Anda di halaman 1dari 122

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NHT UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI MATRIKS


PADA SISWA KELAS XII DI SMA NEGERI 1 LEMAHABANG TAHUN
AJARAN 2018/2019

LAPORAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS


(PTK)
Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Administrasi dalam Pengembangan Profesi
dan Jabatan Fungsional Guru

NANA SUDIANA, S.Pd.


NIP: 19740508 200604 1 012

PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON


DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 LEMAHABANG
Alamat : Jalan K.H.A Wahid Hasyim No 70 Cipeujeuh Wetan Telepon : (0231) 635246-8638622
Email: smalemahabang@yahoo.com Kecamatan Lemahabang Kode Pos 45183

TAHUN 2018
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 LEMAHABANG
Jl. K.H.A Wahid Hasyim No 70 Cipeujeuh Wetan Kab. Cirebon 45183

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Drs. H. Entris, MPd
NIP : 19640106 198703 1 011
Pangkat/Gol. : Pembina Tk.1
Jabatan : Kepala Sekolah
Instansi : SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon
dengan ini menyatakan "KEASLIAN" laporan hasil Penelitian Tindakan kelas dengan
judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Matriks pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1
Lemahabang Tahun Ajaran 2018/2019” yang dibuat oleh:
Nama : NANA SUDIANA, S.Pd.
NIP : 19740508 200604 1 012
NUPTK : 0840752653200022
Pangkat/Gol. : Pembina, IV/a
Jabatan : Guru
Instansi : SMA Negeri 1 LemahabangKabupaten Cirebon
Demikian surat pernyataan kami buat untuk memenuhi persyaratan Administrasi
dalam Pengembangan Profesi dan Jabatan Fungsional Guru.

Cirebon, 25 November 2018


KepalaSMA Negeri 1 Lemahabang

Drs. H. Entris, MPd


NIP. 19640106 198703 1 011
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 LEMAHABANG
Jl. K.H.A Wahid Hasyim No 70 Cipeujeuh Wetan Kab. Cirebon 45183

SURAT KETERANGAN
PENYIMPANAN HASIL PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Nomor ………………………..

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Drs. H. Entris, MPd
NIP : 19640106 198703 1 011
Pangkat/Gol. : Pembina Tk. I, IV/b
Jabatan : Pengelola Perpustakaan
Instansi : SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon
menerangkan bahwa:
Nama : NANA SUDIANA, S.Pd.
NIP : 19740508 200604 1 012
NUPTK : 0840752653200022
Pangkat/Gol. : Pembina, IV/a
Jabatan : Guru
Instansi : SMA Negeri 1 LemahabangKabupaten Cirebon
telah menyimpan arsip hasil PTK dan telah dibukukan dengan rincian sebagai
berikut:
1. Judul Laporan PTK : “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan
Matriks Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Lemahabang
Kabupaten Cirebon”
2. Tahun terbit : 2018
3. Penulis/penyusun : NANA SUDIANA, S.Pd.
Demikian surat keterangan ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Cirebon, 25 November 2018


Mengetahui Pengelola Perpustakaan,
Kepala Sekolah,

Drs. H. Entris, MPd Drs. H. Entris, MPd


NIP. 19640106 198703 1 011 NIP. 19640106 198703 1 011
Lampiran : 1 (satu) lembar
Perihal : Permohonan ijin penelitian

Kepada
Yth. Bapak Drs. H. Entris, MPd
Kepala SMA Negeri 1 Lemahabang
di
Cirebon

Dengan hormat,
Melalui surat ini saya
Nama : NANA SUDIANA, S.Pd.
NIP : 19740508 200604 1 012
NUPTK : 0840752653200022
Pangkat/Gol. : Pembina, IV/a
Jabatan : Guru
Instansi : SMA Negeri 1 LemahabangKabupaten Cirebon
mengajukan permohonan izin untuk melaksanakan penelitian di SMA Negeri 1
Lemahabang mulai tanggal 11 Oktober sampai dengan 8 November 2018 dengan
judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Matriks pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1
Lemahabang Tahun Ajaran 2018/2019”.
Demikian permohonan izin penelitian ini disampaikan.
Terima kasih.

Cirebon, 27 September 2018


Hormat saya,

NANA SUDIANA, S.Pd.


NIP. 19740508 200604 1 012
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON
DINAS PENDIDIKAN
SMA NEGERI 1 LEMAHABANG
Jl. K.H.A Wahid Hasyim No 70 Cipeujeuh Wetan Kab. Cirebon 45183

Nomor : ...............................
Lampiran : -
Perihal : Pemberian Izin Penelitian

Yang bertanda tangan di bawah ini,


Nama : Drs. H. Entris, MPd
NIP : 19640106 198703 1 011
NUPTK : 0455743644200013
Pangkat/Gol. : Pembina Tk. I, IV/b
Jabatan : Kepala Sekolah
Instansi : SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon
Telah memberikan izin penelitian kepada:
Nama : NANA SUDIANA, S.Pd.
NIP : 19740508 200604 1 012
NUPTK : 0840752653200022
Pangkat/Gol. : Pembina, IV/a
Jabatan : Guru
Instansi : SMA Negeri 1 LemahabangKabupaten Cirebon
untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) di SMA Negeri 1
Lemahabang mulai tanggal tanggal 11 Oktober sampai dengan 8 November 2018.
dengan judul “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe NHT Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Matriks pada Siswa Kelas XII di
SMA Negeri 1 Lemahabang Tahun Ajaran 2018/2019”.
Demikian surat izin penelitian diberikan, untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya
dan menyampaikan laporan setelah PTK selesai.

Cirebon,30 September 2018


Kepala SMA Negeri 1 Lemahabang

Drs. H. Entris, MPd


NIP. 19640106 198703 1 011
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON
DINAS PENDIDIKAN
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Jl. K.H.A Wahid Hasyim No 70 Cipeujeuh Wetan Kab. Cirebon 45183

BERITA ACARA
PELAKSANAAN SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN

Pada hari ini Sabtu tanggal duapuluh empat bulan desember tahun dua ribu enam
belas, telah dilaksanakan Seminar Laporan Hasil Penelitian atas nama:
Nama : NANA SUDIANA, S.Pd.
NIP : 19740508 200604 1 012
NUPTK : 0840752653200022
Pangkat/Gol. : Pembina, IV/a
Jabatan : Guru
Instansi : SMA Negeri 1 LemahabangKabupaten Cirebon
Judul Laporan Hasil Penelitian
“Penerapan Model Cooperative Learning Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Matematika Materi Matriks pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1
Lemahabang Tahun Ajaran 2018/2019”.
Demikian Berita Acara ini dibuat sebagai bahan pertimbangan selanjutnya.

Cirebon, 24 Desember 2018


Moderator, Ketua Panitia,

______________________ ______________________
NIP. 19590311 198503 1 0 NIP. 19590311 198503 1 0

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Lemahabang

Drs. H. Entris, MPd


NIP. 19640106 198703 1 011
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON
DINAS PENDIDIKAN
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Jl. K.H.A Wahid Hasyim No 70 Cipeujeuh Wetan Kab. Cirebon 45183

NOTULEN

Seminar (Judul) : “Penerapan Model Cooperative Learning Tipe NHT Untuk


Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi Matriks pada
Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Lemahabang Tahun Ajaran
2018/2019”
Tujuan : untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa pada mata pelajaran
Matematika siswa Kelas XII SMA Negeri 1 Lemahabang dengan
menggunakanmodel Pembelajaran Kooperatif tipe NHT
(Number Heads Together).
Waktu : Pukul 10.00 sampai dengan selesai.
Tanggal : 24 Desember 2018
Tempat : SMA Negeri 1 Lemahabang
Moderator : WAHYUDIN HADI, M.Pd
Peserta : 15 (lima belas) orang
Susunan Acara : 1. Sambutan dari moderator
2. Penyaji menyampaikan seminar
3. Sesi tanya jawab
4. Kesimpulan
5. Penutup
Pelaksanaan :
1. Pelaksanaan dibuka oleh moderator dengan ucapan salam, latar belakang
diadakannya seminar dan narasumber NANA SUDIANA, S.Pd., guru di SMA
Negeri 1 Lemahabang.
2. Penyaji menyampaikan pada audiens bahwa Penerapan Model Cooperative
Learning Tipe NHT Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi
Matriks pada Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Lemahabang Tahun Ajaran
2018/2019
Sesi Tanya Jawab :
1. Tanya : Apa manfaat praktis yang peneliti telah lakukan bagi sekolah ?
Jawab : Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan
kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Tanya : Dalam penelitian ini model/metode apa yang anda gunakan ?
Jawab : Model penelitian yang dipilih adalah PTK kolaboratif, dengan
melibatkan 2 observer sejawat. Instrumen yang digunakan adalah
Lembar observasi aktivitas siswa, Lembar observasi aktivitas guru,
dan Lembar tes pada akhir siklus.
3. Tanya : Dari hasil penelitian ini saran apa yang anda berikan bagi guru-guru di
SMA Negeri 1 Lemahabang?
Jawab : Model pembelajaran Kooperatif Teknik NHT ini merupakan model
pembelajaran yang mengorientasikan keaktivan dan kreativitas siswa,
sedang guru hanya sebagai fasilitator, maka untuk meningkatkan
minat belajar siswa model ini bisa diterapkan pada materi lainnya.
Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini adalah, bahwa pembelajaran dengan
menerapkan model pembelajaran Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas
siswa yakni termasuk kategori baik, memperbaiki pola pengajaran guru termasuk
kategori baik, serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan ketuntasan sesuai
dengan kurikulum.
Penutup
Cirebon, 24 Desember 2018
Moderator, Ketua Panitia,

______________________ ______________________
NIP. 19590311 198503 1 0 NIP. 19590311 198503 1 0

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Lemahabang

Drs. H. Entris, MPd


NIP. 19640106 198703 1 011
PEMERINTAH KABUPATEN CIREBON
DINAS PENDIDIKAN
MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN MATEMATIKA
Jl. K.H.A Wahid Hasyim No 70 Cipeujeuh Wetan Kab. Cirebon 45183

DAFTAR HADIR
PELAKSANAAN SEMINAR LAPORAN HASIL PENELITIAN

Hari : Sabtu
Tanggal : 24 Desember 2018
Tempat : SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon
No. Nama / NIP Instansi Tanda Tangan
1. IDA WIDAWATI SMAN 1 Arjawinangun
NIP. 19730812 199903 2 003
2. MUHAMAD ROMDON SMAN 1 Arjawinangun
NIP. 19621221 198703 1 001
3. ANI PUSPITO WATI SMAN 1 Arjawinangun
NIP. 19760914 200604 2 015
4. RANI MARLIANAWATI SMAN 1 Astanajapura
NIP. 19670330 200501 2 005
5. RUWANTI WULANDARI SMAN 1 Astanajapura
NIP. 19830629 200004 2 016
6. AHMAD JAWAHIR SMAN 1 Babakan
NIP. 19790715 201001 1 006
7. TATANG SUHERMAN SMAN 1 Babakan
NIP.
8. SUSI MUSTIKASARI SMAN 1 Babakan
NIP.
9. SUMIARTI HERDININGSIH SMAN 1 Babakan
NIP.
10. SUGIANTO SMAN 1 Babakan
NIP.
11. INE SILVIANTI SMAN 1 Beber
NIP. 19800301 200801 2 015
12. KURNIANINGSIH SMAN 1 Ciledug
NIP. 19800301 200801 2 015
13. IDA SAADATUL WUZARO SMAN 1 Arjawinangun
NIP.
14. UDIN JAENUDIN SMAN 1 Arjawinangun
NIP. 19830114 20091 0 002
15. ERIZA MURTIASIH SMAN 1 Karangwareng
NIP.
Mengetahui Cirebon, 24 Desember 2018
Kepala SMA Negeri 1 Lemahabang Ketua Panitia Seminar,

Drs. H. Entris, MPd ______________________


NIP. 19640106 198703 1 011 NIP. 19590311 198503 1 0
ABSTRAKSI

NANA SUDIANA, S.Pd., 20216. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe


NHT Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok Bahasan Matriks
Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon.

Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran matematika pokok bahasan Matriks melalui penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa Kelas
XII.IPA di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon. Penelitian ini dilatar
belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika,
yang ditunjukkan dengan nilai sebagian besar siswa yang belum mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) pada pokok bahasan Matriks. Hal ini diduga
dikarenakan kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Peneliti ingin
mencoba menerapkan suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif
berinteraksi dengan lingkungannya. Penelitian yang peneliti ambil adalah dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dengan
mengelompokkan siswa ke dalam kelompok untuk berpikir bersama dengan ciri
utamanya penunjukan siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan. Rumusan
masalah penelitian ini adalah apakah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran matematika pokok bahasan Matriks Kelas XII.IPA di SMA Negeri 1
Lemahabang Kabupaten Cirebon, tahun ajaran 2018/2019? Adapun tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa mata
pelajaran matematika pokok bahasan Matriks setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa Kelas
XII.IPA-2 di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon, tahun ajaran
2018/2019.
Guna menjawab pertanyaan tersebut maka penelitian ini menggunakan pene-
litian tindakan kelas dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT). Subjek dalam penelitian ini adalah siswa Kelas
XII.IPA-2SMA Negeri 1 Lemahabangyang berjumlah 40 siswa. Penelitian tindakan
kelas ini dilaksanakan dalam tiga kali siklus pembelajaran. Setiap siklus terdiri dari
empat tahapan yakni perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Data dalam
penelitian ini diambil melalui tes, wawancara, observasi, serta dokumentasi. Data
dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.
Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan Matriks Kelas XII.IPA-2 di SMA
Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon, tahun ajaran 2018/2019. Terbukti pada
siklus I terdapat 16 siswa atau 40,00% siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-
rata 58,40. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas belajar ada 26 siswa atau 65,00%
dengan nilai rata-rata 73,00. Pada siklus III terdapat 36 siswa yang tuntas belajar
atau 90,00% dengan nilai rata-rata 85,38. Hasil belajar pada siklus III menunjukkan
bahwa ketuntasan klasikal yang diharapkan sudah tercapai yaitu ≥85% (90,00%)
siswa yang tuntas belajar.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif NHT dan hasil belajar.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya kepada kita semua. Sholawat serta
salam semoga tercurahkan kehadirat junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW
yang kita nantikan syafaatnya pada yaumul akhir nanti.
Laporan Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam. Adapun judul Laporan Penelitian
ini adalah “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil
Belajar Matematika Pokok Bahasan Matriks Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1
Lemahabang Kabupaten Cirebon”.
Penyusunan Laporan Penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tiada terhingga
dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat:
1. Bapak Kepala Sekolah SMA Negeri 1 LemahabangKabupaten Cirebon.
2. Rekan-rekan sejawat yang telah memberikan banyak bantuan, baik moril maupun
materi-materi yang terkait dengan Karya Tulis Ilmiah ini, dan
3. Seluruh siswa Kelas XII.IPA-2 yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan
karya tulis ini.
4. Istri dan anak-anak yang senantiasa mendampingi penulis, selama penyusunan
Laporan ini.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat mendo’akan semoga Allah SWT
mencatatnya sebagai amal sholeh yang akan mendapatkan balasan yang berlipat
ganda. Amin.
Penulis menyadari bahwa Laporan Penelitian ini jauh dari sempurna. Untuk
itu penulis juga menerima segala kritik dan saran yang membangun demi
kesempurnaan Laporan Penelitian ini. Akhirnya penulis berharap, semoga Laporan
Penelitian ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai
referensi dalam meningkatkan pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran
matematika untuk pendidikan Sekolah Menengah Atas.

