Share (TPS) dengan Open Ended
Problem dan pembelajaran langsung, sedangkan variabel terikatnya (Y)
yaitu kemampuan berpikir kreatif matematik.
3. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Sudjana (2005:161) mengemukakan Populasi adalah totalitas
semua nilai yang mungkin, hasil menghitung atau pengukuran kuantitatif
maupun kualitatif mengenai karakteristik sesuatu dari semua anggota
kumpulan yang lengkap dan jelas yang ingin dipelajari sifat-sifatnya.
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh peserta didik kelas X
50
Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Kota Tasikmalaya tahun pelajaran
2013-2014.
b. Sampel
Sudjana (2005:161) berpendapat, sampel adalah sebagian yang
diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu. Menurut
Ating dan Ali Muhidin (2006:63) sampel adalah bagian kecil dari
anggota populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat
mewakili populasinya. Dalam penelitian ini sampel diambil sebanyak
dua kelas secara random, karena setiap anggota dari populasi mempunyai
kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terambil serta rata-rata kelas
kemampuannya relatif sama. Pengambilan sampel secara random yaitu
dengan cara menuliskan nama masing-masing kelas populasi pada kertas
kecil, lalu digulung dan dimasukkan pada suatu tempat kemudian
dikocok dan diambil dua gulungan kertas, nama kelas yang tertera dalam
gulungan inilah yang kemudian dijadikan sampel, pada pengambilan
pertama ditentukan sebagai kelas eksperimen, dan pengambilan kedua
ditentukan sebagai kelas kontrol.
4. Desain Penelitian
Arikunto, Suharsimi (2010: 90), mengatakan Disain (design)
penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti, sebagai
ancar-ancar kegiatan yang dilaksanakan. Desain penelitian merupakan
rencana atau rancangan kegiatan yang dibuat oleh peneliti. Desain dalam
penelitian ini adalah desain kelompok kontrol non-ekuivalen (nonequivalent
51
control group design). Menurut (Russefendi, E.T,2010:52) desain ini hampir
sama dengan pretest-postest control group design, perbedaannya adalah kelas
eksperimen maupun kontrol tidak dipilih secara random. Kelas eksperimen
dalam penelitian ini adalah kelas yang memperoleh pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share dengan Open Ended Problem (X1), dan kelas kontrol
adalah kelas yang memperoleh pembelajaran langsung (X2). Setelah kedua
kelas terbentuk, pada masing-masing kelas dilakukan pretest (0) dan postest
(0) untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematik. Diagram
nonequivalent control group design sesuai dengan yang dikemukakan
Ruseffendi, E. T. (2010:53) adalah sebagai berikut:
O X1 O
O X2 O
Keterangan :
X1 = Kelompok yang memperoleh perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe TPS dengan Open Ended
Problem
X2 = Kelompok yang memperoleh perlakuan dengan menggunakan
model pembelajaran langsung.
O = Pretes dan postes
5. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini meliputi tiga
tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.
52
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Memperoleh surat keputusan dari Dekan FKIP Universitas
Siliwangi tentang penetapan bimbingan skripsi,
2) Melakukan konsultasi dengan pembimbing I dan pembimbing
II dengan mengajukan judul atau permasalahan yang akan
diteliti, kemudian ditanda tangani Dewan Bimbingan Skripsi
(DBS),
3) Menyusun proposal penelitian yang kemudian dikonsultasikan
dengan pembimbing I dan pembimbing II untuk diseminarkan,
4) Mengajukan permohonan penyelenggaraan seminar proposal
penelitian kepada Dewan Bimbingan Skripsi (DBS), setelah
proposal penelitian disetujui pembimbing I dan pembimbing
II,
5) Melaksanakan seminar proposal penelitian,
6) Konsultasi dengan pembimbing I dan pembimbing II untuk
evaluasi atau perbaikan proposal penelitian,
7) Mengurus perizinan untuk pelaksanaan penelitian,
8) Konsultasi dengan pembimbing I dan pembimbing II
mengenai pelaksanaan penelitian.
