Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHUUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Bab 2 Pasal 3 menyebutkan,

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Sekolah sebagai lembaga formal merupakan wadah dalam rangka

pencapaian tujuan pendidikan. Melalui sekolah siswa belajar berbagai macam hal,

pada pendidikan formal, belajar menunjukkan adanya perubahan yang sifatnya

positif sehingga pada tahap akhir akan didapat keterampilan, kecakapan dan

pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam hasil

belajarnya. Namun dalam upaya meraih hasil belajar yang memuaskan dibutuhkan

proses belajar. Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya kompleks dan

menyeluruh, Sehingga sekolah tidak boleh hanya memfokuskan pembelajaran

yang menekankan pada transfer of knowladge saja, tetapi juga harus

memperhatikan hal-hal yang lain seperti transfer of value, sebab hanya dengan

pengetahuan saja itu belum cukup untuk menghadapi tantangan dan masalah yang

dihadapi oleh seseorang sehingga sangat penting untuk mengajarkan nilai-nilai


7
2

yang baik karena hal tersebutlah yang akan membentuk karakter seseorang, salah

satunya dengan mengembangkan kecerdasan emosional yang nantinya menjadi

bekal yang sangat penting dalam menghadapi tantangan dan persolan hidup

seseorang seperti dalam hal belajar.

Banyak orang yang berpendapat bahwa untuk meraih hasil belajar yang

tinggi, seseorang harus memiliki kecerdasan intelektual (intelligence Quotient)

yang tinggi, karena inteligensi merupakan bekal potensial yang akan memudahkan

dalam belajar dan pada gilirannya akan menghasilkan hasil belajar yang optimal.

Namun kenyataannya dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan

siswa yang tidak dapat meraih hasil belajar yang setara dengan kemampuan

inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi

memperoleh hasil belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun

kemampuan inteligensinya relatif rendah dapat meraih hasil belajar yang relatif

tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang

menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi.

Istilah kecerdasan emosional dalam dunia pendidikan bagi sebagian orang

dianggap sebagai jawaban dan solusi atas kejanggalan yang terjadi. Daniel

Goleman seorang Ahli Psikologi dalam bukunya Emotional Intelegensi memberi

pengertian baru tentang apa yang dimaksud dengan kecerdasan. Meskipun

kecerdasan emosional merupakan hal yang termasuk baru ditemukan

dibandingkan IQ, namun beberapa hasil penelitian menunjukkkan bahwa EQ tidak

kalah pentingnya dengan IQ (Goleman, 2003).

Hasil yang sama juga terjadi pada penelitian yang dilakukan terhadap 95

mahasiswa Harvard lulusan tahun 1940-an. Kemudian puluhan tahun berikutnya


3

mereka yang pada saat kuliah dulu yang memiliki kecerdasan intelektual yang

tinggi, namun kurang pandai dalam bergaul ternyata hidupnya tidak terlalu sukses

(berdasarkan gaji, produktivitas serta status bidang pekerjaan) jika dibandingkan

dengan mahasiswa yang memiliki kecerdasan intelektual yang biasa-biasa saja

tetapi mempunyai banyak teman, pandai berkomunikasi, mempunyai empati,

tidak terframental sebagai manifestasi kecerdasan emosi (Yosep dakam Fillia

Rahmi 2005)

Goleman (2003) Dalam bukunya Emotional Intelligence mengatakan

bahwa Kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan

dalam hidup sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain,

diantaranya adalah kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional yang dimaksud

adalah kemampuan mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi diri sendiri,

memotivas diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), serta kemampuan

untuk melakukan hubungan dengan orang lain (keterampilan sosial). Status akhir

seseorang dalam masyarakat pada umumnya ditentukan oleh faktor-faktor bukan

kecerdasan intelektual, melainkan kecerdasan emosional hingga kelas sosial”.

Keseimbangan antara kecerdasan intelektual dan emosional serta dengan

landasan spiritual akan memberikan dampak yang sangat positif bagi kesuksesan

peserta didik dalam meraih hasil belajar yang baik. Dalam proses belajar peserta

didik kedua inteligensi itu sangat diperlukan, IQ tidak dapat berfungsi dengan

baik tanpa partisipasi penghayatan emosional terhadap mata pelajaran yang

disampaikan di sekolah. Namun biasanya kedua inteligensi itu saling melengkapi.

Keseimbangan antara IQ dan EQ merupakan kunci keberhasilan belajar di


4

sekolah (Goleman, 2003). Pendidikan disekolah bukan hanya perlu

mengembangkan rational intelligence yaitu model pemahaman yang lazimnya

dipahami siswa saja, melainkan juga perlu mengembangkan kecerdasan emosional

peserta didik. Penekanan pentingnya makna rasional terhadap kecerdasan

intelektual bagaimanapun tidak berarti apa-apa bila emosi yang berkuasa.

Pengendalian emosi sangat dibutuhkan untuk membekali peserta didik dalam

mengaplikasikan kecerdasan intelektualnya kearah positif, bukan

memanfaatkannya untuk kepentingan yang tidak baik. Kecerdasan emosional

menjadi bekal yang sangat penting dalam pencapaian kesuksesan peserta didik

dalam meraih hasil belajar yang baik.

Hasil beberapa penelitian yang telah dilakukan di Universitas of Vermont

mengenai analisis struktur neurologis otak manusai dan penelitian perilaku oleh

LeDoux (1970) menunjukkan bahwa dalam kebanyakan peristiwa yang sangat

penting terhadap kehidupan seseorang, EQ selalu mendahului intelegensi

Rasional. EQ yang baik dapat membantu dan menentukan keberhasilan individu

dalam belajar, membangun kesuksesan karir, menjalani hubungan Suami-Istri

yang harmonis dan dapat mengurangi agresivitas, khususnya dalam kalangan

remaja (Firmansyah, 2010).

Kecerdasan emosional yang dimiliki siswa sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Sadiyah (2014)

yang mengatakan ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional

dengan hasil belajar peserta didik karena emosi memancing tindakan seseorang

terhadap apa yang dihadapinya termasuk dalam hal belajar. Namun ini masih

memerlukan pembuktian secara ilmiah. Berdasarkan observasi di SMA Negeri 10


5

Gowa serta hasil mewawancarai salah satu Guru kimia, Peneliti memperoleh

informasi bahwa disekolah tersebut masih kurang dalam mengembangkan

kecerdasan emosional Peserta Didik dalam proses pembelajaran, pendidik lebih

focus kepada transfer of knowladge sehingga dari hal tersebut dan berbagai

uraian diatas penulis tertarik untuk mengadakan penelitian di SMA Negeri 10

Gowa mengenai” Hubungan Kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Kimia

Peserta Didik Kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester ganjil”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan Kecerdasan Emosional dengan hasil

belajar kimia peserta didik Kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa Pada semester

ganjil”?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah “Mengetahui ada atau tidaknya hubungan

Kecerdasan Emosional dengan hasil belajar kimia peserta didik kelas X MIA

SMA Negeri 10 Gowa Pada semester ganjil”.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagi Peneliti dapat menjadi pengalaman, referensi atau rujukan dalam

mengajar mata pelajaran Kimia serta menjadi pengkajian untuk melakukan

penelitian yang relevan tentang kecerdasan emosional yang lebih luas dan

mendalam lagi dimasa yang akan datang.


6

2. Hasil Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi orang tua dan

Guru untuk dapat mengenali dan mengembangkan kecerdasan emosional

peserta didik.

3. Menjadi informasi bagi pembaca tentang pentingnya mengembangkan

kecerdasan emosional seseorang.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Kecerdasan Emosional

Istilah kecerdasan emosinal (Emotional Quotient) pertama kali

diungkapkan pada tahun 1990 oleh Psikolog Peter Salovey dari Universitas

Harvard dan John Mayer dari Universitas of New Hampshire untuk menerangkan

kualitas-kualitas emosi yang penting bagi keberhasilan seseorang. Kualitas-

kualitas tersebut adalah empati, mengungkapkan dan memahami perasaan,

mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan memecahkan masalah antar

pribadi, ketekunan, kesetiakawanan, keramahan, dan sikap hormat. Salovey dan

Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai “himpunan bagian dari

kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang

melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan

menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan.” (Shapiro,

1998).

Cooper dan Sawaf mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai

kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan

kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang

manusiawi (Agustian, 2007).

Bar-On mendefenisikin kecerdasan emosional sebagai serangkaian

kemampuan, kompetensi, dan kecakapan nonkognitif yang mempengaruhi


7
8

seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan tekanan lingkungan (Uno, 2006).

Menurut Goleman kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk

mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi

diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dalam

hubungan dengan orang lain seperti kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi,

empati, dan keterampilan sosial. Kecerdasan emosional bukan didasarkan pada

kepintaran seorang anak melainkan pada suatu yang dahulu disebut “karakter”

atau “karakteristik pribadi”. Penelitian-penelitian mutakhir menemukan bahwa

keterampilan sosial dan emosional lebih penting bagi keberhasilan seseorang

dalam menjalani hidup ketimbang kemampuan intelektual. Kecerdasan emosional

dan kecerdasan intelektual berinteraksi secara dinamis, baik pada keterampilan

kognitif, afektip dan psikomotorik. (Goleman, 2003)

Kecerdasan emosional mencakup kemampuan kemampuan yang berbeda

dan saling melengkapi dengan kemampuan kognitif murni yang telah lebih dulu

dikenal yaitu kecerdasan akademik atau intelektual rasional (IQ). Meskipun IQ

tinggi, biasanya tidak banyak membantu dalam semua aspek kehidupan. IQ dan

EQ mengungkapkan aktivitas-aktivitas yang berbeda dalam otak. IQ didasarkan

pada kerja neokorteks, yakni suatu lapisan yang dalam evolusi berkembang

paling akhir di bagian atas otak. Adapun pusat-pusat emosi berada di bagian otak

lebih dalam yang secara evolusi berkembang lebih duluan. Kerja kerja otak pada

bagian inilah yang mempengaruhi EQ. Namun demikian aktivitas pusat-pusat

emosi tersebut tetap selaras dengan aktivitas kerja pusat-pusat intelektual yang

ada pada manusia (Goleman, 2003).

Keterampilan EQ bukanlah lawan dari keterampilan IQ atau keterampilan


9

kognitif, namun keduanya berinteraksi secara beriringan dan dinamis, baik pada

tingkatan konseptual maupun didunia nyata. Selain itu EQ tidak begitu

dipengaruhi oleh faktor-faktor keturunan (Shapiro, 1998).

EQ sangat berperan penting dalam keberhasilan hidup. Jika seseorang

membuat kesal orang lain dengan perilaku kasar, tidak tahu cara membawa dan

memposisikan diri, atau ambruk hanya karena stress sedikit saja, maka orang lain

tidak akan betah bersamanya walau setinggi apapun IQ-nya. EQ biasa disebut

“street smart” (pintar) atau kemampuan khusus yang disebut “akal sehat”. EQ

terkait dengan kemampuan membaca lingkungan sosial dan menatanya kembali,

juga terkait dengan kemampuan memahami secara spontan apa yang diinginkan

dan dibutuhkan orang lain, demikian juga kelebihan dan kekurangan kemampuan

membaca mereka baik itu kemampuan untuk menjadi orang yang menyenangkan

sehingga kehadirannya didambakan orang lain. Oleh karena itu, semakin tinggi

EQ seseorang, semakin besar kemungkinan untuk meraih sukses sebagai pelajar,

pekerja, orang tua, manager, dan segala hal yang dilakukan dalam hidupnya

(Goleman, 2003).