Cirebon, November 2018


Penulis

ii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ......................................................................................... i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ......................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................. 5
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ................. 5
1. Hipotesis Tindakan ......................................................... 5
2. Indikator Keberhasilan ................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ............................................................... 6
F. Definisi Operasional ............................................................ 7
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka ...................................................................... 9
1. Pembelajaran .................................................................. 9
2. Model Pembelajaran ....................................................... 12
3. Belajar.............................................................................. 13
4. Hasil Belajar .................................................................... 14
B. Pembelajaran Kooperatif ..................................................... 16
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif Learning .................... 16
2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ........................ 18
3. Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan
kelompok Kecil ............................................................... 19
4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative
Learning) ......................................................................... 20
5. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran
Kooperatif ........................................................................ 20
6. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif ................. 23
7. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif .................. 23
8. Pengelompokan dalam Pembelajaran Kooperatif .......... 25
C. Numbered Head Together (NHT) ....................................... 26
1. Definisi Numbered Head Together (NHT) ..................... 26
2. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head
Together (NHT) .............................................................. 26
3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered
Head Together (NHT) .................................................... 28
D. Pembelajaran Matematika SMA .......................................... 28
1. Matematika ...................................................................... 28
2. Pembelajaran ................................................................... 29
3. Sekolah Menengah Atas (SMA) ...................................... 30
4. Karakteristik Siswa SMA ................................................ 31
5. Pembelajaran Matematika SMA...................................... 32
E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head
Together (NHT) dalam Pembelajaran Matematika ............. 34

iii
F. Penelitian yang Relevan ....................................................... 36
G. Kerangka Berfikir ................................................................. 36
H. Hipotesis Tindakan ............................................................... 37
BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Desain Penelitian .................................................................. 38
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 38
1. Tempat Penelitian ............................................................ 38
2. Waktu pelaksanaan penelitian ......................................... 39
C. Prosedur Penelitian ............................................................... 39
D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ........................................... 41
1. Tahap Perencanaan ......................................................... 41
2. Tahap Tindakan .............................................................. 41
3. Tahap Observasi/Pengamatan ........................................ 42
4. Tahap Refleksi ................................................................ 42
E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II .......................................... 42
1. Tahap Perencanaan ......................................................... 42
2. Tahap Tindakan .............................................................. 42
3. Tahap Observasi/Pengamatan ........................................ 43
4. Tahap Refleksi ................................................................ 43
F. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III .......................................... 43
1. Tahap Perencanaan ......................................................... 43
2. Tahap Tindakan .............................................................. 44
3. Tahap Observasi /Pengamatan ....................................... 44
4. Tahap Refleksi ................................................................ 44
G. Instrumen Penelitian ............................................................ 44
H. Pengumpulan Data ............................................................... 45
I. Analisis Data ........................................................................ 45
J. Indikator Keberhasilan ......................................................... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian .................................................... 48
1. Deskripsi Data Pra Siklus ................................................ 48
2. Siklus I ............................................................................ 50
3. Siklus II ........................................................................... 58
4. Siklus III .......................................................................... 65
B. Pembahasan ......................................................................... 71
C. Keterbatasan Peneliti ............................................................ 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan .......................................................................... 73
B. Saran .................................................................................... 73
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif ......................................... 19


Tabel 2.2 Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil ....... 19
Tabel 2.3 Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT ............................ 27
Tabel 4.1 Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Pra Siklus ..................... 48
Tabel 4.2 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus I.................................................. 50
Tabel 4.3 Hasil Pengamatan Guru Siklus I ...................................................... 53
Tabel 4.4 Hasil Pengamatan Siswa Siklus I ..................................................... 55
Tabel 4.5 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II ................................................ 58
Tabel 4.6 Hasil Pengamatan Guru Siklus II ..................................................... 61
Tabel 4.7 Hasil Pengamatan Siswa Siklus II ................................................... 63
Tabel 4.8 Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III ............................................... 65
Tabel 4.9 Hasil Pengamatan Guru Siklus III ................................................... 68
Tabel 4.10 Hasil Pengamatan Siswa Siklus III .................................................. 70
Tabel 4.11 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa ..................................................... 71

v
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan adalah “Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005
Pendidikan memegang peranan penting dalam era globalisasi karena misi
pendidikan sekarang lebih ditekankan pada pembentukan sumber daya manusia
yang berkualitas. Termasuk pada proses pendidikan Matematika yang diberikan
untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis, analitis,
sistematis, kritis dan kreatif serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut
diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh,
mengelola dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah-ubah, tidak pasti dan kompetitif.Permendiknas RI No. 22 Tahun
2006.
Proses belajar mengajar Matematika, metode mengajar memainkan
peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu penunjang utama
keberhasilan seorang guru dalam mengajar. Metode mengajar yang dipakai oleh
guru akan berpengaruh pula terhadap cara belajar siswa. Proses mengajar
dilakukan oleh pengajar, sedangkan proses belajar dilakukan oleh siswa sebagai
anak didik, agar hasil proses belajar dan mengajar dapat berhasil dengan baik,
perlu adanya metode dan teknik yang tepat dalam proses belajar mengajar yang
dilakukan oleh siswa dan guru. Akan tetapi kenyataan yang terlihat di lapangan
tidak sama dengan apa yang diharapkan tersebut. Proses pembelajaran yang
digunakan oleh kebanyakan guru masih berkutat pada metode ceramah, dan
latihan soal, yang belum dapat membuat siswa aktif dalam proses pembelajaran.
Ilmu matematika sebagai ilmu hitung pada dasarnya adalah ilmu yang
memiliki fungsi luas dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini, baik orang bodoh

1
maupun pandai secara akademik, tanpa sadar selalu menggunakan ilmu
matematika dalam kehidupan sehari-hari, meski dalam konsep yang sederhana
(Jannah, 2011:21).
Pelajaran matematika merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan pada
jenjang Sekolah Menengah Atas. Berkaitan dengan hal tersebut, Daryanto dan
Rahardjo (2012:240) menyatakan bahwa, “Mata pelajaran matematika perlu
diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali
mereka dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif
serta kemampuan bekerja sama”. Belajar matematika merupakan suatu syarat
cukup untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Karena dengan
belajar matematika, kita akan belajar bernalar secara kritis, kreatif, dan aktif
(Susanto, 2013:183).
Harus diakui, selama ini memang tidak mudah mengajarkan matematika
kepada siswa. Dalam realita di lapangan matematika menjadi momok yang
menakutkan bagi sebagian siswa. Dalam lingkup matematika, berhitung, rumus-
rumus, angka, merupakan hal yang menakutkan, membuat kepala pusing,
membosankan, menguras pikiran dan sangat tidak disukai oleh siswa. Dalam hal
ini Jannah (2011:25) berpendapat bahwa, “Yang membuat matematika kelihatan
susah dan menjadi momok menakutkan dikalangan siswa adalah adanya faktor
lain dari matematika itu sendiri, seperti lingkungan, metode pembelajaran, guru,
dan lain sebagainya”. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa selama ini peng-
gunaan metode yang kurang bervariasi dan cenderung bersifat monoton dengan
menggunakan metode konvensional ceramah masih menjadi permasalahan klasik
dalam proses kegiatan belajar mengajar di sekolah. Hal ini diungkapkan oleh
Ahmadi dan Amri (2011:95).
Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah)
dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini
nampak dari rata-rata hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih
sangat memprihatinkan, prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi
pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh
ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya
belajar itu (belajar untuk belajar). Dalam arti yang lebih subtansial, bahwa
proses pembelajaran hingga dewasa ini masih memberikan dominasi guru
dan tidak memberikan akses bagi anak didik untuk berkembang secara
mandiri melalui penemuan dalam proses berpikirnya.

2
Berdasarkan hasil pengamatan awal peneliti, kondisi pembelajaran seperti
di atas peneliti temukan dalam proses pembelajaran matematika di SMA Negeri
1 Lemahabang Kabupaten Cirebon. Guru masih menerapkan metode
konvensional ceramah, sehingga pada saat proses pembelajaran berlangsung
masih ditemukan ada siswa yang tengah mengantuk terutama siswa yang duduk
di barisan belakang, mengerjakan tugas lain, bermain, mengobrol dengan
temannya, dan berceloteh sendiri. Peneliti juga menemukan bahwa siswa sangat
pasif sekali dan merasa enggan bila diminta oleh guru untuk maju ke depan
mengerjakan tugas yang telah diberikan. Kondisi seperti ini mengakibatkan
kurangnya perhatian dan aktivitas siswa dalam pembelajaran sehingga dapat
mengakibatkan rendahnya daya serap siswa terhadap materi yang diajarkan dan
dapat mempengaruhi hasil belajar yang belum sesuai dengan KKM yang
diharapkan.
Berdasarkan hasil wawancara awal peneliti dengan wali Kelas XII.IPA-2
selain menggunakan metode konvensional ceramah, guru juga menerapkan
metode kerja kelompok, namun metode kelompok yang diterapkan masih sebatas
kerja kelompok yang bersifat tradisional yang menempatkan siswa dalam
kelompok-kelompok untuk mengerjakan tugas yang diberikan. Metode semacam
ini tentu kurang memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil belajar siswa
dikarenakan kurang memperhatikan keterlibatan seluruh anggota kelompok,
sering ditemukan ada beberapa siswa yang santai hanya sekedar ikut-ikutan dan
tidak berkontribusi dalam kegiatan diskusi kelompok.
Matriks merupakan pokok bahasan yang diajarkan pada siswa Kelas
XII.IPA semester I. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan wali Kelas
XII.IPA-2 hasil belajar pada pokok bahasan tersebut kurang memuaskan. Pada
pokok bahasan tersebut siswa masih mengalami kesulitan. Hal tersebut
dikarenakan siswa masih kurang paham dengan Matriks tersebut sehingga
kesulitan bila diminta untuk mengubahnya ke satuan yang lain.
Berdasarkan pengamatan tentang pembelajaran matematika pada ulangan
harian pokok bahasan Matriks pada tahun ajaran 2018/2019 di SMA Negeri 1
Lemahabangdiperoleh data dari 40 siswa hanya 7 siswa yang mencapai
ketuntasan minimal. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa baru 17,50%

3
siswa yang mencapai KKM. KKM untuk mata pelajaran matematika di SMA
Negeri 1 Lemahabangadalah 75.
Berdasarkan data di atas sudah selayaknya guru membuat suatu terobosan
dalam hal pemilihan model dan metode yang tepat dalam pembelajaran untuk
meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika. Menurut Bourne
dalam Fathani (2009:19) matematika sebagai konstruktivisme sosial dengan
penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang sebagai makhluk yang
aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan cara berinteraksi dengan
lingkungannya.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hanbury dalam Yamin dan
Ansari (2009:94) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran matematika yang sesuai
dengan teori konstruktivisme, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan
dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) belajar matematika
menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih
bermanfaat, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dengan temannya.
Salah satu model pembelajaran yang berbasiskan teori konstruktivisme
sosial dan dapat mengakomodasi kepentingan untuk melibatkan siswa secara
aktif berinteraksi dengan lingkungannya dalam mengatasi masalah rendahnya
hasil belajar matematika adalah model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan aktifitas pembelajaran kelompok
yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan
pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompokkelompok
pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran
anggota-anggota yang lain. (Roger dalam Huda, 2013:29).
Melalui pembelajaran kooperatif akan membantu mempermudah pema-
haman siswa. Interaksi antar anggota kelompok memungkinkan terjadinya
perbaikan terhadap pemahaman siswa melalui diskusi, saling bertanya, dan saling
menjelaskan. Penyampaian gagasan oleh siswa dapat mempertajam, memperda-
lam, memantapkan, atau menyempurnakan gagasan itu karena memperoleh
tanggapan dari siswa lain atau guru (Yamin dan Ansari, 2009:15).
Pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekadar belajar dalam kelom-
pok. Ada unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya
dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Unsurtersebut antara

4
lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi promotif,
komunikasi antar anggota dan pemrosesan kelompok (Suprijono, 2013:58).
Numbered Head Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama
merupakan varian dari model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2009:
82) Numbered Head Together (NHT) dirancang untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ciri khasnya adalah guru
menunjuk salah satu nomor (siswa) secara acak untuk mempresentasikan hasil
kegiatan berpikir besama kelompoknya. Pemanggilan siswa secara acak akan
menjamin keterlibatan total semua siswa, karena dengan pemanggilan secara
acak siswa menjadi siap semua. Model Numbered Head Together (NHT) juga
dapat meningkatkan tanggung jawab dan kerjasama diantara anggota kelompok,
karena setiap anggota kelompok selain bertanggung jawab atas pembelajarannya
juga bertanggung jawab atas pembelajaran anggota kelompoknya. Tanggung
jawab tersebut dapat diwujudkan dengan memberikan bantuan berupa penjelasan
dari siswa yang lebih mampu kepada siswa yang kurang mampu.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah ini sangat menarik
untuk diangkat menjadi suatu penelitian dengan judul “Penerapan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Hasil Belajar Matematika Pokok
Bahasan Matriks Siswa Kelas XII di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten
Cirebon”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: apakah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat mening-
katkan hasil belajar siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan Matriks
Kelas XII.IPA-2 di SMA Negeri 1 Lemahabangtahun ajaran 2018/2019?

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah: untuk mengetahui peningkatan hasil belajar
siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan Matriks setelah penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) pada siswa
Kelas XII.IPA-2 di SMA Negeri 1 LemahabangTahun ajaran 2018/2019.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

5
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat semen-
tara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Arikunto, 2010:110).
Berdasarkan definisi di atas, peneliti mengajukan hipotesis sebagai
berikut: “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran
matematika pokok bahasan Matriks Kelas XII.IPA-2 di SMA Negeri 1
Lemahabangtahun ajaran 2018/2019”.

2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan
tercapai. Adapun indikator keberhasilan yang dapat dirumuskan oleh peneliti
adalah sebagai berikut: hasil belajar siswa Kelas XII.IPA-2 yang mencapai
KKM pada pokok bahasan Matriks mengalami peningkatan pada setiap
tahapan siklus pembelajaran dengan ketuntasan klasikal mencapai ≥ 85%
siswa yang tuntas belajar pada akhir pelaksanaan siklus pembelajaran.

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas
tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika.
Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Manfaat teoritis
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemi-
kiran ilmu pengetahuan dalam pemilihan model pembelajaran, khususnya
pada model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
pada pelajaran matematika di SMA Negeri 1 Lemahabang Kabupaten
Cirebon.
2. Manfaat praktis
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi peneliti, guru, siswa dan sekolah.
a. Bagi peneliti

6
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman secara langsung dalam
proses pembelajaran matematika melalui model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together (NHT) sehingga dapat diterapkan dan
dikembangkan kelak saat terjun di lapangan sebagai model pembelajaran
alternatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
b. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi guru untuk
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Toge-
thter (NHT) dalam pelajaran matematika pada pokok bahasan lain sehingga
dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi siswa
1) Memperoleh pengalaman suasana belajar baru yang menyenangkan dan
berkesan pada pelajaran matematika sehingga akan meningkatkan hasil
belajar matematika.
2) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT) dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan hasil belajarnya
khususnya pada materi Matriks.
3) Melalui model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa dalam kegiatan diskusi.
d. Bagi sekolah
1) Memberikan kontribusi bagi perbaikan dalam proses pembelajaran
matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) pada khususnya dan kemajuan sekolah pada umumnya.
2) Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran SMA Negeri 1 Lemahabang
Kabupaten Cirebon, karena terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

F. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahan dalam penafsiran judul di atas, maka akan
dijelaskan arti kata-kata yang terangkum di dalamnya, yaitu:
1. Penerapan model pembelajaran kooperatif
Menurut Poerwadarminta (2006:1258) penerapan adalah pemasangan; penge-
naan; perihal mempraktekkan. Menurut Poerwadarminta (2006:773) model
adalah contoh; pola; acuan; ragam (macam). Menurut Trianto (2009:17)
pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membe-

7
lajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan sumber belajar
lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan.
Huda (2013:31) menyatakan bahwa dalam konteks pengajaran, pembelajaran
kooperatif sering kali didefinisikan sebagai pembentukan kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari siswa-siswa yang dituntut untuk bekerja sama dan
saling meningkatkan pembelajarannya dan pembelajaran siswa-siswa lain.
Jadi, penerapan model pembelajaran kooperatif adalah mempraktekkan pola
pembelajaran dengan mengarahkan siswa dalam hal pembentukan kelompok-
kelompok kecil untuk saling bekerja sama dalam meningkatkan pembela-
jaranya dan anggota kelompoknya untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

2. Numbered Head Together (NHT)


Numbered Head Together (NHT) yaitu teknik belajar mengajar kepala
bernomor. Teknik yang dikembangkan oleh Russ Frank ini merupakan teknik
yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat (Huda, 2013:138). Ciri utama
dari Numbered Head Together (NHT) yaitu pembagian siswa ke dalam
kelompok-kelompok dan diberi nomor. Setiap kelompok akan diberi tugas dan
diminta untuk berpikir bersama. Kemudian, guru akan memanggil salah satu
nomor secara acak untuk mempresentasikan jawaban dari hasil diskusi
kelompoknya.

3. Meningkatkan
Meningkatkan adalah menaikkan (derajat, taraf, dsb); mempertinggi;
memperhebat (produksi dsb) (Poerwadarminta, 2006:1280).

4. Hasil belajar siswa


Hasil belajar siswa merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2005:22). Hasil belajar
siswa ditunjukkan dengan nilai post test pada akhir proses pembelajaran.

5. Matematika
Matematika adalah ilmu hitung atau ilmu tentang perhitungan angka-angka
untuk menghitung berbagai benda ataupun yang lainnya (Jannah, 2011:17).
Dalam penelitian ini, materi matematika yang menjadi obyek penelitian
adalah tentang Matriks.

8
9
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1. Pembelajaran
a. Definisi Pembelajaran
Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi
berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup. Dalam makna
yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari
seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa
dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan (Trianto, 2009:17).
Daryanto dan Rahardjo (2012:19) berpendapat bahwa pembelajaran
(instruction) merupakan akumulasi dari konsep mengajar (teaching) dan
konsep belajar (learning). Penekanannya terletak pada perpaduan antara
keduanya, yakni kepada penumbuhan aktivitas subjek didik. Konsep terse-
but dapat dipandang sebagai suatu sistem, sehingga dalam sistem belajar ini
terdapat komponenkomponen siswa atau peserta didik, tujuan, materi untuk
mencapai tujuan, fasilitas dan prosedur serta alat atau media yang harus
dipersiapkan.
Adapun menurut Hamalik (2010:57) pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran.
Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran di atas peneliti
menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah usaha sadar dari seorang guru
untuk mengarahkan siswanya belajar secara aktif dengan melakukan
interaksi dua arah dengan penyediaan sumber belajar untuk mencapai
tujuan yang diharapkan.

10
b. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran
apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat umum, sangat khusus atau
dimana saja dalam kontinu khusus (Uno, 2006:19).
Menurut Robert F. Mager dalam Uno (2006:35) tujuan pembela-
jaran sebagai perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh
siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Sedangkan Fred
Percival dan Henry Ellington dalam Uno (2006:35) berpendapat bahwa
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan menunjukkan
penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapai dicapai
sebagai hasil belajar.
Berdasarkan beberapa definisi tujuan pembelajaran di atas dapat
disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah perilaku atau keterampilan
apa yang hendak dicapai oleh siswa pada tingkat kompetensi tertentu
sebagai hasil belajar.
c. Unsur-unsur Pembelajaran
Daryanto dan Rahardjo (2012:20) mengemukakan semua pembe-
lajaran manusia pada hakekatnya mempunyai empat unsur, yakni persiapan
(preparation), penyampaian (presentation), pelatihan (practice), penampi-
lan hasil (performance).
1) Persiapan (preparation)
Tahap persiapan berkaitan dengan mempersiapkan peserta belajar untuk
belajar. Tanpa itu, pembelajaran akan lambat dan bahkan dapat berhenti
sama sekali.
2) Penyampaian (presentation)
Tahap penyampaian dalam siklus pembelajaran dimaksudkan untuk
mempertemukan peserta belajar dengan materi belajar yang mengawali
proses belajar secara positif dan menarik.
3) Latihan (practice)
Tahap latihan ini dalam siklus pembelajaran berpengaruh terhadap 70%
atau lebih pengalaman belajar keseluruhan. Dalam tahap inilah pembe-
lajaran yang sebenarnya berlangsung.

