Anda di halaman 1dari 46

Bidang : Ekonomi, Hukum, Sosial

Humaniora, Seni, Budaya,


dan Ilmu Pendidikan

USUL PENELITIAN SAINS TEKNOLOGI DAN SENI


UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PENGEMBANGAN INVENTORI
KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF

Oleh:
1. Fadhlina Rozzaqyah, M.Pd. / Ketua / NIDN. 2125019302
2. Silvia AR / Anggota 1 / NIDN. -
3. Nur Wisma, S.Pd.I., M.Pd. / Anggota 2 / NIDN. 1015069301
4. Dio Rangga Juliansyah / Mahasiswa / NIM. 06071181722047
5. Bahtiar Alip / Mahasiswa / NIM. 06071981722079

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

A. Identitas Ketua Pengusul


1. NIDN : 2125019302
2. Nama Peneliti : Fadhlina Rozzaqyah, M.Pd.
3. Pangkat dan Jabatan : Penata Muda Tk. I/ IIIb/
Tenaga Pengajar
4. Email pengusul : fadhlina@fkip.unsri.ac.id
5. Isian curriculum vitae (CV) : terlampir
6. Isian ID Sinta : 6693015
7. Isian h-Index : 0 (scopus), 0 (Google Scholar)
8. Isian anggota peneliti Dosen
Anggota Dosen 1
a. NIDN :-
b. Nama Peneliti : Silvia AR., M.Pd.
c. Pangkat dan Jabatan : Penata Muda Tk. I/
IIIb/Tenaga Pengajar
d. Email Pengusul : silviaar@fkip.unsri.ac.id
e. Isian curriculum vitae (CV) : terlampir
f. Isian ID Sinta : 6693012
g. Isian h-Index : 0 (scopus), 0 (Google Scholar)
Anggota Dosen 2
a. NIDN : 1015069301
b. Nama Peneliti : Nur Wisma, S.Pd.I., M.Pd.
c. Pangkat dan Jabatan : Penata Muda Tk. I/ IIIb/
Tenaga Pengajar
d. Email Pengusul :
e. Isian curriculum vitae (CV) : terlampir
f. Isian ID Sinta :
g. Isian h-Index : 0 (scopus), 0 (Google Scholar)
B. Identitias Usulan
1. Rumpun ilmu : Ilmu Pendidikan
2. Bidang fokus penelitian : Ekonomi, Hukum, Sosial
Humaniora, Seni, Budaya, dan
Ilmu Pendidikan Kajian
3. Tema penelitian : Ekonomi dan Sumber Daya
Manusia
4. Topik penelitian : Pendidikan berkarakter dan
berdaya saing
5. Judul penelitian : Pengembangan Inventori
Kecenderungan Perilaku
Agresif.
6. Status Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) penelitian dan target yang
ingin dicapai : Prinsip dasar dari teknologi
diteliti dan dilaporkan
7. Skema penelitian : Sains Teknologi dan Seni
8. Tahun usulan dan lama penelitian : 2020/1 tahun
9. Biaya yang diusulkan di tahun berjalan : Rp 40.000.000,-
10. SBK Penelitian : Rp 40.000.000,-
11. Total biaya penelitian : Rp 40.000.000,-

C. Identitas Lembaga Pengusul


1. Nama unit Lembaga pengusul : Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
2. Sebutan jabatan unit : Fakultas
3. Nama pimpinan : Prof. Sofendi, M.A., Ph.D.
4. NIP.NIK pimpinan : 196009071987031002

Indralaya, Desember 2019


Mengetahui Dekan FKIP, Ketua Peneliti

Prof. Sofendi, M.A., Ph.D. Fadhlina Rozzaqyah, M.Pd.


NIP. 196009071987031002 NIP. 199301252019032017

Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat,

Prof. Dr. Muhammad Said, M.Sc.


NIP. 196108121987031003
II. RINGKASAN
Perkembangan peserta didik anak-anak dan remaja tak hanya perkembangan
fisik saja tetapi diiringi perkembangan emosi yang mana sepanjang perkembangan
tersebut dapat timbul berbagai konflik yang menyebabkan ketegangan emosi
sehingga berdampak pada perilaku penyelesaian konflik pada perilaku positif dan
perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang dalam menyelesaikan konflik pada
peserta didik anak-anak dan remaja kerapkali menyebabkan kerugian pada orang
lain dan lingkungan sekitar. Hal ini dibuktikan dengan tindak kekerasan secara
fisik dan verbal, secara langsung maupun tidak langsung serta pengrusakan
lingkungan sekitarnya. Perilaku ini disebut agresivitas. Agresif pada anak dan
remaja banyak terjadi di Indonesia dan di lembaga pendidikan khususnya, kasus
ini seperti tawuran, perkelahian, pencurian, penghinaan, dan sebagainya. Oleh
karena itu, pencegahan terhadap perilaku agresif peserta didik dapat dimulai
dengan mengetahui kecenderungan perilaku agresif untuk mengembangkan
program pelayanan sekolah dan guru BK di sekolah dalam mencegah maupun
menangani agresivitas peserta didik. Berdasarkan hal tersebut, perlunya
penyusunan inventori kecenderungan perilaku agresif peserta didik yang disusun
berdasarkan teori Buss.
Prosedur pengembangan yang peneliti gunakan adalah Research and
Development dengan model pengembangan ADDIE. Inventori ini
dikembangkan sampai pada tahapan uji kelompok kecil, sehingga kedepannya
prototype inventori ini dapat juga digunakan pada lapangan
yang lebih luas. Luaran dari penelitian ini yaitu artikel pada jurnal nasional
terakreditasi sinta 2 (Jurnal Konseling dan Pendidikan,
https://jurnal.konselingindonesia.com/index.php/jkp/index). Selain itu, artikel
akan diseminarkan pada seminar internasional “ICC 2020 Counselling
Convention” di Serawak, Malaysia. Luaran lain dari penelitian ini yaitu bahan ajar
pada mata kuliah Asesment Teknik Nontes. Tingkat Kesiapterapan Teknologi
(TKT) penelitian ini yaitu prinsip dasar dari hasil penelitian dan dilaporkan atau
diupload ke web konselorsriwijaya.com.
Kata kunci: Inventori, Perilaku Agresif
III. LATAR BELAKANG
Masa perkembangan remaja merupakan masa di mana peningkatan
agresivitas individu meningkat hal ini dikarenakan masa remaja merupakan masa
perubahan emosi dan fisik individu secara drastis. Hurock (dalam Fitri, S., dkk,
2016) menganggap masa remaja secara tradisional periode “badai dan tekanan”,
suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan
fisik dan kelenjar. Ketegangan emosi yang terjadi pada remaja kerapkali
diungkapkan melalui perasaan dan perilaku dalam menyelesaikan permasalahan.
Salah satunya adalah perilaku agresif.
Myers (dalam Setiowati, E.A., dkk, 2017) mengartikan agresif sebagai
perilaku fisik atau verbal untuk menyakiti orang lain. Sedangkan menurut Murray
(Hutomo, MR. & Ariati, J., 2016) agresif dapat didefinisikan sebagai cara
individu untuk melawan yang sangat kuat seperti berkelahi, melukai, menyerang,
membunuh, atau menghukum orang lain. Kecenderungan perilaku agresif
berdasarkan pengertian diatas menunjukkan bahwa setiap individu memiliki
kecenderungan untuk merugikan orang lain maupun lingkungan dengan tindakan
secara fisik maupun verbal.
Perilaku agresif menurut Rahmawati, A & Asyanti, S. (2017) merupakan
salah satu fenomena yang masih sering terjadi di kalangan remaja. Agresif pada
remaja dapat terjadi di mana saja seperti perkelahian antar pelajar, perundungan,
verbal abuse, hingga tindak asusila pada remaja baik secara langsung maupun
tidak langsung. Praptiani (2013) juga menjelaskan bahwa konflik yang dialami
remaja dengan teman sebaya kerapkali diselesaikan pada tindakan yang mengarah
pada menghindari teman, bicara keras, dan perkelahian. Tindakan remaja yang
seperti ini menunjukkan tingginya kecenderungan perilaku agresif pada remaja.
Perilaku agresif pada remaja di Indonesia sendiri kerap menjadi isu yang
memprihatinkan dan sering diberitakan diberbagai media informasi baik cetak
maupun televisi dan media sosial. Data KPAI pada januari hingga oktober 2019
(dalam Tempo.co) tercatat 127 kasus kekerasan di lembaga pendidikan baik
kekerasan fisik, psikis, dan seksual. Data ini juga menunjukkan pelaku kekerasan
dilakukan oleh 37 orang peserta didik dari 48 pelaku kekerasan selain oleh guru
dan orang tua. Tingginya kasus kekerasan ini menunjukkan bahwa pentingnya
pencegahan agresivitas remaja menjadi prioritas di lembaga pendidikan selain
peningkatan mutu pendidikan itu sendiri. (Bunga, H., dalam Tempo.co 2019).
Selain perilaku agresif fisik, perilaku agresif secara verbal juga kian
meningkat di kalangan remaja. Banyaknya kasus kekerasan verbal seperti
menghina dan berkata kasar baik secara langsung maupun melalui media sosial
(cyberbullying). KPAI mencatat cyberbullying di tahun 2018 meningkat tajam di
kalangan para peserta didik seiring dengan penggunaan internet dan media sosial
di kalangan peserta didik. (Hendrian, 2018).
Tingginya kasus perilaku agresif di kalangan remaja menunjukkan perlu
adanya pencegahan dini bagi anak dalam mengontrol emosi dan pemahaman etika
dan moral yang baik di lingkungan keluarga dan sekolah. Terjadinya kasus
kekerasan yang merugikan anak dan remaja kerap kali terungkap ketika korban
agresivitas tersebut mengalami kerugian. Bahkan tak jarang kasus kekerasan ini
diam-diam dilakukan oleh peserta didik dengan teman sebayanya.
Pencegahan ini tak lepas dari peran guru, kepala sekolah, guru BK, dan
orang tua dalam lembaga pendidikan. Pembentukan program sekolah dan
pelayanan BK dalam mencegah terjadinya kasus kekerasan baik fisik maupun
verbal hendaknya menjadi salah satu prioritas diberbagai sekolah. Pencegahan ini
dapat dilakukan dengan mengetahui peta kecenderungan perilaku agresif mulai
sejak dini. Pada anak sekolah dasar pengukuran kecenderungan perilaku agresif
menjadi lebih baik dilakukan mengingat perkembangan agresivitas akan lebih
meningkat pada masa remaja.
Komisioner KPAI Bidang Pendidikan, Retno Listyari (dalam
detiknews.com, 2019) mengungkapkan mayoritas kasus kekerasan terjadi
dijenjang SD yaitu sebanyak 25 kasus (67%) dari 37 kasus kekerasan sejak januari
hingga april 2019. Data ini menunjukkan bahwa kasis agresivitas dapat terjadi
bahkan lebih banyak pada peseta didik sekolah dasar. Oleh karena itu, pencegahan
agresivitas pada remaja dapat dimulai sejak di sekolah dasar.
Pengukuran kecenderungan perilaku agresif pada peserta didik sekolah
dasar pada penelitian ini mencakup pada kecenderungan agresivitas fisik dan
verbal tak hanya pada kasus kekerasan saja, tetapi juga pada kasus penghinaan,
pencurian, dan berbagai contoh perilaku agresif lainnya. Pengukuran ini dapat
dilakukan dengan menyusun inventori. Inventori merupakan alat pengukuran
psikologi nontes untuk mengukur karakteristik kepribadian. Inventori pada
penelitian ini dimaksudkan untuk mengukur kecenderungan perilaku agresif pada
peserta didik sekolah dasar.
Hasil pengukuran inventori ini dapat digunakan oleh sekolah dan guru BK
dalam menyusun program sekolah dan pelayanan bimbingan dan konseling dalam
mencegah, mengurangi, dan menangani kasus agresivitas pada peserta didik baik
pada pelaku maupun korban agresivitas tersebut nantinya. Oleh karena itu,
penyusunan inventori kecenderungan perilaku agresif pada peserta didik sekolah
dasar penting untuk dilakukan agar menghasilkan inventori yang valid dan
reliabel untuk digunakan pada lembaga pendidikan.