Berdasarkan beberapa definisi di atas yang telah dipaparkan oleh

beberapa Ahli dapat disimpulkan bahwa Kecerdasan emosional (Emotional

Quotient) adalah kemampuan seseorang untuk mengenali perasaan dirinya sendiri

dan orang lain, kemampuan beradaptasi pada situasi dan kondisi yang berbeda

dan kemampuan mengendalikan atau menguasai emosi sendiri atau orang lain

pada situasi dan kondisi tertentu serta mampu mengendalikan reaksi dan perilaku

yang dilakukan. Kecerdasan emosional (EQ) merupakan karakteristik seseorang

sebagai suatu jenis kecerdasan yang amat perlu ditingkatkan dan dikembangkan
10

oleh setiap orang, khusunya Peserta Didik melalui Tenaga Pendidik dalam hal ini

sebagai fasilitator. EQ adalah sumber penggerak yang dapat menimbulkan aspek-

aspek energi, kekuatan, daya tahan, dan stamina. Sehingga dengan pengembangan

kecerdasan emosional siswa ia akan sukses dalam segala hal yang dikerjakan

dalam hidupnya salah satunya dalam hal belajar.

2. Dimensi Kecerdasan Emosional

Salovey dalam (Goleman, 2003) membagi kecerdasan emosional ke dalam

lima wilayah utama, yaitu kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi

diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan kemampuan

membina hubungan dengan orang lain. Secara jelas hal tersebut dapat dijelaskan

sebagai berikut:

a. Kesadaran Diri (Self Awareness) merupakan kemampuan untuk mengetahui

apa yang dirasakan dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu

pengambilan keputusan diri sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas

kemampuan diri sendiri dan kepercayaan diri yang kuat.

b. Pengaturan Diri (Self Management) merupakan kemampuan seseorang dalam

mengendalikan dan menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga

berdampak positif pada pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati,

serta sanggup menunda kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan

mampu pulih kembali dari tekanan emosi.

c. Motivasi diri (Self Motivation) merupakan hasrat yang paling dalam untuk

menggerakkan dan menuntun diri menuju sasaran, membantu pengambilan

inisiatif serta bertindak sangat efektif, dan mampu untuk bertahan dan bangkit

dari kegagalan dan frustasi.


11

d. Empati (Empathy/Social awareness) merupakan kemampuan merasakan apa

yang dirasakakan orang lain, mampu memahami perspektif orang lain dan

menumbuhkan hubungan saling percaya, serta mampu menyelaraskan diri

dengan berbagai tipe hubungan.

e. Ketrampilan Sosial (Relationshi Management) adalah kemampuan untuk

menangani emosi dengan baik ketika berhubungan sosial dengan orang lain,

mampu membaca situasi dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi

dengan lancar, menggunakan ketrampilan ini untuk mempengaruhi,

memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan, serta bekerja sama

dalam tim.

Kelima aspek diatas dijabarkan oleh Nugraha dan Rachmawati dalam

pemetaan yang sistematis berdasarkan aspek/ unsur dan ciri-ciri kecerdasan

emosional pada manusia, yang ditunjukkan dalam tabel 2.1:

Tabel 2.1 Indikator Kecerdasan Emosional


Aspek Karakteristik Perilaku
a. Mengenal dan merasakan emosi diri sendiri
b. Memahami penyebab perasaan yang timbul
Kesadaran diri c. Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan
Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola
amarah secara baik
a. Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat
b. Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak
diri sendiri dan orang lain
c. Memiliki perasaan yang kuat tentang diri sendiri,
Mengelola Emosi
sekolah dan keluarga.
d. Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan
jiwa (stres).
e. Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas
dalam pergaulan.
Memanfaatkan emosi a. Memiliki rasa tanggung jawab.
secara produktif b. Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang
dikerjakan.
12

Aspek Karakteristik Perilaku


c. Mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat
implusif.

a. Mampu menerima sudut pandang orang lain.


Empati b. Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain.
c. Mampu mendengarkan orang lain.
a. Memiliki pemahaman dan kemampuan untuk
menganalisa hubungan dengan orang lain.
b. Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain.
c. Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang
Membina lain.
Hubungan d. Memiliki sikap bersahabat atau mudah bergaul
dengan teman sebaya.
e. Memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian
terhadap orang lain.
f. Memperhatikan kepentingan sosial (senang
menolong orang lain) dan dapat hidup selaras
dengan kelompok.
g. Bersikap senang berbagi rasa dan kerja sama.
h. Bersikap demokratis dalam bergaul dengan orang lain.

3. Tinjauan Umum Mata Pelajaran Kimia Kelas X Pada Semester Ganjil

SMA Negeri 10 Gowa Memakai kurikulum 2013. Materi pokok yang

diangkat dalam penelitian ini adalah seluruh materi kimia pada semester ganjil

kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa yang terdiri dari materi :

a. Pendahuluan Ilmu Kimia

Pada semester ganjil materi pokok yang pertama kali diajarkan adalah

peranan ilmu kimia dengan Kompetensi Dasar (KD) Memahami metode ilmiah,

hakikat ilmu Kimia, keselamatan dan keamanan Kimia di laboratorium, serta

peran ilmu kimia dalam kehidupan dengan indikator pembelajaran :

1. Menjelaskan hakikat ilmu kimia dengan menggunakan wacana.

2. Menerapkan metode ilmiah untuk memecahkan permasalahan


13

3. Mempresentasikan hasil rancangan percobaan berdasarkan langkah-langkah

metode ilmiah.

Alokasi waktu sebanyak 1 minggu x 3 jam pertemuan dengan pelaksanaan 1 kali

pertemuan (3 x 45 menit) untuk materi.

b. Perkembangan Model Atom

Pada semester ganjil materi pokok kedua yang diajarkan adalah perkembangan

Model Atom dengan Kompetensi Dasar (KD) Menganalisis perkembangan model

atom Dalton, Thomson, Rutherfod, Bhor dan Mekanika gelombang serta

menganalisis hubungan konfigurasi electron dan diagram orbital untuk

menentukan letak unsur dalam tabel periodik dan sifat-sifat table periodic dengan

indikator pembelajaran :

1. Menjelaskan perbedaan teori atom Dalton, Thomson, Rutherfod, Bohr, dan

mekanika gelombang.

2. Menjelaskan kelebihan dan kelemahan teori atom Dalton, Thomson,

Rutherfod, dan Bohr.

3. Menganalisis perkembangan sistem periodik unsur.

4. Menentukan konfigurasi elektron suatu unsur.

5. Menganalisis hubungan antara nomor atom dengan konfigurasi elektron

dengan letak unsur dalam tabel periodik.

Alokasi waktu pada materi ini sebanyak 8 minggu x 3 jam pertemuan dengan

pelaksanaan 8 kali pertemuan (24 x 45 menit) untuk materi.

c. Ikatan Kimia

Pada materi pokok Ikatan Kimia diajarkan dengan alokasi waktu sebanyak

10 minggu x 3 jam pertemuan dengan pelaksanaan 10 kali pertemuan (30 x 45


14

menit) untuk materi. Adapun Kompetensi Dasar (KD) pada materi ini yaitu

Membandingkan proses pembentukan ikatan ion, ikatan kovalen, ikatan kovalen

koordinasi, dan ikatan logam serta interaksi antar partikel dan merancang,

melakukan dan meramalkan bentuk molekul berdasarkan teori jumlah pasangan

electron disekitar inti atom (Teori Domain Elektron) dengan indikator

pembelajaran :

1. Menjelaskan pengertian ikatan ion, ikatan logam, ikatan kovalen dan ikatan

kovalen koordinasi.

2. Mendeksripsikan pembentukan ikatan ion, logam, kovalen dan kovalen

koordinasi.

3. Menganalisis penyebab perbedaan titik leleh antara senyawa ion dan kovalen.

4. Menganalisis sifat logam dengan pembentukan ikatan logam.

5. Menjelaskan hubungan antara keelektronegatifan unsur dengan kecendrungan

interaksi antar molekulnya.

4. Hasil Belajar

Belajar pada manusia merupakan suatu proses psikologis yang

berlangsung aktif antara subjek dengan lingkungan, dan menghasilkan perubah-

perubahan dalam pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang bersifat

konstan/menetap. Perubahan-perubahan itu dapat berupa sesuatu yang baru yang

segera nampak dalam perilaku nyata (Winkel, 1991).

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungan. Belajar bukan hanya mengingat tapi juga mengalami secara

langsung. Bukti bahwa seseorang telah melakukan kegiatan belajar adalah

perubahan tingkah laku. Selain itu belajar dapat juga dikatakan sebagai proses
15

usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam

interaksi dengan lingkunganya (Haling, 2007).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku secara keseluruhan bukan

hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Menurut Bloom hasil belajar

mencakup tiga domain yaitu domain kognitif (mencakup hasil belajar intelektual),

domain afektif (mencakup sikap) dan domain psikomotorik (mencakup

keterampilan dan kemampuan bertindak). Lebih lanjut Bloom mengemukakan

bahwa kemampuan-kemampuan yang termasuk ranah kognitif dapat

dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang kemampuan, yakni hafalan

(ingatan) (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesis (C5) dan

evaluasi (C6) yang diukur menggunakan instrument tes hasil belajar (Sudjana,

2008).

Hal-hal yang termasuk dalam domain kognitif dijelaskan oleh Arifin

(2012), yaitu:

a. Tingkatan hafalan, mencakup kemampuan menghafal verbal atau menghafal

materi pembelajaran berupa fakta, konsep, prinsip dan prosedur.

b. Tingkatan pemahaman, meliputi kemampuan membandingkan (menunjukkan

persamaan dan perbedaan), mengidentifikasi karakteristik, menggeneralisasi,

dan menyimpulkan.

c. Tingkatan aplikasi, mencakup kemampuan menerapkan rumus, dalil, atau

prinsip terhadap kasus-kasus nyata yang terjadi di lapangan.

d. Tingkatan analisis meliputi kemampuan mengklasifikasikan, menggolongkan,

memerinci, dan mengurai suatu objek.


16

e. Tingkatan sintesis meliputi kemampuan memadukan berbagai unsur atau

komponen, menyusun, membentuk bangunan, mengarang, melukis,

menggambar, dan sebagainya.

f. Tingkatan evaluasi/ penilaian mencakup kemampuan menilai terhadap objek

studi dengan menggunakan kriteria tertentu.

Hasil belajar pada ranah kognitif berkaitan erat dengan kecerdasan

emosional. Meskipun pada dasarnya kecerdasan intelektual seseorang yang sangat

berpengaruh pada ranah ini namun kecerdasan intelektual yang tinggi belum

cukup untuk mendapatkan hasil belajar yang baik karna kecerdasan intelektual

yang tinggi tidak akan bisa berfungsi dengan baik jika tidak diimbangi dengan

kecerdasan emosional yang baik pula. Kecerdasan emosional akan membantu

kendala-kendala yang dihadapi oleh kerja-kerja otak (kognitif), seperti mengatasi

rasa frustasi ketika menghadapi kendala dalam belajar sehingga kecerdasan

emosioanl bukanlah lawan dari kecerdasan intelektual melainkan pelengkap yang

bahu membahu untuk membantu seseorang menghadapi segala sesuatu yang

terjadi dalam hidupnya.

Hasil belajar pada ranah kognitif dapat diketahui dengan memberikan tes

pada peserta didik. Tes yang dibuat digunakan untuk menilai kemajuan siswa

dalam mencapai tujuan dari materi yang dipelajari. Dalam hal ini dibedakan dua

jenis tes yaitu tes subjektif dan tes objektif. Tes subjektif umunya berupa tes esai

(uraian). Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan,

jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan dan sebagainya. Adapun

tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dilakukan secara objektif.

