PEMBAHASAN
A. Indikator Berpikir Kritis Menurut Ennis
Menurut R. Swartz dan D.N. Perkins dalam Hassoubah (2004: 86) menyatakan bahwa
berpikir kritis berarti:
1. Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterima atau apa yang
akan dilakukan dengan alasan yang logis.
2. Memakai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis dalam membuat keputusan
3. Menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan serta
menerapkan standar tersebut
4. Mencari dan menghimpun informasi yang dapat dipercaya untuk dipakai sebagai bukti yang
mendukung suatu penilaian.
Berpikir kritis tidak sama dengan mengakumulasi informasi. Seorang dengan daya ingat
baik dan memiliki banyak fakta tidak berarti seorang pemikir kritis. Seorang pemikir kritis mampu
menyimpulkan dari apa yang diketahuinya, dan mengetahui cara memanfaatkan informasi untuk
memecahkan masalah, dan mencari sumber-sumber informasi yang relevan untuk
dirinya. Berpikir kritis tidak sama dengan sikap argumentatif atau mengecam orang lain. Berpikir
kritis bersifat netral, objektif, tidak bias. Meskipun berpikir kritis dapat digunakan untuk
menunjukkan kekeliruan atau alasan-alasan yang buruk, berpikir kritis dapat memainkan peran
penting dalam kerja sama menemukan alasan yang benar maupun melakukan tugas
konstruktif. Pemikir kritis mampu melakukan introspeksi tentang kemungkinan bias dalam alasan
yang dikemukakannya.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis merupakan
kemampuan menelaah atau menganalisis suatu sumber, mengidentifikasi sumber yang relevan dan
yang tidak relevan, mengidentifikasi dan mengevaluasi asumsi, menerapkan berbagai strategi
untuk membuat keputusan yang sesuai dengan standar penilaian. Menurut Ennis (1996: 364)
terdapat 6 unsur dasar dalam berpikir kritis yang disingkat menjadi FRISCO :
F (Focus) : Untuk membuat sebuah keputusan tentang apa yang diyakini maka harus bisa
memperjelas pertanyaan atau isu yang tersedia, yang coba diputuskan itu mengenai
apa.
R (Reason) : Mengetahui alasan-alasan yang mendukung atau melawan putusan-putusan yang
dibuat berdasarkan situasi dan fakta yang relevan.
I (Inference) : Membuat kesimpulan yang beralasan atau menyungguhkan. Bagian penting dari
langkah penyimpulan ini adalah mengidentifikasi asumsi dan mencari pemecahan,
pertimbangan dari interpretasi akan situasi dan bukti.
S (Situation) : Memahami situasi dan selalu menjaga situasi dalam berpikir akan membantu
memperjelas pertanyaan (dalam F) dan mengetahui arti istilah-istilah kunci, bagian-
bagian yang relevan sebagai pendukung.
O (Overview) : Melangkah kembali dan meneliti secara menyeluruh keputusan yang diambil.
Menurut R. H. Ennis, “berpikir kritis adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan
menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan”. Berpikir
kritis dapat dicapai dengan lebih mudah apabila seseorang itu mempunyai disposisi dan
kemampuan yang dapat dianggap sebagai sifat dan karakteristik pemikir yang kritis8. Berpikir
kritis dapat dengan mudah diperoleh apabila seseorang memiliki motivasi atau kecenderungan dan
kemampuan yang dianggap sebagai sifat dan karakteristik pemikir kritis.
Menurut Ennis indikator kemampuan berpikir kritis dapat diturunkan dari aktivitas kritis
siswa meliputi: a) mencari pernyataan yang jelas dari pertanyaan; b) mencari alasan; c) berusaha
mengetahui informasi dengan baik; d) memakai sumber yang memiliki kredibilitas dan
menyebutkannya; e) memerhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; f) berusaha tetap
relevan dengan ide utama; g) mengingat kepentingan yang asli dan mendasar; h) mencari alternatif;
i) bersikap dan berpikir terbuka; j) mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan
sesuatu; k) mencari penjelasan sebanyak mungkin; l) bersikap secara sistematis dan teratur dengan
bagian dari keseluruhan masalah.
Pada dasarnya keterampilan berpikir kritis Ennis (Costa, 1985) dalam mengidentifikasi 12
indikator berpikir kritis tersebut, kemudian dapat dikelompokan lagi dalam lima besar aktivitas,
sebagai berikut:
a. Keterampilan untuk menolak informasi yang tidak benar dan tidak relevan,
b. Keterampilan untuk mendeteksi kekeliruan dan memperbaiki kekeliruan konsep.
c. Keterampilan untuk mengambil keputusan atau kesimpulan setelah seluruh fakta dikumpulkan
dan mempertimbangkan,
d. Keterampilan untuk mencari solusi baru.