IV. TINJAUAN PUSTAKA


4.1. Pengertian Inventori
Inventori dalam bidang psikologi secara khusus diartikan sebagai
suatu alat ukur yang tersusun dari beberapa pertanyaan atau pernyataan
untuk mengungkapkan karakteristik, nilai, atau sikap dari seseorang yang
ingin diketahui yang diisi secara langsung oleh orang tersebut. Oppenheim
(dalam Widiyanti, 2009: 12) menyebutkan bahwa “Inventory is essentially a
list that respondents are asked to mask or tick about themselves”. Inventori
adalah alat pengumpulan data yang berisi sejumlah pernyataan-pernyataan
yang diberikan kepada responden untuk dipilih atau ditandai sesuai dengan
keadaan dirinya yang sebenarnya.
Supriyono (2005: 67) menyebutkan inventori adalah sejenis kuisioner
atau daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden secara singkat.
Karena teknik menjawab pertanyaan secara tertulis, inventori dapat juga
disebut sebagai wawancara tertulis untuk mengetahui informasi tentang
responden. Pada inventori, karena banyaknya pernyataan atau pertanyaan
yang perlu dijawab maka inventori biasanya cukup dijawab dengan jawaban
singkat atau dengan tanda cek (check list) sehingga inventori juga disebut
sebagai daftar pribadi atau inventarisasi pribadi.
Inventori dalam kajian psikologi merupakan alat ukur yang digunakan
untuk mengumpulkan informasi kepribadian seseorang berupa informasi
sikap, minat, motivasi, dan berbagai informasi kepribadian lainnya.
Pengertian ini sejalan dengan pendapat Chaplin, J.D. (2006: 260)
menuliskan bahwa inventori merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menaksir dan menilai ada atau tidaknya tingkah laku, minat, sikap tertentu
dan seterusnya, biasanya inventori ini berbentuk daftar pernyataan yang
harus di jawab. Selanjutnya Susianti, H.W. (2006: 36) mengungkapkan
bahwa tes merupakan alat yang digunakan untuk melakukan pengukuran,
yaitu mengumpulkan informasi suatu onjek, misalnya sikap, tingkah laku,
minat, keterampilan, dan sebagainya. Oleh karena itu, inventori merupakan
suatu alat pengukuran dalam psikologi guna mendapatkan informasi tentang
berbagai kepribadian, sikap, minat, dan sebagainya dari individu.
Margono (2005: 175) menerangkan bahwa daftar inventori
kepribadian dimaksudkan untuk mendapatkan ukuran kepribadian dari objek
penelitian. Hal ini sejalan dengan pendapat Sukardi, D.K. (2007: 143) yang
menunjukkan bahwa pada teknik inventori, posisi subyek direpresentasikan
dengan item pertanyaan atau pernyataan yang menggambarkan bentuk
tingkah laku seseorang. Pada tes inventori ini subyek diminta untuk
menunjukkan apakah masing-masing pertanyaan atau pernyataan
merefleksikan diri mereka untuk kemudian jawaban tersebut dihitung
melalui angka jawaban (skala pengukuran) pada penelitian yang ingin
diukur peneliti.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan inventori adalah
alat ukur psikologi yang berisi beberapa pernyataan atau pertanyaan yang
merefleksikan individu terkait pernyataan atau pertanyaan yang dapat
mengungkapkan tentang sikap, minat, bakat, kepribadian, tingkah laku,
persepsi, dan sebagainya secara apa adanya dari individu yang menjadi
subyek dalam penelitian psikologi atau bidang ilmu yang serumpun. Dalam
penelitian ini pengertian inventori dibatasi pada pengertian inventori secara
khusus dalam bidang psikologi yaitu sebagai alat ukur atau instrumen yang
digunakan untuk mengukur dan mengungkap ada atau tidak adanya perilaku
atau sikap yang dimiliki seseorang, biasanya berupa daftar pertanyaan atau
pernyataan yang harus dijawab responden sesuai dengan keadaan dirinya.
Dalam inventori ini tidak ada jawaban benar atau salah. Semua daftar
pernyataan dijawab sesuai dengan kondisi masing-masing responden.
Dengan demikian pengertian inventori dalam penelitian
pengembangan ini adalah inventori sebagai alat ukur yang akan berfungsi
untuk mengukur dan mengungkap ada tidaknya kecenderungan perilaku
agresif pada peserta didik.
4.2. Syarat Inventori yang Baik
Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa dalam penelitian ini inventori
kecenderungan perilaku agresif merupakan alat ukur atau instrumen untuk
mengukur dan mengungkap kecenderungan peserta didik SMP dalam
melakukan tindak agresif, maka syarat-syarat inventori yang akan
dikembangkan mengacu pada syarat-syarat alat ukur atau instrumen yang
baik.
Menurut Arikunto (2006: 168), instrumen yang baik harus memenuhi
dua persyaratan penting yaitu validitas dan reliabilitas. Jika instrumennya
baik, maka data yang dihasilkan akan benar, dan dapat dipastikan bahwa
kesimpulan yang dihasilkan dari suatu penelitian itu akan sesuai dengan
kenyataan. Sebaliknya, jika instrumen yang digunakan tidak baik, maka data
yang dihasilkan tidak benar, sehingga kesimpulan yang diperoleh tidak
sesuai dengan kenyataan. Syarat ini sejalan dengan pendapat Sukmadinata,
N.S.(2003: 217) menjelaskan persyaratan yang harus di penuhi oleh suatu
instrumen pengukuran minimal ada dua macam, yaitu validitas dan
reliabilitas.Oleh karena itu, dalam penyusunan inventori kecenderungan
perilaku agresif ini, validitas dan reliabilitas mutlak diperlukan.
Validitas (validity) dan reliabilitas (reliability) merupakan salah
satu karakteristik (property) penting dalam setiap alat ukur psikologis (Ary
at al., 1985; Baltes at al., 1988; Elmes at al., 1992; Fridenberg, 1995).
Menurut beberapa penulis tersebut, validitas menunjuk pada seberapa
jauh suatu alat ukur mengukur apa yang hendak diukur. Sedangkan
reliabilitas menunjuk pada seberapa jauh suatu alat ukur memberikan hasil
yang konsisten tentang apa yang diukur.
1) Validitas
Pendefinisian validitas tes dapat diawali dengan melihat secara
etimologi, validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti
sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam
melakukan fungsi ukurnya. Suatu tes atau instrumen pengukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut
menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai
dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut. Tes yang
menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan pengukuran
dikatakan sebagai tes yang memiliki validitas rendah (Azwar dalam
Widodo, 2006: 3).
Masih menurut Azwar (2000), dalam teori skor-murni klasikal,
pengertian validitas dapat dinyatakan sebagai sejauhmana skor tampak
atau skor perolehan mendekati besar skor murni. Skor tampak tidak
akan sama dengan skor murni kecuali alat ukur yang bersangkutan
mempunyai validitas yang sempurna. Semakin skor perolehan
mendekati skor murni maka semakin tinggi validitasnya, dan sebaliknya
semakin rendah validitas maka semakin besar perbedaan skor perolehan
dan skor murni.
Berdasarkan dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwa validitas suatu instrumen adalah keadaan yang menggambarkan
suatu instrumen yang bersangkutan mampu mengukur sesuatu yang
hendak diukur secara tepat.
Baltes at al. (1988) dan Friedenberg (1995) menyebutkan
adanya empat bentuk validitas, yakni validitas muka (face validity),
validitas isi (content validity), validitas empiris (emperical validity),
dan validitas konstruk (construct validity).
a. Validitas Muka
Validitas muka menunjuk menyatakan bahwa suatu alat
ukur tampak mengukur apa yang ingin diukur. Suatu tes
aritmatik, misalnya, kurang memiliki validitas muka sebagai
tes kosa kata, dan tes kosa kata kata kurang memiliki
validitas muka sebagai tes aritmetik. Tes aritmetik tampak
memiliki validitas muka jika untuk mengukur kemampuan