Jumlah soal dalam tes ini relatif banyak daripada soal pada tes subjektif.
17

Beberapa contoh tes objektif yaitu tes benar-salah, tes pilihan ganda, dan

menjodohkan (Arikunto, 2013).

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Sikap

dan nilai seseorang termasuk dalam kecerdasan emosional. Tingkat kecerdasan

emosional nantinya akan menentukan Sikap peserta didik, baik itu sikap dalam

belajar, sikap kepada Pendidik, sikap kepada sesama Peserta Didik dan sikap

terhadap lingkungan sekitarnya. Sikap dan nilai ini masuk dalam semua dimensi

kecerdasan emosional yaitu dimensi mengenali emosi diri sendiri, mengelola

emosi diri sendiri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain dan

keterampilan sosial. Kecerdasan emosional seseorang yang baik akan melahirkan

sikap yang baik pula dalam mengahadapi segala kendala dalam hidupnya, salah

satunya dalam hal belajar. Sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila

seseorang telah memiliki penguasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar

afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku. Ranah afektif

oleh Krathwoh merinci kedalam beberapa jenjang, yaitu : a. Menerima, b.

Menanggapi, c. Menilai, d. Mengatur, e. Karakterisasi dengan suatu nilai atau

kelompok nilai. (Sudjana, 2008).

Pengukuran ranah afektif tidak semudah dengan mengukur ranah kognitif.

Apabila ranah kognitif dinilai dengan menggunakan instrumen tes untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menguasai pelajaran dan dilakukan pada

waktu tertentu, maka pengukuran ranah afektif dilakukan pada perubahan tingkah

laku peserta didik dan waktunya tidak dapat dilakukan setiap saat. Hal tersebut

disebabkan karena perubahan tingkah laku seseorang memerlukan waktu yang

relatif lama. Demikian juga pengembangan minat dan penghargaan serta nilai-
18

nilai. Biasanya pengukuran ranah afektip dilakukan dengan menggunakan

instrumen berupa skala sikap. Adapun beberapa jenis skala sikap yaitu skala

likert, skala pilihan ganda, skala thurstone, skala guttman, semantic differensial,

dan pengukuran minat (Arikunto, 2013).

Ranah psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan atau

kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu.

Hasil belajar psikomotor merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan

hasil belajar afektif sehingga ranah ini juga termasuk dalam kecerdasan

emosional. Domain psikomotorik adalah kemampuan peserta didik yang berkaitan

dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan sederhana

sampai dengan gerakan yang kompleks. Kata kerja operasional yang dapat

digunakan dalam ranah psikomotorik sesuai dengan kelompok keterampilan

masing-masing yaitu:

a. Muscular or motor skill (mempertontonkan gerak, menunjukkan hasil,

melompat, menggerakkan, menampilkan). 2. Manipulations of materials or

objects (mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser, memindahkan,

membentuk). 3. Neuromuscular coordination (mengamati, menerapkan,

menghubungkan, menggandeng, memadukan, memasang, memotong ,

menarik, menggunakan) (Arifin, 2012).

b. Pengukuran ranah psikomotorik dilakukan terhadap hasil-hasil belajar yang

berupa penampilan. Namun biasanya pengukuran ranah ini dimulai dengan

pengukuran ranah kognitif sekaligus. Instrumen yang digunakan mengukur

keterampilan biasanya berupa matriks. Ke kanan menunjukkan besarnya skor

yang akan dicapai. Selain instrumen tersebut, pada ranah psikomotorik dan
19

afektif dapat digunakan instrumen non tes lainnya yaitu berupa skala

bertingkat, kuesioner, daftar cocok, pengamatan, dan sebagainya. Jenis

instrumen inilah yang mebedakan untuk mengukur hasil belajar pada ranah

kognitif, afektif, serta psikomotorik peserta didik (Arikunto, 2013).

Menurut Slameto (2010), ada dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa yaitu:

a. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri seseorang yang terdiri dari:

faktor fisik, yaitu faktor yang bersumber dari kondisi fisik anak (kesehatan

jasmani anak, susunan syaraf yang baik, pendengaran yang baik dan

sebagainya). Faktor psikis yaitu faktor yang bersumber dari kondisi kejiwaan

anak, meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, konsentrasi, motivasi, dan

sebagainya.

b. Faktor external adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yaitu faktor

sekolah meliputi fasilitas belajar yang mencukupi seperti buku-buku pelajaran,

alat tulis menulis dan sarana lain yang mendukung proses belajar mengajar.

Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, kondisi ekonomi

keluarga, latar belakang kebudayaan dan suasana rumah.

B. Kerangka Pikir

Banyak orang beranggapan bahwa IQ (Intelegensi Quetiont) merupakan

faktor yang mempengaruhi masa depan anak khusunya dalam meraih prestasi

belajar yang baik, namun banyak hasil penelitian yang dilakukan oleh ahli

psikologi menunjukkan ada faktor lain yang menentukan kesuksesan seseorang.

Goleman (2003) menyatakan bahwa status akhir seseorang dalam masyarakat

pada umumnya bukan ditentukan oleh IQ melainkan kelas social, nasib baik dan
20

kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional menjadi faktor dalam mengambil

tindakan dalam mengatasi setiap persoalan yang dihadapi seseorang dalam

hidupnya.

Goleman (2003) membagi kecerdasan emosional menjadi lima aspek

yaitu mengenali emosi diri, mengendalikan emosi, memotivasi diri, empati dan

hubungan sosial. Berdasarkan temuan peneliti dilapangan ditemukan banyak

siswa yang acuh tak acuh dengan pelajaran Kimia dengan alasan bahwa mata

pelajaran Kimia adalah salah satu mata pelajaran yang sulit, merasa diri bodoh

dan mudah menyerah. Akibatnya mereka tidak termotivasi untuk meraih prestasi

belajar.

Kesadaran diri merupakan cara mengetahui apa yang kita rasakan pada

suatu saat dan menggunakan untuk memandu pengambilan keputusan diri sendiri,

memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri yang

kuat, sedangkan pengaturan diri merupakan cara menangani emosi kita yang

sedemikian rupa sehingga berdampak positif. Siswa yang memilii kesadaran diri

yang tinggi dan pengaturan diri yang tinggi, dia akan mempunyai kepercayaan diri

yang tinggi terutama dalam belajar sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang

baik.

Motivasi diri adalah menggunakan hasrat kita yang paling dalam untuk

menimbulkan gerakan dalam mencapai sasaran. Membantu kita dalam

menghadirkan inisiatif serta menjadi dasar dalam menghadapi kegagalan dan

frustasi. Empati adalah mampu memahami orang lain, merasakan apa yang

dirasakan orang lain sehingga timbul hubungan keselarasan diri terhadap banyak
21

orang. Siswa yang memiliki motivasi dan empati yang tinggi akan menimbulkan

karakter yang pantang menyerah dalam belajar serta mampu menjalin kerjasama

dengan orang lain yang nantinya akan berdampak pada pencapaian prestasi belajar

yang baik.

Keterampilan sosial, menangani emosi dengan baik ketika berhubungan

dengan baik orang lain dan dengan cermat membaca situasi pada jaringan social,

berinteraksi dengan lancer, menggunakan kemampuan ini untuk memengaruhi dan

memimpin, bermusyawarah dan menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama

dalam tim. Seorang siswa yang memiliki keterampilan social yang tinggi ia

mampu membaca situasi untuk saling menghargai, merasa nyaman tinggal

dilingkungan tempat belajarnya, dan itu semua akan dapat menerima dirinya dan

mencapai prestasi belajar yang baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan Bahwa jika siswa memiliki

kesadaran diri yang tinggi dalam belajar, memiliki pengaturan diri yang baik,

motivasi belajar yang tinggi, dapat merasakan yang dirasakan orang lain serta

menjalin kerjasama yang baik dengan orang lain. hal ini menjadi korelasi yang

dapat mempengaruhi peserta didik dalam memperoleh hasil belajar yang baik.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari kajian teori yang telah disusun dan kerangka pikir yang

telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

“Ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar kimia peserta didik

kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester ganjil”.


22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang bersifat korelasional.

Penelitian Ex-post facto merupakan penelitian yang bertujuan untuk menemukan

penyebab yang memungkinkan perubahan perilaku, gejala dan fenomena yang

disebabkan oleh suatu peristiwa, perilaku atau hal-hal yang menyebabkan

perubahan pada variabel bebas yang secara keseluruhan yang sudah terjadi dan

menjelaskan atau menemukan bagaimana variabel-variabel dalam penelitian

saling berhubungan. Pada penelitian ini data yang ingin diperoleh adalah tingkat

kecerdasan emosional dan hasil belajar kimia Peserta didik kelas X MIA SMA

Negeri 10 Gowa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan di SMA Negeri 10 Gowa pada tanggal 25

februari-29 maret 2019. Jl. Mustafa Daeng Bunga, Komplek BTN Saumata Indah,

Romangpolong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian ex post facto yang bersifat korelasional,

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosional dengan hasil

belajar kimia peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester

Ganjil. Desain hubungan antara variabel-variabel penelitian dapat dilihat pada

Gambar 3.1.
7
23

X Y
Gambar 3.1. Hubungan Antar Variabel
Keterangan :

X = Kecerdasan Emosional
Y = Hasil Belajar

D. Variabel dan Definisi Operasional Variabel

Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel-variabel yang

diteliti dalam penelitian ini, maka diberikan batasan-batasan sebagai berikut:

1. Kecerdasan Emosional Siswa (variabel X)

Kecerdasan emosional (EQ) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

kemampuan untuk mengendalikan perasaan diri seseorang sehingga ketika

melakukan tindakan kearah yang positif. Adapun dimensi kecerdasan emosional :

a. Mengenali emosi diri

b. Mengelola emosi,

c. Memotivasi diri sendiri,

d. Mengenali emosi orang lain (empati)

e. Kemampuan untuk membina hubungan dengan orang lain (keterampilan

sosioal).

Melalui dimensi tersebut dibuatlah alat ukur Kecerdasan Emosional (EQ) dalam

bentuk Skala Kecerdasan Emosional.

2. Hasil Belajar (variabel Y)

Hasil belajar peserta didik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Nilai

yang berasal dari Rapor hasil belajar kimia pada semester ganjil Tahun Ajaran

2018-2019 siswa kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa.


24

E. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X MIA SMA Negeri 10

gowa, yang terdiri dari 5 kelas dengan jumlah siswa setiap kelas sebanyak 35

orang sehingga jumlah siswa keseluruhan sebanyak 175 orang.

2. Sampel

Sampel pada penelitian ini berjumlah 60 orang, dimana telah dilakukan

pengambilan sampel dengan Random Sampling yaitu mengambil 30% (12 Peserta

didik) pada setiap kelas dari 5 kelas.

F. Prosedur Penelitian

Penelitian yang dilakukan dibagi menjadi 2 tahap yaitu:

1. Tahap persiapan

a. Melakukan observasi lapangan ke SMA Negeri 10 Gowa sebagai dasar

penyusunan proposal penelitian dan berkonsultasi dengan guru bidang studi

kimia kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa mengenai penelitian yang akan

dilakukan.

b. Menyusun perlengkapan penelitian, yaitu membuat instrumen penelitian.

c. Memvalidasi instrumen penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan yaitu proses pengumpulan data di lapangan meliputi

pengisian Skala kecerdasan emosional yang dilakukan oleh peserta didik kelas X

MIA SMA Negeri 10 Gowa dan pengumpulan hasil belajar peserta didik berupa
25

dokumen nilai rapor mata pelajaran kimia peserta didik kelas X MIA SMA Negeri

10 Gowa pada semester ganjil tahun ajaran 2018-2019.

G. Instrumen Penelitian

1. Skala Kecerdasan Emosional

Instrument pada penelitian ini adalah Skala kecerdasan emosional yang

berbentuk pernyataan atau kuesioner. Skor alternatif jawaban Skala kecerdasan

emosional menggunakan skala likert. Kelima aspek kecerdasan emosional tersebut

dijabarkan kedalam 30 item pertanyaan dengan 15 item bersifat favourable

(positif) dan 15 item bersifat unfavourable (negatif).

