Menurut Huinker dan Laughlin (1996: 82) menyatakan bahwa The think-talk-write
strategy builds in time for thought and reflection and for the organization of ides and the
testing of those ideas before students are expected to write. The flow of communication
progresses from student engaging in thought or reflective dialogue with themselves, to
talking and sharing ideas with one another, to writing.
Artinya, strategi think-talk-walk membangun pemikiran, merefleksi, dan
mengorganisasi ide, kemudian menguji ide tersebut sebelum siswa diharapkan untuk
menulis. Alur kemajuan strategi think-talk-write dimulai dari keterlibatan siswa dalam
berpikir atau berdialog reflektif dengan dirinya sendiri, selanjutnya berbicara dan berbagi ide
dengan temann ya, sebelum siswa menulis. Hal inilah yang mendasari Huinker dan Laughlin
mengembangkan strategi pembelajaran TTW.
Model pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) melibatkan 3 tahap penting yang harus
dikembangkan dan dilakukan dalam pembelajaran matematika, yaitu sebagai berikut :
1. Think (Berpikir atau Dialog Reflektif)
Menurut Huinker dan Laughlin (1996:81) “Thinking and talking are important
steps in the process of bringing meaning into student’s writing”. Maksudnya adalah
berpikir dan berbicara/berdiskusi merupakan langkah penting dalam proses membawa
pemahaman ke dalam tulisan peserta didik.
Dalam tahap ini peserta didik secara individu memikirkan kemungkinan jawaban
atau metode penyelesaian, membuat catatan kecil tentang ide-ide yang terdapat pada
bacaan, dan hal-hal yang tidak dipahaminya sesuai dengan bahasanya sendiri. Menurut
Martinis Yamin dan Bansu I. Ansari (2008:85) “Aktivitas berpikir dapat dilihat dari
proses membaca suatu teks matematika atau berisi cerita matematika kemudian membuat
catatan tentang apa yang telah dibaca”. Dalam membuat atau menulis catatan peserta
didik membedakan dan mempersatukan ide yang disajikan dalam teks bacaan, kemudian
menerjemahkan kedalam bahasa mereka sendiri.
Menurut Wiederhold seperti yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Bansu I.
Ansari (2008:85) “Membuat catatan berarti menganalisiskan tujuan isi teks dan
memeriksa bahan-bahan yang ditulis”. Selain itu, belajar membuat/menulis catatan
setelah membaca merangsang aktivitas berpikir sebelum, selama, dan setelah membaca,
sehingga dapat mempertinggi pengetahuan bahkan meningkatkan keterampilan berpikir
dan menulis.
Pada tahap ini peserta didik akan membaca sejumlah masalah yang diberikan
pada Lembar Kegiatan Peserta didik (LKS), kemudian setelah membaca peserta didik
akan menuliskan hal-hal yang diketahui dan tidak diketahui mengenai masalah tersebut
(membuat catatan individu). Selanjutnya peserta didik diminta untuk menyelesaikan
masalah yang ada secara individu. Proses berpikir ada tahap ini akan terlihat ketika
peserta didik membaca masalah kemudian menuliskan kembali apa yang diketahui dan
tidak diketahui mengenai suatu masalah. Selain itu, proses berpikir akan terjadi ketika
peserta didik berusaha untuk menyelasaikan masalah dalam LKS secara individu.
3. Write (Menulis)
Meylia menyatakan bahwa model pembelajaran Think Talk Write (TTW) memiliki langkah-
langkah (sintaks) dalam pembelajaran sebagai berikut :
1. Pendahuluan
a. Menginformasikan materi yang akan dipelajari dan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai.
b. Menjelaskan tentang teknik pembelajaran dengan strategi TTW serta tugas-tugas dan
aktivitas siswa.
c. Melakukan apersepsi.
d. Memberikan motivasi agar siswa berperan aktif dalam pembelajaran.
e. Membagi siswa dalam kelompok kecil (2-6 siswa)
2. Kegiatan Inti
a. Guru membagi Lembar Kerja Siswa (LKS) yang berisi masalah yang harus
diselesaikan oleh peserta didik. Jika diperlukan diberikan sedikit petunjuk.
b. Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil
secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut.
Ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan menjadi proses berpikir
(think) pada peserta didik. Setelah itu peserta didik berusaha untuk menyelesaikan
masalah tersebut secara individu. Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat
membedakan atau menyatakan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa sendiri.
c. Peserta didik berdiskusi dengan teman dalam kelompok membahas isi catatan yang
dibuatnya dan penyelesaian masalah dikerjakan secara individu (talk). Dalam
kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk
menyampaikan ide-ide matematika dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat
menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Diskusi akan efektif jika anggota
kelompok tidak terlalu banyak dan terdiri dari anggota kelompok dengan kemampuan
yang heterogen. Hal ini sejalan dengan pendapat Huinker dan Laughlin (1996 : 82)
yang menyatakan bahwa this strategy to be effective when students working ini
heterogeneous group to six students, are asked to explain, summarize, or reflect.