53
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini penulis melaksanakan tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1) Konsultasi dengan Kepala Sekolah dan Guru Mata Pelajaran
Matematika kelas X SMAN 8 Kota Tasikmalaya mengenai
penelitian yang akan dilaksanakan,
2) Mengadakan observasi mengenai tempat penelitian dan
kondisi lingkungan sekolah,
3) Melaksanakan pretes,
4) Melaksanakan pembelajaran dikelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe TPS
dengan Open Ended Problem dan di kelas kontrol dengan
menggunakan model pembelajaran langsung,
5) Melaksanakan postes untuk memperoleh data penelitian,
6) Mengumpulkan data yang diperoleh yang selanjutnya untuk
diolah dan dianalisis.
c. Tahap Pengolahan dan Analisis Data
1) Pengolahan data hasil tes kemampuan pemecahan masalah,
2) Menganalisis data untuk menguji hipotesis ,
3) Membuat kesimpulan dalam bentuk skripsi.
54
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematik peserta
didik melalui model pembelajaran kooperatif TPS (Think Pair Share)
dengan Open Ended Problem dilakukan pretes dan postes baik di kelas
eksperimen maupun kelas kontrol.
a. Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik
Tes kemampuan berpikir kreatif matematik di kelas eksperimen
dan di kelas kontrol. Tes kemampuan berpikir kreatif matematik
dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematik
yang dilakukan 2 kali yaitu pretes dan postes pada kelas eksperimen
maupun kelas kontrol.
Untuk melihat peningkatan peningkatan kemampuan berpikir
kreatif matematik matematik peserta didik melalui model pembelajaran
kooperatif Think Pair Share dengan Open Ended Problem dapat dilihat
dari selisih pretes dan postes berupa tes kemampuan peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematik dalam materi geometri sebanyak
4 soal uraian dengan skor maksimal idealnya (SMI) adalah 20 yang akan
digunakan dalam pretes maupun postes. Pretes dan postes adalah tes-tes
yang dipergunakan untuk melihat kemajuan peserta didik belajar dan
sekaligus untuk melihat keberhasilan guru dalam mengajar.
55
b. Penyebaran Skala Disposisi Berpikir Kreatif Matematik
Untuk mengetahui sikap disposisi berpikir kreatif peserta didik
peserta didik pada penggunaan model pembelajaran kooperatif Think
Pair Share berbasis Open Ended, maka diberikan skala disposisi berpikir
kreatif matematik setelah tes akhir. Penyebaran skala disposisi berpikir
kreatif matematik untuk mengetahui disposisi berpikir kreatif matematik
peserta didik.
7. Instrumen Penelitian
Arikunto, Suharsimi (2010:136) Instrumen penelitian adalah alat
atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar
pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen digunakan
untuk memperoleh data yang digunakan untuk menjawab penelitian.
Instrumen yang digunakan adalah:
a. Soal Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik
Soal tes kemampuan berpikir kreatif matematik digunakan untuk
mengukur kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik antara
yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif
Think Pair Share dengan Open Ended Problem dan pembelajaran
langsung. Materi yang diujikan yaitu materi Geometri. Untuk
mendapatkan data tersebut diperlukan instrumen berupa Soal tes
kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik melalui pretes dan
postes. Kemudian hasilnya dianalisis untuk dapat diketahui validitas dan
56
reliabilitas soal. Untuk menguji validitas dan reliabilitas soal tes
kemampuan berpikir kreatif matematik sebelum diberikan kepada kelas
sampel instrumen penelitian tersebut, terlebih dahulu diuji cobakan
kepada peserta didik kelas XI dengan alasan peserta didik kelas XI sudah
menerima materi geometri. Soal terdiri dari 4 buah butir soal kemampuan
berpikir kreatif matematik berbentuk uraian dengan skor maksimum 20.
Intrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematik disusun
berdasarkan indikator yang mengukur kemampuan berpikir kreatif
matematik yang meliputi empat kemampuan yaitu flexibility
(keluwesan), fluency (kelancaran), originality (keaslian) dan elaboration
(elaborasi).
Tabel 3
Kisi-kisi Soal Berpikir Kreatif Matematik
Aspek yang
diukur
Indikator yang diukur
Kelancaran
Peserta didik mangemukakan berbagai ide untuk
memecahkan masalah yang berkaitan dengan geometri
Keluwesan
Peserta didik mampu memecahkan masalah yang
berkaitan geometri dengan cara yang beragam
Keaslian
Peserta didik mampu memecahkan masalah yang
berhubungan dengan geometri dengan cara sendiri
Elaborasi
Peserta didik mampu melengkapi dan merinci secara detil
suatu situasi yang berkaitan dengan geometri
a. Uji Validitas Butir Soal
Validitas soal merupakan derajat ketepatan soal. Menurut
Ruseffendi, E.T. (2010:148) Suatu instrumen dikatakan valid bila
57
instrumen itu, untuk maksud dan kelompok tertentu, mengukur apa yang
semestinya diukur, derajat ketepatan mengukurnya benar.