Penskoran Skala kecerdasan emosional disusun dengan cara berjenjang

dengan jenjang dari 1 sampai 4. Bila sifat pernyataan favourable (positif) maka

responden akan diberikan skor 4 jika memilih sangat setuju (SS), skor 3 jika

memilih sesuai (S), skor 2 jika memilih tidak sesuai (TS) dan skor 1 jika memilih

sangat tidak sesuai (STS). Sebaliknya bila sifat unfavourable (negatif) maka

responden akan diberi skor 1 jika memilih sangat setuju (SS), skor 2 jika memilih

sesuai (S), skor 3 jika memilih tidak sesuai (TS) dan skor 4 jika memilih sangat

tidak sesuia (STS).

Adapun penskoran instrumen Skala kecerdasan emosional dengan

menggunakan skala likert dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Penskoran dengan Skala likert


Skor Jawaban
No Jawaban
Positif Negatif
1 Sangat setuju/sangat sesuai (SS) 4 1
2 Setuju/sesuai (S) 3 2
3 Tidak setuju/tidak sesuai (TS) 2 3
4 Sangat Tidak setuju/sangat tidak sesuai 1 4
26

Data nilai kecerdasan emosional yang diperoleh dari Skala kecerdasan

emosional yang diisi oleh peserta didik kemudian diklasifikasikan menjadi tiga

kategori yaitu kategori rendah, kategori sedang dan kategori tinggi berdasarkan

Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Pengklasifikasian Kecerdasan Emosional


No Kategori Interval Kecerdasan Emosional
1 Tinggi (x̄ + 1SD) < X ≤ ( x̄ + 3SD)
2 Sedang (x̄ - 1SD) < X ≤ ( x̄ + 1SD)
3 Rendah (x̄ - 3SD) ≤ X ≤ ( x̄ - 1SD)

2. Dokumen Hasil Belajar

Dokumen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai Rapor kelas X

MIA SMA Negeri 10 Gowa pada mata pelajaran kimia semester ganjil Tahun

Ajaran 2018-2019. Jenis data berupa hasil belajar peserta didik kemudian

dikategorikan menggunakan pedoman pengkategorian standard di SMA Negeri 10

Gowa seperti pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Pedoman Pengkategorian Hasil Belajar Peserta Didik


No Nilai Hasil Belajar Kategori
1 91-100 Sangat Tinggi
2 75-90 Tinggi
3 60-74 Sedang
4 40-59 Rendah
5 0-39 Sangat Rendah
(Sumber : SMA Negeri 10 Gowa)

H. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpalan data pada Penelitian ini dilakukan dengan cara

mengumpulkan data tingkat Kecerdasan emosional Peserta didk yang diperoleh

dari Skala kecerdasan emosional yang dibagikan kepada Peserta didik untuk

mengetahui tingkat kecerdasan emosional Peserta didik. Sedangkan Untuk


27

pengumpulan data hasil belajar peserta didik dilakukan dengan metode

dokumentasi yang diperoleh dari nilai Rapor peserta didik kelas X MIA SMA

Negeri 10 Gowa pada mata pelajaran kimia semester ganjil Tahun Ajaran 2018-

2019.

I. Teknik Analis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, dimana

data yang telah dikumpulkan diolah untuk mengetahui sejauh mana hipotesis yang

telah dibuat dapat dibuktikan dari kegiatan penelitian yang telah dilaksanakan

melalui statistik deskriptif dan statistik inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif adalah statistik yang hanya berkenaan dengan

pengumpulan, pengolahan dan penyajian sebagian atau seluruh data (pengamatan)

tanpa pengambilan kesimpulan. Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan

secara umum kecerdasan emosianal dan hasil belajar peserta didik yang terdiri

dari rata-rata (mean), median, standar deviasi, variansi, nilai minimum dan

maksimum, dan tabel distribusi frekuensi.

2. Analisis Statistik Inferensial

Statistik inferensial adalah statistik yang digunakan untuk membuat

kesimpulan tentang sesuatu yang besar (populasi) berdasarkan pengamatan atau

sesuatu yang lebih kecil (sampel) yang dipancang mewakilinya. Uji ini dilakukan

untuk keperluan pengujian hipotesis, tapi sebelum dilakukan pengujian kebenaran


28

hipotesis pada penelitian ini terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang terdiri

dari:

a. Uji Normalitas

Analisis statistic inferensial dimulai dengan uji normalitas. Uji normalitas

dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berasal dari populasi

yang terdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan dengan uji

One-Sampel Kolmogorov-Smirnov. Pada taraf signifikan α = 0,05, jika signifikasi

yang diperoleh > α, maka sampel berasal dari populasi yang normal. Sedangkan

jika signifikansi yang diperoleh < α, maka sampel bukan berasal dari populasi

yang berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variable mempunyai

hubungan yang linear atau tidak. Pengujian linearitas dilakukan dengan tes of

linearity. pada taraf signifikan α = 0,05, jika signifikansi yang diperoleh > α,

maka data bersifat linear. Sedangkan jika signifikansi yang diperoleh < α, maka

data tidak bersifat linear. Jika asumsi linearitas dan normalitas terpenuhi maka

dapat dilanjutkan pengujian hipotesis.

3. Uji Hipotesis

Analisis statistik inferensial pada dasarnya digunakan untuk menguji

kebenaran hipotesis yang diajukan. Uji hipotesis digunakan pada penelitian ini

adalah analisis korelasi dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari

pearson dengan bantuan program SPSS 21. Tujuan dilakukannya analisis korelasi

untuk mengetahui hubungan antara variable kecerdasan emosional dengan


29

variable hasil belajar peserta didik. Dari pengujian ini akan diperoleh nilai

signifikan. Kriteria pengujian H0 ditolak, jika nilai signifikan <α=0.05 dan H0

diterima jika nilai signifikasi >α=0.05.

Hipotesis statistiknya dirumuskan sebagai berikut:

H0: ρ = 0 lawan H1 : ρ ≠ 0

H0 berbunyi “Tidak ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar

kimia peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa” pada semester ganjil . H 1

berbunyi “ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar kimia peserta

didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester ganjil”.


30
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Analisis Deskriptif

a. Hasil Belajar

Analisis statistik deskriptif mendeskripsikan data hasil penelitian yang

diperoleh dilapangan melalui proses dokumentasi hasil belajar kimia yang

dilakukan oleh Peneliti berupa nilai Rapor mata pelajaran kimia peserta didik

kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester Ganjil Tahun Ajaran 2018-

2019. Hasil belajar kimia peserta didik pada semester ganjil berupa hasil tes

belajar kimia pada semua materi yang ada pada semester ganjil yang dilakukan

oleh Guru kimia sekolah tersebut yang kemudian diolah sehingga menjadi nilai

Rapor siswa. Statistik hasil belajar kimia pada semester ganjil kelas X MIA SMA

Negeri 10 Gowa Tahun Ajaran 2018-2019 dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Statistik Hasil Belajar Kimia


No Nama Hasil
1 Jumlah Sampel 60
2 Nilai Minimum 65
3 Nilai Maximum 90
4 Rata-Rata 77,35
5 S. Deviasi 4,26
6 Varians 18,19
(Lampiran. A.8.)
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar kimia sebesar 77,35,

Standard deviasi 4,26, Varians 18,19 dengan nilai minimum yang diperoleh

sebesar 65 dan nilai maximum sebesar 90 dari 60 sampel Peserta didil. Data
7
31

dokumen hasil belajar peserta didik yang diperoleh kemudian dikategorikan

berdasarkan pedoman pengkategorian standar yang ada di SMA Negeri 10

Gowa. Kategori hasil belajar peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa

pada semester Ganjil Tahun Ajaran 2018-2019 disajikan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Kategori hasil belajar siswa kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa
No Nilai Hasil Belajar Kategori Frekuesi %
1 91-100 Sangat Tinggi 0 0
2 75-90 Tinggi 50 83,33
3 60-74 Sedang 10 16,66
4 60-39 Rendah 0 0
5 0-39 Sangat Rendah 0 0
Jumlah 69 100
(Sumber : Lampiran A.4)

Tabel 4.2 menujukkkan bahwa nilai hasil belajar kimia peserta didik pada

kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa berada pada kategori tinggi dan kategori

sedang. Persentase Hasil belajar terbanyak peserta didik terdapat pada kategori

Tinggi dengan frekuensi 50 peserta didik dengan persentase 83.33 % dan

persentase hasil belajar peserta didik terbanyak kedua yaitu pada kategori sedang

dengan frekuensi 10 peserta didik dengan persentase 16.66%. Data hasil belajar

kimia kemudian disajikan dalam bentuk diagram histogram seperti pada Gambar

4.1.
32

60

50

40

Sangat Tinggi
30
Tinggi

20 Rendah
Sagat Rendah
10

0
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah

Gambar 4.1. Histogram Hasil Belajar Peserta Didik

b. Kecerdasan Emosional

Data Analisis deskriptif kecerdasan emosional peserta didik diperoleh

melalui pengisian Skala kecerdasan Emosional yang dilakukan oleh peserta didik

kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa. Data statistik kecerdasan emosional dapat

dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Statistik Kecerdasan Emosional

No Nama Hasil
1 Jumlah Sampel 60
2 Nilai Minimum 69
3 Nilai Maximum 103
4 Rata-Rata 86
5 S. Deviasi 8,26
6 Varians 68,37
( Sumber : Lampiran A. 8)

.Tabel 4.3 mennjukkan bahwa rata-rata (mean) kecerdasan emosional

peserta didik adalah 86, S. Deviasi 8,26, Varians 68,37 dengan skor minimum

sebesar 69 dan skor maksimum adalah 103 dari jumlah sampel sebanyak 60
33

Peserta didik. Berdasarkan statistik kecerdasan emosional yang disajikan oleh

Tabel 4.3 kemudian dibuat pengkategorian dan distribusi frekuensi tingkat

kecerdasan emosional peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada

Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Kategori dan Distribusi Frekuensi Kecerdasan Emosional


No Skor Frekuensi Persentase (%) Kategori
1 61.93 < X < 77,731 7 11,66 Rendah
2 77,731 < X <94,269 42 70 Sedang
3 94,269 < X <110,807 11 18,33 Tinggi
Jumlah 60 100
(Sumber : Lampiran A.8)

Tabel 4.4 menunjukkan Peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan

emosional yang masuk pada kategori rendah sebesar 11.66% dengan frekuensi 7

Peserta didik, sementara peserta didik yang memiliki tingkat kecerdasan

emosional yang sedang memiliki persentase 70% dengan frekuensi 42 Peserta

dan untuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi sebesar

18,33% dengan frekuensi 11 orang. Data tingkat kecerdasan Emosional Peserta

didik kemudian disajikan dalam bentuk histogram pada Gambar 4.2.