memecahkan problem aritmetik, demikian pula tes kosa kata
tampak memiliki validitas muka jika ia digunakan untuk
mengukur penguasaan dalam kosa kata.
b. Validitas Isi
Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas isi jika alat
ukur tersebut berisikan butir-butir yang dapat mewakili domain
dari atribut yang diteliti atau diukur. Sebagai contoh, suatu tes
kosa kata dikatakan memiliki validitas isi berisikan butir-butir
tes yang mengandung semua kosa kata dalam bahasa yang diteliti.
Validitas isi terlihat dari sejauhmana butir-butir tes
mencerminkan keseluruhan kawasan isi objek yang hendak
diukur. Estimasi validitas ini tidak melalui penghitungan statistik
akan tetapi melalui judgement subyektif dari para ahli. Menurut
Azwar (2003: 45), validitas isi merupakan validitas yang
diestimasi melalui pengujian terhadap isi tes dengan analisis
rasional atau melalui pendapat profesional (professional
judgement) para ahli. Dengan demikian validitas isi lebih banyak
bergantung pada penilaian subyektif individual, karena dalam
pengujian validitas menggunakan analisis rasional, tidak diuji
dengan menggunakan perhitungan statistika. Untuk itu sangat
memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat antara satu orang
dengan orang yang lainnya.
Validitas isi suatu instrumen ini mengukur sejauh mana
item-item tes mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang
hendak diukur, atau seberapa jauh isi tes tersebut mencerminkan
ciri atribut yang hendak diukur. Maksud dari mencakup
keseluruhan kawasan yaitu isi tidak hanya menunjukkan bahwa
tes tersebut menyeluruh isinya, tetapi isi dari item-item tersebut
harus relevan dengan tujuan yang hendak diukur. Walaupun
isinya menyeluruh (komprehensif), tetapi jika itemnya tidak
relevan dengan tujuan yang hendak diukur, maka instrumen
tersebut tidak bisa dikatakan valid. Untuk mendapatkan validitas
isi dilakukan dengan cara menyusun item sesuai dengan indikator
yang telah ditentukan untuk masing-masing komponen kemudian
mengkonsultasikan kepada ahli untuk memeriksa secara
sistematis dan dinilai relevansinya dengan komponen yang telah
ditentukan.
c. Validitas Empirik
Validitas empirik memiliki dua macam bentuk, yakni:
prediktif dan konkuren (concurrent). Keduanya berhubungan
dengan hubungan empirik antara skor hasil pengukuran dengan
suatu kriteria (kriterion) tetapi berbeda dalam waktu
pengumpulan data kriterion (Ary at al., 1985).
Validitas prediktif menunjuk pada seberapa jauh skor-skor
pada suatu alat ukur dapat digunakan untuk memprediksikan
skor-skor pada alat ukur yang lain. Validitas ini dapat ditetapkan
dengan cara mengkorelasikan dua perangkat skor dari dua
perangkat tes. Validitas prediksi adalah derajat yang
menunjukkan suatu tes deapat memprediksi tentang bagaimana
seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau pekerjaan
yang direncanakan. Yang perlu diperhatikan ketika kita akan
melakukan tes prediksi di antaranya adalah perlunya
memperhatikan proses dan cara membandingkan instrumen yang
divalidasi dengan tes yang telah dibakukan.
Suatu alat ukur dapat memiliki beberapa macam
validitas prediktif; artinya, suatu alat ukur mungkin sangat valid
sebagai prediktor dalam beberapa situasi, agak valid sebagai
prediktor dalam situasi yang lain; dan kurang valid pada situasi
yang lain lagi. Validitas konkuren berbeda dari validitas
prediktif hanya dalam waktu pengukuran. Dalam validitas
konkuren, suatu alat ukur diberikan secara simultan, dan dalam
validitas prediktif suatu alat ukur yang diprediksikan diberikan
setelah alat ukur prediktor.
Menurut Sukardi (2007: 124) validitas konkuren adalah
derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor
yang telah dibuat tes dengan validasi konkuren biasanya
diadministrasi dalamwaktu yang sama atau dengan kriteria valid
yang sudah ada. Validitas konkuren ditentukan dengan
membangun analisis hubungan atau pembedaan.
d. Validitas Konstruk
Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas konstruk jika
berisikan butir-butir yang merupakan jabaran operasional dari
domain atau karakteristik psikologis yang diukur, atau hasil
yang diperoleh adalah konsisten dengan yang dipreskripsikan
oleh teori yang digunakan sebagai acuan. Sebagai contoh, suatu
teori menyatakan bahwa terdapat suatu hubungan antara
beberapa variabel dan beberapa kriteria, misalnya antara
inteligensi dan kecepatan dalam belajar.
Jika suatu alat ukur dimaksudkan untuk mengukur
inteligensi, alat ukur tersebut dikatakan memiliki validitas
konstruk jika hasil pengukuran dari alat ukur tersebut dapat
memprediksikan kecepatan dalam belajar. Validitas konstruk
pada dasarnya merupakan validitas empirik, tetapi tidak seperti
halnya validitas prediktif dan validitas konkuren, validitas
konstruk lebih didasarkan pada suatu prediksi yang dinyatakan
oleh suatu teori. Validitas konstruk merupakan tipe validitas yang
banyak dihitung dalam pengembangan alat ukur psikologis.
Sebagaimana dikemukakan oleh Friedenberg (1995),
pemeriksaan (studi) tentang validitas alat ukur psikologis
(konstruk psikologi) mayoritas memusatkan perhatian pada
validitas konstruk.
Menurut Allen& Yen (Azwar, 2001: 48) validitas konstruk
adalah tipe validitas yang menunjukan sejauh mana tes
mengungkap suatu trait atau konstruk teoritik yang hendak
diukurnya. Sedangkan menurut Sukardi (2007: 123) validitas
konstruk merupakan derajat yang menunjukan suatu tes
mengukur sebuah konstruk sementara atau hypothetical construst.
Konstruk, secara denitif, merupakan suatu sifat yang tidak dapat
diobservasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui satu
atau dua indra kita.
2) Reliabilitas
Dalam artian yang sangat luas, reliabilitas menunjuk pada
konsistensi suatu alat ukur; artinya, jika suatu alat ukur digunakan
untuk mengukur aspek atau atribut yang sama seharusnya hasil yang
diperoleh relatif tidak berbeda (Baltes at al., 1988). Baltes at al.
juga mengutip pernyataan Anastasi & Urbina (2007) bahwa,
sekurang-kurangnya dalam domain pengukuran psikologis,
konsistensi merupakan esensi dari reliabilitas. Dalam pengukuran,
peneliti seharusnya telah yakin bahwa nilai-nilai bila ngan telah
diberikan untuk peristiwa-peristiwa atau atribut yang diamati dalam
cara yang akurat, persis, dan konsisten. Meskipun demikian, menurut
Baltes at al., selalu terdapat hambatan untuk mencapai kriteria
ideal tersebut, dan hambatan tersebut merupakan sumber kesalahan
pengukuran.
Dijelaskan oleh Suryabrata (1998: 41), bahwa alat yang dapat
dipercaya ditunjukkan oleh taraf keajegan (konsistensi) skor yang
diperoleh oleh para subyek yang diukur dengan alat yang sama atau
diukur dengan alat yang setara pada kondisi yang berbeda. Dengan
demikian reliabilitas menunjuk pada keajegan, konsistensi atau tidak
berubah-ubahnya suatu instrumen.
Untuk mencari reliabilitas suatu instrumen menurut Azwar (2003:
36) ada tiga pendekatan reliabilitas yaitu (1) pendekatan tes-ulang (test-
retest) (2) pendekatan bentuk-pararel (pararel form) dan (3) pendekatan
konsistensi internal (internal consistensy). Reliabilitas alat ukur juga
menunjukkan derajat kekeliruan pengukuran yang tidak dapat
ditentukan dengan pasti melainkan hanya dapat diperkirakan
(diestimasi). Banyak formula yang bisa digunakan untuk mengestimasi
reliabilitas instrumen dengan beberapa teknik diantaranya, Formula
Spearman-Brown, Rulon, Cronbach’s Alpha, Formula Kuder-
Richardson, Kristof dan analisis varian (Azwar, 2003: 68-92).