Pertama, menghitung koefisien validitas dalam penelitian yang
akan dilaksanakan ini, peneliti menggunakan rumus korelasi product
moment Angka Kasar Arikunto, Suharsimi (2010 :146) yaitu:
=
()()
(
2
()
2
)(
2
()
2
)
Keterangan:
xy
r = Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
n = Banyaknya subyek (responden)
x = Skor setiap butir soal/ item pernyataan angket yang dicari
validitasnya
y = Skor total butir soal
Kedua, Melakukan perhitungan uji-t dengan rumus :
=
2
1
2
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
n = Banyaknya subyek (responden)
Ketiga, mencari
dengan
( = 2) dan
taraf signifikansi = 0,05
Keempat, membuat kesimpulan, dengan kriteria pengujian
sebagai berikut:
Jika
>
<
berarti
tidak valid
58
Kelima, Mengklasifikasikan interpretasi koefisien korelasi
menurut Guilford, (Widaningsih, Dedeh,2012:4) sebagai berikut:
0,90 rxy 1,00 Validitas sangat tinggi (sangat baik)
0,70 rxy < 0,90 Validitas tinggi (baik)
0,40 rxy < 0,70 Validitas sedang (cukup)
0,20 rxy < 0,40 Validitas rendah (kurang)
0,00 < rxy < 0,20 Validitas sangat rendah, dan
rxy 0,00 Tidak valid
b. Uji Reliabilitas Soal Tes
Reliabilitas berhubungan dengan ketetapan. Menurut Arikunto,
Suharsimi (2010:86) Reliabilitas berhubungan dengan masalah
kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang
tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka
pengertian Reliabilitas tes, berhubungan dengan masalah ketetapan hasil
tes. Untuk mengukur reliabilitas tes bentuk uraian digunakan rumus
Crounbach Alpha Widaningsih, Dedeh (2011:7) sebagai berikut:
11
= (
1
) (1
2
)
Keterangan:
11
r = Koefisien reliabilitas tes kemampuan berpikir kreatif
matematik atau angket skala sikap peserta didik
n = Banyak butir soal
2
i
S = Jumlah varians skor setiap item
2
t
S = Varians skor total
Klasifikasi interpretasi koefisien korelasi menurut Guilford,
(Widaningsih, Dedeh,2012:5) sebagai berikut:
59
r11 < 0,20 reliabilitas sangat rendah
0,20 r11 < 0,40 reliabilitas rendah
0,40 r11 < 0,70 reliabilitas sedang
0,70 r11 < 0,90 reliabilitas tinggi
0,90 r11 1,00 reliabilitas sangat tinggi
b. Penyebaran Skala Disposisi Berpikir Kreatif Matematik
Untuk mengetahui skala disposisi berpikir kreatif matematik pada
penerapan model pembelajaran kooperatif Think Pair Share dengan
Open Ended Problem maka setelah pembelajaran dengan, peserta didik
di kelas eksperimen diberikan skala disposisi berpikir kreatif yang terdiri
dari 40 pernyataan, 20 pernyataan positif dan 20 pernyataan negatif.
Tabel 4
Kisi-kisi Skala Disposisi Berpikir Kreatif Peserta Didik
No Dimensi Indikator
Nomor
Pernyataan
Positif Negatif
1.
Kelancaran
(Fluency)
tertarik pada hal-hal yang
abstrak, kompleks
6 Soal 6 Soal
tekun, tidak mudah bosan, tidak
kehabisan akal
menunjukkan rasa ingin tahu
dan minat yang luas
berani mengambil resiko,
bertanggung jawab dan
komitmen pada tugas
2.
Keluwesan
(Flexibility)
bersikap terbuka, toleran
terhadap perbedaan pendapat
6 Soal 6 Soal
fleksibel dalam berpikir dan
merespons
peka terhadap situasi
lingkungan
memiliki stabilitas emosional
yang baik
3.
Keaslian
(Originality)
lebih berorientasi ke masa kini
dan masa depan dari pada masa
lalu 4 Soal 4 Soal
percaya diri dan mandiri
60
No Dimensi Indikator
Nomor
Pernyataan
Positif Negatif
3
Keaslian
(Originality)
bebas menyatakan pendapat
dan perasaan
4.