11
4) Penampilan hasil (performance)
Belajar adalah proses mengubah pengalaman menjadi pengetahuan,
pengetahuan menjadi pemahaman, pemahaman menjadi kearifan dan
kearifan menjadi tindakan. Tujuan tahap penampilan hasil ini adalah
untuk memastikan bahwa pembelajaran tetap melekat dan berhasil
diterapkan.
d. Prinsip-prinsip Pembelajaran di Sekolah Menengah Atas
Menurut Susanto (2013:87-88) pembelajaran di Sekolah Menengah
Atas mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Prinsip motivasi adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan
belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga
anak belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang
dimilikinya.
2) Prinsip latar belakang adalah upaya guru dalam proses belajar
mengajar memerhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
telah dimiliki anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.
3) Prinsip pemusatan perhatian adalah usaha untuk memusatkan perhatian
anak dengan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih
terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
4) Prinsip keterpaduan, guru dalam menyampaikan materi hendaknya
mengaitkan suatu pokok bahasan dengan pokok bahasan lain, atau
subpokok bahasan dengan subpokok bahasan lain agar anak mendapat
gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil belajar.
5) Prinsip pemecahan masalah adalah situasi belajar yang yang
dihadapkan pada masalah-masalah.
6) Prinsip menemukan adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki
anak untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam
bentuk fakta dan informasi.
7) Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
berdasarkan pengalaman untuk mengembangkan dan memperoleh
pengalaman baru.
8) Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat
menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi siswa dalam belajar,

12
karena dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya
fantasi anak berkembang.
9) Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar
mengajar yang memerhatikan perbedaan individu dari tingkat kecer-
dasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga.
10) Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang
sedang tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial.

2. Model Pembelajaran
a. Definisi Model Pembelajaran
Joyce dalam Trianto (2009:22) menyatakan model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalam-
nya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Selanjutnya,
Joyce menyatakan bahwa setiap model pembelajaran mengarahkan kita ke
dalam mendesain pembelajaran untuk membantu peserta didik sedemikian
rupa sehingga tujuan pembelajaran tercapai.
Menurut Arends dalam Suprijono (2013:46) model pembelajaran
mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya
tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran,
lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Menurut Suprijono (2013:46) model pembelajaran dapat didefini-
sikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar.
Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh para ahli di atas pene-
liti menyimpulkan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
digunakan sebagai pola atau pedoman dalam kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan belajar yang diharapkan, yang termasuk di dalamnya
adalah langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran (sintaksnya), tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, dan lingkungan pembelajaran.

13
b. Macam-macam Model Pembelajaran
Arends dalam Trianto (2009:25) menyeleksi enam model penga-
jaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu:
presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran koope-
ratif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.

3. Belajar
a. Definisi Belajar
Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan-
nya (Slameto, 1995:2).
Menurut Uno (2011:15) belajar adalah pemerolehan pengalaman
baru oleh seseorang dalam bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap,
sebagai akibat adanya proses dalam bentuk interaksi belajar terhadap suatu
objek (pengetahuan), atau melalui suatu penguatan (reinforcement) dalam
bentuk pengalaman terhadap suatu objek yang ada dalam lingkungan
belajar.
Susanto (2013:4) berpendapat bahwa belajar adalah suatu aktivitas
yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk
memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga
memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap
baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
Berdasarkan definisi belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli
di atas peneliti menarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu proses
untuk memperoleh pengetahuan baru yang diperoleh melalui interaksi
interaktif dengan lingkungannya, yang menghasilkan perubahan-perubahan
yang bersifat menetap.
b. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar menurut Riyanto (2012:62) adalah landasan berpikir,
landasan berpijak dan sumber motivasi, dengan harapan tujuan pembela-
jaran tercapai dan tumbuhnya proses belajar antardidik dan pendidik yang

14
dinamis dan terarah. Suprijono (2013:4) menyebutkan bahwa prinsip-
prinsip belajar yaitu:
Pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan
perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
1) Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang
disadari.
2) Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
3) Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
4) Positif atau berakumulasi.
5) Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan.
6) Permanen atau tetap.
7) Bertujuan dan terarah.
8) Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong
kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik
yang dinamis, konstruktif, dan organik. Belajar merupakan kesatuan
fungsional dari berbagai komponen belajar.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada
dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
c. Tujuan Belajar
Menurut Suprijono (2013:5) tujuan belajar yang eksplisit diusaha-
kan untuk dicapai dengan tindakan instruksional, lazim dinamakan instruc-
tional effect, yang biasa berbentuk pengetahuan dan keterampilan.
Sementara, tujuan belajar sebagai hasil yang menyertai tujuan belajar
instruksional lazim disebut nurturant effect. Bentuknya berupa, kemam-
puan berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima
orang lain dan sebagainya.

4. Hasil Belajar
a. Definisi Hasil Belajar
Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan
tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2002:3).

15
Hamalik (2010:159) berpendapat bahwa hasil belajar menunjuk
pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator
adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa. Menurut Nawawi dalam
Susanto (2013:5) hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan
siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi tertentu.
Hasil belajar siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah
melalui kegiatan belajar (Susanto, 2013:5). Selanjutnya, Susanto menyata-
kan anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Berdasarkan definisi hasil belajar yang telah dikemukakan para ahli
di atas peneliti menyimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar berdasarkan tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan dan dinyatakan dalam bentuk angka
yang diperoleh dari hasil tes setelah menjalani proses pembelajaran.
Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2007:113) keberhasilan atau
kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas
proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional keberha-
silan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri:
1) Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi
tinggi, baik secara individu maupun kelompok.
2) Perilaku yang digariskan dalam Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok.
3) Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial (sequen-
tial) mengantarkan materi tahap berikutnya.
Menurut Depdikbud dalam Trianto (2009:341) setiap siswa dikata-
kan tuntas belajarnya (ketuntasan individu) jika proporsi jawaban benar
siswa ≥ 75%, dan suatu kelas dikatakan tuntas belajarnya (ketuntasan
klasikal) jika dalam kelas tersebut terdapat ≥ 85% siswa yang telah tuntas
belajarnya.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Daryanto dan Rahardjo (2012:28) secara umum hasil
belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu faktor-faktor yang ada

16
dalam diri siswa dan faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang berada di luar
diri siswa. Yang tergolong faktor internal ialah:
1) Faktor fisiologis atau jasmani individu baik bersifat bawaan maupun
yang diperoleh dengan melihat, mendengar, struktur tubuh, cacat tubuh
dan sebagainya.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun keturunan, yang
meliputi:
a) Faktor intelektual terdiri atas
(1) Faktor potensial, yaitu intelegensi dan bakat.
(2) Faktor aktual yaitu kecakapan nyata dan prestasi.
b) Faktor non intelektual yaitu komponen-komponen kepribadian
tertentu seperti sikap, minat, kebiasaan, motivasi, kebutuhan, konsep
diri, penyesuaian diri, emosional dan sebagainya.
c) Faktor kematangan baik fisik maupun psikis.
Sedangkan yang tergolong faktor eksternal ialah:
1) Faktor sosial yang terdiri atas: faktor lingkungan keluarga, faktor
lingkungan sekolah, faktor lingkungan masyarakat, faktor kelompok.
2) Faktor budaya seperti: adat istiadat, ilmu pengetahuan dan teknologi,
kesenian dan sebagainya.
3) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar, iklim
dan sebagainya.
4) Faktor spiritual atau lingkungan keagamaan.
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar di atas,
peneliti menggunakan faktor eksternal berupa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT). Pelaksanaan model pembe-
lajaran NHT ini yang mengutamakan interaksi sosial untuk aktif dalam
kelompok.

B. Pembelajaran Kooperatif
1. Definisi Pembelajaran Kooperatif Learning
Cooperative berasal dari bahasa Inggris yaitu kata cooperation artinya
kerjasama. W.J.S. Poerwodarminta, (1999:60).Cooperative berarti “working
acting together with a others to word a shared aim common purpose”Sally
Wehmeier, (2000: 276).Basyiruddin Usman mendefinisikan cooperative
sebagai belajar kelompok atau bekerjasama, (2002: 14). Marasuddin S
mengatakan bahwa dalam proses belajar mengajar perlu diciptakan metode

17
kelompok untuk mewujudkan rasa kerjasama yang kuat atau rasa solidaritas,
(2003: 29-30).
Sedangkan Learning berarti wide knowledge gained by careful study,
Sally Wehmeier, (2000: 731). Senada dengan itu Artur T Jersild yang dikutip
Syaiful sagala mendefinisikan bahwa Learning adalah Modification of
behavior sthrough experience and training’ yakni pembentukan perilaku
melalui pengalaman dan latihan, Saeful Sagala (2003: 12) Artur T Jersild
menambahkan bahwa Learning sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan,
perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar. Saeful Sagala
(2003: 12)
Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Slavin dalam
Isjoni (2013:12) adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya
4-6 orang dengan struktur kelompok heterogen.
Johnsons, et al (2010:4) menyebutkan pembelajaran kooperatif
(cooperative learning) adalah proses belajar mengajar yang melibatkan
penggunaan kelompok-kelompok kecil yang memungkinkan siswa untuk
bekerja secara bersama-sama di dalamnya guna memaksimalkan pembelajaran
mereka sendiri dan pembelajaran satu sama lain. Sedangkan Riyanto
(2012:267) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif adalah model
pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik
(academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk
interpersonal skill.
Menurut Artzt & Newman dalam Trianto (2009:56) menyatakan
bahwa dalam belajar kooperatif siswa belajar bersama sebagai suatu tim
dalam menyelesaikan tugas-tugas kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Parker dalam Huda (2013:
29) mendefinisikan kelompok kecil kooperatif sebagai suasana pembelajaran
dimana para siswa saling berinteraksi dalam kelompokkelompok kecil untuk
mengerjakan tugas akademik demi mencapai tujuan bersama.
Pembelajaran kooperatif bernaung dalam teori konstruktivis,
pembelajaran ini muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah mene-
mukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan

18
temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat sosial dan
penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam pembelajaran
kooperatif (Trianto, 2009:56).
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai definisi pembelajaran
kooperatif di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif
adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa ke dalam kelompok-
kelompok kecil untuk saling berdiskusi memahami suatu konsep dan saling
bekerja sama dalam memecahkan suatu masalah. Pembelajaran kooperatif
dapat mengasah kemampuan siswa untuk berinteraksi sosial dengan
lingkungannya.
Secara ringkas struktur pemikiran pembelajaran kooperatif dapat
digambarkan seperti pada gambar 2.1:

Landasan Teori Teori Belajar Kontruktivis Hakikat Sosiokultural

NHT Learning Community Vygotsky

Hasil Belajar Konsep-konsep


Akademik Sulit
Hasil Belajar Siswa
Keterampilan Keterampilan
Sosial Kooperatif

Sintaks Enam fase Lihat Tabel 2.1


Utama

Berpusat pada
Lingkungan Belajar Proses Demokrasi Guru
dan Sistem dan peran Siswa
Pengelolaan Aktif Siswa Belajar
dalam Kelompok
Kecil

Gambar 2.1 Struktur Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif Diambil dari


Suprijono (2013:68)

2. Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif


Sintaks atau langkah-langkah model pembelajaran kooperatif terdiri
dari 6 (enam) fase. Keenam fase tersebut dapat diketahui pada tabel 2.1 di
bawah ini:

19
Tabel 2.1
Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Fase-fase Perilaku Guru
Fase 1: Present goals and set. Menjelaskan tujuan pembelajaran dan
Menyampaikan tujuan dan mempersiap- mempersiapkan peserta didik agar siap
kan peserta didik. belajar.
Fase 2: Present information. Mempresentasikan informasi kepada
Menyajikan informasi. peserta didik secara verbal.
Fase 3: Organize students into learning Memberikan penjelasan kepada peser-
teams. ta didik tentang tata cara pembentukan
Mengorganisir peserta didik ke dalam tim belajar dan membantu kelompok
tim-tim belajar. melakukan transisi yang efisien.
Fase 4: Assist team work and study. Membantu tim-tim belajar selama pe-
Membantu kerja tim dan belajar. serta didik mengerjakan tugasnya.
Fase 5: Test on the materials. Menguji pengetahuan peserta didik me-
Mengevaluasi. ngenai berbagai materi pembelajaran/
kelompok-kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
Fase 6: Provide recognition. Mempersiapkan cara untuk mengakui
Memberikan pengakuan/penghargaan. usaha dan prestasi individu maupun
kelompok.
(Suprijono, 2013:65)

3. Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan kelompok Kecil


Kelompok kooperatif tidak sama dengan belajar kelompok kecil, Ellis
dan Whalen mengungkapkan perbedaan-perbedaan mendasar antara
pembelajaran kooperatif dan belajar kelompok kecil, yaitu:
Tabel 2.2
Perbedaan Antara Kelompok Kooperatif dan Kelompok Kecil
Kelompok Kooperatif Kelompok Kecil
Interpedensi positif. Interaksi verbal Tidak ada intepedensi. Siswa bekerja
berhadap-hadapan. sama hanya untuk kesuksesannya sendiri.
Bahkan tak jarang mereka mencocok-kan
jawaban mereka dengan jawaban teman-
temannya hanya untuk memperoleh nilai
yang maksimal bagi diri mereka sendiri.
Akuntabilitas individu. Setiap anggota Sekadar ikut-ikutan. Beberapa siswa
kelompok harus menguasai materi mem-biarkan saja jika ada teman satu
pelajaran. kelom-poknya bekerja sendiri, sementara
mereka tinggal mencopy-pastenya jika
sudah selesai.
Guru memonitor perilaku siswa Guru tidak secara langsung mengobser-
vasi perilaku siswa. Selama proses diskusi

20
Kelompok Kooperatif Kelompok Kecil
antar siswa tak jarang guru mengerjakan
tugastugas lain tanpa memerhatikan
perilaku siswa dalam proses diskusi
tersebut.
Guru mengajarkan keterampilan sosial Keterampilan sosial tidak diajarkan secara
yang dibutuhkan siswa untuk dapat sistematis.
bekerja sama secara efektif.
(Huda, 2013:80)

4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)


Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yang dirang-kum
Ibrahim, et al. (2000) dalam Isjoni (2013:27), yaitu:
1) Hasil belajar akademik
Dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning) meskipun
mencakup beragam tujuan sosial, juga memperbaiki prestasi siswa atau
tugas-tugas akademis penting lainnya.
2) Penerimaan terhadap perbedaan individu
Tujuan lain model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
ada-lah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan
ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya.
Pembelajaran kooperatif memberi peluang bagi siswa dari berbagai latar
belakang dan kondisi untuk bekerja dan saling bergantung pada tugas-tugas
akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling
menghargai satu sama lain.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Tujuan penting ketiga pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan
kolaborasi. Keterampilan-keterampilan sosial penting dimiliki siswa, sebab
saat ini banyak anak muda masih kurang dalam keterampilan sosial.

5. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif


Menurut Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto
(2009:60), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
1) Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa. Dalam
belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerja sama untuk

21
mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain. Seorang siswa tidak akan
sukses kecuali semua anggota kelompoknya juga sukses. Siswa akan
merasa bahwa dirinya merupakan bagian dari kelompok yang juga
mempunyai andil terhadap suksesnya kelompok. Menurut Huda (2013:47)
interpedensi positif dapat dipahami dengan merujuk pada dua indikator
utama, bahwa:
a) Setiap usaha anggota kelompok sangat dibutuhkan karena turut
menentukan keberhasilan kelompok tersebut mencapai tujuannya (tidak
ada satu pun anggota yang boleh bersantai ria, sementara anggota lain
bekerja keras).
b) Setiap anggota pasti memiliki kontribusi yang unik dan berbeda-beda
bagi kelompoknya karena masing-masing dari mereka bertanggung
jawab atas setiap tugas yang dibagi secara merata (tidak boleh ada satu
pun anggota yang merasa diperlakukan tidak adil oleh anggota lain).
2) Kedua, interaksi antar siswa yang semakin meningkat. Belajar kooperatif
akan meningkatkan interaksi antara siswa. Hal ini, terjadi dalam hal
seorang siswa akan membantu siswa lain untuk sukses sebagai anggota
kelompok. Saling memberikan bantuan ini akan berlangsung secara
alamiah karena kegagalan seseorang dalam kelompok memengaruhi
suksesnya kelompok. Untuk mengatasi masalah ini, siswa yang mem-
butuhkan bantuan akan mendapatkan dari teman sekelompoknya. Inte-raksi
yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide
mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.
Menurut Suprijono (2013:60) interaksi yang semakin meningkat atau
interaksi promotif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a) Saling membantu secara efektif dan efisien.
b) Saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan.
c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien.
d) Saling mengingatkan.
e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argu-
mentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah
yang dihadapi.
f) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
3) Ketiga, tanggung jawab individual (akuntabilitas individu). Tanggung
jawab belajar individual dalam belajar kelompok dapat berupa tanggung

22
jawab siswa dalam hal: (a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan
dan (b) siswa tidak hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman
jawab siswa dan teman sekelompoknya.
Menurut Suprijono (2013:60) beberapa cara menumbuhkan tanggung
jawab perseorangan adalah (a) kelompok belajar jangan terlalu besar; (b)
melakukan assesmen terhadap setiap siswa; (c) memberi tugas kepada
siswa, yang dipilih secara random untuk mempresentasikan hasil
kelompoknya kepada guru maupun kepada seluruh peserta didik di depan
kelas; (d) mengamati setiap kelompok dan mencatat frekuensi individu
dalam membantu kelompok; (e) menugasi seorang peserta didik untuk
berperan sebagai pemeriksa di kelompoknya; (f) menugasi peserta didik
mengajar temannya.
4) Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil. Dalam belajar
kooperatif, selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan
seorang siswa dituntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa
lain dalam kelompoknya. Bagaimana siswa bersikap sebagai anggota
kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut
keterampilan khusus.
5) Kelima, proses kelompok. Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa
proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok
mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan
membuat hubungan kerja yang baik.
Selain lima unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini juga mengandung prinsip-prinsip yang
membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Konsep utama dari
belajar kooperatif menurut Slavin dalam Trianto (2009:61), adalah sebagai
berikut:
a) Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
b) Tanggung jawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. Tanggung
jawab ini terfokus dalam usaha untuk membantu yang lain dan memastikan

23
setiap anggota kelompok telah siap menghadapi evaluasi tanpa bantuan
yang lain.
c) Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
Hal ini memastikan bahwa siswa berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah
sama-sama tertantang untuk melakukan yang terbaik dan bahwa kontribusi
semua anggota kelompok sangat bernilai.

6. Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif


Beberapa ahli menyatakan bahwa model ini tidak hanya unggul dalam
membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna
untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu
teman (Isjoni, 2013:13).
Sadker dan sadker dalam Huda (2013:66) menjabarkan beberapa
manfaat pembelajaran kooperatif:
1) Siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan
memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi; hal ini khususnya
berlaku bagi siswa-siswa SD untuk mata pelajaran matematika.
2) Siswa yang berpartisipasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki
sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk
belajar.
3) Dengan pembelajaran kooperatif, siswa menjadi lebih peduli pada teman-
temannya, dan di antara mereka akan terbangun rasa ketergantungan yang
positif (interpedensi positif) untuk proses belajar mereka nanti.
4) Pembelajaran kooperatif meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap
teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang
berbeda-beda.

7. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif


Kelemahan model pembelajaran kooperatif (cooperative learning)
bersumber pada dua faktor, yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari
luar (ekstern). Faktor dari dalam, yaitu: 1) guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga,
pemikiran dan waktu, 2) agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar

24
maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai, 3)
selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik
permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai
dengan waktu yang telah ditentukan, dan 4) saat diskusi kelas, terkadang
didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif
(Isjoni, 2013:25).
Slavin dalam Huda (2013:68) mengidentifikasi tiga kendala utama
atau apa yang disebutnya pitfalls (lubang-lubang perangkap) terkait dengan
pembelajaran kooperatif:
1) Free rider: jika tidak dirancang dengan baik, pembelajaran kooperatif
justru berdampak pada munculnya free rider atau “pengendara bebas”.
Yang dimaksud free rider di sini adalah beberapa siswa yang tidak
bertanggung jawab secara personal pada tugas kelompoknya; mereka hanya
“mengekor” saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya
yang lain. Free rider ini sering kali muncul ketika kelompok-kelompok
kooperatif ditugaskan untuk menangani satu lembar kerja, satu proyek, atau
satu laporan tertentu. Untuk tugas-tugas seperti ini, sering kali ada satu atau
beberapa anggota yang mengerjakan hampir semua pekerjaan
kelompoknya, sementara sebagian anggota yang lain justru “bebas
berkendara”, berkeliaran kemana-mana.
2) Diffusion of responsibility: yang dimaksud dengan diffusion of responsi-
bility (penyebaran tanggung jawab) ini adalah suatu kondisi dimana
beberapa anggota yang dianggap tidak mampu cenderung diabaikan oleh
anggota-anggota lain yang “lebih mampu”. Misalnya, jika mereka
ditugaskan untuk mengerjakan tugas matematika, beberapa anggota yang
dipersepsikan tidak mampu berhitung atau menggunakan rumus-rumus
dengan baik seringkali tidak dihiraukan oleh teman-temannya yang lain.
Bahkan, mereka yang memiliki skill matematika yang baik pun terkadang
malas mengajarkan keterampilannya pada teman-temannya yang kurang
mahir di bidang matematika. Bagi mereka, hal ini hanya membuang-buang
waktu dan energi saja.
3) Learning a part of task specialization: dalam beberapa metode tertentu,
seperti jigsaw, group investigation, dan metode-metode lain yang terkait,

25
setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari atau mengerjakan bagian
materi yang berbeda antar satu sama lain. Pembagian semacam ini sering
kali membuat siswa hanya fokus pada bagian materi yang menjadi
tanggung jawabnya, sementara bagian materi lain yang dikerjakan oleh
kelompok lain hampir tidak digubris sama sekali, padahal semua materi
tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Menurut Slavin dalam Huda (2013:69), ketiga kendala ini bisa diatasi
jika guru mampu: (1) mengenali sedikit banyak karakteristik dan level
kemampuan siswa-siswanya, (2) selalu menyediakan waktu khusus untuk
mengetahui kemajuan setiap siswanya dengan mengevaluasi mereka secara
individual setelah bekerja kelompok, dan yang paling penting (3)
mengintegrasikan metode yang satu dengan metode yang lain.

8. Pengelompokan dalam Pembelajaran Kooperatif


Menurut Huda (2013:173) berdasarkan jenisnya, ada dua opsi yang
bisa digunakan guru untuk melakukan pengelompokan di ruang kelas mereka,
yaitu:
1) Pengelompokan Permanen
Dinamakan pengelompokan permanen karena kelompok-kelompok
yang dibentuk oleh guru ini akan bekerja sama beberapa pertemuan.
Kelompok-kelompok permanen cenderung memiliki anggota yang tetap.
Kelebihan kelompok permanen ini, salah satunya adalah guru bisa
benar-benar membentuk kelompok-kelompok yang comparable karena
didasarkan pada pertimbangan yang cukup matang akan performa
akademik siswa-siswanya. Kelompok ini juga sangat menghemat waktu,
memudahkan pengelolaan kelas, dan meningkatkan semangat kerjasama
karena siswa sudah saling mengenal dengan cukup baik dan terbiasa
dengan cara belajar teman-teman satu kelompoknya.
Akan tetapi, kelemahan kelompok ini adalah dibutuhkannya waktu
yang tidak sebentar karena guru perlu mengatur sedemikian rupa untuk
membentuk kelompok-kelompok yang sekiranya bisa berfungsi untuk
beberapa pertemuan ke depan. Perselisihan juga kemungkinan sering
terjadi.

26
2) Pengelompokan Non Permanen
Berkebalikan dengan kelompok permanen, kelompok non permanen
sifatnya sementara. Kelebihan kelompok ini adalah proses
pembentukannya yang tidak membutuhkan waktu lama sehingga guru bisa
lebih cepat menjalankan proses pembelajaran. Akan tetapi, kekurangan
kelompok non permanen adalah sulitnya membangun interaksi antara siswa
satu dengan siswa lain dalam satu kelompok karena komposisi kelompok
mereka selalu berubah-ubah setiap kali pertemuan. Selain itu, kelompok
non permanen cenderung melibatkan siswa dalam proses pembentukannya
sehingga sangat sulit bagi guru untuk menyeleksi siswa-siswa berdasarkan
performa akademik mereka.

C. Numbered Head Together (NHT)


1. Definisi Numbered Head Together (NHT)
Menurut Trianto (2009:82-83) Numbered Head Together (NHT) atau
penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif
yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional. Numbered Head Together (NHT) pertama
kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.

2. Langkah-langkah Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)


Menurut Trianto (2009:82) dalam mengajukan pertanyaan kepada
seluruh kelas, guru menggunakan struktur empat fase sebagai sintaks NHT:
a. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
b. Fase 2 : Mengajukan pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
c. Fase 3 : Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
d. Fase 4 : Menjawab

27
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai, mengacungkan tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan
untuk seluruh kelas.
Menurut Hamid (2011:219) langkah-langkah guru dalam pembelajaran
NHT adalah:
a. Siswa dibagi dalam kelompok dan setiap siswa dalam kelompok tersebut
mendapat nomor kelompok.
b. Guru memberikan tugas yang berkaitan dengan materi pelajaran yang akan
disampaikan dan masing-masing kelompok mengerjakannya bersama
kelompoknya.
c. Setiap kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap
anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawaban yang
mewakili dari kelompok tersebut.
d. Untuk membahas hasil dari setiap kelompok, guru memanggil nomor ke-
lompok tertentu untuk membahas jawaban mereka, kemudian memanggil
nomor kelompok yang lain untuk memberi tanggapan atas jawaban dari
kelompok yang mempresentasikan jawabannya.
e. Terakhir guru memberikan kesimpulan terhadap jalannya pembahasan dan
pembelajaran tersebut.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran NHT di atas peneliti
memodifikasi langkah-langkah pembelajaran NHT pada tabel 2.3 sebagai
berikut:
Tabel 2.3
Langkah-langkah Penerapan Pembelajaran NHT
Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah NHT
Pendahuluan Langkah 1
a. Membagi siswa menjadi beberapa ke- Penomoran
lompok yang beranggotakan 4 sampai 5
orang. Kemudian, setiap siswa diberi
nomor.
b. Guru menyampaikan materi yang akan
dipelajari sesuai kompetensi dasar yang
akan dicapai dan menginformasikan
metode yang akan digunakan.
c. Memotivasi siswa agar aktif dalam
pembelajaran.
Kegiatan Inti Langkah 2
d.Guru mengajukan pertanyaan atau lem- Mengajukan
bar kerja siswa (LKS) untuk dipecahkan Pertanyaan

28
Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah NHT
bersama dalam kelompok.

e. Guru meminta siswa berdiskusi bersama Langkah 3


kelompoknya untuk berpikir bersama Berpikir Bersama
dan menyatukan pendapat untuk
membahas pertanyaan atau LKS yang
diajukan guru.
f. Setiap kelompok harus memastikan se-
tiap anggota kelompoknya mengetahui
jawabannya.
g. Guru mengecek pemahaman siswa Langkah 4
dengan memanggil salah satu nomor Menjawab
siswa secara acak dari salah satu ke- Pertanyaan
lompok, siswa yang dipanggil menga-
cungkan tangan dan mempresentasikan
hasil diskusi di depan kelas, jawaban dari
siswa yang ditunjuk merupakan wakil
dari jawaban kelompok.
h. Kelompok lain menanggapi, terutama
siswa yang memiliki nomor yang sama
dengan siswa yang ditunjuk.
i. Guru memberikan penghargaan berupa
tanda bintang pada kelompok yang
menjawab dengan betul.
Kegiatan Penutup
j. Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk bertanya.
k. Guru memfasilitasi siswa membuat
rangkuman/kesimpulan pembelajaran.
l. Memberikan tes evaluasi.

3. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Numbered Head Together


(NHT) Menurut Hamdani dalam Ratri (2013:12) model Numbered Head
Together (NHT) mempunyai kelebihan dan kekurangan.
a. Kelebihan Numbered Head Together (NHT)
(1) Setiap siswa menjadi siap semua.
(2) Siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
(3) Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
b. Kelemahan Numbered Head Together (NHT)
(1) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
(2) Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
(http://library.ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/3cc6365ee507e46
c.pdf)

D. Pembelajaran Matematika SMA

29
1. Matematika
Alberta mendefinisikan matematika sebagai suatu ilmu
tentangpengenalan dan deskripsi pola bilangan dan non-bilangan. Selain itu,
iajuga menambahkan bahwa:
Mathematics is one way to describe interconnectedness in aholistic
worldview. Mathematics is used to describe and explainrelationships
among numbers, sets, shapes, objects and concepts.The search for
possible relationships involves collecting andanalyzing data and
describing relationships visually, symbolically,orally or in written
form. (Alberta, 2007: 11)

Maksud dari pernyataan di atas adalah matematika merupakansalah


satu cara untuk mendeskripsikan hubungan-hubungan dalam duniaini.
Matematika digunakan untuk mendeskripsikan dan menjelaskanhubungan
antara bilangan, himpunan, bentuk, objek, dan konsep.Termasuk juga
penelusuran hubungan mengenai pengumpulan, analisisdata dan
mendeskripsikannya secara visual, simbolik, lisan ataupundengan tulisan.
R. Soedjadi (2007: 9) mendefiniskan matematika sebagai ilmuyang
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memiliki objek kajian yang abstrak yang hanya ada dalam pikiran
2) Bertumpu pada kesepakatan (lebih bertumpu pada aksioma formal)
3) Berpola pikir deduktif
4) Konsisten dalam sistemnya
5) Memiliki/menggunakan simbol yang “kosong” dari arti
6) Memperhatikan semesta pembicaraan
Matematika tidak hanya sekedar penerapan keterampilan
numerasidasar semata, melainkan matematika juga merupakan kendaraan
utamauntuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan
keterampilankognitif bagi manusia (Muijs dan Reynolds, 2008: 333).
Sedangkan Ebbut & Straker (Marsigit, 2012: 8)
menjelaskanmatematika di sekolah memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mathematics is a search for patterns and relationship
2) Mathematics is a creative activity, involving imagination, intuition,and
discovery
3) Mathematics is a way of solving problems
4) Mathematics is a means of communicating information or ideas

30
Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat disimpulkan
bahwamatematika merupakan sebuah ilmu yang tidak hanya mempelajari
polabilangan saja, melainkan sebuah ilmu yang mempelajari tentang pola-
poladan hubungan-hubungan dalam dunia ini dari yang bersifat konkrethingga
abstrak yang dapat dideskripsikan secara simbolik, visual, lisan,ataupun
tulisan yang dapat meningkatkan keterampilan kognitif danberpikir logis
seorang individu.

2. Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar. Istilah belajar
danpembelajaran merupakan dua istilah yang berbeda, akan tetapi
memilikiketerkaitan yang sangat erat dan tidak dapat dipisahkan satu dengan
yanglainnya terutama dalam proses pendidikan. Menurut Woolfolk
(Koohang,2009: 92) - learning is active mental work, not passive reception
ofteaching,” yang artinya belajar adalah proses mental yang aktif,
bukanpenerimaan pasif dari sebuah pengajaran. Selanjutnya ia
jugamenambahkan bahwa belajar adalah “... the students actively proces
toconstruct their own knowledge: the mind of the student mediates inputfrom
the outside world to determine what the student will learn.” Maksud dari
pernyataan tersebut adalah belajar merupakan sebuah prosesdimana siswa
secara aktif membangun pengetahuannya sendiri dengancara memasukkan apa
yang ia peroleh dari dunia luar ke dalampikirannya. Dalam proses
pembelajaran, seorang individu harus dapatmembangun pengetahuannya
sendiri dengan memberikan makna melaluipengalaman yang nyata (Rusman,
2012: 193).
Sedangkan pembelajaran dapat diartikan sebagai upaya yangdilakukan
dengan sengaja oleh pendidik untuk menyampaikan ilmupengetahuan,
mengorganisasi, dan menciptakan sistem lingkungandengan berbagai metode
sehingga siswa dapat melakukan kegiatanbelajar secara efisien serta dengan
hasil yang optimal (Sugihartono,2007: 81).
Perbedaan antara belajar dan pembelajaran terletak pada
penekananmasalah di dalamnya. Belajar lebih menekankan pada bahasan
tentangsiswa dan proses yang menyertainya dalam membangun struktur

31
kognitifdan kebermaknaan setiap hal yang ia pelajari. Sedangkan
pembelajaranlebih menekankan pada guru dengan segala proses yang
menyertainyadalam memfasilitasi siswa membangun struktur kognitif
dankebermaknaan setiap hal yang mereka pelajari (Ratna Wilis Dahar,
2011:165-166).

3. Sekolah Menengah Atas (SMA)


Sekolah Menengah Atas (SMA) merupakan bagian terpadu dariSistem
Pendidikan Nasional, yang mempunyai peranan penting dalammenyiapkan
dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). DalamPeraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 tentangpengelolaan
dan penyelenggaraan pendidikan dijelaskan bahwa Sekolah Menengah Atas
(SMA) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikanformal yang
menyelenggarakan pendidikan pada jenjangpendidikan menengah sebagai
lanjutan dari SMP, MTs, atau bentuk lainyang sederajat.
Selanjutnya, dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan
KebudayaanRepublik Indonesia nomor 54 tahun 2013 dijelaskan mengenai
standarkompetensi lulusan Sekolah Menengah Atas yang meliputi tiga
aspek,yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Berikut dijelaskan
beberapakualifikasi kemampuan yang harus dicapai dari ketiga aspek tersebut.
1) Sikap
Kualifikasi kemampuan yang harus dicapai adalah peserta didikharus
memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman,berakhlak
mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalamberinteraksi
secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam sertadalam menempatkan
diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulandunia
2) Pengetahuan
Kualifikasi kemampuan yang harus dicapai dari aspekpengetahuan ini
adalah peserta didik diharapkan memilikipengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif dalamilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan
budaya dengan wawasankemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
peradaban terkaitpenyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
3) Keterampilan
Kualifikasi kemampuan yang harus dicapai dari aspekketerampilan ini
adalah peserta didik diharapkan memilikikemampuan pikir dan tindak yang

32
efektif dan kreatif dalam ranahabstrak dan konkret sebagai pengembangan
dari yang dipelajari disekolah secara mandiri.

4. Karakteristik Siswa SMA


Berdasarkan teori Piaget (Sugihartono, dkk., 2007: 109),perkembangan
kognitif setiap individu berkembang berdasarkan 4tahapan, yaitu tahapan
sensori motor (dari lahir sampai umur 2 tahun),tahap pra operasi (dari umur 2
tahun sampai umur 7 tahun), tahap operasikonkrit (dari umur 7 tahun sampai
11 tahun), dan tahap operasi formal(umur 11 tahun ke atas). Sesuai dengan
uraian tersebut, siswa SMAberada pada tahap operasi formal. Pada tahap ini
siswa sudah mampumelakukan penalaran menggunakan hubungan antara
objek-objek dalamkehidupan sehari-hari untuk dikaitkan dengan suatu
persoalanmatematika. Selanjutnya, Parkay & Stanford (2008: 371)
jugamenambahkan bahwa anak dalam tahap operasi formal
memilikikemampuan kognitif yang menjangkau tingkatan tertinggi
dalamperkembangan mereka, mereka dapat membuat perkiraan,
berpikirtentang situasi hipotesis, berpikir tentang suatu proses, serta
menghargaistruktur bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi.
Meskipun pada tingkat operasi formal siswa SMA memilikistruktur
kognisi yang berkembang luas, tetapi kenyataannya siswa belumsepenuhnya
dapat berpikir abstrak (Ratna Wilis Dahar, 2011: 139).Untuk itu suatu media
yang dapat membantu siswa berpikir secaraabstrak sangat diperlukan dalam
belajar matematika.