4.3. Penyusunan Inventori


Inventori memiliki bermacam-macam bentuk, inventori yang bersifat
mengukur umumnya berbentuk skala (Syaodih, N.S, 2003: 209). Penyusunan
inventori kecenderungan perilaku agresif ini akan mengikuti langkah-langkah
penyusunan instrumen bentuk skala dengan model skala Likert. Hal ini
dikarenakan alat ukur yang dikembangkan merupakan alat ukur non-kognitif.
Untuk pengukuran atribut non-kognitif biasanya digunakan instrumen berbentuk
skala.
Pengembangan inventori kecenderungan perilaku agresif ini akan digunakan
untuk mengukur dan mengungkap kecenderungan perilaku agresif peserda didik.
Terdapat beberapa langkah untuk menyusun instrumen non-kognitif yaitu menurut
Suryabrata (2008: 253), mengemukakan langkah–langkah dalam pengembangan
instrumen alat ukur psikologis, yaitu 1) pengembangan spesifikasi alat ukur, 2)
penulisan pernyataan atau pertanyaan, 3) penelaahan pernyataan atau pertanyaan,
4) perakitan instrumen, 5) uji coba, 6) analisis hasil uji coba, 7) seleksi dan
perakitan instrumen, 8) administrasi instrumen (bentuk akhir), dan 9) pengukuran
skala.
Menurut Azwar (2008: 11), dalam penyusunan skala psikologis hal yang
harus ditempuh adalah melalui prosedur sebagaimana berikut
1) Identifikasi tujuan ukur. Identifikasi tujuan ukur adalah memilih suatu
definisi dan menilai teori yang mendasar konstrak psikologis atribut yang
hendak diukur.
2) Operasionalisasi konsep. Mendefinisikan secara operasional konsep
penelitian disesuaikan dengan kajian teori yang dipakai, kemudian
menentukan komponen-komponen yang hendak diukur melalui indikator-
indikator agar lebih mudah dalam pembuatan item pernyataan. Selanjutnya,
hasil dari operasionalisasi konsep ini akan menghasilkan kisi-kisi, yang
dapat digunakan sebagai pedoman dalam membuat item pernyatan yang
terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable.
3) Penskalaan dan pemilihan format stimulus. Menentukan skala dan format
stimulus yang akan digunakan dan disesuaikan dengan item pernyataan
yang akan dibuat.
4) Penulisan item dan review item. Pada tahap ini, membuat item pernyataan-
pernyataan berdasarkan kisi-kisi yang telah ditentukan. Dan masing-masing
indikatori dibuat item pernyataan yang terdiri dari pernyataan favorable dan
unfavorable. Setelah penulisan item, langkah selanjutnya adalah review
item. Proses review item selanjutnya akan dijadikan proses pengujian
validitas isi pada item yang telah disusun.
5) Uji coba. Setelah butir item disusun dan telah direview maka langkah
selanjutnya adalah uji coba. Proses pengujian redaksional dilakukan oleh
ahli yang berkompeten di bidangnya dan beberapa peserta didik. Uji coba
empiris harus dilakukan dalam situasi dan kondisi testing yang sebenarnya.
Uji coba dilakukan melalui dua tahap, yaitu uji coba kelompok kecil yang
merupakan uji coba awal dan uji coba kelompok besar yang dilakukan
setelah hasil dari uji coba kelompok kecil dianalisi dan direvisi. Hal ini
dilakukan agar mendapatkan data yang lebih akurat.
6) Analisis item. Uji coba kelompok kecil yang telah dilakukan akan menjadi
dasar dalam melakukan analisis item. Analisis item ini dilakukan dengan
melihat hasil uji coba yang pertama.
7) Kompilasi 1 seleksi item. Seleksi item dilakukan dengan didasarkan pada
hasil analisis item tahap pertama. Dalam seleksi item, parameter yang paling
penting adalah sejauh mana item mampu membedakan antara individu yang
memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur.
8) Pengujian reliabilitas dan validitas. Pengujian ini dilakukan bilamana item-
item yang terpilih lewat prosedur analisis item telah dikompilasikan menjadi
satu.
9) Kompilasi II format final. Format final merupakan hasil akhir instrumen
inventori yang dilengkapi dengan petunjuk penggunaan. Format final
dihasilkan setelah melalui beberapa tahapan dalam penyusunan. Format
final inilah merupakan produk akhir yang dihasilkan.
Suharsimi Arikunto (2006:142) menjelaskan prosedur yang ditempuh dalam
pengadaan instrumen yang baik ada enam langkah, yaitu.
1) Perencanaan. Meliputi perumusan tujuan, menentukan variabel, kategorisasi
variabel.
2) Penulisan butir. Penulisan butir atau item disesuaikan dengan variabel dan
kategorisasi variabel yang telah ditentukan sebelumnya.
3) Penyuntingan. Yaitu melengkapi instrumen dengan pedoman mengerjakan,
surat pengantar, kunci jawaban, dan lain-lain.
4) Uji Coba. Uji coba dilakukan baik dalam skala kecil maupun besar. Hal ini
dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih akurat.
5) Penganalisaan hasil. Penganalisaan hasil dilakukan dengan melihat pola
peninjauan saran-saran.
6) Mengadakan revisi. Mengadakan revisi terhadap item-item yang dirasa
kurang baik, dengan mendasarkan diri pada data yang diperoleh sewaktu
uji-coba.
Berdasarkan uraian diatas, langkah-langkah penyusunan instrumen inventori
secara garis besar memiliki kesamaan yaitu terdiri dari perencanaan, penulisan
item pernyataan, uji coba dan revisi. Namun langkah penyusunan instrumen
inventori yang akan dilakukan dalm penelitian ini mengacu pada langkah
penyusunan dari Azwar karena lebih mudah untuk dipahami.
Peneliti dalam mengembangkan instrumen inventori ini menggunakan
metode skala yang dikemukakan oleh Likert yang lebih dikenal dengan nama
skala Likert. Skala ini tergolong skala untuk orang dan pada rancangan dasarnya
disusun untuk mengukur aspek afektif. Pada skala model Likert perangsangannya
adalah pernyataan. Respons yang diharapkan diberikan oleh subyek adalah taraf
kesetujuan atau ketidaksetujuan dalam variasi: Selalu (SS), Sering (S), Kadang-
kadang (KK), Pernah (P), Tidak Pernah (TP).

4.4. Teori Agresivitas


Kekerasan dan keinginan menggunakan kekerasan sayangnya masih
menjadi isu yang sangat baru di kalangan anak-anak dan remaja. Kekerasan
dan keinginan menggunakan kekerasan dapat disebut sebagai
kecenderungan anak-anak dan remaja dalam berperilaku agresif. Secara
umum agresif dapat diartikan sebagai suatu serangan yang dilakukan
seseorang terhadap terhadap orang lain, objek lain bahkan pada dirinya
sendiri. Masalah agresif sangat kompleks karena adanya peranan perasaan
dan proses-proses simbolik. Robert Baron (dalam Dayakisni, T. H., 2012:
179) menjelaskan bahwa agresif adalah tingkah laku individu yang
ditunjukkan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang tidak
menginginkan tingkah laku tersebut. Berdasarkan pengertian ini, agresif
terkait empat unsur, yaitu pelaku agresif, tujuan pelaku agresif, korban
tindak agresif, dan ketidak inginan korban terhadap tindak agresif.
Segala tindakan individu yang bertujuan untuk menyakiti individu lain
baik secara fisik maupun verbal, secara langsung maupun tidak langsung
dapat disebut sebagai perilaku agresi. Berkowitz (1995) mendefinisikan
agresi sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
seseorang baik secara fisik maupun mental. Selanjutnya Dewi (2005: 109)
mendefinisikan perilaku agresif adalah tingkah laku yang menyerang orang
lain secara fisik maupun verbal atau melakukan ancaman sebagai
pernyataan tanda permusuhan. Perilaku ini tentu merugikan bahkan melukai
orang lain baik kerugian secara fisik, materil, maupun psikologis.
Suatu tindakan dapat dikatakan perilaku agresif dapat ditinjau dari
kesengajan atau ketidaksengajaan pelaku agresif.. Hal ini sejalan dengan
pendapat Krahe (2005: 15). Krahe berpendapat bahwa perilaku seseorang
dapat dikatakan agresif apabila mencakup beberapa hal, yaitu perilaku
tersebut dilakukan dengan niat yang dapat menimbulkan akibat negatif
terhadap target, sebaliknya menimbulkan harapan bahwa tindakan tersebut
menimbulkan sesuatu. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku agresif yang
dilakukan secara sengaja tentunya memiliki niat pasti untuk menyakiti orang
lain, baik memberikan dampak maupun tidak terhadap target. Selain itu,
motif yang tidak sengaja tetapi menyebabkan orang lain terluka tidak
disimpulkan sebagai perilaku agresif.
Menurut teori di atas perilaku agresif dilakukan secara verbal atau non
verbal yang ditujukan untuk melukai atau menyakiti orang lain. Selain itu
perlu diperhatikan terkait dengan motif yang dilakukan dengan sengaja atau
tidak sengaja untuk menyakiti orang lain. Videback (2008) menyamakan
agresif dengan permusuhan, yang dibedakan menjadi dua yaitu agresif
verbal dan agresif fisik. Agresif verbal adalah emosi yang diungkapkan
melalui kata-kata yang melecehkan, tidak adanya kerjasama, pelanggaran
aturan atau norma, atau perilaku mengancam. Berbeda dengan agresif
verbal, agresif fisik merupakan perilaku menyerang atau melukai orang lain
atau mencakup perusakan properti. Secara keseluruhan perilaku agresif
ditujukan untuk menyakiti atau menghukum orang lain atau memaksa
seseorang untuk patuh.
Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat tentang perilaku
agresif di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku agresif adalah tindakan
seseorang yang secara sengaja bertujuan untuk menyakiti, melukai,merusak
barang, atau menghukum orang lain baik secara verbal maupun fisik yang
memberikan kerugian terhadap korban tindakan tersebut berupa kerugian
fisik, materil, bahkan mental atau psikologis.
1) Karakteristik Perilaku Agresif
Supratiknya (1995: 86) menyebutkan ciri-ciri atau karakteristik
yang terjadi pada anak agresif yakni anak yang berperilaku agresif sulit
untuk diatur, suka berkelahi dengan temannya, tidak patuh, memusuhi
orang lain baik secara verbal maupun behavioral, suka untuk membalas
dendam kepada orang lain yang melakukan kesalahan padanya,
vandalis, suka berbohong, sering mencuri, temperamental, agresif,
bahkan sampai membunuh. Psikologi behavioristik menganggap
perilaku agresif merupakan perilaku yang paling ekstrim, jelek dan
tidak wajar.
Perilaku agresif antara anak laki-laki dan perempuan menduduki
tingkat yang sama tingginya ketika duduk dibangku sekolah dasar.
Peningkatan perilaku terjadi ketika berada pada usia sekolah menengah.
Akibatnya, pada laki-laki, perilaku agresif pada masa kanak-kanak
menjadi prediktor perilaku agresif usia remaja yang konsisten
sedangkan untuk perempuan rata-rata lebih rendah daripada laki-laki
(Marcus, 2007: 45).
Menurut Marcus (2007: 11) perilaku agresif mempunyai ciri-ciri :
(a) kejadian perilaku (seperti menabrak atau mendorong), (b) perilaku
non verbal yang timbal balik (seperti berkelahi dengan menyejajarkan
bahu, memandang dengan sangat lama, mengepalkan tangan seperti
tinju, dan lain-lain), (c) kesadaran hubungan (seperti memperhebat
alasan, persaingan melalui sepak bola), dan (d) penjelasan motivasi
(seperti tujuan) yang diikuti pertengkaran mulut. Pengamat harus
mengamati dan memahami pelaku dan korban karena mungkin
akibatnya akan berbeda antara perilaku yang bertujuan dengan perilaku
yang kebetulan.
Berdasarkan pemaparan di atas, ciri-ciri anak yang memiliki
perilaku agresif adalah anak yang susah diatur, suka berkelahi, mencuri,
berbohong, pendendam, vandalis, temperamental dan sebagainya. Hal
tersebut dapat menghambat anak dalam proses belajarnya menjadi
relatif berbeda dengan anak normal.
Perbedaan tersebut muncul sebagai akibat dari gangguan emosi
yang disandangnya sehingga memunculkan ketidakmatangan sosial dan
atau emosionalnya selalu berdampak pada keseluruhan perilaku dan
pribadinya, termasuk dalam perilaku belajarnya. Hal tersebut kemudian
memiliki pengaruh dalam hal proses pembelajaran yang
diselenggarakan. Anak dengan perilaku agresif tidak memiliki
kematangan dalam aspek sosial atau emosional jelas akan menghambat
kesiapan psikologisnya, sehingga optimalisasi proses belajarnya juga
akan terhambat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa anak dengan
perilaku agresif cenderung memiliki prestasi belajar yang rendah.