Elaborasi
(Elaboration)
menghargai fantasi dan inisiatif
4 Soal 4 Soal
mempunyai pendapat sendiri
dan tidak terpengaruh oleh
orang lain
Jumlah 20 20
Jumlah keseluruhan item pernyataan 40
8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan Data
1) Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik
Penskoran Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematik
perlu diperhatikan dalam penskoran tes kemampuan berpikir
kreatif matematik adalah pembobotan soal berdasarkan rubrik.
Tabel 5
Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematik
Aspek yang
Diukur
Skor Respon Peserta Didik pada Masalah
Kemampuan
Kelancaran
(fluency)
0
Tidak mengajukan pertanyaan/masalah dan
jawaban
1
Mengajukan pertanyaan matematik yang
mempunyai jawab sederhana
2
Mengajukan pertanyaan matematik yang
jawabannya tidak langsung, dan penyelesaiannya
masih salah
3
Mengajukan pertanyaan matematik yang
jawabannya tidak langsung dan penyelesaiannya
benar
4
Mengajukan pertanyaan matematik yang
jawabannya tidak langsung, memberikan
beberapa alternatif jawaban, tetapi
penyelesaiannya masih salah
5
Mengajukan beberapa pertanyaan yang
jawabannya tidak langsung, memberikan beberapa
alternatif, dan penyelesaiannya benar
61
Aspek yang
Diukur
Skor Respon Peserta Didik pada Masalah
Kemampuan
Keluwesan
(fleksibility)
0 Tidak ada jawaban sama sekali
1
Menyelesaikan masalah hanya dengan sebuah
cara, dan masih salah dalam proses perhitungan
2
Menyelesaikan masalah hanya dengan sebuah cara
dan penyelesaiannya benar
3
Menyelesaikan masalah dengan lebih dari satu
cara tetapi salah dalam proses perhitungannya
4
Menyelesaikan masalah lebih dari satu cara, dalam
proses perhitungannya benar, tetapi masih kurang
lengkap sehingga hasilnya salah
5
Menyelesaikan masalah lebih dari satu cara, dan
proses perhitungan serta hasilnya benar
Kemampuan
Keaslian
(Originality)
0 Tidak memberikan jawaban sama sekali
1
Memberikan jawaban dengan bahasa dan caranya
sendiri tetapi jawabannya salah
2
Memberikan jawaban dengan cara baku/sudah
biasa
3
Memberikan jawaban dengan bahasa dan caranya
sendiri tetapi tidak terarah sehingga hasilnya
masih ada yang salah
Kemampuan
Keaslian
(Originality)
4
Memberikan jawaban dengan bahasa dan caranya
sendiri, prosesnya benar tetapi masih terdapat
kekeliruan dalam perhitungan sehingga hasilnya
salah
5
Memberikan jawaban dengan bahasa dan caranya
sendiri, yang proses perhitungan dan hasilnya
benar
Kemampuan
Keterincian
(Elaboration)
0 Tidak memberikan jawaban/penyelesaian masalah
1 Memberikan jawaban tetapi salah
2
Merinci dan menjelaskan jawaban tetapi masih ada
yang salah
3
Menyelesaikan masalah tanpa disertai
penyelesaian secara rinci
4
Menyelesaikan masalah disertai rincian tetapi
masih terdapat kesalahan.
5
Menyelesaikan masalah dengan jelas, dan terinci
serta hasilnya benar.
Sumber: Wardani, Sri, (2008: 254)
Perolehan data berasal dari hasil pretes dan postes yang telah
diberikan di kelas kontrol dan di kelas eksperimen dengan menggunakan
gain yang ternormalisasi. (Meltzer D.E., 2002:2)
62
=
posttest score pretest score
maximum possible score pretest score
Setelah itu data dikelompokkan untuk dibuat statistik
deskriptifnya. Skor gain ternormalisasi dikategorikan dalam tiga
kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Menurut Hake (Meltzer D.E.,
2002:2), kategori gain ternormalisasi sebagai berikut:
Tabel 6
Klasifikasi Koefisien Gain Ternormalisasi
Indeks Gain Interpretasi
> 0,7 Tinggi
0,3 < 0,7 Sedang
0,3 Rendah
2) Skala Disposisi Berpikir Kreatif Matematik
Untuk mengetahui disposisi siswa dalam matematika
dilakukan dengan menggunakan rating scale disposisi matematik
yang disusun dan dikembangkan dengan mengacu pada indikator-
indikator yang telah ditetapkan. Butir pernyataan disposisi berpikir
kreatif matematik terdiri atas 40 item dengan empat pilihan yaitu
HSL (Hampir Selalu), SS (Sangat Sering), KD (Kadang-kadang), SJ
(Sangat Jarang), dan HTP (Hampir Tidak Pernah).