50
45
40
35
30
Rendah
25
Sedang
20 Tinggi
15
10
5
0
Rendah Sedang Tinggi

Gambar 4.2 Histogram Kecerdasan Emosional


34

Data rata-rata hasil belajar dan rata-rata kecerdasan emosional peserta

didik kemudian dibedakan berdasarkan jenis kelamin yang disajikan pada Tabel

4.5.

Tabel 4.5. Rata-Rata Hasil Belajar dan Kecerdasan Emosional Berdasarkan


Jenis Kelamin
Jenis Rata-Rata Hasil Rata-Rata Kecerdasan
No
kelamin Belajar Emosional
1 Perempuan ** Expression is faulty ** Expression is faulty **0
**
2 Laki-Laki ** Expression is faulty ** Expression is faulty **
**0
(Sumber : A.5 dan A.6)

Tabel 4.5. menunjukkan bahwa peserta didik yang berjenis kelamin

perempuan memiliki rata-rata hasil belajar 77,93. Hasil ini menunjukkan bahwa

hasil belajar yang diperoleh peserta didik yang berjenis kelamin perempuan lebih

tinggi dibandingkan peserta didik yang berjenis kelamin laki-laki yang hanya

memperoleh rata-rata sebesar 76,10. Pada kecerdasan emosional, peserta didik

yang berjenis kelamin perempuan memiliki rata-rata tingkat kecerdasan emosional

sebesar 86,20, hasil ini pula menunjukkan bahwa peserta didik berjenis kelamin

perempuan memiliki tingkat kecerdasan emosional yang lebih tinggi

dibandingkan peserta didik yang berjenis kelamin laki-laki dengan rata-rata

kecerdasan emosional sebesar 83,13. Rata-rata tingkat kecerdasan emosional dan

rata-rata hasil belajar kimia berdasarkan jenis kelamin pada Tabel 4.6 kemudian

dapat disajikan dalam bentuk histogram seperti yang diperlihatkan pada Gambar

4.3.
35

100
90
80
70
60
50 Rata-Rata Hasil Belajar
Column1
40
30
20
10
0
Perempuan Laki-Laki

Gambar 4.3. Histogram Hubungan Kecerdasan Emosional dan Hasil Belajar


Berdasarkan Jenis Kelamin.

Tingkat kecerdasan emosional Peserta didik yang diperoleh kemudian

dilakukan analisis pencapaian dimensi untuk melihat kecendrungan dimensi yang

paling berpengaruh dalam peserta didik yang disajikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Pencapaian Dimensi Kecerdasan Emosional.

No Dimensi Jumlah item Persentase (%) dimensi


1 Mengenali Emosi Diri 6 20,92
2 Mengelola Emosi diri 6 19,86
3 Memotivasi Diri Sendiri 6 17,69
4 Mengenali Emosi Orang Lain 6 21,97
5 Keterampilan Sosial 6 19,54
Total 30 100
(Lampiran A.7)

Pada Tabel 4.6 menunjukkan bahwa dimensi mengenali emosi orang lain

adalah dimensi yang paling berpengaruh besar dalam Peserta didik kelas X MIA

SMA Negeri 10 Gowa dengan Persentase sebesar 21,97% dan dimensi

memotivasi diri sendiri adalah dimensi yang memiliki persentase paling kecil

diantara dimensi yang lain yaitu sebesar 17,69%.


36

2. Hasil Analisis Inferesial

a. Uji Normalitas

Uji normalitas untuk mengasumsikan apakah data terdistribusi secara

normal. Uji ini sangat penting sebelum melakukan uji hipotesis. Berdasarkan

hasil analisis pengujian normalitas dengan data yang diperoleh dilapangan

menggunakan Program SPSS 21 dengan uji One-Sampel Kolmogorov-Smirnop

pada taraf signifikan α = 0,05, sementara data variable yang diperoleh memiliki

taraf signifikansi > α sebesar 0,178 (lampiran A.9), sehingga dapat disimpulkan

bahwa semua data terdistribusi secara normal karena signifikansi yang diperoleh >

α.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan antara

variabel kecerdasan emosional (X) dan hasil belajar (Y) bersifat linear atau tidak.

Pengujian dilakukan menggunakan aplikasi SPSS 21 pada taraf signifikansi α =

0.05 atau > α, sedangkan nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0.214 (lampiran

A.10), sehingga dapat disimpulkan bahwa antara variable memiliki hubungan

yang linear. Asumsi normalitas dan linearitas terpenuhi maka pengujian hipotesis

penelitian menggunakan analisis korelasi dapat dilanjutkan.

c. Uji Hipotesis

Hipotesis penelitian yang telah dirumuskan pada BAB II yaitu ada

hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar kimia peserta didik kelas X

MIA SMA Negeri 10 Gowa. Kriteria pengujian hipotesis dirumuskan sebagai

berikut :
37

Ho: ρ = 0 lawan H1 : ρ ≠0

H0 berbunyi “Tidak ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar

kimia peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester ganjil”.

H1 berbunyi “ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar kimia

peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa” pada semester ganjil”.

Berdasarkan hasil pengolahan data menggunakan Program SPSS 21

diperoleh nilai korelasi signifikan ρ = 0,04 (lampiran A.11) atau < α yang berarti

terdapat hubungan antara kecerdasan emosional dengan hasil belajar kimia Kelas

X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester ganjil. Dari data yang diperoleh H 0

“Tidak ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar kimia peserta

didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester ganjil” ditolak.

Sedangkan H1 berbunyi “ada hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar

kimia peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa” pada semester ganjil”,

diterima.

Berdasarkan analisis data meggunakan program SPSS 21 diperoleh nilai

korelasi (r) 0.261 dan nilai regresi berganda (R2) 0.068 (lampiran A.11). Nilai

regresi berganda yang didapatkan berarti pengaruh kecerdasan emosional terhadap

hasil belajar kimia pada kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester Ganjil

adalah sebesar 6,8% dan sisanya adalah 93,2 %.

B. PEMBAHASAN

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang untuk mengenali

emosi diri sendiri, mengelola emosi diri sendiri, memotivasi diri sendiri,

mengelola emosi orang lain (empati) dan kemampuan bekerjasama dengan orang
38

lain (keterampilan social). Kecerdasan emosional peserta didik kelas X MIA SMA

Negeri 10 Gowa berada pada kategori sedang, hal ini terlihat dari frekuensi

peserta didik yang paling banyak memiliki tingkat kecerdasan emosional berada

pada kategori sedang. Namun meskipun demikian ada beberapa peserta didik yang

memiliki tingkat kecerdasan emosional yang berada pada kategori tinggi dan

kategori rendah. Rata-rata tingkat ke cerdasan emosional peserta didik

menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam mengenali emosi diri, mengelola

emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan melakukan

hubungan dengan orang lain (keterampilan social) cukup baik.

Hasil belajar kimia kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada semester

ganjil Tahun Ajaran 2018-2019 berada pada kategori tinggi. Hal ini terlihat dari

frekuensi peserta didik paling banyak meraih hasil belajar berada pada kategori

tinggi, sedangkan frekuensi peserta didik yang meraih hasil belajar terbanyak

kedua berada pada kategori sedang. Hal tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar

kimia peserta didik kelas X MIA hanya mempunyai dua kategori hasil belajar

yaitu kategori tinggi dan kategori sedang. Dari semua sampel tidak ada siswa

yang memiliki nilai hasil belajar yang masuk pada kategori sangat tinggi,

kategori rendah maupun kategori sangat rendah. Hasil belajar disekolah ini

menunjukkan bahwa Peserta didik memiliki kemampuan belajar yang tidak jauh

berbeda, hal tersebut terlihat dari kategori hasil belajar yang diperoleh.

Hasil belajar dan kecerdasan emosional peserta didik kelas X MIA SMA

Negeri X Gowa jika ditinjau dari jenis kelamin menunjukkan perbedaan hasil

belajar dan kecerdasan emosional. Peserta didik dengan jenis kelamin perempuan

memiliki rata-rata hasil belajar kimia dan kecerdasan emosional yang lebih tinggi
39

dibandingkan peserta didik yang berjenis kelamin Laki-laki. Data ini

menunjukkan bahwa Kecerdasan emosional peserta didik berbanding lurus dengan

hasil belajar kimia peserta didik atau dengan kata lain ‘ada hubungan antara

kecerdasan emosional dengan hasil belajar kima peserta didik kelas X MIA SMA

Negeri 10 Gowa’. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bahtiar

2009 yang menunjukkan adanya hubungan kecerdasan emosional dengan hasil

belajar peserta didik.

Tingginya tingkat kecerdasan emosional Perempuan dibanding laki-laki

sesuai dengan apa yang dikatakan Goleman (2003) bahwa perempuan memiliki

tingkat kecerdasan emosional yang tinggi dibandingkan dengan laki-laki hal ini

disebabkan karna perempuan cenderung mengandalkan perasaan dari pada logika

sedangkan pria lebih menggunakan logikanya daripada perasaan. Goleman juga

mengatakan faktor penyebab lainnya adalah lingkungan, menurutnya wanita lebih

beruntung dalam hal perlakuan pada lingkungan social yang lebih menekankan

emosi dari pada laki-laki. Contohnya adalah orang tua lebih menggunakan kata-

kata yang lebih lembut dan bervariasi ketika berinteraksi dengan anak

perempuannya dibandingkan anak laki-lakinya, sehingga perempuan cenderung

lebih banyak menerima pelatihan emosi. Hal yang sama juga dijelaskan oleh hasil

penelitian khaterina (2012) bahwa wanita lebih menyadari emosi mereka,

menunjukkan empati dan lebih baik dalam hubungan interpersonal dibandingkan

laki-laki.

Kecerdasan emosional Peserta didik yang tinggi menjadi modal dalam

mempelajari Mata pelajaran kimia yang dianggap sebagai salah satu mata

pelajaran yang sulit, dengan kecerdasan emosional yang tinggi peserta didik
40

mampu memotivasi dirinya sendiri, mengatur suasana hati, berempati serta dapat

membina hubungan baik dengan orang lain serta tidak mudah mengalami frustasi

dan mudah menyerah dalam mempelajari mata pelajaran kimia sehingga peserta

didik selalu mempunyai cara untuk mencapai tujuannya. hal ini disebabkan salah

satu dimensi kecerdasan emosional yaitu “Motivasi”. Motivasi adalah salah satu

hal yang paling utama yang biasanya didapatkan dari orang tua selaku orang

terdekat dari kecil hingga dewasa, tetapi banyak peserta didik yang kurang

mendapat motivasi dari orang tuanya. Motivasi juga biasa didapatkan dari orang

lain yaitu guru atau teman-teman terdekat maupun teman-teman dalam kelompok

belajar. Sehingga dengan motivasi yang tinggi diharapkan adanya dorongan yang

diberikan kepada dirinya sendiri untuk tidak gampang larut dalam mempelajari

materi kimia yang sulit. sehingga ia merasa optimis untuk mendapatkan hasil

belajar kimia yang memuaskan. Inilah hal yang membedakan dengan orang yang

tidak memiliki tingkat kecerdasan emosional yang tinngi, ia akan cenderung larut

dalam masalah, mudah frustasi saat menemui kendala dalam belajar serta

semangat untuk melakukan sesuatu sangat rendah salah satunya dalam hal belajar.

Hubungan kecerdasan emosional dengan hasil belajar kimia peserta didik

yang diperoleh dari hasil uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan kecerdasan

emosional dengan hasil belajar kimia peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10

Gowa pada semester ganjil Tahun Ajaran 2018-2019. Dari uji hipotesis ini juga

diiketahui bahwa nilai (R square) 0,068 yang berarti kontribusi kecerdasan

emosional terhadap hasil belajar peserta didik sebesar 6,8% dan sisanya sebesar

93,2% ditentukan oleh faktor-faktor lain. Rendahnya kontribusi kecerdasan

emosional terhadap hasil belajar disebabkan oleh banyak faktor.