Kemudian 12 indikator tersebut dijabarkan dalam beberapa sub indikator seperti pada tabel
di bawah ini: Tabel 2.1. Dua Belas Indikator Keterampilan Berpikir Kritis Menurut Ennis.
Berpikir kritis dapat terjadi ketika seorang membuat keputusan atau memecahkan suatu
masalah. Ketika seorang mempertimbangkan apakah akan mempercayai atau tidak mempercayai,
melakukan atau tidak melakukan suatu tindakan, atau mempertimbangkan untuk bertindak dengan
alasan dan kajian yang kuat, maka ia sedang menggunakan cara berpikir kritis. Karakteristik dari
soal berpikir kritis sebagai berikut:
1. Soal berbentuk essay harapannya adalah dengan soal berbentuk essay kita dapat melihat proses
identifikasi masalah, proses yang baik atau strategi penyelesaian yang detail.
2. Soal berbentuk open ended Soal berbentuk open ended mengarahkan siswa untuk penalaran
dan juga memungkinkan strategi penyelesaian yang berbeda antara satu siswa dengan siswa
yang lain
3. Soal mempunyai konteks. konteks masalah dapat meliputi: Personal problems,
troubling emotions, bad habits, financial matters, responsibilities, future
plans, our beliefs and values, personal relationships, key decisions, politics in
our life, opportunities, health, security, our experience, personal fulfillment
4. Konteks/situasi yang beragam akan terlihat bahwa matematika itu luas dan memberikan
keluasaan siswa untuk memandang masalah dari sudut pandang ya ng berbeda
5. Pertanyaan memuat penalaran Hal ini dilakukan agar siswa fokus dalam melihat permasalahan
matematika yang disajikan dan memungkinkan untuk melakukan overview
6. Memuat intertwining Hal ini dilakukan sebagi langkah agas siswa dapat menganalis dan
mengklarifikasi masalah sehingga strategi penyelesaian yang tepat dapat dipilih
B. Rubrik Penskoran Tes Esai
Keterampilan berpikir kritis merupakan salah satu kecakapan hidup personal yang perlu
dikembangkan melalui proses pendidikan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kritis dapat dilatihkan dengan beragam cara. Pada konteks belajar di kelas,
kemampuan berpikir kritis dapat diintegrasikan bersama penerapan ragam model pembelajaran.
Selain pengembangan kemampuan berpikir kritis melalui pembelajaran, sisi lain dari
berpikir kritis yang perlu diperhatikan adalah pengukurannya. Salah satu tujuannya, jelas bahwa
untuk mengetahui keberhasilan pengembangan kemampuan tersebut. Ennis (2011) menyarankan
agar asesmen berpikir kritis terus dikembangkan. Selama ini belum ada kesepakatan pasti
mengenai definisi berpikir kritis sehingga peluang pengembangan asesmen berpikir kritis
berdasarkan berbagai definisi terbuka luas.
Menurut Ennis (2001) tes untuk mengukur kemampuan berpikir kritis, dapat dibedakan
menjadi tes spesifik untuk suatu topik dan tes yang umum (untuk semua topik). Tes berpikir kritis
spesifik untuk suatu topik mengukur hanya satu topik atau subjek saja, sedangkan tes berpikir kritis
umum mengunakan konten dari berbagai bidang atau bersifat umum. Komite National Academy
of Education merekomendasikan untuk mengembangkan tes berpikir tingkat tinggi yang spesifik
untuk suatu subjek. Pemahaman penuh mengenai suatu subjek atau topik menunjukkan bahwa
seseorang dapat berpikir dengan baik pada suatu subjek. Ennis mengatakan bahwa belum ada tes
berpikir kritis yang spesifik untuk suatu subjek yang tujuan utamanya adalah mengukur berpikir
kritis pada suatu bidang atau topik yang spesifik (Ennis 2001).
Terdapat banyak publikasi yang mengetengahkan asesmen berpikir kritis, yang sebagian
besar berformat tes pilihan ganda. Tes tersebut memiliki kelebihan dalam hal efisiensi dan biaya,
namun saat ini dianggap kurang komprehensif. Penyusunan tes pilihan ganda yang baik
memerlukan banyak waktu dan membutuhkan serangkaian revisi, uji coba, dan serangkaian revisi
ulang.
Menurut Ennis, asesmen yang dikembangkan untuk kemampuan berpikir kritis sebaiknya
berformat tes open ended dibandingkan dengan tes pilihan ganda, karena tes open ended
dinyatakan lebih komprehensif. Berikut ini beberapa macam asesmen berpikir kritis berformat tes
open ended yang disampaikan Ennis (2011).