Artinya, metode TTW akan efektif ketika peserta didik bekerja dalam kelompok yang
heterogen yang terdiri dari 2 sampai 6 peserta didik yang bekerja untuk menjelaskan,
meringkas atau merefleksi.
d. Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa
jawaban atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam
bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. pada tulisan itu peserta didik
menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.
e. Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok laim
diminta memberikan tanggapan.
f. Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi
yang dipelajari. Sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai
perwakilan kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain
diminta memberikan tanggapan
3. Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
Desain Pembelajaran yang menggunakan strategi TTW menurut Martinis dan Bansu I
dalam Ansari (2008:89) dengan sedikit modifikasi, tampak seperti diagram di bawah ini:
Peranan guru dalam model pembelajaran think-talk-write (TTW) menurut Silver dan
Mith (Yamin dan Ansari, 2008:84) adalah:
a. Mengajukan pertanyaan dan tugas yang mendatangkan keterlibatan dan menantang setiap
siswa berpikir.
b. Mendengar secara hati-hati ide siswa.
c. Menyuruh siswa mengungkapkan ide secara lisan dan tertulis.
d. Memutuskan apa yang digali dan dibawa siswa dalam diskusi.
e. Memutuskan kapan memberi informasi, mengklarifikasikan persoalan persoalan,
menggunakan model, membimbing dan membiarkan siswa berjuang dengan kesulitan.
f. Memonitoring dan menilai partisipasi siswa dalam dikusi dan memutuskan kapan dan
bagaimana mendorong setiap siswa untuk berpartisipasi.
Dari uraian di atas dapat diketahui kelebihan dan kekurangan dari model pembelajaran Think
Talk Write. Prasetyo menyatakan bahwa kelebihan model pembelajaran Think Talk Write
adalah sebagai berikut :
1. Memberi kesempatan siswa berinteraksi dan berkolaborasi membicarakan tentang
penyelidikannya atau catatan-catatan kecil mereka dengan anggota kelompoknya.
2. Siswa terlibat langsung dalam belajar sehingga termotivasi untuk belajar
3. Model ini berpusat pada siswa, misalkan member kesempatan pada siswa dan guru
berperan sebagai mediator lingkungan belajar. Guru menjadi monitoring dan menilai
partisipasi siswa terutama dalam diskusi
Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran Think Talk Write adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran ini kurang berhasil dalam kelas besar, misalkan sebagian waktu
hilang karena membantu siswa mencari solusi pemecahan masalah atau menenmukan
teori-teori yang berhubungan dengan lembar kerja siswa.
2. Tidak semua anggota kelompok aktif dalam model pembelajaran ini.
Menurut Hasan kelebihan dari Strategi think talk write ini adalah mempertajam
seluruh keterampilan berpikir visual, Ia juga mengarahkan visualisasi, untuk lebih rinci,
tanpa menyebutkan satu tekniknya akan di uraiakan sebagai berikut :
1. Mengembangkan pemecahan yang bermakna dalam rangka memahami materi ajar.
2. Dengan memberikan soal open ended dapat mengembangkan ketrampilan berpikir kritis
dan kreatif siswa.
3. Dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan siswa secara aktif
dalam belajar.
4. Membiasakan siswa berpikir dan berkomunikasi dengan teman, guru, dan bahkan dengan
diri mereka sendiri.
Sedangkan kelemahan dari strategi ini adalah :
1. Kecuali kalau soal open ended tersebut dapat memotivasi, siswa di mungkinkan bekerja
sibuk.
2. Ketika siswa bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kmampuan dan
kepercayaan, karena di dominasi oleh siswa yang mampu.
3. Guru harus benar – benar menyiapkan semua media dengan matang agar dalam
menerapkan strategi think talk write tidak mengalami kesulitan.
DAFTAR PUSTAKA
Fatur, Mohammad. 2011. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Talk Write (TTW). Fatur’s
note. http://mohammadfatur.blogspot.com/2011/10/model-pembelajaran-kooperatif-
tipe.html. Diakses 26 Mei 2014.
Maula, Nikmatul. 2012. Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write). Nikmatul Maula’s blog.
http://maulanikmatul.blogspot.com/2012/01/model-pembelajaran-think-talk-write-ttw.html.
Diakses 26 Mei 2014.
Meylia, Noni. 2013. Model Pembelajaran TTW (Think Talk Write). Eunon’s blog
http://nonimeylia.blogspot.com/2013/03/normal-0-false-false-false-in-x-none-x.html. Diakses
26 Mei 2014.