41

Suryabrata (2002) mengatakan secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi belajar dan hasil belajar dapat digolongkan menjadi 2 bagian,

yaitu faktor internal dan faktor external. Kecerdasan emosionalsendiri termasuk

dalam faktor internal.

1. Faktor Internal

Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis yang meliputi kesehatan badan

dan panca indra dan psikologis meliputi intelegensi, sikap dan motivasi.

Kecerdasan emosional sendiri termasuk dalam faktor psikologis.

2. Faktor External

Faktor external terdiri dari faktor lingkungan keluarga yaitu social

ekonomi keluarga, pendidikan orang tua serta perhatian orang tua dan suasana

hubungan antara anggota keluarga. Faktor lingkungan sekolah meliputi sarana dan

prasarana, kompetensi guru dan siswa dan kurikulum dan metode belajar.

Sedangkan faktor lingkungan masyarakat meliputi social budaya dan partisipasi

semua pihak.

Kecerdasan intelektual yang selama ini dianggap sebagai faktor utama

yang sangat mempengaruhi hasil belajar peserta didik, peserta didik dengan

tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi dianggap lebih mudah dalam

memahami materi yang diajarkan oleh pendidik, namun pada kenyataannya masih

banyak faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar Peserta didik, Salah satunya

adalah kecerdasan emosional. Goleman 2005 mengatakan bahwa pendidikan yang

disertai emosi cenderung lebih mudah dan kuat untuk diingat. Prestasi dan

keberhasilan dalam belajar tidak hanya ditentukan oleh kecerdasan intelektual

melainkan keselarasan antara kecerdasan emosional dan kecerdasan intelektual.


42

Hasil analisis pencapaian dimensi kecerdasan emosional menunjukkan

bahwa dimensi mengenali emosi orang lain (empati) adalah dimensi yang paling

tinggi yang diperoleh oleh Peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa

dengan persentase 21,97% dan dimensi memotivasi diri sendiri adalah dimensi

yang memiliki pengaruh paling rendah terhadap Peserta didik. Rendahnya

persentase dimensi memotivasi diri sendiri mengakibatkan tidak ada Peserta didik

satupun yang memperoleh hasil belajar kimia sangat tinggi. Mata pelajaran kimia

sebagai salah satu mata pelajaran tersulit tentu tidaklah mudah memperoleh nilai

hasil belajar yang baik jika Peserta didik tidak memiliki motivasi yang besar untuk

belajar secara sabar dan tekun, sehingga tidak mudah menyerah dalam belajar

adalah kunci untuk bisa memahami mata pelajaran kimia karena dalam mata

pelajaran kimia ada beberapa Materi pokok yang sulit sehingga jika hanya

kecerdasan intelektual saja itu tidak cukup.

Menurut Goleman, khusus pada orang-orang yang hanya memiliki

kecerdasan ekademis tinggi, mereka cenderung memiliki rasa gelisah yang tidak

beralasan, terlalu kritis, rewel, cenderung menarik diri, terkesan dingin dan

cenderung sulit mengekspresikan kekesalan dan kemarahannya secara tepat. Bila

didukung dengan rendahnya taraf kecerdasan emosionalnya, maka orang-orang

seperti itu akan cenderung menjadi sumber masalah, karena sifat-sifat diatas, bila

seseorang memiliki IQ yang tinggi namun taraf kecerdasan emosionalnya rendah

maka cenderung akan terlihat sebagai orang yang terlihat keras kepala, sulit

bergaul, mudah frustasi, tidak mudah percaya kepada orang lain, tidak peka

terhadap kondisi lingkungan dan cenderung putus asa bila mengalami stress.
43

Kondisi sebaliknya dialami oleh orang orang yang memiliki taraf IQ rata-rata

namun memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Kecerdasan emosional yang baik juga membuat peserta didik dapat

mengidentifikasi dirinya sendiri, dapat mengetahui letak kelamahan dan

kelebihannya dalam hal belajar, dengan adanya kemampuan ini peserta didik

dapat mengetahui strategi yang efektip dan efisien dalam belajar sehingga bisa

memperoleh hasil belajar yang baik.


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan maka dapat

disimpulkan dari penelitian ini adalah “ Ada hubungan kecerdasan emosional

dengan hasil belajar peserta didik kelas X MIA SMA Negeri 10 Gowa pada

semester Ganjil” dengan kontribusi kecerdasan emosional terhadap hasil belajar

sebesar 6,8 %.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut saran yang

diajukan oleh peneliti :

1. Bagi yang ingin meneliti tentang keceradasan emosional diharapkan menguasai

teori tentang kecerdasan emosional dan mengetahui cara tes kecerdasan

emosional yang baik dan epektif.

2. kepada pihak sekolah terutama guru mata pelajaran kimia disarankan dalam

proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada transfer of knowledge saja, tapi

dalam proses pembelajaran dapat mengembangkan dan menyisipkan transfer

of value salah satunya yaitu kecerdasan emosional yang sangat berperan dalam

keberhasilan peserta didik dalam bidang akademik.

3. Kepada pembaca diharapkan bisa menjadi referensi tentang pentingnya

mengembangkan kecerdasan emosional terhadap hidupnya.

7
46

DAFTAR PUSTAKA

Agustian, A. G. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan


Spritual ESQ. Arga : Jakarta.

Andriani, A. 2014. Kecerdasan Emosional (Emotional Quotient) Dalam


Peningkatan Prestasi Belajar. Journal Edukasi. Volume. 2. No. 01. 459-
472.

Arifin, Z. 2012. Evaluasi pembelajaran. Rosda : Bandung.

Arikunto, S. 2013. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Bumi aksara : Jakarta.

Daud, F. 2012. Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) dan Motivasi Belajar


terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa SMA 3 Negeri Kota Palopo.
Makassar : PPSUNM. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Vol. 19. No.
2.

Depdikbud. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Bab 3 Pasal 3


Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : Depdikbud.

Febriana, N. 2017. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar


Pada Mata Pelajaran Ekonomi. Skripsi. Program Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah : Jakarta.

Filia, R. 2010. Pengaruh kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spritual dan


Perlakuan Belajar terhadap Tingkat Pemahaman Akutansi. Skripsi.
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro : Semarang.

Firmansyah, I. 2010. Pengaruh Tingkat Kecerdasan Emosional Terhadap


Prestasi Belajar Siswa SMA Triguna Utama Ciputat. Skripsi Program
Sarjana UIN Syarif Hidayatullah : Makassar.

Ginanjar, A. A. 2001. Emotional Spritual Quotient. Arga : Jakarta.

Goleman, D. 2003. Emotional Intelligence. Penerjemah : T, Hermaya. PT.


Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Haling, A . 2007. Belajar Dan Pembelajaran. Makassar : UNM .

Kadir. 2015. Statistika Terapan. Raja Grafindo Persada : Jakarta

Karmila. 2014. Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi


Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PAI Pada Siswa Kelas VIII MTS AL-
Hidayah Arco Bojongsari Depok. Skripsi. Program Sarjana UIN Syarif
Hidayatullah : Jakarta.
47

Khaterina and Lili G. 2012. Perbedaan Kecerdasan Emosi Pada Pria dan Wanita
yang Mmempelajari Alat Musik dan yang tidak Mempelajari Alat Musik
Piano. Journal PS Psikologi Fakultas Psikologi Sumatra Utara. Vol. 1. No.
1.

Prawitasari, J. E. 1998. Kecerdasan Emosi. Fakultas Psikologi UGM. Journal


Psikologi, Neurologi dan Imanuologi. No. 1,21-23

Rahmasari, L. 2012. Pengaruh Kecerdasan Intelektual , Kecerdasan Emosi dan


Kecerdasan Spiritual Terhadap Kinerja Karyawan. Journal Ilmiah
Informatika. Vol. 3. No. 1.

Sadiyah, M. 2014. Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Hasil Belajar


Mahasiswa Pendidikan Biologi Universitas Negeri Semarang. Skripsi.
Program Sarjana UNS : Semarang.

Shapiro, L. E. 1998. How To Rise a Child With A High EQ, Penerjemah :


Kantjono. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka
Cipta : Jakarta

Sudjana, N. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT Remaja Rosda


karya ; Bandung.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan. Alfabeta : Bandung.

Sumanto. 2014. Statistika Deskriftip. Caps Publishing : Yogyakarta.

Sumyati, S. 2017. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Hasil Belajar


Matematika Peserta Didik Kelas V SD Inpres Bonto Manai Kota
Makassar. Skripsi. Program Sarjana UIN Alauddin : Makassar.

Suryabrata, S. 2002. Psikologi Pendidikan. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta.

Taufik. M. 2016. Hubungan kecerdasan Emosional dengan Hasil Belajar Peserta


Didik Kelas XI IPA SMAN 8 Makassar. Skripsi. Program Sarjana UNM :
Makassar.
Uno, H. B. 2006. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. PT. Bumi
Aksara : Jakarta.
Winkel, W. S. 2004. Psikology Pengajaran. Media Abadi : Yogyakarta.
48

LAMPIRAN A
49

Lampiran A.1.

Kisi-Kisi Instrumen Kecerdasan Emosional

No Aspek Indikator Item Total


Positif Negatif
1 Mengenali a. Kesadaran emosi 1, 2 3 3
Emosi diri
b. Percaya diri 4 5, 6 3
2 Mengelola a. Pengendalian diri 7 8, 9 3
emosi diri
b. Dapat dipercaya 10, 11 12 3
3 Memotivasi a. Dorongan berprestasi 13 14, 15 3
diri sendiri
b. Optimisme 16, 17 18 3
4 Mengenali a. Memahami orang lain 19 20, 21 3
emosi orang
b. Mengatasi keberagaman 22, 23 24 3
lain
5 Membina a. Pengaruh diri 25, 26 27 3
hubungan
b. Komunikasi 28 29, 30 3
dengan orang
lain
Total 30
50

Lampiran A.2.

TES KECERDASAN EMOSIONAL

A. Data Diri
1. Nama :
2. Nis :
3. Kelas :

B. Petunjuk Pengisian
1. Baca dan pahamilah pernyataan berikut, kemudian jawablah semua
pernyataan sesuai perasaan dan kondisi anda yang sebenarnya pada saat
anda mengikuti mata pelajaran kimia disemester 1 kelas X.
2. Pilihlah salah satu pilihan jawaban yang tersedia :
SS : Bila anda merasa Sangat Sesuai dengan pernyataan yang diajukan.
S : Bila anda merasa Sesuai dengan pernyataan yang diajukan.
TS : Bila anda merasa Tidak Sesuai dengan pernyataan yang diajukan.
STS : Bila anda merasa Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan yang
diajukan.
3. Berilah tanda Check (√) pada kolom pilihan jawaban.