Pemberian skor setiap pernyataan ditentukan berdasarkan
distribusi jawaban yang diberikan peserta didik sehingga disebut
dengan skala deviasi normal. Dengan cara ini skor HSL, SS, KD, SJ
dan HTP, dari setiap pernyataan dapat berbeda-beda tergantung pada
sebaran respon peserta didik.
63
Sebagai ilustrasi, misalkan distribusi jawaban 42 orang
responden dari hasil uji coba disajikan pada Tabel 6 berikut. Data
memperlihatkan banyaknya peserta didik yang memberikan respon
terhadap kategori HSL, SS, KD, SJ dan HTP dari pernyataan positif
(nomor 1) dan pernyataan negatif (nomor 2), dengan banyak
responden N = 42 orang.
Tabel 6
Distribusi Respon Peserta Didik (Contoh)
Nomor
Pernyataan
Respon Siswa
HSL SS KD SJ HTP
1 (+) 3 20 16 3 0
2 (-) 1 9 16 13 3
Azwar, Syaifuddin (2012:67) menggunakan beberapa istilah
untuk menentukan skala disposisi sebagai berikut, yaitu:
a) f adalah Frekuensi jawaban (f) untuk setiap kategori respon.
b) =
kemudian dibulatkan
untuk mendapat nilai bilangan bulat setiap kategori dalam skala
interval pada setiap pernyataan.
Berikut adalah contoh tahapan perhitungan skor kategori
HSL, SS, KD, SJ dan HTP pada soal butir ke-1 (positif) (n=42)
Tabel 7
Tabulasi Data Respon Subjek Terhadap Item 1(Contoh)
Proses
Perhitungan
Respon Siswa
HSL SS KD SJ HTP
Frekuensi (f) 3 20 16 3 0
Proporsi (p) =
n
f
0,07 0,48 0,38 0,07 0,0
Proporsi
Kumulatif (pk)
1,00 0,93 0,45 0,07 0,0
pktengah
0,96 0,69 0,26 0,04 0,0
z 1,75 0,50 -0,64 -1,75 -3,09
z
*
= z + 3,09
4,84 3,59 2,45 1,34 0
Skor Skala
(z
*
dibulatkan)
5 4 2 1 0
Berikut adalah contoh tahapan perhitungan skor kategori
HSL, SS, KD, SJ dan HTP pada soal butir ke-2 (negatif) (n=42)
65
Tabel 8
Tabulasi Data Respon Subjek Terhadap Item 2 (Contoh)
Proses
Perhitungan
Respon Siswa
HSL SS KD SJ HTP
f 1 9 16 13 3
p =
n
f
0,02 0,21 0,38 0,31 0,07
pk 0,02 0,24 0,62 0,93 1,00
pktengah 0,01 0,13 0,43 0,77 0,96
z -2,33 -1,13 -0,18 0,74 1,75
z
*
= z + 2,33
0 1,2 2,15 3,07 4,08
Skor Skala
(z
*
dibulatkan)
0 1 2 3 4
Dari hasil perhitungan yang disajikan pada Tabel 7 dan Tabel
8 diperoleh: untuk pernyataan nomor 1(+), skor dari kategori HSL,
SS, KD, SJ dan HTP secara berturut-turut adalah 5, 4, 2, 1, 0.
