Anda di halaman 1dari 9

SOAL UTN PLPG 2017 TEORI BELAJAR

PAKET 1

1. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya bukan dari
sudut pandang pengamatnya. Peran guru dalam teori ini adalah sebagai fasilitator bagi para siswa
sedangkan guru memberikan motivasi, kesadaran mengenai makna kehidupan siswa. Teori ini
termasuk aliran ...

A. Behaviorisme
B. Humanistik
C. Sibernetik
D. Kontruktivisme

2. Teori belajar yang berpendapat bahwa belajar bahasa pada hakikatnya hanyalah proses pengisian
detil kaidah-kaidah atau struktur aturan-aturan bahasa ke dalam LAD yang sudah tersedia secara
alamiah pada manusia adalah teori belajar …

A. Nativisme
B. Kognitivisme
C. Humanistik
D. Sosial

3. Aliran ini lebih menekankan bagaimana kegiatan pembelajaran menjadi menarik. Artinya,
mendapatkan perhatian dari peserta didik diperlukan alat bantu. Alat bantu ini sejalan dengan
perkembangan teknologi. Teori ini tergolong aliran …

A. Humannistik
B. Behaviorisme
C. Sibernetik
D. Konstruktivime

4. Belajar ialah pembentukan hubungan antara stimulus dan respons, dan pengulangan terhadap
pengalaman-pengalaman itu memperbesar peluang timbulnya respons benar. Pengulangan dalam
belajar akan melatih daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat,
menanggap, mengingat, mengkhayal, merasakan, hingga berpikir yang akan membuat daya-daya
tersebut berkembang. Hal ini sesuai dengan prinsip belajar...

A. Keterlibatan langsung dan pandangan hidup


B. Perhatian dan motivasi
C. Keaktifan
D. Pengulangan

5. Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang baik dalam ulangan. Nilai yang baik
itu mendorong anak untuk belajar lebih giat lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant
conditioning atau penguatan positif. Sebaliknya, anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu
ulangan akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong untuk belajar
lebih giat. Inilah yang disebut penguatan negatif. Pernyataan tersebut merupakan prinsip
pembelajaran ...

A. Tantangan
B. Balikan atau penguatan
C. Perhatian dan motivasi
D. Keterlibatan langsung

BAGI PESERTA PLPG 2017 BACA PETUNJUK PRAKONDISI DI PLPG 2017 DI SINI

BACA SOAL KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL DI SINI

SOAL UTN PLPG 2017 TEORI BELAJAR


PAKET 2

1. Pada teori belajar ini siswa dianggap sebagai objek belajar. Siswa diperlakukan sebagai individu
yang pasif. Respons atau prilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya prilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila
dikenai hukuman merupakan pengertian dari teori belajar … .

A. Humanistik
B. Sibernetik

C. Kontruktivisme

D. Behaviorisme

2. Sebagai protes terhadap teori perilaku yang telah berkembang sebelumnya muncullah teori
belajar kognitif. Peneliti yang mengembangkan teori kognitif ini adalah … .

A. Bandura, Wielkeiwicks, Ausubel

B. Ausubel, Bruner, Bandura

C. Ausubel, Bruner, dan Gagne

D. Wielkeiwicks, Ausubel, Bruner

3. Teori ini meyakini bahwa kecerdasan merupakan potensi yang dimiliki seseorang yang dapat
diaktifkan melalui proses belajar, interaksi dengan keluarga, guru, teman dan nilai-nilai budaya yang
berkembang. Oleh karena itu, teori ini mengabungkan antara potensi-potensi otak kanan dan otak
kiri sehingga potensi-potensi tersebut dapat berjalan optimal. Teori belajar ini disebut … .

A. Teori Belajar Revolusi Sosiokultural

B. Teori Kecerdasan Ganda

C. Teori Belajar Sosial


D. Teori Pembelajaran Sosial

4. Proses belajar dan pembelajaran pada era globalisasi ini akan dipengaruhi oleh kemajuan
teknologi komunikasi. Proses belajar belajar bisa terjadi dimana-mana dan menuntut agar siswa
mampu untuk mandiri. Pernyataan diatas merupakan pengertian dari teori ….

A. Sibernetik

B. Konstruktivisme

C. Behaviorisme

D. Kognitivisme

5. Teori belajar sosial menyatakan bahwa manusia belajar melalui pengamatannya terhadap perilaku
orang lain. Pakar yang paling banyak melakukan riset teori belajar sosial adalah ….