Pada usulan asesmen berpikir kritis dalam tulisan ini, lebih cenderung pada format tes
essay. Format asesmen ini disusun berdasarkan berbagai pertimbangan, di antaranya bentuk soal
tes yang sering digunakan para pendidik di Indonesia. Reiner dkk. (2002) menjelaskan bahwa pada
umunya para pendidik lebih memilih bentuk pertanyaan essay daripada bentuk lain karena bentuk
essay mendorong siswa untuk menunjukkan respon atau jawaban daripada hanya memilih
jawaban.
Beberapa ahli pendidikan menggunakan tes essay karena mempunyai potensi untuk
mengungkap kemampuan siswa untuk mengungkapkan alasan, menyusun, menganalisis,
mensintesis, dan mengevaluasi. Beberapa kelebihan tes essay adalah sebagai berikut.
1. Dapat digunakan untuk menilai kemampuan berpikir tingkat tinggi atau kemampuan berpikir
kritis,
2. Dapat mengevaluasi proses berpikir dan bernalar siswa, dan
3. Memberikan pengalaman autentik.
Lebih lanjut Reiner dkk., (2002) menyatakan bahwa tes essay merupakan cara yang efektif
untuk menilai hasil pembelajaran yang kompleks yang tidak dapat diases dengan bentuk tes
lainnya yang umum. Pada kenyataannya, beberapa proses berpikir yang kompleks hanya dapat
diasses melalui tes essay. Tes essay berpikir kritis menurut Ennis (2001) dibagi menjadi tiga
macam yaitu, high structure, medium stucture dan minimal structure. Contoh tes essay high
structure adalah Ennis-Weir critical Thinking Essay Test. Pada tes essay high structure
ditunjukkan sebuah topik argumetatif (sebuah surat untuk editor) dengan paragraf yang diberi
nomor, yang sebagian besar masih salah. Selanjutnya siswa diminta untuk menilai kebenaran
setiap paragraf dan keseluruhan topik, serta mempertahankan penilaian mereka tersebut.
Selanjutnya tes essay medium stucture merupakan tes yang lebih disederhanakan dari high
structure, yaitu dengan memberikan topik argumentatif dan meminta siswa memberi respon
berupa argumen pada topik tersebut dan mempertahankan tanggapan tersebut tanpa menentukan
organisasi respon. Contoh tes essay medium stucture adalah College Board AP test. Rubrik
pensekoran untuk tes essay medium stucture dapat menggunakan penskoran holistic atau analytic.
Rubrik penskoran holistic lebih cepat dan murah, sedangkan rubrik penskoran analytic
memberikan informasi lebih banyak dan lebih bermanfaat untuk suatu tujuan tertentu. Ketiga
adalah tes essay minimal structure yang merupakan bentuk paling sederhana karena terdiri dari
suatu pertanyaan yang harus dijawab atau suatu masalah yang harus ditangani.
Berdasarkan paparan mengenai asesmen berpikir kritis model tes essay sebelumnya,
diketahui bahwa tes essay minimal structure lebih menjanjikan untuk dikembangkan. Selain itu,
model tes essay tersebut lebih sesuai untuk digunakan di Indonesia karena di Indonesia asesmen
yang umum digunakan adalah dalam bentuk soal essay dengan jumlah yang banyak.
Adapun Rubrik yang digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis yaitu sebagai
berikut:
Skor/Poin Deskriptor
Data yang sudah dinilai sesuai rubrik pedoman penskoran kemudian ditentukan persentase
keterpenuhan masing-masing indikator. Berpikir kritis menurut Norris & Ennis, terdiri dari
beberapa indikator, yaitu:
a) memberikan penjelasan secara sederhana terdiri dari: fokus pertanyaan, analisis argumen,
tanya jawab yang membutuhkan tantangan;
e) mengatur strategi dan taktik terdiri dari: penentuan tindakan dan interaksi terhadap orang
lain. Presentase keterpenuhan setiap indikator kemampuan berpikir kritis berdasarkan
rumus sebagai berikut:
𝐴1
𝑃1 = 𝑥 100%
𝑛
Presentase Kategori
81-90 Kritis
Angelo, Thomas A. & Cross, Patricia (1995). Classroom Assessment Techniques: A Handbook
for College Teachers, 2nd edition.
Beyer, B.K. 1995. Critical Thinking. Bloomington IN: Phi Delta Kappa Educational Foundation.
Chance, P. 1986. Thinking in the classroom: A survey of programs. New York: Teachers
College, Columbia University.
Desmita. 2010. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ennis, R,H. 1989. Evoluting Critical Thinking. Pasific Grove, C.A. Midwest Publication.
Ennis, R. H. 2001. Critical Thinking Assessment.The Ohio State University. 32, (3).