Pilihan Jawaban
No Pernyataan
STS TS S SS
1 Saya dapat mengetahui apa yang saya rasakan seperti senang, malas
atau jengkel ketika mengikuti pelajaran kimia semester 1 kelas X.
2 Saya merasa cemas dalam mengerjakan soal ujian kimia karena
tidak belajar.
3 Saya tidak bisa mengetahui kondisi saya saat jengkel dalam
mengerjakan tugas kimia yang sulit.
4 Saya selau mengerjakan ujian kimia dengan jujur.
5 Saya tidak merasa percaya diri mempresentasikan tugas kimia yang
saya kerjakan.
6 Saya tidak berani menanyakan materi yang sulit saya pahami pada
saat belajar kimia.
7 Saya tetap berusaha bersikap baik terhadap teman yang tidak
membantu saya dalam megerjakan tugas kelompok Kimia.
8 Saya mudah marah jika teman saya menyinggung nilai hasil ujian
kimia saya.
9 Saya tidak dapat menghibur diri saat tugas kimia menumpuk.
10 Saya selalu menjawab pertanyaan dengan jujur yang diajukan
kepada saya saat diskusi kelompok.
11 Saya bisa menepati janji megumpulkan tugas kimia dengan tepat
waktu.
51

No Pernyataan STS TS S SS
12 Saya tidak menyontek pada saat mengerjakan tugas kimia/PR.
13 Saya mempunyai semangat yang tinggi untuk lulus ujian mata
pelajaran kimia dengan hasil yang memuaskan.
14 Saya belajar kimia tidak hanya ketika ada PR/ ulangan kimia.
15 Saya tidak menambah jam belajar kimia saya meskipun nilai kimia
saya jelek.
16 Saya tekun belajar kimia meskipun terasa sulit.
17 Saya rajin belajar kimia agar mendapat banyak pengetahuan dan
nilai yang bagus.
18 Saya merasa pesimis dalam mengerjakan soal-soal kimia yang sulit
karena saya tidak yakin akan kemampuan saya.
19 Saya menjadi pendengar yang baik dengan siapapun yang
mempresentasekan tugas/Makalah Kimia didepan kelas.
20 Saya tidak dapat mengetahui ketika teman saya kesulitan dalam
mengikuti pelajaran kimia.
21 Saya bertindak berdasarkan keinginan saya sendiri tanpa
memperhitungkan resikonya bagi orang lain.
22 Saya senang belajar kimia bersama orang dengan berbagai latar
belakang yang berbeda.
23 Saya suka mendengarkan gagasan orang lain pada saat persentase
tugas kimia.
24 Saya tidak terima pendapat teman yang berbeda dengan saya pada
saat belajar kimia.
25 Saya suka membangkitkan semangat orang lain untuk belajar kimia
bersama.
26 Saya suka memberi saran ataupun kritikan pada saat diskusi kimia
yang dapat diterima kelompok lain.
27 Saya tidak mampu menengahi perdebatan saat diskusi kimia yang
terjadi diantara teman-teman saya.
28 Saya senang berdiskusi dan berbagi ilmu kimia dengan teman
sekelas.
29 Saya tidak merasa kesulitan bekerjasama dalam menyelesaikan
tugas kelompok kimia.
30 Saya tidak bisa jika harus menjadi ketua kelompok dalam
mengerjakan tugas kimia.
52

LAMPIRAN A.3.

Tabulasi Data Hasil Penelitian Kecerdasan Emosional


NO NAMA 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah
1 X MIA 1 3 3 2 3 2 3 3 1 3 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2 75
2 X MIA 1 3 3 3 4 3 4 2 2 2 4 3 2 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 86
3 X MIA 1 3 2 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 90
4 X MIA 1 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 4 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 2 2 3 2 2 79
53
5 X MIA 1 4 3 1 4 4 4 4 1 1 3 2 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 2 85
6 X MIA 1 4 3 2 2 2 2 4 2 3 2 3 3 4 2 2 3 4 1 3 2 4 4 4 4 4 2 3 4 2 1 86
7 X MIA 1 1 4 2 3 2 1 3 1 1 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3 2 3 4 3 4 3 2 4 3 1 1 69
8 X MIA 1 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 3 2 4 2 2 2 3 2 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 85
9 X MIA 1 3 4 1 3 3 2 4 4 3 4 4 1 3 1 3 4 4 2 4 3 3 4 4 3 4 4 3 3 1 2 91
10 X MIA 1 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 87
11 X MIA 1 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 83
12 X MIA 1 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 3 2 2 84
13 X MIA II 3 3 2 3 2 3 3 3 2 4 2 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 1 2 3 3 81
14 X MIA II 3 4 3 3 3 4 4 1 1 3 3 2 4 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 2 2 2 3 4 1 4 84
15 X MIA II 2 4 1 2 2 2 3 4 2 3 3 4 4 4 2 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 80
16 X MIA II 4 4 4 4 4 4 4 3 1 4 3 1 4 2 4 4 4 4 3 2 3 4 3 3 3 4 3 4 3 4 101
17 X MIA II 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 4 3 2 3 4 1 3 87
18 X MIA II 4 3 2 3 4 4 4 2 2 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 2 4 4 3 103
19 X MIA II 4 4 3 4 2 4 4 3 1 4 4 2 3 2 3 3 4 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 100
20 X MIA II 4 4 2 3 1 3 4 2 1 3 3 2 4 2 2 3 3 1 3 2 2 3 3 4 3 1 2 3 2 1 76
21 X MIA II 2 3 2 2 3 4 3 1 3 2 2 3 4 2 2 3 4 1 3 3 4 4 3 4 4 4 3 3 1 3 85
22 X MIA II 3 4 4 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 1 3 89
23 X MIA II 2 3 2 2 3 4 3 4 2 2 2 4 4 3 4 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 1 3 4 3 3 95
24 X MIA II 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 81
25 X MIA III 4 4 3 2 1 2 4 1 2 4 2 4 4 4 2 3 2 1 3 2 4 3 3 4 2 3 1 3 1 1 76
26 X MIA III 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 3 78
27 X MIA III 3 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 2 80
28 X MIA III 3 2 2 4 3 3 1 1 3 3 2 4 1 4 3 4 4 2 2 2 3 4 3 2 4 2 2 4 1 3 81
29 X MIA III 4 4 2 3 3 3 1 1 1 3 3 2 4 4 1 3 3 3 2 2 2 2 2 4 1 1 1 2 3 1 71
30 X MIA III 4 3 3 4 2 2 3 2 3 3 4 2 4 1 3 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 2 3 87
31 X MIA III 3 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 85
32 X MIA III 4 3 4 4 3 4 4 1 3 4 4 2 3 2 2 3 2 2 4 4 3 4 4 4 2 3 3 3 1 4 93
33 X MIA III 4 3 2 2 1 2 2 3 2 1 1 2 3 2 3 3 1 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 72
34 X MIA III 4 2 3 4 4 3 4 1 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3 3 4 3 1 4 100
35 X MIA III 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 2 3 2 2 81
36 X MIA III 2 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 84
37 X MIA IV 4 4 4 2 4 4 3 4 1 4 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 1 4 4 4 3 2 2 4 1 4 100
38 X MIA IV 3 3 2 3 3 4 4 2 2 3 4 2 3 3 2 4 3 2 3 3 4 3 4 4 2 3 3 3 2 2 85
39 X MIA IV 3 4 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 2 88
40 X MIA IV 2 1 4 4 3 3 4 2 4 4 4 1 4 1 1 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 1 4 1 3 92
41 X MIA IV 1 4 2 4 3 3 4 3 1 3 4 4 4 3 2 3 4 3 4 2 1 4 4 4 3 3 3 4 2 4 93
42 X MIA IV 2 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 2 2 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 2 4 95
43 X MIA IV 2 3 2 4 3 4 3 4 1 3 3 3 4 3 2 2 2 2 4 3 2 3 4 3 2 3 2 2 2 1 81
44 X MIA IV 3 4 2 3 1 4 1 2 4 3 2 2 4 2 3 4 4 4 3 1 4 4 4 4 3 3 4 3 1 4 90
45 X MIA IV 4 2 1 1 4 1 4 3 4 1 4 4 1 4 4 4 2 4 3 1 4 1 3 1 1 1 3 2 4 3 78
46 X MIA IV 1 2 3 3 3 2 4 2 2 4 2 1 3 2 2 4 2 2 2 2 4 4 4 3 4 3 2 3 2 1 78
47 X MIA IV 3 2 2 3 4 4 3 2 2 4 3 2 1 2 2 2 4 3 3 3 2 4 2 2 3 2 2 3 2 4 80
48 X MIA IV 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 2 4 3 2 3 4 2 3 2 2 4 3 4 3 3 3 3 2 3 91
49 X MIA V 3 4 1 3 1 2 3 2 1 4 2 3 3 3 2 3 4 2 3 2 3 2 4 1 2 3 2 4 2 3 76
50 X MIA V 4 2 1 4 3 1 2 4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 2 2 2 3 3 2 1 78
51 X MIA V 2 3 4 2 3 4 4 1 2 2 3 3 4 4 3 4 3 3 4 3 4 4 3 2 3 3 3 4 3 3 80
52 X MIA V 2 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 3 2 4 3 4 1 3 1 3 4 1 2 4 2 1 3 1 3 4 81
53 4 2 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 2 3 3 4 3 4 4 3 4 1 4 71
66

Lampiran A.4.

Nilai Hasil Belajar dan Tingkat kecerdasan Emosional

No Nama Hasil Kategori Kecerdasan Kategori


Belajar Emosi
1 X MIA I 73 Sedang 75 Rendah
2 X MIA I 78 Tinggi 86 Sedang
3 X MIA I 83 Tinggi 90 Sedang
4 X MIA I 81 Tinggi 79 Sedang
5 X MIA I 70 Sedang 85 Sedang
6 X MIA I 76 Tinggi 86 Sedang
7 X MIA I 77 Tinggi 69 Rendah
8 X MIA I 72 Sedang 85 Sedang
9 X MIA I 72 Sedang 91 Sedang
10 X MIA I 75 Tinggi 87 Sedang
11 X MIA I 81 Tinggi 83 Sedang
12 X MIA I 76 Tinggi 84 Sedang
13 X MIA II 75 Tinggi 81 Sedang
14 X MIA II 82 Tinggi 84 Sedang
15 X MIA II 81 Tinggi 80 Sedang
16 X MIA II 90 Tinggi 101 Tinggi
17 X MIA II 73 Tinggi 87 Sedang
18 X MIA II 82 Tinggi 103 Tinggi
19 X MIA II 78 Tinggi 100 Tinggi
20 X MIA II 84 Tinggi 76 Rendah
21 X MIA II 80 Tinggi 85 Sedang
22 X MIA II 77 Tinggi 89 Sedang
23 X MIA II 74 Tinggi 95 Tinggi
24 X MIA II 80 Tinggi 81 Sedang
25 X MIA III 78 Tinggi 76 Tinggi
26 X MIA III 79 Tinggi 78 Rendaj
27 X MIA III 80 Tinggi 80 Sedang
28 X MIA III 75 Tinggi 81 Sedang
29 X MIA III 77 Tinggi 71 Rendah
30 X MIA III 73 Sedang 87 Sedang
31 X MIA III 78 Tinggi 85 Sedang
32 X MIA III 78 Tinggi 93 Sedang
33 X MIA III 78 Tinggi 72 Rendah
34 X MIA III 80 Tinggi 100 Tinggi
35 X MIA III 80 Tinggi 81 Sedang
36 X MIA III 79 Tinggi 84 Sedang
37 X MIA IV 77 Tinggi 100 Tinggi
38 X MIA IV 79 Tinggi 85 Sedang
39 X MIA IV 79 Tinggi 88 Sedang
67

40 X MIA IV 78 Tinggi 92 Sedang


41 X MIA IV 77 Tinggi 93 Sedang
42 X MIA IV 77 Tinggi 95 Tinggi
43 X MIA IV 78 Tinggi 81 Sedang
44 X MIA IV 79 Tinggi 90 Sedang
45 X MIA IV 75 Tinggi 78 Sedang
46 X MIA IV 75 Tinggi 78 Sedang
47 X MIA IV 78 Tinggi 80 Sedang
48 X MIA IV 77 Tinggi 91 Sedang
49 X MIA V 80 Tinggi 76 Tinggi
50 X MIA V 78 Tinggi 78 Tinggi
51 X MIA V 78 Tinggi 80 Tinggi
52 X MIA V 65 Sedang 81 Sedang
53 X MIA V 80 Tinggi 71 Rendah
54 X MIA V 79 Tinggi 87 Sedang
55 X MIA V 79 Tinggi 85 Sedang
56 X MIA V 65 Sedang 93 Sedang
57 X MIA V 65 Sedang 72 Rendah
58 X MIA V 79 Tinggi 100 Tinggi
59 X MIA V 80 Tinggi 81 Sedang
60 X MIA V 79 Tinggi 84 Sedang
Rata-Rata ** ** Expression
Expression is faulty **
is faulty **
68

Lampiran A.5.