Sedangkan untuk pernyataan nomor 2 (-), skor dari kategori HSL,
SS, KD, SJ dan HTP secara berturut-turut adalah 0, 1, 2, 3, 4.
b. Teknik Analisis Data
1) Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Ada tiga perlakuan dalam teknik analisis data tes
kemampuan berpikir kreatif matematik, yaitu:
a) Membuat daftar distribusi frekuensi, distribusi frekuensi
relatif, kumulatif dan histogram (Sudjana, 2005: 45 54)
b) Menentukan ukuran statistik
(1) Banyak data (n)
(2) Data terbesar (db)
(3) Data terkecil (dk)
66
(4) Rentang (r)
(5) Rata-rata ( x )
(6) Median (Me)
(7) Modus (Mo)
(8) Standar deviasi (ds)
c) Uji Hipotesis
(1) Gain ternormalisasi
Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematik peserta didik
yang belajar melalui model pembelajaaran kooperatif
tipe Think Pair Share dengan Open Ended Problem
dengan peserta didik yang belajar melalui model
pembelajaran langsung sebelum dan sesudah
pembelajaran, dilakukan perhitungan gain
ternormalisasi sebagai berikut: (Meltzer D.E., 2002:2)
=
(2) Uji persyaratan analisis
(a) Menguji normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui
apakah data gain yang berasal dari pretes dan
postes baik kelas eksperimen maupun kelas
kontrol berdistribusi normal. Pasangan
hipotesisnya adalah:
67
H0: sampel berasal dari populasi berdistribusi
normal
H1: sampel berasal dari populasi berdistribusi
tidak normal
Rumus yang digunakan adalah:
_
2
=
( )
k
1 i i
2
i i
E
E O
Keterangan:
Oi = Frekuensi pengamatan.
Ei = Frekuensi yang diharapkan
Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika _
2
hitung < _
2
(1o)(db) dengan o taraf nyata pengujian 0,05 dan db
= k 3. Dalam hal lainnya H0 diterima.
(b) Menguji homogenitas
Pasangan hipotesis: H0:
1
2
=
2
2
H1:
1
2
2
2
Keterangan:
1
2
= varians kelas eksperimen
2
2
= varians kelas kontrol
0
= kedua variansi kelompok data homogen
1
= kedua variansi kelompok data tidak
homogen
68
Statistik yang digunakan adalah:
F =
k
b
V
V
Keterangan:
Vb = Variansi besar
Vk = Variansi kecil
Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika F >
1) (n 1) (n
k
V
b
V
F
dengan o taraf nyata pengujian 0,05,
artinya variansi kedua populasi tidak homogen.
Dalam hal lainnya H0 diterima.
(c) Jika distribusinya normal, dilanjutkan dengan
menghitung kesamaan dua rata-rata kedua
kelompok dengan menggunakan uji-t.
(d) Jika distribusinya tidak normal, maka pengujian
hipotesis menggunakan uji wilcoxon.
(e) Jika kedua kelompok sampel berdistribusi normal
tetapi variansnya tidak homogen, maka pengujian
hipotesis menggunakan uji-t.
(3) Untuk uji hipotesis menggunakan uji perbedaan dua
rata-rata.
Menurut Ruseffendi, E.T. (1998:315) rumus
pengujian dua sampel bebas dan kedua variansi
populasinya tidak diketahui tetapi diasumsikan sama
adalah sebagai berikut:
69
Pasangan hipotesis: H0: x < y
H1: x > y
Keterangan:
x = parameter rerata gain kelas eksperimen
y = parameter rerata gain kelas kontrol
0
= peningkatan kemampuan berpkir kreatif
matematik peserta didik yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaaran kooperatif
tipe Think Pair Share dengan Open Ended
Problem tidak lebih tinggi atau sama dengan
peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik peserta didik yang menggunakan
model pembelajaran langsung.
1
= Peningkatan kemampuan berpikir kreatif
matematik peserta didik yang pembelajarannya
menggunakan model pembelajaaran kooperatif
tipe Think Pair Share dengan Open Ended
Problem lebih tinggi dari peningkatan
kemampuan berpikir kreatif matematik peserta
didik yang menggunakan model pembelajaran
langsung.
70
Rumus yang digunakan adalah:
( ) ( )
2 n n
Y Y X X
s
y x
2 2
2
y x
+
+
=
dengan:
( )
2
X X = ) 1 n ( s
x
2
x
( )
2
Y Y = ) 1 n ( s
y
2
y
Maka dengan hipotesis nol H0: x < y, uji
statistiknya
t =
|
|
.
|
\
|
+
y x
2
n
1
n
1
s
Y X
y x
Keterangan:
X = rerata gain sampel kelas eksperimen
Y = rerata gain sampel kelas kontrol
x
n = ukuran sampel kelas eksperimen
y
n = ukuran sampel kelas kontrol
x
s = deviasi baku sampel kelas eksperimen
y
s = deviasi baku sampel kelas kontrol
Kriteria pengujian adalah: tolak H0 jika thitung
>
)(db) (1
t