(Online)(http://www3.qcc.cuny.edu/WikiFiles/file/Ennis%20Critical%20Thinking%20A
ssessment.pdf), diakses tanggal 15 Oktober 2018.
Ennis, R. H. 2011. The Nature of Critical Thinking: An Outline of Critical Thinking Dispositions
and Abilities.(online)
(http://faculty.education.illinois.edu/rhennis/documents/TheNatureofCriticalThinking_5
1711_000.pdf), diakses tanggal 15 Oktober 2018.
Finken dan Ennis. 1993. Illinois Critical Thinking Essay Test. Illinois Critical Thinking Project.
Departement of Educational Policy Studies University of Illinois. (online)
(http://www.criticalthinking.net/IllCTEssayTestFinken-Ennis12-1993LowR.pdf), diakses
tanggal 15 Oktober 2018
Gokhale. Anuradha A. 2002. Collaborative Learning Enhances Critical Thinking. http:// scholar.
lib. vt. Edu/ enjournals/ JTE.
Hassoubah, Izhab Zaleha. 2004. Developing Creatif and Critical Thinking Skill (Cara Berpikir
Kreatif dan Kritis). Nuansa: Bandung
Nurkhofifah & Mayasar, Tantri. 2018. Profil Kemampuan Berpikir Kritis Pelajaran Fisika Siswa
SMP. Seminar Nasional Quantum, 25 (6pp), 2477-1511.
Reiner, CM, Bothell, TW, Sudweeks, RR, dan Wood, B. 2002. Preparing Effective Essay
Questions: A Self-directed Workbook for Educators. (Online) (https://testing.byu.edu/
handbooks/WritingEffectiveEssayQuestions.pdf, Diakses tanggal 15 Oktober 2018.
KISI-KISI INSTRUMEN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SOAL URAIAN di SMP
No Kesesuaian Skor
Aspek Ranah Kognitif antara
Soal & Jawaban Berfikir Indikator Soal Indikator dan
Kritis Soal
C-4 C-5 C-6 Ya Tidak
1 penjelasan memfokuska 4 Peserta didik mampu
sederhana n pertanyaan, mengidentifikasi benda
menganalisis dengan massa jenis
pertanyaan, terkecil merupakan benda
bertanya dan yang paling mudah
menjawab terapung dengan tepat
tentang
Nama Massa Jenis (kg / suatu 3 Peserta didik mampu
bahan m3) penjelasan menyatakan bahwa kayu
Kayu 700 adalah benda yang paling
Fiber glass 2000 mudah terapung dengan
Baja 7850 alasan kurang tepat
Beton 2200
Besi 7800 2 Peserta didik mampu
menyatakan bahwa kayu
Diatas adalah bahan-bahan yang bisa adalah benda yang paling
digunakan untuk pembuatan perahu mudah terapung tanpa
beserta massa jenisnya. Dari tabel penjelasan.
diatas, dengan massa jenis air laut 1025
kg / m3 bahan manakah yang 1 Peserta didik belum
kemungkinan untuk tenggelamnya mampu menyatakan
paling kecil apabila dilihat dari massa bahwa kayu adalah benda
jenisnya? yang paling mudah
terapung dengan
penjelasan kurang tepat
Jawaban:
Perahu yang terbuat dari kayu tentu
sangat ringan untuk dapat terapung di
laut, karena massa jenis kayu lebih
kecil dibandingkan massa jenis air laut,
sehingga perahu yang terbuat dari kayu
akan memiliki kemungkinan
tenggelam paling kecil dibandingkan
bahan lainnya.
2 Saat siang hari matahari menyinari Menyimp mendeduksi 4 Peserta didik mampu
daratan dan lautan. Daratan dan lautan ulkan atau menyimpulkan bahwa
tersebut mendapatkan jatah kalor yang mempertimb daratan akan lebih cepat
sama dari cahaya matahari. Antara angkan hasil panas dengan alasan
daratan dan lautan manakah yang akan deduksi, yang tepat.
lebih panas? menginduksi
atau 3 Peserta didik mampu
Jawaban: mempertimb menyimpulkan bahwa
Kalor jenis daratan lebih kecil daripada angkan hasil daratan akan lebih cepat
kalor jenis air laut. Akibatnya ketika induksi, panas dengan alasan
dipanaskan oleh cahaya matahari pada membuat kurang tepat.
siang hari, kenaikan suhu daratan lebih serta
besar daripada kenaikan suhu air laut. menentukan 2 Peserta didik mampu
Jadi walaupun mendapat jatah kalor nilai menyimpulkan bahwa
yang sama dari matahri, daratan akan pertimbanga daratan akan lebih cepat
lebih cepat panas daripada air laut. n, panas dari pada lautan
dengan tanpa alasan.
(Nurkhofifah, 2018)