2) Penyebab Perilaku Agresif


Perilaku agresif banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
menstimulus kejadiannya, antara lain.
a. Faktor Biologis
Davidoff (dalam Mutadin, 2002) menyatakan bahwa ada
beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresif
individu, diantaranya adalah gen, sistem otak, dan kimia darah.
Keberadaan gen dapat memberikan pengaruh terhadap perilaku
agresif karena memiliki pengaruh dalam pembentukan sistem neural
otak yang mengatur perilaku agresif. Krahe (2005) menyimpulkan
dari berbagai penelitian bahwa kecenderungan perilaku agresif
merupakan bagian sifat bawaan genetika individu. Hal ini
dinyatakan bahwa individu-individu yang membawa gen yang
memiliki kecenderungan agresif akan memiliki keturunan yang
hampir serupa dibanding individu yang tidak membawa gen
tersebut.
Sistem otak yang tidak terlibat dalam agresif menunjukkan
dapat memeprkuat atau menghambat sirkuit neural yang
mengendalikan perilaku agresif. Presscot (dalam Mutadin, 2002)
menyatakan bahwa orang yang berorientasi kenikmatan pada sistem
otak limbik akan sedikit melakukan agresif sedangkan orang yang
tidak pernah mengalami kesenangan atau kegembiraan cenderung
mengaktifkan orientasi kekejaman dan penghacuran (perilaku
agresif) pada sistem limbik otak. Presscot meyakini bahwa
keinginan menghancurkan atau melukai oranglain adalah dampak
ketidakmampuan seseorang menikmati suatu hal.
Selain itu Videbeck (2008) juga beranggapan bahwa serotonin
merupakan pemicu utama pada perilaku agresif. Jadi, apabila kadar
serotonin tubuh rendah, maka akan menyebabkan peningkatan
perilaku agresif. Sedangkan Kavoussi, et. al. (Videbeck, 2008)
menganggap peningkatan aktivitas dopamine dan neropinefrin di
otak dikaitkan dengan peningkatan perilaku impulsif.
b. Faktor belajar sosial.
Dengan menyaksikan perkelahian dan pembunuhan, meskipun
sedikit, pasti akan menimbulkan rangsangan dan memungkinkan
untuk meniru model kekerasan tersebut.
c. Provokasi
Agresif sering terjadi sebagai usaha untuk membalas agresif.
Kemungkinan hal semacam ini dilakukan dengan dasar pemikiran
bahwa cara bertahan paling baik adalah dengan menyerang. Perlu
dicatat bahwa tidak selamanya agresif dan menyerang dalam bentuk
fisik, tetapi juga meliputi penyerangan verbal.
d. Kondisi aversif adalah suatu keadaan yang tidak menyenangkan
yang ingin dihindari oleh seseorang. Menurut Berkowitz keadaan
yang tidak menyenangkan merupakan salah satu faktor penyebab
agresif.
e. Isyarat agresif adalah stimulus yang diasosiasikan dengan sumber
frustasi yang menyebabkan agresif.
f. Kehadiran orang lain
Kehadiran orang, terutama orang diperkirakan agresif berpotensi
untuk menumbuhkan agresif. Di asumsikan bahwa kehadiran
tersebut akan berpartisipasi ikut agresif.
g. Karakteristik individu Berbagai penyebab diluar idividu yang
bersangkutan akan sulit mencetus perbuatan agresif tanpa ada faktor
dari dalam. Fenomena yang sering terlihat adalah stimulus dari
beberapa faktor akan memperkuat potensi dalam diri individu yang
kemudian memunculkan perilaku agresif.
3) Aspek-Aspek Perilaku Agresif
Menurut Sadli(dalam Adji, 2002:13) mengemukakan tentang aspek-
aspek perilaku agresif yaitu.
a. Pertahanan diri, yaitu individu mempertahankan dirinya dengan cara
menunjukkan permusuhan, pemberontakan, dan pengrusakan.
b. Perlawanan disiplin, yaitu individu melakukan hal-hal yang
menyenangkan tetapi melanggar aturan.
c. Egosentris, yaitu individu mengutamakan kepentingan pribadi
seperti yang ditunjukkan dengan kekuasaan dan kepemilikan.
Individu ingin menguasai suatu daerah atau memiliki suatu benda
sehingga menyerang orang lain untuk mencapai tujuannya tersebut,
misalnya bergabung dalam kelompok tertentu.
d. Superioritas, yaitu individu merasa lebih baik daripada yang lainnya
sehingga individu tidak mau diremehkan, dianggap rendah oleh
orang dan merasa dirinya selalu benar sehingga akan melakukan apa
saja walaupun dengan menyerang atau menyakiti orang lain.
e. Prasangka, yaitu memandang orang lain dengan tidak rasional.
f. Otoriter, yaitu seseorang yang cenderung kaku dalam memegang
keyakinan, cenderung memegang nilai-nilai konvensional, tidak bisa
toleran terhadap kelamahan-kelemahan yang ada pada dirinya sendiri
atau orang lain dan selalu curiga.
Menurut Allport dan Adorno (dalam Koeswara, 1988:121-144),
agresif dibedakan menjadi dua aspek yaitu.
a. Prasangka (Thinking ill others), yaitu mengimplikasikan bahwa
dengan prasangka individu atau kelompok menganggap buruk atau
memandang negatif secara tidak rasional. Hal ini bisa dilihat dari
bagaimana individu berprasangka terhadap segala sesuatu yang
dihadapinya.
b. Otoriter, yaitu orang-orang yang memiliki ciri-ciri kepribadian
yang cenderung kaku dalam memegang keyakinannya, cenderung
memegang nilai-nilai konvensional, tidak bisa toleransi terhadap
kelemahan yang ada dalam dirinya sendiri maupun dalam diri
orang lain, cenderung bersifat menghukum, selalu curiga dan
sangat menaruh hormat dan pengabdian pada otoritas secara tidak
wajar.
Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-
aspek perilaku agresif terdiri dari pertahanan diri, perlawanan disiplin,
egosentris, superior, keinginan untuk menyerang dan otoriter.

4) Jenis-Jenis Perilaku Agresif


Menurut Buss (dalam Dayakisni, T.H., 2012: 254)
mengelompokkan agresi manusia dalam delapan jenis yaitu:
a. Agresi fisik aktif langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain yang
menjadi targetnya dan terjadi kontak fisik secara langsung seperti
memukul.
b. Agresi fisik pasif langsung: tindakan agresi fisik yang dilakukan
oleh individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain namun
tidak terjadi kontak fisik secara langsung seperti demonstrasi.
c. Agresi fisik aktif tidak langsung: tindakan agresi fisik yang
dilakukan individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain
dengan tidak berhadapan secara langsung seperti merusak properti.
d. Agresi fisik pasif tidak langsung: tindakan agresi fisik yang
dilakukan oleh individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain
dan tidak terjadi kontak fisik secara langsung seperti tidak peduli
dan masa bodoh.
e. Agresi verbal aktif langsung: tindakan agresi verbal yang dilakukan
oleh individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain dan
berhadapan secara langsung seperti menghina dan mencemooh.
f. Agresi verbal pasif langsung: tindakan agresi verbal yang
dilakukan oleh individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain
namun tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti menolak
bicara atau bungkam.
g. Agresi verbal tidak langsung: tindakan agresi verbal yang
dilakukan oleh individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain
seperti menyebar fitnah atau mengadu domba.
h. Agresi verbal pasif tidak langsung: tindakan agresi verbal yang
dilakukan oleh individu/kelompok terhadap individu/kelompok lain
dan tidak terjadi kontak verbal secara langsung seperti tidak
memberi dukungan.
Menurut pemaparan di atas dapat di simpulkan bahwa jenis
perilaku agresif dapat dilakukan secara verbal ataupun non verbal yaitu
agresi fisik aktif langsung, fisik pasif langsung, fisik aktif tidak langsung,
fisik pasif tidak langsung, verbal aktif langsung, verbal pasif langsung,
verbal aktif tidak langsung, verbal pasif tidak langsung.
Sementara itu, Suharmini (2002: 5) menyatakan bahwa “bentuk
perilaku agresif ada dua, yaitu agresif verbal (menyerang dengan kata-
kata, memaki) dan agresif non verbal (menyerang dengan perbuatan)”.
Adapun ahli lain yang mengklasifikasikan perilaku agresif sama halnya
dengan gangguan perilaku, seperti halnya Sunardi (dalam Rahayu, 2012:
11) yang mengatakan bahwa perilaku tersebut meliputi perilaku tidak
mampu mengendalikan diri, misalnya berkelahi, memukul, menyerang
orang lain, tidak kooperatif, hiperaktif, bohong, tidak jujur, berbicara
kasar, iri, suka bertengkar, tidak bertanggung jawab, tidak dapat
diandalkan, mencuri, dan mengganggu.
Pendapat Quay yang dipaparkan sebelumnya didukung oleh Hops,
Beickel, &Walker (dalam Heward & Orlansky, 1988: 183)
yangmendaftar beberapa perilaku di bawah ini merupakan bentuk
perilaku agresif, yaitu:
“is out of seat, yells out, runs around room, disturbs peers, hits or
fight, ignore teacher, complains, fight excessively, steals, destroys
property, does not comply with adult commands or directions, argues
(talk back), ignores other teachers, distorts the truth, has temper
tantrum, is exluded from activities by peers, does not follow directions,
does not complete assignments”