A. Ausabel, Albert Bandura, Ausubel

B. Ausubel, Bruner, dan Gagne

C. Albert Bandura dan Bernard Weiner

D. Bandura, Wielkeiwicks, Ausubel


UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN TERHADAP MATERI INI
BACA RINGKASAN MATERI TEORI BELAJAR
SOAL PEDAGOGIK PRINSIP-PRINSIP PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR (2)

A. Teori Belajar Behaviorisme

Teori belajar tingkah laku (behaviorisme) memandang belajar sebagai hasil dari pembentukan
hubungan antara rangsangan dari luar (stimulus) seperti ‘2 + 2’ dan balasan dari siswa (response)
seperti ‘4’ yang dapat diamati. Semakin sering hubungan (bond) antara rangsangan dan balasan
terjadi, maka akan semakin kuatlah hubungan keduanya (law of exercise). Para penganut teori
belajar tingkah laku ini berpendapat bahwa batu saja akan berlubang jika ditetesi air terus menerus.
Thorndike menyatakan kuat tidaknya hubungan ditentukan oleh kepuasan maupun ketidakpuasan
yang menyertainya (law of effect). Itulah sebabnya, dua kata kunci menurut para penganutnya
selama proses pembelajaran adalah ‘latihan’ dan ‘ganjaran/ penguatan’. Teori ini menitikberatkan
pada perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengulangan. Ganjaran atau penguatan pada
binatang ditunjukkan dengan pemberian sesuatu jika ia dapat menyelesaikan tugasnya, sehingga
binatang tersebut akan mengulangi kegiatannya. Para siswa akan sangat senang dan merasa dihargai
jika mereka mendapat hadiah ketika mereka dapat melaksanakan tugas dengan baik, sehingga
mereka akan berusaha untuk melakukan hal yang sama. Namun jika mereka melakukan hal yang
salah maka mereka harus mendapat hukuman agar ia tidak melakukan hal itu lagi. Teori belajar
tingkah laku ini menekankan adanya ganjaran (reward) atau penguatan (reinforcement). Semakin
banyak ganjaran yang diberikan maka respon yang diharapkan dari siswa akan lebih baik. Selain itu,
jika respon siswa di luar yang diinginkan maka diperlukan adanya konsekuensi hukuman
(punishment) sebagai stimulus agar respon yang muncul berbeda dengan respon yang sudah ada
atau, dengan kata lain, agar perilaku siswa sesuai yang diinginkan. Khusus untuk punishment ini,
beberapa tokoh teori tingkah laku, misalnya Skinner, memiliki perbedaan pendapat, khususnya
karena dampak yang kurang baik. Skinner memberikan alternatif yaitu digunakannya penguatan
negatif (negative reinforcement). Pada masa kini, teori belajar yang dikemukakan penganut psikologi
tingkah laku ini cocok digunakan untuk mengembangkan kemampuan siswa yang berhubungan
dengan pencapaian hasil belajar (pengetahuan) matematika seperti fakta, konsep, prinsip, dan skill
(keterampilan).

B. Teori Belajar Kognitif

1. Psikologi Perkembangan Kognitif Piaget

Menurut Piaget, struktur kognitif atau skemata (schema) adalah suatu organisasi mental tingkat
tinggi yang terbentuk pada saat orang itu berinterkasi dengan lingkungannya. Dua proses yang
sangat penting adalah asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah suatu proses di mana suatu
informasi atau pengalaman baru dapat disesuaikan dengan kerangka kognitif yang sudah ada di
benak siswa; sedangkan akomodasi adalah suatu proses perubahan atau pengembangan kerangka
kognitif yang sudah ada di benak siswa agar sesuai dengan pengalaman yang baru dialami. Sejalan
dengan itu, Ausubel menginginkan proses pembelajaran di kelas-kelas adalah suatu pembelajaran
yang bermakna (meaningful learning) yaitu suatu pembelajaran di mana pengetahuan atau
pengalaman yang baru dapat terkait dengan pengetahuan lama yang sudah ada di dalam struktur
kognitif seseorang. Untuk membantu terjadinya pembelajaran bermakna, Bruner menyarankan agar
proses pembelajaran melalui tiga tahap, yaitu tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik.

Empat tahap perkembangan kognitif siswa menurut Piaget adalah (1) tahap sensori motor (0–2
tahun), (2) tahap pra-operasional (2–7 tahun), (3) tahap operasional konkret (7–11 tahun), dan (4)
tahap operasional formal (11 tahun ke atas).

Pada tahap sensori motor (0-2 tahun) seorang anak akan belajar untuk menggunakan dan mengatur
kegiatan fsik dan mental menjadi rangkaian perbuatan yang bermakna. Pada tahap ini, pemahaman
anak sangat bergantung pada kegiatan (gerakan) tubuh dan alat-alat indera mereka. Pada tahap pra-
operasional (2-7 tahun), seorang anak masih sangat dipengaruhi oleh hal-hal khusus yang didapat
dari pengalaman menggunakan indera, sehingga ia belum mampu untuk melihat hubungan-
hubungan dan menyimpulkan sesuatu secara konsisten. Pada tahap operasional konkret (7-11
tahun), umumnya anak sedang menempuh pendidikan di sekolah dasar. Di tahap ini, seorang anak
dapat membuat kesimpulan dari suatu situasi nyata atau dengan menggunakan benda konkret, dan
mampu mempertimbangkan dua aspek dari suatu situasi nyata secara bersamasama (misalnya,
antara bentuk dan ukuran). Pada tahap operasional formal (lebih dari 11 tahun), kegiatan kognitif
seseorang tidak mesti menggunakan benda nyata. Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam
perkembangan kognitif.