5. Pembelajaran Matematika SMA


Menurut Permendikbud No. 69 tahun 2013 tentang kerangka dasardan
struktur kurikulum SMA, matematika masuk ke dalamkelompok mata
pelajaran wajib dan mata pelajaran kelompok peminatan.Kelompok mata
pelajaran wajib merupakan bagian dari pendidikanumum yaitu pendidikan
bagi semua warga negara bertujuan memberikanpengetahuan tentang bangsa,
sikap sebagai bangsa, dan kemampuanpenting untuk mengembangkan
kehidupan pribadi peserta didik,masyarakat dan bangsa.
Sedangkan kelompok mata pelajaran peminatan bertujuan (1)
untukmemberikan kesempatan kepada peserta didik mengembangkan

33
minatnyadalam sekelompok mata pelajaran sesuai dengan minat keilmuannya
diperguruan tinggi, dan (2) untuk mengembangkan minatnya terhadapsuatu
disiplin ilmu atau ketrampilan tertentu. Matematika dalamkelompok
peminatan hanya diperuntukkan bagi siswa yang mengambilprogram MIA
(Matematika dan Ilmu Alam) saja, sedangkan untukmatematika kelompok
mata pelajaran wajib diperuntukkan untuk untukprogram peminatan IIS (Ilmu-
ilmu Sosial), MIA, dan Bahasa.Ruang lingkup mata pelajaran Matematika
pada satuan pendidikanSMA meliputi beberapa aspek-aspek sebagai berikut.
1) Aljabar
2) Geometri
3) Trigonometri
4) Kalkulus
5) Statistika dan Peluang.
Dalam Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang standarproses
pendidikan dasar dan menengah dijelaskan mengenai prinsip-
prinsippembelajaran yang digunakan dalam kurikulum 2013 yang harussesuai
dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Prinsip-
prinsippembelajaran tersebut adalah:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu.
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajarberbasis
aneka sumber belajar.
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatanpenggunaan
pendekatan ilmiah.
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran
berbasiskompetensi.
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal
menujupembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi.
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal(hardskills)
dan keterampilan mental (softskills).
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan
pemberdayaanpeserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberiketeladanan,
membangun kemauan, dan mengembangkankreativitas peserta didik
dalam proses pembelajaran.
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan dimasyarakat.
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalahguru,
siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.

34
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untukmeningkatkan
efisiensi dan efektivitas pembelajaran.
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budayapeserta
didik.
Berdasarkan pada prinsip-prinsip pembelajaran di atas makaterdapat
beberapa elemen perubahan dalam pelaksaanaan pembelajaranMatematika
dalam kurikulum 2013 (Kemendikbud, 2013: 97), yaitu:
1) Kegiatan pembelajaran dimulai dari pengamatan permasalahankonkret,
kemudian ke semi konkret, dan akhirnya abstraksipermasalahan.
2) Rumus diturunkan oleh siswa sehingga selain siswa dapatmengaplikasikan
rumus, mereka juga dapat memahami asal-usulrumus tersebut.
3) Adanya perimbangan antara matematika dengan angka dan tanpaangka
(gambar, grafik, pola, dsb.).
4) Kegiatan pembelajaran harus dirancang agar siswa dapat berpikirkritis
untuk menyelesaikan permasalahan yang diajukan.
5) Kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan harus dapat membiasakansiswa
untuk berpikir algoritmis
6) Adanya perluasan pada materi-materi tertentu.
7) Mengenalkan konsep pendekatan dan perkiraan.
Selain itu, pembelajaran Matematika harus mampu mengaktifkansiswa
dalam proses pembelajaran. Guru tidak lagi menjadi peran utamadalam proses
pembelajaran, akan tetapi siswalah yang harus berperanaktif selama kegiatan
pembelajaran berlangsung. Selanjutnya, setiappermasalahan dalam
matematika yang semula disajikan secara abstrakharus bisa dikaitkan dengan
konteks dunia nyata (konkret), selainbertujuan agar siswa dapat memahami
permasalahan tersebut denganbaik, siswa juga dapat mengaplikasikannya
dalam dunia nyata dalamkonteks atau permasalahan yang berbeda.
Jadi pembelajaran Matematika di SMA tidak hanya
sebatasmenekankan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika
ataumeningkatkan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal-soal saja.Akan
tetapi pembelajaran matematika di SMA seharusnya sampai padatahap
mengaplikasikan konsep-konsep yang telah mereka dapatkan.Selanjutnya,
dengan pembelajaran matematika diharapkan siswa dapatmenumbuhkan rasa
percaya diri, sikap ulet, dan dapat berpikir kritisdalam memecahkan masalah.

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together (NHT)


dalam Pembelajaran Matematika

35
Matematika selama ini masih dianggap sebagai pelajaran yang rumit dan
memiliki tingkat kesulitan tersendiri. Untuk itulah peran guru sangat dibutuhkan
dalam memilih model pembelajaran yang tepat.
Menurut Bourne dalam Fathani (2009:19) matematika sebagai konstrukti-
visme sosial dengan penekanannya pada knowing how, yaitu pelajar dipandang
sebagai makhluk yang aktif dalam mengkonstruksi ilmu pengetahuan dengan
cara berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Hanbury dalam Yamin dan
Anshari (2009:94) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran matematika yang sesuai
dengan teori konstruktivisme, yaitu: (1) siswa mengkonstruksi pengetahuan
dengan cara mengintegrasikan ide yang mereka miliki, (2) belajar matematika
menjadi lebih bermakna karena siswa mengerti, (3) strategi siswa lebih
bermanfaat, dan (4) siswa mempunyai kesempatan untuk berdiskusi dan saling
bertukar pengalaman dengan temannya.
Berdasarkan kedua pendapat di atas memiliki kesamaan bahwa dalam
belajar matematika dapat dilakukan dengan berinteraksi dengan lingkungan
sekitar dalam hal ini siswa mengkonstruksi pengetahuan dengan berdiskusi
dengan temannya. Oleh karena itu, model pembelajaran yang cocok untuk
diterapkan dalam pembelajaran matematika adalah model pembelajaran
kooperatif. Menurut Isjoni (2013:12) pembelajaran kooperatif merupakan strategi
belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat
kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa
anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk
memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan
belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan
pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk semua jenis tugas
akademik termasuk matematika. Dalam hal ini menurut Cohen dalam Huda
(2013:20) interaksi yang berlangsung antar anggota kelompok bergantung pada
struktur penyelesaian tugas tersebut. Misalnya, tugas-tugas yang sudah terstruk-
tur dengan baik, seperti tugas matematika dan komputer, biasanya memiliki
prosedur tersendiri yang harus diikuti untuk memperoleh jawaban yang tepat
sehingga kecil kemungkinan ada informasi atau gagasan yang perlu didiskusikan

36
bersama. Dalam kasus seperti ini, jenis bantuan yang paling efektif tentu saja
adalah memberikan penjelasan (providing explanation).
Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat membantu siswa
dalam memahami materi yaitu model NHT. Menurut Trianto (2009:82) model
NHT adalah jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi
pola interaksi siswa dan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Dalam
model NHT guru akan mengecek pemahaman siswa terhadap materi dengan cara
memanggil siswa secara acak untuk menjawab pertanyaan untuk itulah tiap
anggota kelompok selain bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri juga
bertanggung jawab atas pembelajaran anggota kelompoknya.
Model NHT lebih cocok diterapkan dalam pembelajaran yang mengguna-
kan kurikulum 2006 (KTSP) dibandingkan kurikulum 2013. Hal ini berdasarkan
pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
65 Tahun 2013 tentang standar proses pendidikan dasar dan menengah bahwa
karakteristik pembelajaran dalam kurikulum 2013 berdasarkan pendekatan ilmiah
(scientific), tematik terpadu (tematik antar mata pelajaran) dan tematik (dalam
suatu mata pelajaran). Berdasarkan hal tersebut model pembelajaran yang
diutamakan dalam implementasi kurikulum 2013 adalah model pembelajaran
berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inquiry learning), dan model
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (problem
based learning).

F. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang dilakukan oleh Nur Wahyuni dalam skripsinya yang
berjudul”Pembelajaran Matematika dengan Model Kooperatif tipe Numbered
HeadTogether (NHT) untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Kelas X
SMAN 1 Imogiri” terjadi peningkatan pembelajaran matematika baik dari segi
prosesmaupun dari segi hasil setelah dilakukan tindakan pembelajaran
denganmenggunakan Model Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
Hal inidapat dilihat dari meningkatnya kemandirian belajar siswa dan adanya
perubahanpada diri siswa terutama dari siswa yang pasif dan malas bertanya
menjadi siswayang aktif bertanya dan berani mengungkapkan pendapat atau ide
mereka.Meningkatnya kemandirian belajar siswa, dapat ditunjukkan bahwa pada

37
siklus Iperolehan hasil angket rata-rata kemandirian belajar siswa sebesar 70,38%
dengankategori tinggi dan dari hasil observasi sebesar 67,50% dengan kategori
tinggi.Sedangkan pada siklus II, dari hasil angket diperoleh rata-rata kemandirian
belajarsiswa sebesar 71,84% dengan kategori tinggi dan dari hasil observasi
sebesar89,44% dengan kategori tinggi. Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwapembelajaran kooperatif tipe NHT menjadikan siswa lebih efektif dalam
belajar,terbukti dari hasil tes siswa dimana pada tes awal rata-rata nilai tesnya
adalah37,03 sedangkan pada siklus I rata-rata nilai tesnya menjadi 58,58 dan
pada siklusII rata-rata nilai tesnya menjadi 75,97.

G. Kerangka Berfikir
Perbaikan kualitas pembelajaran khususnya pembelajaran matematika
telahdicanangkan oleh pemerintah untuk memperoleh ketuntasan yang
telahditetapkan. Pembelajaran itu sendiri juga merupakan proses interaksi peserta
didikdengan pendidik. Namun demikian dalam proses belajar mengajar saat
iniinteraksi yang aktif belum dapat dibangun dengan baik dalam lingkungan
kelassaat siswa melaksanakan proses belajar mengajar. Tidak jarang masih
ditemuiguru yang belum bisa membangkitkan semangat siswa untuk aktif,
kreatif, daninovatif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga mencapai hasil
yangmemuaskan dan meningkatkan ketuntasan pembelajaran khususnya
pelajaranmatematika.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
(NHT)merupakan proses pembelajaran yang dirancang untuk meningkatkan
keaktifansiswa, kerjasama, selalu berfikir kritis untuk memperoleh hasil
pembelajaran yangbaik sehingga ketuntasan pembelajaran dapat dicapai.

H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui tahapan
pembelajarankooperatif tipe NHT diharapkan proses pembelajaran bisa berjalan
lebih efektif,siswa mampu bekerja dalam kelompok, siswa mampu
menyimpulkan jawabandengan menyatukan beberapa pemikiran, sehingga
ketuntasan pembelajaranmencapai 85% dari nilai rata-rata kelas.

38
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas
(PTK).Tujuan dari penelitian ini adalah untuk perbaikan, peningkatanprestasi
pembelajaran matematika secara berkesinambungan dan pengembangan kemam-
puan serta keterampilan untuk menghadapi permasalahan aktual pembelajaran
dikelas dan dalam kehidupan sehari-hari. Suharsimi Arikunto,dkk (2011:3),
mengemukakan bahwa “ penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan
terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan
terjadi dalam sebuah kelas secara bersama”. Tindakan tersebut diberikan oleh
guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa, dalam
pelaksanaannya guru memberikan tugas yang tindakannya dilakukan oleh siswa,
sehingga siswa mengalami proses belajar mengajar, siswa mengamati hasil dari
proses dan mencatatnya lalu mendiskusikan masalah yang ada dalam proses.
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti bekerja sama dengan tim
kerja penelitian (kepala sekolah dan guru kelas) untuk menggali dan mengkaji
permasalahan tentang rendahnya prestasi belajar siswa Kelas XII.IPA-2SMA
Negeri 1 Lemahabangpada mata pelajaran Matematika terutama pada materi
Matriks. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai observer dan guru kelas
sebagai pengajar.

B. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan kegiatan penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1
Lemahabangyang beralamat di Jl. Siliwangi No. 151 Jatiseeng Kidul - Ciledug
Kab. Cirebon 45188, dengan subjek penelitian adalah siswa Kelas XII.IPA-
2SMA Negeri 1 Lemahabangberjumlah 40 siswa.
Adapun alasan pemilihan sekolah tersebut sebagai lokasi penelitian
adalah: a) Sekolah tersebut belum pernah dijadikan objek penelitian yang
sejenis, sehingga terhindar dari kemungkinan penelitian ulang, serta akan
menjadi pengalaman baru bagi peneliti sekaligus bagi guru dan siswa SMA

39
Negeri 1 Lemahabang Kabupaten Cirebon; b) Prestasi belajar siswa pada mata
pelajaran Matematika masih tergolong rendah yaitu rata-rata 59,81. Kriterian
Ketuntasan Minimal (KKM) matematika SMA Negeri 1 Lemahabangyaitu 75,
artinya nilai siswa masih kurang memuaskan; c) Cara mengajar guru pada
mata pelajaran Matematika masih menggunakan pendekatan konvensional
yang biasa dilakukan dari hari kehari dan belum menggunakan pendekatan
yang bervariasi sehingga menyebabkan kejenuhan siswa dalam mengikuti
pembelajaran matematika yang berimbas pada prestasi belajar siswa yang
rendah.

2. Waktu pelaksanaan penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester 1 (satu) tahun ajaran
2018/2019 di SMA Negeri 1 Lemahabangselama kurang lebih 3 bulan yaitu
bulan September sampai November 2018. Pada bulan September peneliti
melakukan tindakan perencanaan, selanjutnya bulan Oktober sampai
November peneliti melakukan tindakan berupa proses pembelajaran, evaluasi,
pengumpulan data, analisi data, dan penyusunan hasil.

C. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti menggunakan model
penelitian yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Pada hakekatnya
model Kemmis dan Taggart berupa perangkat-perangkat atau untaian dengan
setiap perangkat terdiri dari empat komponen yaitu perencanaan, tindakan,
pengamatan, dan refleksi yang dipandang sebagai suatu siklus. Banyaknya siklus
dalam PTK tergantung dari permasalahan-permasalahan yang perlu dipecahkan,
yang pada umumnya lebih dari satu siklus. Siklus akan berlanjut sampai target
peneliti tercapai, atau sampai terselesaikannya masalah dalam kelas atau
pembelajaran. PTK yang dikembangkan dan dilaksanakan oleh para guru di
sekolah pada umumnya berdasar pada model ini yaitu merupakan siklus-siklus
yang berulang. Berikut ini gambar siklus atau langkah penelitian model Kemmis
dan Mc Taggart:

40
Gambar 3.1. Langkah Penelitian Model Kemmis dan Mc Taggart (1996)

Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk


membentuk sebuah siklus, yaitu suatu putaran kegiatan beruntun yang kembali
ke langkah semula.Dalam penelitian ini peneliti membuat kegiatan perbaikan ke
dalam beberapa siklus, sesuai dengan kebutuhan penelitian.Sesuai dengan
hakekat penelitian tindakan kelas, siklus ke dua merupakan perbaikan dari siklus
pertama, dan begitu seterusnya.Selanjutnya secara terperinci penelitian tindakan
kelas ini dapat dijabarkan sebagai berikut. Setiap siklus terdiri dari kegiatan
berikut ini :
a. Perencanaan (planning)
Perencanaan merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam se-
buah penelitian. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan meliputi:
1) Merancang desain pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT), yaitu dengan menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Mempersiapkan media yang akan digunakan.
3) Membuat lembar kerja siswa (LKS), lembar evaluasi siswa serta lembar
pengamatan.
4) Membuat topi penomoran siswa.
5) Mengelompokkan siswa ke dalam kelompok heterogen.
b. Tindakan (acting)
Tindakan (acting) adalah implementasi isi rancangan di dalam kancah,
yaitu mengenakan tindakan di kelas (Arikunto, 2010:139). Pada tahap ini guru

41
mengimplementasikan tindakan dalam proses pembelajaran sesuai dengan
skenario pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya.
c. Pengamatan (observing)
Kegiatan pengamatan (observing) dilakukan untuk mengetahui dan
memperoleh gambaran secara lengkap dan objektif tentang perkembangan
proses pembelajaran, dan pengaruh dari tindakan (aksi) yang dipilih terhadap
kondisi kelas dalam bentuk data.
d. Refleksi (reflecting)
Refleksi adalah kegiatan merenungkan kembali apa yang sudah terjadi.
Pada tahap refleksi guru dan tim pengamat melakukan upaya evaluasi dengan
cara berdiskusi terhadap berbagai masalah yang muncul di kelas yang
diperoleh dari analisis data sebagai bentuk dari pengaruh tindakan yang telah
dirancang. Melalui refleksi ini maka peneliti akan menentukan keputusan
untuk siklus lanjutan ataukah berhenti karena masalahnya telah terpecahkan.

D. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I


Pelaksanaan siklus I ini dilakukan dalam 4 (empat) tahapan, yaitu dengan
alur perencanaan (planning), implementasi tindakan (acting), observasi
(observing), dan refleksi (reflecting), secara garis besar pelaksanaan dapat
didiskripsikan sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti adalah:
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus I yaitu pada hari Selasa, 11 Oktober
2018.
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi, absensi, lembar observasi,
lembar kerja siswa (LKS) dan soal tes evaluasi (pre test dan post test).
c. Berkonsultasi dengan guru kelas dalam pembagian kelompok.
d. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan.
e. Menyiapkan materi matematika Kelas XII.IPA-2 semester I yaitu Matriks.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompe-tensi
dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian kegiatan pem-
belajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Num-
bered Head Together (NHT) sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran.

2. Tahap Tindakan

42
Tindakan siklus I dilaksanakan pada semester I, pada hari Selasa 11
Oktober 2018 selama 4 jam pelajaran (10.05-12.55). Pada tahap tindakan
siklus I ini ada 40 siswa yang hadir. Pada tahap ini guru Kelas XII.IPA-2SMA
Negeri 1 Lemahabangsebagai rekan sejawat peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas berpedoman pada Rencana Pelaksanakan

3. Tahap Observasi/Pengamatan
Tahapan selanjutnya setelah tahap pelaksanaan adalah tahap observasi/
pengamatan. Observasi dilakukan secara langsung oleh peneliti menggunakan
lembar observasi yang telah disusun. Lembar observasi digunakan untuk
mengetahui keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran menggunakan
model NHT dan partisipasi siswa pada saat pembelajaran.

4. Tahap Refleksi
Tahap akhir dari siklus I ini adalah tahap refleksi. Peneliti mencatat
hal-hal yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran untuk
dilakukan perbaikan pada siklus selanjutnya.

E. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II


1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan siklus II mengacu pada hasil siklus I. Kekurangan
yang terdapat pada siklus I diperbaiki dalam siklus II ini. Dalam tahap
perencanaan pada siklus II peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus II yaitu hari Selasa 25 Oktober 2018
selama 2 jam pelajaran (10.05-11.15).
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang mencakup daftar absensi,
lembar pengamatan dan soal post test.
c. Menyiapkan alat dan media yang di perlukan
d. Menyiapkan materi matematika Kelas XII.IPA-2 semester I yaitu Matriks.
e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian kegiatan pembela-
jaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together (NHT) sebagai pedoman dalam melaksanakan proses pem-
belajaran.

2. Tahap Tindakan

43
Tindakan siklus II dilaksanakan pada semester I, pada hari Selasa 25
Oktober 2018, selama 2 jam pelajaran (10.05-11.15). Pada tahap tindakan
siklus II ini ada 40 siswa yang hadir. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai
guru sekaligus pengamat terhadap partisipasi siswa selama proses
pembelajaran. Sementara pengamatan terhadap guru selama mengelola
pembelajaran dilakukan oleh rekan guru sejawat.
Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berpedoman
pada Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun
sebelumnya.

3. Tahap Observasi/Pengamatan
Pada tahap ini dilakukan observasi/pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran berlangsung, antara lain:
1) Digunakan lembar observasi oleh peneliti yang bertindak sebagai guru
untuk mengamati partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran.
2) Digunakan lembar observasi oleh rekan sejawat untuk mengamati aktivitas
peneliti dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.

4. Tahap Refleksi
Tahap akhir dari siklus II ini adalah tahap refleksi. Peneliti mencatat
hal-hal yang mendukung dan menghambat pelaksanaan pembelajaran. Hasil
dari pengamatan dikumpulkan dan dianalisis. Penelitian ini berhasil jika
terdapat peningkatan hasil belajar siswa. Hasil analisis data yang dilaksanakan
pada siklus II ini akan digunakan sebagai bahan acuan untuk merencanakan
tindakan kelas siklus III.

F. Deskripsi Pelaksanaan Siklus III


1. Tahap Perencanaan
Pada tahap perencanaan langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti
adalah:
a. Menentukan waktu pelaksanaan siklus III yaitu 8 November 2018 selama 4
jam pelajaran (07.15-10.05).
b. Menyiapkan perangkat pembelajaran meliputi, absensi, lembar observasi,
dan soal tes.
c. Menyiapkan alat dan media yang diperlukan.

44
d. Menyiapkan materi matematika Kelas XII.IPA-2 semester I dengan materi
Matriks.
e. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Penyusunan RPP disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi
dasar yang telah ditetapkan. RPP memuat serangkaian kegiatan
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) sebagai pedoman dalam melaksanakan
proses pembelajaran.

2. Tahap Tindakan
Tindakan siklus III dilaksanakan pada semester I, pada hari Selasa 8
November 2018, selama 4 jam pelajaran (07.15-10.05). Pada tahap tindakan
siklus III ini ada 40 siswa yang hadir. Pada tahap ini peneliti bertindak sebagai
guru sekaligus pengamat terhadap partisipasi siswa. Sementara pengamatan
terhadap keterampilan mengajar guru dilakukan oleh rekan guru sejawat.
Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran di kelas berpedoman pada
Rencana Pelaksanakan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun sebelumnya.

3. Tahap Observasi /Pengamatan


Pada tahap ini dilakukan observasi/pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran berlangsung, antara lain:
a. Digunakan lembar observasi oleh peneliti yang bertindak sebagai guru
untuk mengamati partisipasi siswa pada saat proses pembelajaran.
b. Digunakan lembar observasi oleh rekan sejawat untuk mengamati aktivitas
peneliti dalam mengelola pembelajaran selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.

4. Tahap Refleksi
Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III mengalami peningkatan yang
signifikan. Kendala-kendala yang terjadi pada siklus II dapat diatasi pada
siklus III ini. Penelitian dihentikan sampai siklus III, karena penelitian ini
dianggap telah berhasil dan hasilnya memuaskan. Untuk data hasil penelitian
yang diperoleh akan dipaparkan pada bab hasil penelitian dan pembahasan.

G. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian tindakan
ini adalah:
a. Soal Tes.

45
b. Lembar pedoman wawancara.
c. Lembar pedoman pengamatan (observasi).

H. Pengumpulan Data
Data-data yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
data-data yang berhubungan dengan hasil belajar siswa. Pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan
untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2010:193). Tes
digunakan untuk data tentang hasil belajar siswa.
b. Wawancara
Wawancara (interview) adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewa-
wancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (inter-viewer)
(Arikunto, 2010:198). Wawancara digunakan untuk mendapatkan data tentang
pokok bahasan yang kurang memenuhi KKM dan metode yang sering
diterapkan di kelas sebelum penerapan model kooperatif tipe NHT.
c. Observasi
Menurut Arikunto (2010:199), “Observasi adalah metode pengumpulan data
dengan melakukan pengamatan, meliputi kegiatan pemuatan perhatian
terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra”. Menurut
Kunandar (2011:73) objek observasi adalah seluruh proses tindakan terkait,
pengaruhnya, keadaan dan kendala tindakan direncanakan pengaruhnya, serta
persoalan lain yang timbul dalam konteks terkait.
d. Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis.
Di dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-
benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan,
notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya (Arikunto, 2010:201).
Dokumen-tasi dapat berupa fotofoto kegiatan pelaksanaan kegiatan
pembelajaran, data diri siswa, dan jadwal mata pelajaran.

I. Analisis Data

46
Analisis data adalah menganalisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk
perbaikan belajar siswa (Suyadi, 2011:85). Analisis data dilakukan peneliti
bersama dengan kolaborator yaitu guru Kelas XII.IPA-2 dengan cara
memberikan tes formatif berupa tes tertulis pada setiap akhir proses pembelajaran
(post test). Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisis. Kemudian
data dianalisis per siklus untuk mengetahui peningkatan hasil belajar yang telah
dicapai. Dalam hal ini, untuk membuktikan hipotesis maka hasil penelitian akan
dilakukan analisis menggunakan statistik untuk menghitung ketuntasan klasikal
dengan menggunakan rumus persentase:
𝐹
P= 𝑥100%
𝑁
Keterangan :
P : Angka persentase
F : Frekuensi siswa yang tuntas
N : Jumlah total siswa (Djamarah, 2000:226)

J. Indikator Keberhasilan
Sesuai dengan karakteristik Penelitian Tindakan Kelas,
keberhasilanpenelitian ditandai dengan adanya perubahan yang lebih baik secara
prosesmaupun peningkatan hasil belajar. Sebagai indikator keberhasilan yang
dicapaisiswa, disamping meningkatnya kualitas proses belajar (yang dapat dilihat
dariaktivitas guru dan partisipasi siswa selama proses pembelajaran)
jugameningkatnya ketuntasan pembelajaran matematika siswa secara kognitif
yangditandai dengan mengetahui peningkatan nilai di setiap siklus. Terkait
dengan itu,peneliti menentukan indikator keberhasilan dalam penelitian ini yaitu :
1. Secara kualitatif untuk memberikan makna terhadap peningkatan
ketuntasanpembelajaran matematika dalam proses pembelajaran ditandai
dengan:
a. Ada peningkatan aspek aktivitas/ partisipasi siswa dalam
pembelajaranmatriks dengan menerapkan Numbered Head Together (NHT)
di setiappertemuan dan minimal telah mencapai kategori Baik.
b. Ada peningkatan aspek proses guru mengajar matriks denganmenerapkan
Numbered Head Together (NHT) minimal telah mencapaikategori Baik.

47
2. Secara kuantitatif terkait dengan ketuntasan belajar matematika siswa
dalamranah kognitif ditandai dengan:
Ketuntasan belajar ditentukan dengan siswa memperoleh nilai yang
mencapaiskor 75dari skor maksimal 100, dan batas tuntas kompetensi yang
harusdicapai minimal 75% dari keseluruhan siswa. Indikator pencapaian
dalampenelitian ini juga ditetapkan: nilai rata-rata kelas ≥ 75dan berada
padakategori Baik.
Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan dengan kondisi sekolah,seperti
batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan belajar bergantungpada guru
kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-murid dikelasnya (sesuai
dengan kurikulum).

48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian


Penelitian ini dilakukan melalui beberapa siklus diantaranya: pra siklus
dilakukan dengan mengambil nilai dari data nilai siswa sebelum menggunakan
model NHT, siklus I dilakukan pada hari Selasa tanggal 11 Oktober 2018, pukul
10.05-12.55 WIB bertempat di ruang kelas XII.IPA-2 dengan materi yang
diajarkan menyelesaikan materi pokok Matriksmenggunakan modelNumbered
Heads Together (NHT). Siklus II dilakukan pada hari Selasa tanggal 25 Oktober
2018, pukul 10.05-12.55 WIB bertempat di ruang kelas XII.IPA-2 dengan materi
yang sama menggunakan modelNumbered Heads Together (NHT). Siklus IIIatau
siklus terakhir dilakukan pada hari Selasa tanggal 8 November 2018, pukul
10.05-12.55 WIB bertempat di ruang kelas XII.IPA-2 dengan materi yang sama
pula dengan menggunakan modelNumbered Heads Together (NHT).
1. Deskripsi Data Pra Siklus
Sebelum diadakan tindakan, peneliti terlebih dahulu mengadakan
penelitian pra siklus dengan mengambil data,dari nilai ulangan harian siswa.
Hasil pra siklus diambil dari dokumentasi siswa dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut:
Tabel. 4.1
Hasil Belajar Mata Pelajaran Matematika Pra Siklus
No Nama Siswa Pretest Ketuntasan
1. Aan Agustina 35 Tidak Tuntas
2. Abdul Halim 45 Tidak Tuntas
3. Adinda Putri Apriliyani 75 Tuntas
4. Ahmad Fajri Gopala 35 Tidak Tuntas
5. Anggi Widiani 70 Tidak Tuntas
6. Anis Fitria Ningsih 25 Tidak Tuntas
7. Arkan Mahardi8ka Putra 35 Tidak Tuntas
8. Ayu Nurhasanah 25 Tidak Tuntas
9. Cici Adela 35 Tidak Tuntas
10. Dini Aprilia 35 Tidak Tuntas
11. Elsya Nadhila Salsabila 40 Tidak Tuntas
12. Erni Rohaeni 35 Tidak Tuntas
13. Fitri Nurseha 15 Tidak Tuntas

49
No Nama Siswa Pretest Ketuntasan
14. Fitriani 45 Tidak Tuntas
15. Inna Alfiyanti 75 Tuntas
16. Intan Dahlia 35 Tidak Tuntas
17. Kiki Setiani 75 Tuntas
18. Komala Sondari 35 Tidak Tuntas
19. Kristina Depiyanti 45 Tidak Tuntas
20. Kunaeni 25 Tidak Tuntas
21. Lisnawati 75 Tuntas
22. Lutfiah Damayanti 40 Tidak Tuntas
23. Mellia 75 Tuntas
24. Muhammad Samsul Mu'arif 35 Tidak Tuntas
25. Nurlaila Kurnaesih 45 Tidak Tuntas
26. Puput Sekar Pamungkas 25 Tidak Tuntas
27. Ratmelia Annisa Widyasari 35 Tidak Tuntas
28. Risa Ristina 25 Tidak Tuntas
29. Rizki Pratama 30 Tidak Tuntas
30. Sinta Belia 25 Tidak Tuntas
31. Siti Arorah 35 Tidak Tuntas
32. Siti Ledy Napisah 65 Tidak Tuntas
33. Sri Wulandari 70 Tidak Tuntas
34. Suciani Siti Khodijah 45 Tidak Tuntas
35. Syarif Hidayat 75 Tuntas
36. Very Anggara 35 Tidak Tuntas
37. Vina Rantika 75 Tuntas
38. Wina Octaviani 25 Tidak Tuntas
39. Wiya 70 Tidak Tuntas
40. Yayan Prayoga 35 Tidak Tuntas
Jumlah 1780
Nilai rata-rata 44,50
Jumlah siswa yang tuntas 7 siswa/17,50%
Jumlah siswa yang belum tuntas 33 siswa/82,50%

Hasil pra siklus yang jauh dari ketuntasan minimal maka perlu
dilakukan pelaksanaan modelNumbered Heads Together (NHT) pada
pembelajaran Matematika yang dilakukan pada siklus I pada hari Selasa
tanggal 11 Oktober 2018, pukul 10.05-12.55.

50
2. Siklus I
a. Hasil Belajar Siswa
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I dilaksanakan
pada hari Selasa, 11 Oktober 2018 dengan jumlah 40 siswa yang hadir
dengan materi pokok Matriks. Adapun proses belajar mengacu pada
rencana pembelajaran yang telah disiapkan. Sebagai patokan ketuntasan
digunakan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Kelas XII.IPA-2 pada
mata pelajaran matematika yaitu 75. Berdasarkan hasil pre test dan post
test diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.2
Daftar Perbandingan Nilai Hasil Belajar Siswa Pra Siklus dan Siklus I
No Nama Siswa Pra Siklus Siklus 1 Ketuntasan
1. Aan Agustina 35 65 Tidak Tuntas
2. Abdul Halim 45 55 Tidak Tuntas
3. Adinda Putri Apriliyani 75 85 Tuntas
4. Ahmad Fajri Gopala 35 45 Tidak Tuntas
5. Anggi Widiani 70 75 Tuntas
6. Anis Fitria Ningsih 25 35 Tidak Tuntas
7. Arkan Mahardi8ka Putra 35 35 Tidak Tuntas
8. Ayu Nurhasanah 25 35 Tidak Tuntas
9. Cici Adela 35 55 Tidak Tuntas
10. Dini Aprilia 35 55 Tidak Tuntas
11. Elsya Nadhila Salsabila 40 75 Tuntas
12. Erni Rohaeni 35 75 Tuntas
13. Fitri Nurseha 15 35 Tidak Tuntas
14. Fitriani 45 75 Tuntas
15. Inna Alfiyanti 75 85 Tuntas
16. Intan Dahlia 35 45 Tidak Tuntas
17. Kiki Setiani 75 75 Tuntas
18. Komala Sondari 35 45 Tidak Tuntas
19. Kristina Depiyanti 45 65 Tidak Tuntas
20. Kunaeni 25 35 Tidak Tuntas
21. Lisnawati 75 75 Tuntas
22. Lutfiah Damayanti 40 55 Tidak Tuntas
23. Mellia 75 85 Tuntas
24. Muhammad Samsul Mu'arif 35 45 Tidak Tuntas
25. Nurlaila Kurnaesih 45 75 Tuntas
26. Puput Sekar Pamungkas 25 35 Tidak Tuntas
27. Ratmelia Annisa Widyasari 35 35 Tidak Tuntas
28. Risa Ristina 25 35 Tidak Tuntas

51
No Nama Siswa Pra Siklus Siklus 1 Ketuntasan
29. Rizki Pratama 30 55 Tidak Tuntas
30. Sinta Belia 25 35 Tidak Tuntas
31. Siti Arorah 35 55 Tidak Tuntas
32. Siti Ledy Napisah 65 75 Tuntas
33. Sri Wulandari 70 75 Tuntas
34. Suciani Siti Khodijah 45 75 Tuntas
35. Syarif Hidayat 75 85 Tuntas
36. Very Anggara 35 45 Tidak Tuntas
37. Vina Rantika 75 85 Tuntas
38. Wina Octaviani 25 45 Tidak Tuntas
39. Wiya 70 75 Tuntas
40. Yayan Prayoga 35 45 Tidak Tuntas
Jumlah 1780 2340
Nilai rata-rata 44,50 58,40
Jumlah siswa yang tuntas 7/17,50% 16/40,00%
Jumlah siswa yang belum tuntas 33/82,50% 24 /60,00%
Peningkatan yang terjadi 9 siswa/22,50%

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada tabel 4.2, dapat dike-
tahui bahwa antara pra siklus dan siklus 1 mengalami peningkatan. Pada
pra siklus siswa menunjukkan hanya ada 7 siswa yang tuntas dalam belajar
dengan rata-rata kelas 44,50. Setelah melaksanakan pembelajaran dengan
menerapkan model NHT hasil siklus 1 menunjukkan adanya peningkatan
hasil belajar sebanyak 16 siswa atau 40,00% siswa yang tuntas dalam
belajar dengan rata-rata 58,40. Namun demikian, masih ada siswa yang
belum tuntas sebanyak 24 siswa atau 60,00%. Perbandingan hasil belajar
antara siswa tuntas dan belum tuntas tersaji pada gambar 4.1.

Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa


Pra Siklus dan Siklus I

100 82.50
80 60.00
60 40.00 Tuntas
40 Belum Tuntas
17.5
20
0
Pra Siklus Siklus 1

Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I

52
Hasil belajar pada siklus I belum menunjukkan hasil yang memuas-
kan. Oleh karena itu perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus I ini terdapat
faktor pendukung dan penghambat dari guru dan siswa beserta ide
perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya. Berikut ini tabel
hasil pengamatan dan penjelasannya.