Pendapat tersebut menyatakan bahwa bentuk perilaku agresif


meliputi: meninggalkan bangku, berteriak, berkeliling kelas,
mengganggu teman,memukul atau berkelahi, mengabaikan guru,
membantah, berkelahi yangberlebihan, mencuri, merusak properti, tidak
patuh pada perintah, berdebat,mengabaikan guru lain, tidak jujur,
pemarah, tidak menyelesaikan tugas.
Menurut teori di atas secara garis besar bentuk perilaku agresif
terbagi menjadi dua yaitu perilaku agresif secara verbal dan non verbal.
Perilaku di atas muncul sebagai akibat pelaku tidak mampu
mengendalikan diri seperti berkelahi, memukul, menyerang orang lain,
tidak kooperatif, hiperaktif, bohong, tidak jujur, berbicara kasar, iri, suka
bertengkar, tidak bertanggung jawab, tidak dapat diandalkan, mencuri,
dan mengganggu.
5) Dampak Perilaku Agresif
Anak yang cenderung memiliki perilaku agresif atau kurang
mampu dalam mengekspresikan kemarahannya dalam bentuk-bentuk
yang dapat diterima oleh lingkungan akan memiliki dampak negatif
seperti yang dikemukakan oleh Hawadi (dalam Maryati dan Suryawati,
2012:14). Dampak tersebut dapat berpengaruh terhadap dirinya sendiri
maupun terhadap orang lain, yaitu sebagai berikut:
a. Dampak bagi diri sendiri yaitu akan dijauhi oleh teman-temannya
dan memiliki konsep diri yang buruk. Anak akan dicap sebagai
anak yang nakal sehingga membuatnya merasa kurang aman dan
kurang bahagia.
b. Dampak bagi lingkungan, yaitu dapat menimbulkan ketakutan bagi
anak-anak lain dan akan menciptakan hubungan sosial yang kurang
sehat dengan teman sebayanya. Selain itu, dapat mengganggu
ketenangan lingkungan karena biasanya anak yang berperilaku
agresif memiliki kecenderungan untuk merusak sesuatu
disekitarnya.
4.5. Road Map Penelitian
Berikut adalah peta alur penelitian yang akan peneliti lakukan:

V. METODE
5.1. Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (development research).
Menurut Gay (dalam Syahidah, 2012:3) “penelitian pengembangan adalah suatu
usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan di
sekolah, dan bukan untuk menguji teori”. Lebih lanjut Syahidah (2012: 4)
menjelaskan bahwa “penelitian pengembangan adalah suatu proses kajian
sistematik untuk mengembangkan dan memvalidasi produk yang digunakan
dalam pendidikan. Produk yang dikembangkan antara lain berupa bahan ajar,
media pembelajaran, soal-soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran”.
Model pengembangan dalam penelitian pengembangan merupakan dasar untuk
mengembangkan produk yang akan dihasilkan.
Pada penelitian ini akan dikembangkan inventori kecenderungan perilaku
agresif peserta didik berdasarkan teori Buss. Pengembangan inventori dilakukan
dengan menerapkan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menentukan indikator perilaku agresif
2. Membuat rancangan kisi-kisi berdasarkan kajian teori yang dipakai
dengan cara menjabarkan variabel, sub variabel, indikator dan butir-
butir pernyataan yang mengungkapkan kecenderungan perilaku agresif.
Rancangan kisi-kisi inventori dapat dilihat pada tabel 1 berikut.
Tabel 1. Rancangan Kisi-Kisi Inventori Kecenderungan
Perilaku Agresif

Variabel Sub-variabel Indikator Butir


Perilaku Perilaku Agresif Fisik Agresi fisik aktif 10
Agresif langsung
Agresi fisik pasif 10
langsung
Agresi fisik aktif tidak 10
langsung
Agresi fisik pasif tidak 10
langsung
Perilaku Agresif Verbal Agresi verbal aktif 10
langsung
Agresi verbal pasif 10
langsung
Agresi verbal aktif tidak 10
langsung
Agresi verbal pasif 10
tidak langsung

3. Inventori ini menggunakan model Skala Likert. Alternatif respon untuk


mengukur kecenderungan perilaku agresif peserta didik berbentuk
kontinum yang terdiri dari lima skala, yaitu: Sangat Sesuai (SS), Sesuai
(SI), Cukup Sesuai (CS), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai
(STS).
4. Untuk keperluan analisis kuantitatif, maka data yang diperoleh dari hasil
pengadministrasian instrumen akan diolah dengan memberikan skor
pada masing-masing butir pernyataan. Penskoran untuk masing-masing
pernyataan dapat dilihat pada tabel 2 berikut:
Tabel 2. Penskoran

Alternatif Respon Skor

+ -

Sangat Sesuai SS 5 1

Sesuai SI 4 2

Cukup Sesuai CS 3 3

Tidak Sesuai TS 2 4

Sangat Tidak Sesuai STS 1 5

5. Uji Coba Instrumen


Setelah instrumen selesai ditulis, maka proses selanjutnya dilakukan
analisis seleksi butir pernyataan. Proses pertama yang dilakukan adalah
melakukan proses evaluasi secara kualitatif untuk memeriksa kesesuaian
antara butir-butir pernyataan dengan kisi-kisi instrumen. Setelah proses
pemeriksaan selesai, kemudian dilakukan proses penimbangan (judgement)
guna menetapkan kelayakan instrumen untuk diujicobakan.
Untuk mengukur tingkat kebaikan instrumen, maka dilakukan uji coba
instrumen dengan mengadministrasikan prototype inventori kecenderungan
perilaku agresif. Tingkat kebaikan instrumen yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah validitas dan reliabilitas.
a. Validitas
Validitas menurut Yusuf (1996:11) adalah “Seberapa jauh
instrumen itu benar-benar mengukur apa yang hendak diukur”. Analisa
terhadap butir-butir pernyataan penelitian memanfaatkan teknik analisa
Product Moment Correlation, dengan memperhatikan korelasi antara
skor butir dan skor total. Sunyoto (2009:72) menyatakan bahwa butir
pernyataan dikatakan valid apabila rhitung masing-masing butir pernyataan
lebih besar dari rtabel. Sugiyono (2006:179) menyebutkan bahwa jika
korelasi berada di bawah angka 0.30, maka dapat disimpulkan butir
pernyataan tersebut tidak valid sehingga harus dibuang atau diperbaiki.
b. Reliabilitas
Reliabilitas mengacu kepada sejauh mana konsistensi suatu alat
ukur yang digunakan dalam mengukur apa yang hendak diukur. Menurut
Yusuf (1996:26) “Reliabilitas adalah konsistensi atau kestabilan skor
suatu instrumen penelitian terhadap individu yang sama dan diberikan
dalam waktu yang berbeda”.
Penentuan reliabilitas data pada penelitian dilakukan dengan
memperhatikan nilai Alpha Cronbach. Sunyoto (2009:68) menyatakan
bahwa suatu konstruk dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha
Cronbach besar dari 0.361.
5.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini berlokasi di prodi Bimbingan dan Konseling. Penelitian ini
akan dilakukan selama 12 bulan mulai dari penyusunan proposal, melakukan
penelitian, hasil penelitian dan publikasi hasil penelitian yaitu Januari sampai
Desember 2020.

5.3. Jenis Data


Sejalan dengan tujuan penelitian pengembangan ini, data yang dikumpulkan
terdiri dari dua macam yaitu:
a. Data mengenai proses pengembangan inventori kecenderungan perilaku
agresif peserta didik sesuai prosedur yang telah ditentukan. Data ini berasal
dari penilaian dan masukan ahli.
b. Data tentang tanggapan peserta didik terhadap inventori kecenderungan
perilaku agresif peserta didik yang diterapkan berdasarkan uji coba
kelompok kecil.

5.4. Instrumen Pengumpulan Data


Penelitian ini menggunakan instrumen pengumpulan data berupa angket
terbuka.

5.5. Teknik Analisis Data


Analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan data kualitatif yang
diperoleh dari hasil uji ahli dianalisis secara deskriptif, sedangkan data kuantitatif
dianalisis dengan mengunakan rumus-rumus statistik untuk menetapkan bobot
nilai skala, mencari koefisien validitas dan reliabilitas instrumen, dan melakukan
analisis faktor. Sedangkan untuk menghitung koefisien validitas digunakan
korelasi Product Moment Pearson (Onwuegbuzie, Daniel, & Leech, 2007)
sedangkan untuk menghitung korelasi antara skor tiap item dengan skor total
inventori dan untuk mencari korelasi reliabilitas digunakan rumus cronbach alpha
/ rumus alpha, dengan taraf signifikan yang digunakan untuk uji vaiditas inventori
stres akademik yaitu > 0,3 dan jika hasil yang diperoleh < 0,3 maka dapat
dinyatakan bahwa inventori stres akademik tersebut tidak valid. Sedangkan teknik
One-Sample Kolmogrov- Smirnov Test (Lopes, 2011) digunakan untuk
mengetahui data tersebut berdistribusi normal, data dikatakan normal apabila nilai
signifikan lebih besar dari 0,5 dan sebaliknya jika nilai signifikan kurang dari 0,5
maka data tersebut tidak berdistribusi normal.