2. Belajar Bermakna David P. Ausubel

Teori belajar Ausubel menitikberatkan pada bagaimana seseorang memperoleh pengetahuannya.


Menurut Ausubel terdapat 2 jenis belajar yaitu belajar hafalan (rote-learning) dan belajar bermakna
(meaningfullearning). Jika seorang siswa berkeinginan untuk mengingat sesuatu tanpa mengaitkan
hal yang satu dengan hal yang lain maka baik proses maupun hasil pembelajarannya dapat
dinyatakan sebagai hafalan (rote) dan tidak akan bermakna (meaningless) sama sekali baginya.
Pembelajaran yang mengacu pada ‘belajar bermakna’ atau ‘meaningful-learning’ adalah
pembelajaran di mana pengetahuan atau pengalaman baru yang akan dipelajari siswa dapat terkait
dengan pengetahuan lama yang sudah dimiliki siswa.

3. Teori Presentasi Bruner

Bruner membagi penyajian proses pembelajaran dalam tiga tahap, yaitu tahap enaktif, ikonik, dan
simbolik. Pada tahap enaktif, para siswa dituntut untuk mempelajari pengetahuan dengan
menggunakan sesuatu yang “konkret” atau “nyata” yang berarti dapat diamati dengan
menggunakan panca indera. Contohnya, ketika akan membahas geometri ruang di awal
pembelajaran, guru dapat menggunakan alat peraga maupun barang sehari-hari semisal kaleng, dus,
dll. Pada tahap ikonik, yakni setelah mempelajari pengetahuan dengan benda nyata atau benda
konkret, tahap berikutnya adalah tahap ikonik, dimana para siswa mempelajari suatu pengetahuan
dalam bentuk gambar atau diagram sebagai perwujudan dari kegiatan yang menggunakan benda
konkret atau nyata tadi. Pada tahap simbolik para siswa harus melewati suatu tahap dimana
pengetahuan tersebut diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol abstrak. Dengan kata lain, siswa
harus mengalami proses berabstraksi. Berabstraksi terjadi pada saat seseorang menyadari adanya
kesamaan di atara perbedaan-perbedaan yang ada.
C. Teori Belajar Konstruktivisme

1. Model Penemuan

Bruner berpendapat bahwa belajar dengan penemuan adalah belajar untuk menemukan (learning
by discovery is learning to discover). Ada dua model penemunaan, yaitu model penemuan murni dan
model penemuan terbimbing. Model penemuan yang dapat dikembangkan di kelas adalah model
penemuan terbimbing di mana para siswa dihadapkan dengan situasi di mana ia bebas untuk
mengumpulkan data, membuat dugaan (hipotesis), mencoba-coba (trial and error), mencari dan
menemukan keteraturan (pola), menggeneralisasi atau menyusun rumus beserta bentuk umum,
membuktikan benar tidaknya dugaannya itu. Berbeda dengan model penemuan murni di mana
mulai dari pemilihan strategi sampai pada jalan dan hasil penemuan ditentukan para siswa sendiri
maka pada penemuan terbimbing ini, para guru bertindak sebagai penunjuk jalan, ia membantu dan
memberi kemudahan bagi para siswanya sedemikian rupa sehingga mereka dapat mempergunakan
idea, konsep dan ketrampilan yang sudah dia pelajari untuk menemukan pengetahuan yang baru.
Penggunaan serangkaian pertanyaan yang tepat akan sangat membantu siswa untuk menemukan
pengetahuan yang baru berdasar pada pengetahuan lama yang dipunyainya.

2. Model Saintifk

Pendekatan saintifk meliputi lima pengalaman belajar sebagaimana dijelaskan berikut ini.

a. Mengamati (observing) di mana siswa difasilitasi untuk mengamati dengan indra (membaca,
mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat.

b. Menanya (questioning) di mana siswa difasilitasi untuk membuat dan mengajukan pertanyaan,
tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin
diketahui, atau sebagai klarifkasi.
c. Mengumpulkan informasi/mencoba (experimenting) di mana siswa difasilitasi untuk mengeksplorasi,
mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan
memodifkasi/ menambahi/ mengembangkan.

d. Menalar/mengasosiasi (associating) di mana siswa difasilitasi untuk mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau
menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan
menyimpulkan.

e. Mengomunikasikan (communicating) di mana siswa difasilitasi untuk menyajikan laporan dalam


bentuk bagan, diagram, atau grafk; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi
proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan.

Sumber Pustaka

Doyin, Mukh dan Supriyono. 2015. Materi UKG Bahasa Indonesia 2015. Semarang: Bandungan
InstituteA

Baca juga

1. Soal UTN 2017 Teori Belajar Paket 1 DI SINI

2. Soal UTN 2017 Teori Belajar Paket 2

Anda mungkin juga menyukai