Data Hasil Belajar dan Kecerdasan Emosional Peserta Didik Berjenis Kelamin
Perempuan Beserta Kategorinya.

Hail Kategori Kecerdasan Kategori


No Nama
Belajar Emosional
1 Perempuan 1 78 Tinggi 86 Sedang
2 Perempuan 2 83 Tinggi 90 Sedang
3 Perempuan 3 72 Sedang 91 Sedang
4 Perempuan 4 75 Tinggi 87 Sedang
5 Perempuan 5 81 Tinggi 83 Sedang
6 Perempuan 6 76 Tinggi 84 Sedang
7 Perempuan 7 79 Tinggi 84 Sedang
8 Perempuan 8 75 Tinggi 101 Tinggi
9 Perempuan 9 73 Sedang 103 Tinggi
10 Perempuan 10 78 Tinggi 100 Tinggi
11 Perempuan 11 78 Tinggi 76 Rendah
12 Perempuan 12 79 Tinggi 81 Sedang
13 Perempuan 13 78 Tinggi 76 Rendah
14 Perempuan 14 79 Tinggi 78 Sedang
15 Perempuan 15 80 Tinggi 80 Sedang
16 Perempuan 16 78 Tinggi 93 Sedang
17 Perempuan 17 80 Tinggi 100 Tinggi
18 Perempuan 18 80 Tinggi 81 Sedang
19 Perempuan 19 77 Tinggi 100 Tinggi
20 Perempuan 20 79 Tinggi 88 Sedang
21 Perempuan 21 79 Tinggi 90 Sedang
22 Perempuan 22 75 Tinggi 78 Sedang
23 Perempuan 23 75 Tinggi 78 Sedang
24 Perempuan 24 77 Tinggi 91 Sedang
25 Perempuan 25 80 Tinggi 76 Rendah
26 Perempuan 26 78 Tinggi 78 Sedang
27 Perempuan 27 78 Tinggi 80 Sedang
28 Perempuan 28 79 Tinggi 87 Sedang
29 Perempuan 29 79 Tinggi 85 Sedang
30 Perempuan 30 80 Tinggi 81 Sedang
Mean ** ** Expression is
Expression faulty **
is faulty **
69

Lampiran A.6.

Data Hasil Belajar dan Kecerdasan Emosional Peserta Didik Berjenis Kelamin
Laki-Laki Beserta Kategorinya.

No Peserta Didik Hasil Belajar Kategori Kecerdasan Emosional Kategori


1 Laki-Laki 1 73 Sedang 75 Rendah
2 Laki-Laki 2 81 Tinggi 79 Sedang
3 Laki-Laki 3 70 Sedang 85 Sedang
4 Laki-Laki 4 76 Tinggi 86 Sedang
5 Laki-Laki 5 77 Tinggi 69 Rendah
6 Laki-Laki 6 72 Sedang 85 Sedang
7 Laki-Laki 7 78 Tinggi 81 Sedang
8 Laki-Laki 8 80 Tinggi 80 Sedang
9 Laki-Laki 9 78 Tinggi 85 Sedang
10 Laki-Laki 10 80 Tinggi 89 Sedang
11 Laki-Laki 11 80 Tinggi 95 Tinggi
12 Laki-Laki 12 75 Tinggi 81 Sedang
13 Laki-Laki 13 77 Tinggi 71 Rendah
14 Laki-Laki 14 73 Sedang 87 Sedang
15 Laki-Laki 15 78 Tinggi 85 Sedang
16 Laki-Laki 16 78 Tinggi 72 Rendah
17 Laki-Laki 17 79 Tinggi 84 Sedang
18 Laki-Laki 18 79 Tinggi 85 Sedang
19 Laki-Laki 19 78 Tinggi 92 Sedang
20 Laki-Laki 20 77 Tinggi 93 Sedang
21 Laki-Laki 21 77 Tinggi 95 Tinggi
22 Laki-Laki 22 78 Tinggi 81 Sedang
23 Laki-Laki 23 78 Tinggi 80 Sedang
24 Laki-Laki 24 78 Tinggi 78 Sedang
25 Laki-Laki 25 65 Sedang 81 Sedang
26 Laki-Laki 26 80 Tinggi 71 Rendah
27 Laki-Laki 27 65 Sedang 93 Sedang
28 Laki-Laki 28 65 Sedang 72 Rendah
29 Laki-Laki 29 79 Tinggi 100 Tinngi
70

30 Laki-Laki 30 79 Tinggi 84 Sedang


Mean ** Expression is Tinggi ** Expression is faulty Sedang
faulty ** **

Lampiran A. 7.

Persentase Pencapaian Dimensi Kecerdasan Emosional

No Dimensi Jumlah item Skor Persentase (%)

Perolehan dimensi
1 Mengenali Emosi 6 1043 20,92

Diri
2 Mengelola Emosi 6 990 19,86

diri
3 Memotivasi Diri 6 882 17,69

Sendiri
4 Mengenali Emosi 6 1095 21,97

Orang Lain
5 Keterampilan 6 974 19,54

Sosial
Total 30 4984 100
71

Lampiran A.8.

Analisis Deskriptif

Frequencies

Statistics

Hasil Belajar Kecerdasan Emosi

Valid 60 60
N
Missing 0 0

Mean 77.35 86.00

Std. Error of Mean .551 1.067

Median 78.00 85.00

Mode 78 81

Std. Deviation 4.266 8.269

Variance 18.197 68.373

Range 25 34

Minimum 65 69

Maximum 90 103

Sum 4641 5160


72

Frequency Tabel

Hasil Belajar

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

65 3 5.0 5.0 5.0

70 1 1.7 1.7 6.7

72 2 3.3 3.3 10.0

73 3 5.0 5.0 15.0

74 1 1.7 1.7 16.7

75 5 8.3 8.3 25.0

76 2 3.3 3.3 28.3

77 7 11.7 11.7 40.0

Valid 78 11 18.3 18.3 58.3

79 9 15.0 15.0 73.3

80 8 13.3 13.3 86.7

81 3 5.0 5.0 91.7

82 2 3.3 3.3 95.0

83 1 1.7 1.7 96.7

84 1 1.7 1.7 98.3

90 1 1.7 1.7 100.0

Total 60 100.0 100.0


73

Kecerdasan Emosi

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid 69 1 1.7 1.7 1.7

71 1 1.7 1.7 3.3

72 1 1.7 1.7 5.0

75 1 1.7 1.7 6.7

76 2 3.3 3.3 10.0

77 1 1.7 1.7 11.7

78 4 6.7 6.7 18.3

79 3 5.0 5.0 23.3

80 3 5.0 5.0 28.3

81 6 10.0 10.0 38.3

83 1 1.7 1.7 40.0

84 3 5.0 5.0 45.0

85 5 8.3 8.3 53.3

86 2 3.3 3.3 56.7

87 3 5.0 5.0 61.7


74

88 2 3.3 3.3 65.0

89 1 1.7 1.7 66.7

90 3 5.0 5.0 71.7

91 2 3.3 3.3 75.0

92 1 1.7 1.7 76.7

93 3 5.0 5.0 81.7

94 1 1.7 1.7 83.3

95 2 3.3 3.3 86.7

97 1 1.7 1.7 88.3

100 4 6.7 6.7 95.0

101 1 1.7 1.7 96.7

103 2 3.3 3.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Bar Chart
75
76
77

Lampiran A.9.

Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardiz
ed Residual

N 60

Mean .0000000
Normal Parametersa,b Std. 4.11753086
Deviation

Absolute .142
Most Extreme
Positive .075
Differences
Negatif -.142

Kolmogorov-Smirnov Z 1.100

Asymp. Sig. (2-tailed) .178

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.


78

Hasil Belajar

Kecerdasan Emosi
79

Lampiran A.10.

Uji Linearitas

ANOVA Tabel

Sum of Df Mean F Sig.


Squares Square

577.017 26 22.193 1.47 .145


(Combined)
5

73.360 1 73.360 4.87 .034


Between Linearity
5
Groups
Hasil Belajar * Deviation 503.656 25 20.146 1.33 .214
Kecerdasan Emosi from 9
Linearity

Within Groups 496.633 33 15.049

1073.65 59
Total
0
80

Lampiran A.11.

Hasil Uji Hipotesis

Variables Entered/Removeda

Model Variables Variables Method


Entered Removed

Kecerdasan . Enter
1
Emosib

a. Dependent Variable: Hasil Belajar

b. All requested variables entered.

Model Summaryb

Mo R R Adjusted Std. Change Statistics


del Squar R Square Error of
e the R Square F df1 df2 Sig. F
Estimate Change Chang Chang
e e

1 .261a .068 .052 4.153 .068 4.254 1 58 .044

a. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosi

b. Dependent Variable: Hasil Belajar


81

ANOVAa

Model Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares

Regression 73.360 1 73.360 4.254 .044b

1 Residual 1000.290 58 17.246

Total 1073.650 59

a. Dependent Variable: Hasil Belajar

b. Predictors: (Constant), Kecerdasan Emosi

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized T Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 65.753 5.649 11.640 .000


1
Kecerdasan Emosi .135 .065 .261 2.062 .044

a. Dependent Variable: Hasil Belajar


82

LAMPIRAN B
83

Lampiran B.1.

Dokumentasi Penelitian

KELAS MIA 1

Kelas MIA 2
84

Kelas MIA 3

Kelas Mia 4
85

Kelas MIA 5
86

Lampiran B.2.
87

Lampiran B.3.
88

Lampiran B.4.
89

Lampiran B.5.
90

Lampiran B.6.
91

Lampiran B.7.
79
80

RIWAYAT HIDUP

Anwar, Lahir di Maros. 05 juli 1994, anak pertama dari dua

orang bersaudara dari pasangan Makmur dan Hj Harsia.

Penulis memulai pendidikan pada Tahun 1999-2005 di SD

Negeri No. 23 Malaka Kecamatan Cenrana Baru Kabupaten

Maros. Pada tahun 2005-2008 Penulis melanjutkan Pendidikan

di SMP Islam Cokroaminoto di Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar.

Selanjunjutnya pada Tahun 2008-20011 Penulis melanjutkan pendidikan di

Sekolah Menengah Tekhnologi Industri (SMTI) Negeri Makassar. Setelah Penulis

menyelesaikan studi ditingkat sekolah menengah Penulis melanjutkan Pendidikan

di Universitas Negeri Makassar pada Program Studi Pendidikan Kimia Bilingual,

Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Selama menjadi

Mahasiswa Penulis pernah aktif dalam beberapa organisasi Internal maupun

External kampus seperti HIMASKI, HMK FMIPA UNM, BEM FMIPA UNM,

MAPERWA FMIPA UNM, HMI Kom. MIPA, Forum Pemimpin Muda Indonesia

(FPMI).

Anda mungkin juga menyukai