VI. LUARAN DAN TARGET CAPAIAN


Indikator Capaian
No Jenis Luaran
TS TS+1 TS+2
Luaran Wajib Berupa Artikel ilmiah pada proceeding X
Publikasi Ilmiah (salah internasional Bereputasi dan terindex
1 satu dari) per tahun Scopus
penelitian sesuai Artikel ilmiah pada jurnal Nasional
X
skema terakreditasi Sinta
Proses dan produk ipteks berupa X
metode, blue print,prototipe, sistem,
kebijakan atau model yang bersifat
strategis dan berskala nasional atau
internasional
Produk tepat guna yang langsung dapat
Luaran Tambahan X
dimanfaatkan oleh masyarakat;
2 berupa (pilih minimal
Buku/Bahan ajar Dikelompok Bidang X
satu)
Ilmu dan diterbitkan oleh Penerbit
Unsri
HKI : X
Paten
Paten Sederhana
Hak Cipta
VII. RENCANA ANGGARAN BIAYA
Perkiraan anggaran biaya yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah
sebesar Rp. 40.000.000 (Empat puluh juta rupiah) dengan rincian sebagai berikut:
No Jenis Anggaran (Rp)
1 Honorarium 10.800.000
2 Bahan Habis Pakai 8.580.000
3 Biaya Perjalanan 20.620.000
TOTAL 40.000.000

Honorarium

Harga
Justifikasi
No Jenis Jumlah Satuan Satuan Total (Rp)
Pemakaian
(Rp)

2 orang x 4 jam
Honor Pembantu
1 x 4 kali/bulan x 128 OJ 50.000 6.400.000
Peneliti
4 bulan
Honor Pembantu
2 orang x 3 hari
2 Lapangan di 24 OH 100.000 2.400.000
x 4 minggu
Sekolah
Honor Pengolah 1 orang x 1
3 1 Penelitian 2.000.000 2.000.000
Data penelitian
TOTAL 10.800.000

Bahan Habis
Pakai

Harga
Justifikasi
No Jenis Jumlah Satuan Satuan Total (Rp)
Pemakaian
(Rp)

Penyusunan
1
Proposal

- Penggandaan 4 proposal x 40
160 halaman 250 40.000
Proposal halaman

4 proposal
- Penjilidan 4 eksemplar 15.000 60.000
dijilid langsung
Proposal
Harga
Justifikasi
No Jenis Jumlah Satuan Satuan Total (Rp)
Pemakaian
(Rp)
2 ATK 0
- Kertas A4 80
3 rim 75.000 225.000
gram
- Catridge Hitam 3 buah 270.000 810.000
- Catridge Warna 2 buah 270.000 540.000
- Tinta Hitam 2 botol 50.000 100.000
- Tinta Warna 2 botol 50.000 100.000
- Broadmaker
5 pcs 8.500 35.000
Hitam
Keperluan untuk
- Materai 6000 penandatangan 6 Buah 8.000 48.000
dokumen resmi
Penunjang
5 Pelaksanaan 0
Penelitian
alat bantu ketika
- Mouse Optik mengoperasikan 1 Buah 142.000 142.000
laptop/komputer
10 lembar x
300 rangkap
- Penggandaan Inventori
x2 6000 250 1.500.000
inventori Penelitian
pengumpulan
data
Penyusunan
7 0
Laporan Kemajuan
- Penggandaan 3 laporan x 100
300 halaman 250 75.000
Laporan Kemajuan halaman

- Penjilidan 3 laporan dijilid


3 eksemplar 15.000 45.000
Laporan Kemajuan langsung
Penyusunan
8 0
Laporan Akhir
- Penggandaan 4 laporan x 150
600 halaman 250 150.000
Laporan Akhir halaman
- Penjilidan 4 laporan dijilid
4 eksemplar 15.000 60.000
Laporan Akhir langsung

Publikasi Artikel publikasi hasil


9 1 artikel 1.500.000 1.500.000
terakreditasi Sinta penelitian
Proceeding
publikasi hasil
10 Internasional 1 artikel 1.500.000 1.500.000
penelitian
bereputasi
Harga
Justifikasi
No Jenis Jumlah Satuan Satuan Total (Rp)
Pemakaian
(Rp)
-Permohonan
pencatatan
1 HKI 500.000 850.000
ciptaan (Umum,
Non Elektronik)

-Permohonan
1 HKI 150.000
11 HKI salinan surat

-Pencatatan
1 HKI 200.000
lisesnsi hak
cipta

Pencetakan Buku
12 Buku ber-ISBN 1 200.000 200.000
Buku/Buku Ajar Cetak
Inventori
Penggandaan
13 Kecenderungan 10 Buku 40.000 400.000
Inventori Final
Perilaku Agresif
TOTAL 8.580.000

Biaya Perjalanan

Harga
Justifikasi
No Jenis Jumlah Satuan Satuan Total (Rp)
Pemakaian
(Rp)

Internasional
Conference
Malaysia-
1 Paspor 2 2 350.000 700.000
Indonesia
(Malindo) 2020
di Serawak
Tiket Pesawat
2 Palembang- Malindo 2 Orang/Kali 4.400.000 8.800.000
Serawak
3 Hotel di Serawak 2 hari x 1 kamar 2 OK 1.500.000 3.000.000
biaya
pendaftaran
Biaya Pendaftaran sebagai
4 Seminar presenter dan 3 orang 1.000.000 3.000.000
Internasional co-presenter
pada seminar
internasional
Harga
Justifikasi
No Jenis Jumlah Satuan Satuan Total (Rp)
Pemakaian
(Rp)

Transport dan
akomodasi
5 2 hari 2 orang 1.000.000 2.000.000
Seminar
Internasional
transport selama
pelaksanaan
Transport tim penelitian oleh 3
5 48 OH 30.000 1.440.000
peneliti orang x 4
hari/bulan x 4
bulan
transport selama
pelaksanaan
Transport penelitian oleh 2
6 32 OH 30.000 960.000
pembantu peneliti orang x 4
hari/bulan x 4
bulan
transport selama
pelaksanaan
Transport
penelitian di
7 pembantu lapangan 24 OH 30.000 720.000
sekolah oleh 2
di sekolah
orang x 3 hari x
4 minggu
TOTAL 20.620.000
VIII. JADWAL

Bulan Pelaksanaan
No. Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1. Persiapan, meliputi langkah-
langkah:
Mengurus perizinan
Diskusi ketua dan anggota tim
Menetapkan rencana awal
kerja dan pembagian kerja
Menetapkan lokasi penelitian
Menyusun format-format
pengumpulan data
2. Pelaksaan kegiatan
penelitian
Analisis lapangan
Desain inventori
Pengembangan inventori
kecenderungan perilaku agresif
Validasi ahli
Uji coba inventori
Revisi
Uji coba akhir
3. Penyusunan laporan hasil
penelitian
Menyusun konsep laporan
Melakukan peer group (senior
seprofesi, ketua dan angggota
tim)
Menyusun konsep laporan
akhir dan bahan untuk seminar
Bulan Pelaksanaan
No. Uraian Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Seminar hasil
4. Pengadaan dan pengiriman
laporan hasil penelitian
Menggandakan laporan
Mengirimkan laporan
5. Artikel ilmiah
Menyusun naskah artikel
ilmiah

IX. DAFTAR PUSTAKA


(1) Adji, W. 2002. Kecenderungan Perilaku Agresif Pria Ditinjau dari Minat
Terhadap Musik Heavy metal. Skripsi (tidak diterbitkan). Semarang :
Fakultas Psikologi Unika Soegijapranata.

(2) Anastasi, A. & Urbina, S. (2007) Tes Psikologi. Jakarta: PT indeks. Alih
bahasa oleh Robertus Hariono dan Imam, MA.

(3) Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan


Praktika. Jakarta: Rineka Cipta

(4) Ary, D., et. al. (1985). Introduction to Research in Education. 3rd.ed. New
York: Holt, Rinehart and Winston.

(5) Azwar, Saifuddin. 2003. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar

(6) Azwar, Saifuddin. 2008. Penyusunan Skala Psikologis. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar

(7) Baltees, P.B., et. al. (1988). Introduction to research Methods in Life-
span Developmental Psychology. New Jersey: Lawrence Erlbaum
Associates, Publishers.

(8) Berkowitz. (1995). Agresi 1; Sebab dan Akibatnya. Jakarta: Pustaka


Pressindo.

(9) Chaplin. J.D. 2006. Kamus Lengkap Psikologi. (Kartini Kartono,


terjemahan) Jakarta: Raja Grafindo Persada
(10) Dayakisni, T. H. (2012). Psikologi Sosial. Malang: UMM press.

(11) Dewi, R. (2005). Berbagai masalah anak taman kanak-kanak. Jakarta:


Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan
Perguruan Tinggi.

(12) Friedenberg, Lisa. (1995). Psychological Testing. Design, Analysis,


and Use. Boston: Allyn and Bacon.

(13) Koeswara, E. (1988). Agresi Manusia (Sarwono, S.W. editor). Jakarta:


Eresco.

(14) Krahe, B. (2005). Perilaku Agresif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

(15) Marcus, R. F. (2007). Aggression and Violence in Adolescence. New


York: Cambridge University Press.

(16) Mu’tadin, Z. (2002). Pengantar Pendidikan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.


Yogyakarta. Andi Offset.

(17) Rahmawati, A & Asyanti, S. (2017). Fenomena Perilaku AgresifPada


Remaja dan Penanganan Secara Psikologis. Artikel. Prosiding Seminar
Nasional Penguatan Individu di Era Revolusi Informasi. ISBN: 978-
602-361-068-6.

(18) Setiowati, E.A., dkk. (2017). Gambaran Agresivitas Anak dan Remaja di
Area Beresiko. Artikel. Prosiding Temu IlmiahX Ikatan Psikologi
Perkembangan Indonesia, h. 170-179, 22-24 Agustus 2017. Semarang.

(19) Supratiknya. A. (1995). Tinjauan Psikologi Komunikasi Antar Pribadi.


Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI).

(20) Susanti, Woro Hartati. 2006. Pengembangan Instrumen Evaluasi Kesiapan


Kerja Mahapeserta didik Diploma Tiga Manajemen Divisi Kamar
Sekolah Tinggi Pariwisata. Tesis. IKIP. Tidak Diterbitkan.