53
b. Hasil Pengamatan Guru
Tabel 4.3
Hasil Pengamatan Guru Siklus I
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana perbaikan
4 3 2 1
Memberi salam dan  Guru ikut berdo’a bersama Guru tidak menyiapkan siswa. Guru menyiapkan siswa sebe-
memimpin do’a. siswa. lum mengucapkan salam.
Apersepsi.  Sudah tepat.
Keterampilan menggunakan model NHT.
a.Mengelompok kan dan me-  Guru sudah baik dalam menge- Kurang sabar dalam mengatur Guru harus lebih sabar dalam
ngatur siswa ke dalam ke- lompokkan siswa. kelompok. mengatur kelompok.
lompok belajar heterogen.
b.Menjelaskan langkah-  Guru kurang paham dengan Sebelum memulai pembelajaran
langkah pembelajaran langkah-langkah NHT sehingga guru harus mempelajari lang-
NHT. kurang jelas dalam menjelaskankah-langkah NHT dengan sek-
langkah-langkah pembelajaran sama sehingga dapat menjelas-
NHT. kan langkah-langkah pembela-
jaran NHT dengan jelas.
c.Membimbing kelompok  Belum optimal. Lebih ditingkatkan dalam mem-
mengerjakan LKS. bimbing siswa.
d.Mendorong siswa untuk  Guru kurang dalam memotivasi Guru harus bersemangat memo-
aktif dalam diskusi. siswa. tivasi siswa.
e.Mengawasi setiap kelom-  Pengawasan guru kurang opti- Guru harus sering berkeliling
pok secara bergiliran. mal. dan mengawasi kelompok.
Kemampuan dalam  Penguasaaan materi oleh guru Guru kurang jelas dan terlalu Guru harus lebih jelas dalam
menjelaskan materi. sudah bagus. singkat dalam memberikan pen- menjelaskan materi dan mem-
jelasan materi (kurang dalam berikan contoh soal yang cukup.
memberikan contoh soal).
Penggunaan media.  Penggunaan media sudah tepat Guru kurang mengoptimalkan Harus mengoptimalkan media
dan sesuai materi. penggunaan media papan tulis. papan tulis.

53
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana perbaikan
4 3 2 1
Penggunaan bahasa (lancar,  Sudah baik.
sopan, intonasi)
Pemberian pertanyaan.  Guru kurang memberikan ke- Memberikan kesempatan seluas-
sempatan seluas-luasnya dan ti- luasnya dan harus bisa meman-
dak ada inisiatif dari guru untuk cing siswa agar berani bertanya.
memancing siswa mengajukan
pertanyaan sehingga mengaki-
batkan siswa malu untuk ber-
tanya.
Kemampuan melakukan  Soal yang diberikan jelas. Waktu mengerjakan evaluasi Pelaksanaannya harus sesuai
evaluasi. melebihi dari waktu yang dite- waktu yang ditetapkan.
tapkan.
Memberikan penghargaan  Guru memberikan tanda bintang
individu dan kelompok. bagi kelompok yang berhasil
menjawab dengan benar.
Menyimpulkan materi pembe-  Guru tidak memberikan kesim- Guru membimbing siswa dalam
lajaran. pulan hasil pembelajaran. membuat kesimpulan
Kemampuan guru dalam  Guru memimpin do’a dan ikut a. Guru tidak menginformasi- a. guru memberikan informasi
menutup pembelajaran. berdo’a bersama siswa. kan materi yang akan dipela- materi yang akan dipelajari
jari selanjutnya selanjutnya.
b. Guru belum mengkondisikan b. mengkondisikan kelas sebe-
kelas ketika mengucapkan lum menutup pelajaran.
salam.
Ketepatan menggunakan jam  Kegiatan diskusi menghabiskan Guru harus pandai mengatur
pelajaran. banyak waktu. waktu.

54
c. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel 4.4
Hasil Pengamatan Siswa Siklus I
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana perbaikan
4 3 2 1
Siswa menjawab salam dan  Masih ada beberapa siswa yang Sebelum memulai pelajaran
berdo’a. belum siap memulai pelajaran guru mengkondisikan siswa.
(masih jalan-jalan) dan tidak
menjawab salam dari guru.
Siswa memperhatikan penje-  Sebagian siswa tidak Guru harus tegas dan menegur
lasan materi. fokus/tidak memperhatikan (ada siswa yang tidak
yang ngantuk, melamun, memperhatikan dan memotivasi
bermain/bergurau). siswa.
Siswa mengajukan perta-  Siswa pasif dan takut Guru harus memberikan kesem-
nyaan. bertanya. patan seluas-luasnya dan me-
mancing rasa ingin tahu siswa
agar tidak takut bertanya.
Siswa menjawab pertanyaan.  Beberapa siswa tidak menjawab Guru harus memotivasi siswa.
pertanyaan yang diajukan guru.
Siswa aktif dalam kegiatan  Hanya siswa yang pintar saja a. Guru membimbing siswa
diskusi. yang mendominasi dalam ke- yang pasif agar aktif dalam
lompok, siswa yang kurang kelompok.
pasif dalam kelompok. b. guru menunjuk siswa yang
pintar menjadi penanggung
jawab kelompok.
Keberanian dalam mempre-  Ada siswa yang bersemangat a. Ada siswa belum siap dan Memotivasi siswa agar tidak
sentasikan hasil diskusi di de- maju karena akan mendapat masih malu-malu bila malu.
pan kelas. hadiah bintang. diminta maju.
b. Sebagian siswa berani maju
tapi tidak berani mempresen-
tasikan dengan suara keras.

55
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana perbaikan
4 3 2 1
Siswa mengerjakan soal  Siswa mengerjakan dengan Masih banyak siswa yang men- Guru harus menegur dan me-
evaluasi tertib. contek anggota kelompoknya ngingatkan siswa agar jujur da-
yang pintar. lam mengerjakan soal evaluasi.
Siswa menjawab salam.  Ada beberapa siswa yang tidak Guru mengulang salam sampai
menjawab salam guru. siswa menjawab

56
1) Hal-hal yang mendukung
Guru:
a) Guru ikut berdo’a bersama siswa.
b) Guru dalam menyampaikan apersepsi sudah tepat.
c) Guru sudah baik dalam mengelompokkan siswa.
d) Penguasaan materi oleh guru sudah bagus.
e) Penggunaan media sudah tepat dan sesuai materi.
f) Penggunaan bahasa sudah lancar dan sopan.
g) Soal evaluasi yang diberikan jelas.
h) Guru memberikan tanda bintang bagi kelompok yang menjawab
dengan benar.
i) Guru memimpin do’a dan ikut berdo’a bersama siswa.
Siswa:
a) Ada siswa yang bersemangat maju demi mendapatkan bintang.
b) Siswa mengerjakan soal evaluasi dengan tertib.
2) Hal-hal yang menghambat
Guru:
a) Guru tidak menyiapkan siswa sebelum mengucapkan salam.
b) Guru kurang sabar dalam mengatur kelompok.
c) Guru kurang jelas dalam menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
NHT.
d) Belum optimal dalam membimbing siswa mengerjakan LKS.
e) Guru belum optimal dalam mendorong siswa untuk aktif dalam
diskusi.
f) Pengawasan guru dalam diskusi kelompok kurang optimal.
g) Guru kurang jelas dan terlalu singkat dalam memberikan penjelasan
materi.
h) Guru kurang mengoptimalkan penggunaan media papan tulis.
i) Guru kurang memberikan kesempatan seluas-luasnya dan tidak ada
inisiatif dari guru untuk memancing siswa mengajukan pertanyaan
sehingga mengakibatkan siswa malu bertanya.
j) Guru tidak memberikan kesimpulan hasil pembelajaran.
k) Guru tidak menginformasikan materi yang akan dipelajari
selanjutnya.
l) Waktu mengerjakan evaluasi melebihi dari waktu yang ditentukan.
Siswa:
a) Masih ada beberapa siswa yang belum siap memulai pelajaran dan
tidak menjawab salam dari guru.
b) Sebagian siswa tidak fokus memperhatikan (ada yang ngantuk,
melamun, bergurau).

57
c) Siswa pasif dan takut bertanya.
d) Beberapa siswa tidak menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.
e) Hanya siswa yang pintar saja yang mendominasi dalam kelompok,
siswa yang kurang pintar pasif dalam kelompok.
f) Ada siswa yang belum siap dan masih malu-malu bila diminta maju.
g) Siswa tidak berani mempresentasikan dengan suara keras.
h) Dalam mengerjakan soal evaluasi masih banyak siswa yang men-
contek anggota kelompoknya yang pintar.
3) Ide Perbaikan
Guru:
a) Guru terlebih dahulu menyiapkan siswa sebelum mengucapkan
salam.
b) Guru harus lebih sabar dalam mengatur kelompok.
c) Guru terlebih dahulu mempersiapkan diri mempelajari langkah-
langkah model NHT sehingga dalam memberikan instruksi kepada
siswa dapat menjelaskan dengan jelas.
d) Guru menunjuk ketua dalam kelompok untuk mengawasi temannya.
e) Lebih ditngkatkan dalam membimbing siswa mengerjakan LKS.
f) Guru harus lebih memotivasi siswa agar aktif dalam diskusi.
g) Guru harus sering berkeliling dan mengawasi kelompok.
h) Guru harus lebih jelas dalam menjelaskan materi dan mengopti-
malkan penggunaan media papan tulis.
i) Guru harus memberikan kesempatan seluas-luasnya dan memancing
siswa agar berani bertanya.
j) Memberikan teguran kepada siswa yang ketahuan mencontek dan
memperhatikan ketepatan waktu.
k) Guru harus membimbing siswa dalam membuat kesimpulan pem-
belajaran.
l) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari selanjutnya.
m) Guru harus mengkondisikan siswa sebelum menutup pelajaran.

3. Siklus II
a. Hasil Belajar Siswa
Siklus II dilaksanakan pada hari Selasa, 25 Oktober 2018 dengan
jumlah 40 siswa yang hadir dengan materi pokok Matriks. Berdasarkan
evaluasi pembelajaran siswa pada siklus II setelah penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.5
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Nama Siswa Nilai Keterangan

58
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Aan Agustina 55 Tidak Tuntas
2. Abdul Halim 75 Tuntas
3. Adinda Putri Apriliyani 80 Tuntas
4. Ahmad Fajri Gopala 70 Tidak Tuntas
5. Anggi Widiani 85 Tuntas
6. Anis Fitria Ningsih 15 Tidak Tuntas
7. Arkan Mahardi8ka Putra 45 Tidak Tuntas
8. Ayu Nurhasanah 75 Tuntas
9. Cici Adela 25 Tidak Tuntas
10. Dini Aprilia 90 Tuntas
11. Elsya Nadhila Salsabila 55 Tidak Tuntas
12. Erni Rohaeni 100 Tuntas
13. Fitri Nurseha 75 Tuntas
14. Fitriani 75 Tuntas
15. Inna Alfiyanti 90 Tuntas
16. Intan Dahlia 85 Tuntas
17. Kiki Setiani 90 Tuntas
18. Komala Sondari 70 Tidak Tuntas
19. Kristina Depiyanti 75 Tuntas
20. Kunaeni 65 Tidak Tuntas
21. Lisnawati 75 Tuntas
22. Lutfiah Damayanti 65 Tidak Tuntas
23. Mellia 80 Tuntas
24. Muhammad Samsul Mu'arif 70 Tidak Tuntas
25. Nurlaila Kurnaesih 85 Tuntas
26. Puput Sekar Pamungkas 40 Tidak Tuntas
27. Ratmelia Annisa Widyasari 65 Tidak Tuntas
28. Risa Ristina 75 Tuntas
29. Rizki Pratama 75 Tuntas
30. Sinta Belia 75 Tuntas
31. Siti Arorah 90 Tuntas
32. Siti Ledy Napisah 80 Tuntas
33. Sri Wulandari 100 Tuntas
34. Suciani Siti Khodijah 75 Tuntas
35. Syarif Hidayat 90 Tuntas
36. Very Anggara 75 Tuntas
37. Vina Rantika 80 Tuntas
38. Wina Octaviani 70 Tidak Tuntas
39. Wiya 90 Tuntas
40. Yayan Prayoga 70 Tidak Tuntas
Jumlah 2920
Nilai rata-rata 73,00
Jumlah siswa yang tuntas 26 siswa/65,00%

59
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Jumlah siswa yang belum tuntas 14 siswa/35,00%

Berdasarkan data dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa siswa yang
telah tuntas sebanyak 26 siswa atau 65,00% dari seluruh siswa, sedangkan
siswa yang belum tuntas sebanyak 14 siswa atau 35,00% dengan nilai rata-
rata kelas yaitu 73,00. Perbandingan hasil belajar antara siswa tuntas dan
belum tuntas tersaji pada gambar 4.2.

Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

65.00
70
60
50
35.00 Jml Siswa
40
26
30 Persentase
14
20
10
0
Tuntas Belum Tuntas

Gambar 4.2 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II

Hasil belajar pada siklus II sudah menunjukkan hasil yang me-


muaskan, namun hasil yang diperoleh belum mencapai ketuntasan klasikal
yang diharapkan yaitu ≥ 85% siswa yang tuntas belajar. Oleh karena itu
perlu adanya perbaikan pada siklus selanjutnya.
Berdasarkan pengamatan dan refleksi pada siklus II ini, terdapat
faktor pendukung dan penghambat dari guru dan siswa beserta ide
perbaikan yang akan dilakukan pada siklus selanjutnya.
Berikut ini tabel hasil pengamatan dan penjelasannya:

60
b. Hasil Pengamatan Guru
Tabel 4.6
Hasil Pengamatan Guru Siklus II
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Perbaikan
4 3 2 1
Memberi salam dan  a. Guru menyiapkan siswa Guru menyiapkan siswa sebe-
memimpin do’a. sebelum berdo’a. lum mengucapkan salam.
b. Guru ikut berdo’a bersama
siswa.
c. suara guru keras.
Apersepsi.  Sudah bagus.
Keterampilan menggunakan model NHT.
a.Menyiapkan siswa dalam  Guru sudah baik dalam menyiap- Beberapa siswa ramai ketika Guru mengkondisi kan siswa.
kelompok. kan siswa dalam kelompok. diminta menyiapkan diri.
b. Menjelaskan langkah-lang-  Sudah baik dan jelas.
kah pembelajaran NHT.
c.Membimbing kelompok  Belum optimal. Harus lebih telaten.
mengerjakan LKS
d.Mendorong siswa untuk  Guru sudah dapat mengenali
aktif dalam diskusi nama siswa sehingga mudah
berinteraksi.
e.Mengawasi setiap kelom-  Belum optimal. Guru harus sering berkeliling.
pok secara bergiliran.
Kemampuan dalam menje-  a. Guru menyampaikan tujuan
laskan materi pembelajaran.
b. Guru menguasai materi ajar
dengan baik dan menyampai-
kan materi dengan jelas.
c. Guru memberikan penjelasan
ulang bagi siswa yang kesu-
litan memahami materi.

61
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Perbaikan
4 3 2 1
Penggunaan media.  Penggunaan media sudah tepat.
Penggunaan bahasa (lancar,  Penggunaan bahasa sudah Intonasi suara perlu diperbaiki.
sopan, intonasi). lancar, dan sopan.
Pemberian pertanyaan.  Guru sudah bisa memancing Beberapa siswa masih takut Guru mengajukan pertanyaan
siswa mengajukan pertanyaan. bertanya pada siswa yang tidak memper-
hati kan.
Kemampuan melakukan  a. Soal yang diberikan jelas. Masih ada beberapa siswa men- Guru memperingat kan siswa
evaluasi. b. Kemandirian dalam menger- contek temannya. yang mencontek akan diambil
jakan evaluasi sudah mening- lembar jawabnya.
kat.
Memberikan penghargaan  a. Guru memberikan tanda bin-
individu dan kelompok. tang bagi kelompok yang
berhasil menjawab dan mem-
presentasikan dengan benar
dan suaranya keras.
b. Memberi tepuk tangan yang
meriah bagi siswa yang bera-
ni maju ke depan.
Menyimpulkan materi  Guru dan siswa bersama-sama
pembelajaran. merumuskan materi pembela-
jaran.
Kemampuan guru dalam  Guru sudah mengkondisikan
menutup pembelajaran. siswa sebelum mengucapkan
salam.
Ketepatan menggunakan jam  Penggunaan waktu masih me-
pelajaran lebihi dari waktu normal.

62
c. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel 4.7
Hasil Pengamatan Siswa Siklus II
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana perbaikan
4 3 2 1
Siswa menjawab salam dan  Siswa bersemangat dan kompak
berdo’a. menjawab salam dari guru.
Siswa memperhatikan penje-  Sebagian besar siswa sudah Beberapa siswa masih ada yang Guru harus lebih tegas terhadap
lasan materi. memperhatikan penjelasan kurang memperhatikan (mela- siswa yang kurang memperhati-
materi dari guru. mun). kan.
Siswa mengajukan perta-  Siswa sudah mulai berani ber- Masih ada siswa yang malu Guru harus lebih memotivasi
nyaan. tanya. bertanya agar siswa tidak malu
Siswa menjawab pertanyaan.  Sebagian besar siswa sudah Ada beberapa siswa yang diam, Guru harus meyakinkan/memo-
menjawab pertanyaan yang masih takut salah/ragu-ragu da- tivasi siswa agar berani dan
diajukan guru. lam menjawab pertanyaan dari tidak takut salah.
guru.
Siswa aktif dalam kegiatan  Sebagian besar siswa sudah mu- Masih ada beberapa siswa yang Guru lebih memberikan motiva-
diskusi. lai aktif dalam kelompoknya tidak aktif dalam proses berdis- si pada siswa yang pasif agar
masing-masing. kusi (bermain sendiri). aktif dalam kelompok dan me-
minta teman sekelompoknya
membimbing temannya yang
pasif.
Keberanian mempresentasi-  Sebagian siswa sudah bersema- Siswa mempresentasikan hasil Guru meminta siswa mempre-
kan hasil diskusi di depan ngat maju. diskusi dengan suara yang sa- sentasikan dengan suara keras.
kelas ngat pelan.
Siswa mengerjakan soal  Sebagian siswa sudah memiliki Masih ada beberapa siswa yang Guru memperingatkan untuk
evaluasi kemandirian dalam mengerja- tidak jujur dalam mengerjakan bekerja sendiri dan akan me-
kan soal evaluasi. soal evaluasi ngambil lembar jawaban siswa
yang ketahuan mencontek.
Siswa menjawab salam  Siswa menjawab salam dari
guru dengan kompak.