(21) Syaodih, Nana Sukmadinata. 2007. Bimbingan dan Konseling Dalam


Praktek. Bandung: Alfabeta.
(22) Videbeck, Sheila L,. (2008). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE KETUA PENELITI

A. IDENTITAS DIRI KETUA PENELITI


1. Nama Lengkap Fadhlina Rozzaqyah, S.Pd., M.Pd.
2. Jabatan Fungsional Tenaga Pengajar
3. Jabatan Struktural -
4. NIP 199301252019032017
5. NIDN 2125019302
6. Tempat tgl lahir Bangko, 25 Januari 1993
7. Alamat Rumah Jl. Sarjana, Blok D, No 16, Kelurahan
Timbangan, Kec. Indralaya Utara, Kab.
Ogan Ilir, Sumatera Selatan
8. No. Hp 082186578479
9. Alamat Kantor Jl Raya Palembang-Prabumulih, Inderalaya
OI Sumatera Selatan
10. No telp/ Faks 0711 443190
11. Alamat e-mail fadhlina@fkip.unsri.ac.id
lina.siregar25@gmail.com
13. Mata kuliah yang diampu 1. Bimbingan dan Konseling Anak
Berkebutuhan Khusus
2. Kesehatan Mental
3. Layanan BK di Sekolah
4. Filsafat Ilmu
5. Pendekatan Konseling Kontemporer

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 S2 S3
Nama Perguruan Universitas Jambi (UNJA) Universitas Pendidikan -
Tinggi Indonesia (UPI)
Bidang Ilmu Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan -
Konseling
Tahun Masuk 2010-2014 2015-2017 -
Judul Tugas Hubungan Kecemasan Efektivitas Bimbingan
Akhir Menghadapi Ujian dengan Kelompok dengan
Hasil Belajar Siswa SMP Teknik Permainan untuk
Negeri 6 Merangin Meningkatkan
Penyesuaian Diri Suku
Anak Dalam di Provinsi
Jambi
Dosen 1. Drs. Nelyahardi Gutji, 1. Dr. Nandang
Pembimbing M.Pd. Rusmana, M,Pd,
2. Drs. Joni Afri, M.Pd. 2. Dr. Nandang
Budiman, M.Pd.
C. PENGALAMAN PENELITIAN
NO TAHUN JUDUL SUMBER JUMLAH (Rp)
1. 2019 Penyusunan Materi Audio Anggaran Rp. 10.000.000
Visual Dan Animasi Pendukung DIPA
Pembelajaran Berbasis Tik

D. PENGALAMAN PENGABDIAN MASYARAKAT


Judul Pengabdian Kepada Pendanaan
No. Tahun
Masyarakat Sumber Jumlah
1 2019 Pelatihan Pembuatan Media PNBP Rp. 11.900.000,-
Booklet Bagi Guru Bimbingan Universitas
Dan Konseling SMP/SMA Di
Kabupaten Ogan Komering
Ulu (Oku)

E. PUBLIKASI
Nama Media
No Tahun Judul
Publikasi
1

E. PENGALAMAN DALAM SEMINAR/CONFERENCE


Tempat Dan
No Seminar/Conference Judul Makalah
Waktu
1 International Media Sosial dan Pengaruhnya 25-27 Agustus
Psychology, Education dalam Pembentukan Identitas 2017,
Counseling and Sosial Diri Remaja Universitas
Work Conference Medan
2 International Guidance The Effectiveness of Group 29-30 Agustus
and Counseling Guidance with Games 2017,
Conference: “Innovation Techniques to Improve Self Universitas
and Creativity in Adjustment of Suku Anak Pendidikan
Guidance and Dalam Student in Jambi Indonesia,
Counseling”. Bandung

PALEMBANG, 25 Desember 2019

Fadhlina Rozzaqyah, M.Pd


CURRICULUM VITAE ANGGOTA PENELITI DOSEN I

A. IDENTITAS DIRI ANGGOTA PENELITI


1. Nama Lengkap Silvia AR, S.Pd., M.Pd.
2. Jabatan Fungsional Tenaga Pengajar
3. Jabatan Struktural -
4. NIP 199204022019032032
5. NIDN -
6. Tempat tgl lahir Koto Baru, 2 April 1992
7. Alamat Rumah Jl. Darmapala No 19 Rt 50 Kel.
Pakjo, Sumatera Selatan
8. No. Hp 081261777307
9. Alamat Kantor Jl Raya Palembang-Prabumulih,
Inderalaya OI Sumatera Selatan
10. No telp/ Faks 0711 443190
11. Alamat e-mail silviaar@fkip.unsri.ac.id
13. Mata kuliah yang diampu 6. Bimbingan dan Konseling
Pendidikan Menengah
7. Psikologi Anak dan Remaja
8. Manajemen Bimbingan dan
Konseling
9. Filsafat Pendidikan
10. Pengantar Pendidikan

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 S2 S3
Nama Perguruan Universitas Negeri Padang Universitas Pendidikan -
Tinggi (UNP) Indonesia (UPI)
Bidang Ilmu Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan -
Konseling
Tahun Masuk 2010-2014 2015-2017 -
Judul Tugas Ketercapaian Tugas-Tugas Efektivitas Teknik
Akhir Perkembangan Karier Siswa Coaching untuk
Peningkatan
Psychological Well-
Being Siswa
Dosen 3. Dr. Alizamar, M.Pd., 3. Dr. Anne Hafina,
Pembimbing Kons M,Pd.
4. Dr. Yenni Kaneli, M.Pd., 4. Dr. Ilfiandra, M.Pd.
Kons.
C. PENGALAMAN PENELITIAN
NO TAHUN JUDUL SUMBER JUMLAH (Rp)
1. 2019 Penyusunan Materi Audio Anggaran Rp. 10.000.000
Visual Dan Animasi Pendukung DIPA
Pembelajaran Berbasis Tik

D. PENGALAMAN PENGABDIAN MASYARAKAT


Judul Pengabdian Kepada Pendanaan
No. Tahun
Masyarakat Sumber Jumlah
1 2019 Pelatihan Melaksanakan PNBP Rp. 11.500.000,-
Konseling Dengan Pendekatan Universitas
Berfokus Solusi Pada Guru BK
SMP/SMA/SMK di Baturaja
Oku Induk

E. PUBLIKASI
Nama Media
No Tahun Judul
Publikasi
1

E. PENGALAMAN DALAM SEMINAR/CONFERENCE


Tempat Dan
No Seminar/Conference Judul Makalah
Waktu
1 4 th International Counseling Tantangan Konselor 19-20
Seminar 2016 ISBN 978-602- Indonesia Menyiapkan November
73537-4-9 Sumberdaya Manusia 2016,
Menghadapi Karir Universitas
Protean Negeri Padang
2 Seminar Nasional Generasi Emas Peran Guru BK dan 24 Mei 2016,
Optimalisasi Pengembangan Orang Tua untuk Universitas
Poteni Remaja dan Dewasa Meningkatkan Self Pendidikan
Melalui Peran Sekolah dan Disclosure Remaja Indonesia,
Keluarga Dalam Menyonsong Bandung
Generasi Eas 2045 ISNN: 977-
252-84970-0-6

PALEMBANG, 25 Desember 2019

Silvia AR, M.Pd


CURRICULUM VITAE ANGGOTA PENELITI DOSEN II

A. IDENTITAS DIRI ANGGOTA PENELITI


1. Nama Lengkap Nur Wisma, S.Pd.I., M.Pd.
2. Jabatan Fungsional Tenaga Pengajar
3. Jabatan Struktural -
4. NIP 199306152019032022
5. NIDN 1015069301
6. Tempat tgl lahir Sungai Danai, 15 Juni 1993
7. Alamat Rumah Jl. Darmapala, No 19, Kec. Ilir Barat 1,
Sumatera Selatan
8. No. Hp 082285354120
9. Alamat Kantor Jl Raya Palembang-Prabumulih, Inderalaya
OI Sumatera Selatan
10. No telp/ Faks 0711 443190
11. Alamat e-mail nurwisma8@gmail.com
13. Mata kuliah yang diampu 1. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling
2. Perkembangan Peserta Didik
3. Psikologi Pendidikan
4. Manajemen Bimbingan dan Konseling
5. Metode Penelitian Kuantitatif
6. Metode Penelitian Kualitatif

B. RIWAYAT PENDIDIKAN
S1 S2 S3
Nama Perguruan UIN Sultan Syarif Kasim Universitas Negeri -
Tinggi Riau (Suska) Padang (UNP)
Bidang Ilmu Manajemen Pendidikan Bimbingan dan -
Islam (konsentrasi Konseling
Bimbingan dan Konseling)
Tahun Masuk 2011-2015 2015-2017 -
Judul Tugas Hubungan Keaktifan Emotion Regulation
Akhir Mengikuti Layanan Mahasiswa Ditinjau
Informasi Bidang Bimbingan dari Jenis Kelamin dan
Sosial dengan Komunikasi Latar Belakang Budaya
Interpersonal Siswa SMA serta Implikasinya
Negeri 12 Pekanbaru terhadap Bimbingan
dan Konseling
Dosen Drs. Hanafi, M.Pd 1. Prof. Dr. Herman
Pembimbing Nirwana,
M.Pd.,Kons
2. Dr. Afdal, S.Pd.,
M.Pd
C. PENGALAMAN PENELITIAN
NO TAHUN JUDUL SUMBER JUMLAH (Rp)
1. - - - -

D. PENGALAMAN PENGABDIAN MASYARAKAT


Judul Pengabdian Kepada Pendanaan
No. Tahun
Masyarakat Sumber Jumlah
1 2019 Pelatihan Konseling dengan PNBP Rp. 11.900.000,-
Pendekatan Rational Emotif Universitas
Behavior pada Guru
Bimbingan dan Konseling
SMP/SMA/SMK di Baturaja
OKU Induk

E. PUBLIKASI
No Tahun Judul Nama Media Publikasi
1 2018 Differences in emotional regulation of International Journal Of
Bugis student and Malay cultural Research In Counseling and
background Implications for Education (IJRICE)
counseling and guidance services

E. PENGALAMAN DALAM SEMINAR/CONFERENCE


Tempat Dan
No Seminar/Conference Judul Makalah
Waktu
1 International Differences in emotional 14-15 Februari
Conferences On regulation of Bugis student and 2018
Education, Social Malay cultural background
Sciences and Implications for counseling
Technology and guidance services

PALEMBANG, 25 Desember 2019

Nur Wisma, S.Pd.I., M.Pd

Anda mungkin juga menyukai