63
1) Hal-hal yang mendukung
Guru:
a) Guru terlebih dahulu menyiapkan siswa, suara guru keras dan
semangat dalam mengucapkan salam dan ikut berdo’a bersama.
b) Apersepsi sudah tepat.
b) Guru sudah baik dan jelas dalam menjelaskan langkah-langkah NHT.
c) Guru sudah baik dalam menyiapkan siswa dalam kelompok.
d) Guru sudah baik dalam menjelaskan langkah-langkah NHT.
e) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
f) Guru menguasai materi ajar dengan baik dan memberikan penjelasan
ulang bagi siswa yang lemah/kesulitan dalam memahami materi.
g) Guru sudah dapat mengenali nama siswa sehingga mudah ber-
interaksi.
h) Guru sudah memancing siswa agar berani bertanya.
i) Guru bersama-sama siswa memyimpulkan materi pembelajaran.
Siswa:
a) Siswa bersemangat dalam menjawab salam dari guru.
b) Sebagian besar siswa sudah memperhatikan penjelasan materi dari
guru.
c) Sebagian siswa sudah berani bertanya.
d) Sebagian siswa sudah berani menjawab pertanyaan dari guru.
e) Siswa sudah bersemangat maju ke depan kelas.
f) Sebagian siswa sudah terbiasa dengan model NHT dan mulai aktif
dalam kelompoknya masing-masing.
g) Sebagian besar siswa sudah memiliki kemandirian dalam menger-
jakan soal evaluasi.
h) Siswa menjawab salam penutup dari guru dengan kompak.
2) Hal-hal yang menghambat
Guru:
a) Ada siswa yang ramai ketika diminta menyiapkan diri.
b) Kegiatan membimbing siswa mengerjakan LKS belum optimal.
c) Kegiatan pengawasan terhadap jalannya evaluasi belum optimal
sehingga masih ada siswa yang mencontek.
b) Penggunaan waktu masih melebihi dari waktu normal.
Siswa:
a) Beberapa siswa masih ada yang kurang memperhatikan.
b) Masih ada siswa yang malu bertanya.
c) Ada beberapa siswa yang masih takut/ragu-ragu dalam menjawab
pertanyaan dari guru.
d) Masih ada beberapa siswa yang tidak aktif dalam proses diskusi.

64
e) Masih ada beberapa siswa yang malu jika diminta maju ke depan
kelas dan kurang keras/berani dalam mempresentasikan hasil diskusi
kelompoknya.
f) Ada beberapa siswa yang tidak ikut dalam meyimpulkan materi.
g) Masih ada beberapa siswa yang tidak jujur dalam mengerjakan soal
evaluasi.
3) Ide perbaikan
a) Guru harus lebih telaten dalam membimbing siswa mengerjakan
LKS.
b) Lebih memberikan perhatian pada siswa yang pasif dan memberikan
hukuman menyanyi bagi kelompok yang mendapat bintang paling
sedikit.
c) Guru memotivasi siswa untuk ikut serta meyimpulkan materi.
d) Guru mengajukan pertanyaan pada siswa tidak memperhatikan.
e) Guru memperingatkan siswa yang ketahuan mencontek akan diambil
lembar jawabnya.
f) Guru memberikan dua bintang bagi siswa/kelompok yang dapat
mempresentasikan dengan suara keras dan memberikan motivasi
untuk menambah rasa percaya diri siswa.

4. Siklus III
a. Hasil Belajar Siswa
Siklus III dilaksanakan pada hari Selasa, 8 November 2018 dengan
jumlah 40 siswa yang hadir dengan materi pokok Matriks. Adapun hasil
dari evaluasi (post test) setelah penerapan model pembelajaran kooperatif
tipe NHT dapat diketahui pada tabel 4.7 di bawah ini:
Tabel 4.8
Daftar Hasil Belajar Siswa Siklus III
No Nama Siswa Nilai Keterangan
1. Aan Agustina 60 Tidak Tuntas
2. Abdul Halim 90 Tuntas
3. Adinda Putri Apriliyani 95 Tuntas
4. Ahmad Fajri Gopala 80 Tuntas
5. Anggi Widiani 90 Tuntas
6. Anis Fitria Ningsih 65 Tidak Tuntas
7. Arkan Mahardi8ka Putra 75 Tuntas
8. Ayu Nurhasanah 90 Tuntas
9. Cici Adela 70 Tidak Tuntas
10. Dini Aprilia 85 Tuntas
11. Elsya Nadhila Salsabila 100 Tuntas

65
No Nama Siswa Nilai Keterangan
12. Erni Rohaeni 95 Tuntas
13. Fitri Nurseha 80 Tuntas
14. Fitriani 100 Tuntas
15. Inna Alfiyanti 90 Tuntas
16. Intan Dahlia 90 Tuntas
17. Kiki Setiani 90 Tuntas
18. Komala Sondari 75 Tuntas
19. Kristina Depiyanti 75 Tuntas
20. Kunaeni 85 Tuntas
21. Lisnawati 95 Tuntas
22. Lutfiah Damayanti 90 Tuntas
23. Mellia 95 Tuntas
24. Muhammad Samsul Mu'arif 75 Tuntas
25. Nurlaila Kurnaesih 95 Tuntas
26. Puput Sekar Pamungkas 70 Tidak Tuntas
27. Ratmelia Annisa Widyasari 75 Tuntas
28. Risa Ristina 90 Tuntas
29. Rizki Pratama 80 Tuntas
30. Sinta Belia 80 Tuntas
31. Siti Arorah 85 Tuntas
32. Siti Ledy Napisah 100 Tuntas
33. Sri Wulandari 95 Tuntas
34. Suciani Siti Khodijah 90 Tuntas
35. Syarif Hidayat 95 Tuntas
36. Very Anggara 90 Tuntas
37. Vina Rantika 95 Tuntas
38. Wina Octaviani 75 Tuntas
39. Wiya 90 Tuntas
40. Yayan Prayoga 75 Tuntas
Jumlah 3415
Nilai rata-rata 85,38
Jumlah siswa yang tuntas 36 siswa/90,00%
Jumlah siswa yang belum tuntas 4 siswa/10,00%

Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh data terdapat 36 siswa atau 90,00%


yang tuntas dalam belajar, dan 4 siswa atau 10,00% belum tuntas dalam
belajar dengan nilai rata-rata kelas yaitu 85,38. Perbandingan hasil belajar
siswa yang tuntas dan belum tuntas tersaji pada gambar 4.3.

66
Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III

100 90.00

80

60 Jml Siswa
36
40 Persentase

20 10.00
4
0
Tuntas Belum Tuntas

Gambar 4.3 Perbandingan Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus III

Berdasarkan tabel 4.7 dan gambar 4.3 ketuntasan klasikal sudah


mencapai ≥ 85% Siswa yang tuntas belajar dalam siklus III ini sudah
mencapai 90,00%. Berdasarkan pengamatan faktor pendukung mengalami
peningkatan, sedangkan faktor penghambat berkurang pada pelaksanaan
siklus III ini. Berikut tabel hasil pengamatan beserta penjelasannya:

67
b. Hasil Pengamatan Guru
Tabel 4.9
Hasil Pengamatan Guru Siklus III
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Perbaikan
4 3 2 1
Memberi salam dan memim-  Guru kreatif mengkondisikan Guru menyiapkan siswa sebe-
pin do’a (mengkondisikan siswa sebelum berdo’a. lum mengucapkan salam.
kelas).
Apersepsi.  Sudah bagus.
Keterampilan menggunakan model NHT.
a.Menyiapkan siswa dalam  Sudah baik.
kelompok.
b.Menjelaskan langkah-lang-  Sudah baik dan jelas.
kah pembelajaran NHT.
c.Membimbing siswa me-  Sudah bagus dan telaten.
ngerjakan LKS
d.Mendorong siswa untuk  Sudah baik.
aktif dalam diskusi.
e.Mengawasi setiap kelom-  Guru sering berkeliling.
pok secara bergiliran.
Kemampuan dalam menjelas-  a. Guru menyampaikan tujuan
kan materi. pembelajaran.
b. Guru menguasai materi ajar
dengan baik dan menyampai-
kan materi dengan jelas.
Penggunaan media.  Penggunaan media sudah tepat.
Penggunaan bahasa (lancar,  Penggunaan bahasa sudah lan- intonasi suara perlu diperbaiki.
sopan, intonasi). car, sopan.
Pemberian pertanyaan.  Sudah baik.
Kemampuan melakukan  Soal yang diberikan jelas.
evaluasi.

68
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Perbaikan
4 3 2 1
Memberikan penghargaan  Guru mengapresiasi siswa Masih ada 1 siswa yang kurang
individu dan kelompok. dengan memberikan dua bin- berani mempresentasikan
tang dan tepuk tangan yang me- dengan suara jelas dan keras.
riah bagi siswa yang berani ma-
ju ke depan dan memperesenta-
sikan hasil diskusi dengan suara
jelas dan keras.
Menyimpulkan materi pembe-  Guru sudah berinteraksi dengan
lajaran. siswa.
Kemampuan guru dalam  Guru sudah mengkondisikan
menutup pembelajaran. siswa sebelum mengucapkan
salam.
Ketepatan menggunakan jam  Sudah sesuai dengan waktu
pelajaran. yang diinginkan.

69
c. Hasil Pengamatan Siswa
Tabel 4.10
Hasil Pengamatan Siswa Siklus III
Skala penilaian
Kegiatan Hal yang mendukung Hal yang menghambat Rencana perbaikan
4 3 2 1
Siswa menjawab salam dan  a. Pembiasaan membaca
berdo’a. Asmaul Husna/mengaji
selama 15 menit sebelum
memulai pelajaran.
b. Siswa menjawab salam
dengan kompak.
Siswa memperhatikan penje-  Siswa sangat antusias dengan Ada 1 siswa yang tidur saat
lasan materi. penjelasan dari guru. guru menjelaskan.
Siswa mengajukan pertanya-  Siswa sudah berani bertanya.
an.
Siswa menjawab pertanyaan.  Siswa sangat antusias menja-
wab pertanyaan guru.
Siswa aktif dalam kegiatan  Siswa sudah terbiasa berdiskusi
diskusi. dan tidak canggung dalam me-
ngutarakan pendapatnya serta
kerjasama antar anggota kelom-
pok meningkat.
Keberanian mempresentasik  Siswa semangat dan berani Masih ada 1 siswa yang presen-
an hasil diskusi mempresentasikan dengan suara tasi dengan suara pelan.
keras.
Siswa mengerjakan soal  Siswa paham dengan soal yang
evaluasi. diberikan guru.
Siswa menjawab salam.  Siswa menjawab salam dari
guru dengan kompak.

70
Berdasarkan hasil pengamatan siklus III hal-hal yang menjadi kendala
dalam proses pembelajaran sudah berkurang. Guru sudah terampil dalam
menerapkan model pembelajaran NHT dan partisipasi siswa sudah menun-
jukkan peningkatan, dari segi evaluasi hasl belajar menunjukkan adanya
peningkatan yang signifikan. Untuk itu penelitan berhenti pada siklus III ini.

B. Pembahasan
Berdasarkan analisis pengumpulan data maka diperoleh kesimpulan
tentang data hasil belajar siswa. Rekapitulasi hasil belajar siswa dapat dilihat
pada tabel 4.11 di bawah ini:
Tabel 4.11
Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa
Ketuntasan Siklus I Post Test Post Test
Belajar Pre test Post test Siklus II Siklus III
Tuntas 7 (17,50%) 16 (40,00%) 26 (65,00%) 36 (90,00%)
Belum tuntas 33 (82,50%) 24 (60,00%) 14 (35,00%) 4 (10,00%)
Nilai rata-rata siswa 44,50 58,40 73,00 85,38

Analisis data tentang nilai siswa dalam tabel 4.11 menunjukkan bahwa
adanya peningkatan hasil belajar setelah diadakannya tindakan. Dari analisis data
tentang hasil belajar siswa pada pra siklus menunjukkan hasil test hanya ada 7
siswa yang tuntas dalam belajar, setelah diterapkan model pembelajaran koope-
ratif tipe Numbered Head Together (NHT) sebanyak 16 siswa atau 40,00% tuntas
dalam belajar. Pada siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi
65,00%, yang belum tuntas berkurang menjadi 35,00%. Pada siklus III jumlah
siswa yang tuntas mencapai 90,00%, dan yang belum tuntas hanya 10,00% saja.
Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 58,40 sedangkan pada siklus II nilai rata-rata
siswa meningkat menjadi 73,00, dan pada siklus III nilai rata-rata juga meningkat
mencapai 85,38. Pada pelaksanaan siklus III ketuntasan klasikal telah tercapai
yaitu 90,00% siswa tuntas secara klasikal yang mana telah melebihi dari kriteria
ketuntasan klasikal yang ditetapkan sebasar ≥ 85% siswa tuntas secara klasikal.
Meningkatnya hasil belajar dari siklus I ke siklus III disebabkan karena
pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat menambah/memperjelas pemahaman siswa tentang materi
yang dipelajari dan merangsang partisipasi siswa dalam diskusi kelompok.

71
Dengan memerhatikan pembahasan hasil penelitian di atas peneliti
menyimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan dapat diterima kebenarannya,
dengan kata lain penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) di SMA Negeri 1 Lemahabangdapat meningkatkan hasil belajar
siswa mata pelajaran matematika pokok bahasan Matriks.

C. Keterbatasan Peneliti
Penelitian yang dilaksanakan di SMA ini memiliki keterbatasan-
keterbatasan,diantaranya:
1. Karena waktu yang dilakukan peneliti untuk melakukan penelitian
hanyaterbatas pada topik matriks.
2. Keterbatasan tenaga dan biaya yang dimiliki peneliti membuat
penelitianhanya dilakukan pada satu kelas saja.
3. Kurangnya soal-soal latihan yang diberikan, sehingga siswa tidakmempunyai
pengalaman menyelesaikan berbagai variasi soal.

72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan melalui
beberapa rangkaian tindakan dimulai dari siklus I, siklus II, dan siklus III serta
berdasarkan seluruh pembahasan dan hasil analisis data yang dilakukan maka
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas XII.IPA-2 mata
pelajaran matematika pokok bahasan Matriks. Indikator tersebut dapat terlihat
dari nilai test siswa yang mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Pada
siklus I terdapat 16 siswa atau 40,00% siswa yang tuntas dalam belajar dan yang
belum tuntas sebanyak 24 siswa atau 60,00% dengan nilai rata-rata 58,40. Pada
siklus II jumlah siswa yang tuntas meningkat menjadi 26 siswa atau 65,00% dan
yang belum tuntas berkurang menjadi 14 siswa atau 35,00% dengan nilai rata-
rata 73,00. Pada pelaksanaan siklus III jumlah siswa yang tuntas mencapai 36
siswa atau 90,00% dan yang belum tuntas hanya 4 siswa siswa saja atau 10,00%
dengan nilai rata-rata 85,38.

B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, maka peneliti menga-
jukan beberapa saran sebagai masukan , antara lain:
1. Bagi Kepala Sekolah
Kepala sekolah hendaknya selalu memotivasi dan memfasilitasi guru untuk
meningkatkan keterampilan mengajarnya dengan mengikuti seminar-seminar
dan pelatihan tentang model pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil
belajar siswa.
2. Bagi Guru
a. Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together (NHT) hendaknya diterapkan kembali pada
pokok bahasan yang lain pada pelajaran matematika pada khususnya dan
mata pelajaran yang lain pada umumnya karena terbukti dapat mening-
katkan hasil belajar siswa pada pelajaran matematika.

73
b. Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran hendaknya guru melakukan
persiapan yang matang dengan telebih dahulu memahami langkah-langkah
yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran yang berpedoman pada
RPP yang telah disusun sebelumnya.
c. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang jelas tentang langkah-
langkah model Numbered Head Together NHT agar siswa tidak bingung
dan menyamakannya dengan model diskusi biasa.

74
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Lif Khoiru, & Sofan Amri. 2011. Paikem Gembrot Mengembangkan
Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Menyenangkan, Gembira dan
Berbobot (Sebuah Analisis Teoritis, Konseptual, dan Praktik). Jakarta: PT
Prestasi Pustaka Karya.
Alberta. (2007). The Alberta K–9 Mathematics Program of Studies with
Achievement Indicators. Alberta: Alberta Education.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Basyiruddin Usman, 2002. Metode Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Ciputat
Press.
Daryanto, & Muljo Rahardjo. 2012. Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta:
Gava Media.
Departemen Agama RI. 2004. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Madrasah
Ibtidaiyah. Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam.
Dimyati, & Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: Rineka Cipta.
Fathani, Abdul Halim. 2009. Matematika Hakikat dan Logika. Jogjakarta: ArRuzz
Media.
Fathurrohman, Pupuh, & M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar
Melalui Penanaman Konsep Umum dan Islami. Bandung: PT Refika
Aditama.
Hamalik, Oemar. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamid, Moh Sholeh. 2011. Metode Edutainment. Jogjakarta: Diva Press.
Huda, Miftahul. 2013. Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Isjoni. 2013. Cooperative Learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Bandung:
Alfabeta.
Jannah, Raodatul. 2011. Membuat Anak Cinta Matematika dan Eksak Lainnya.
Jogjakarta: Diva Press.
Johnson, W David, Roger T Johnson, & Edythe Johnson Holubec. 2004.
Colaborative Learning: Strategi Pembelajaran untuk Sukses Bersama.
Terjemahan oleh Narulita Yusron. 2010. Bandung: Nusa Media.
Kemendikbud. (2013). Implementasi Kurikulum 2013, SMA Matematika. Jakarta:
Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan
dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Koohang, A. et al. (2009). E-Learning and Constructivism From Theory to
Aplication. Interdiciplinary Journal of R-Learning and Learning Objects
(Volume 5 tahun 2009). pp. 91-109.
Kunandar. 2011. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Marasuddin Siregar, 2003. Diktat Metodologi Pengajaran Agama, Semarang,
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo.
Marsigit. (2012). Philosophy of Mathematics Education. Diakses dari:
https://www.academia.edu/1809148/Philosophy_of_Mathematics_Educ
ation_by_Marsigit pada tanggal 25 Mei 2014, Jam 11.15 WIB.
Muijs, D., & Reynolds, D. (2008). Effective Teaching: Teori dan Aplikasi.
Penerjemah: Helly Prajitno S & Sri Mulyantini S. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nur, Wahyuni. 2008. Pembelajaran Matematika Dengan Model Kooperatif Tipe
Numbered Head Together (NHT) Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar
Siswa Kelas X SMA N 1 Imogiri. Skripsi. Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.
Parkay, F.W. & Stanford, B.H.. (2008). Menjadi Seorang Guru. Jakarta: PT. Indeks.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 54 tahun
2013 Tentang Standar Kompetensi Kelulusan Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 65 tahun
2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2010 Tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 69
Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah.
Permendiknas RI No. 22 Tahun 2006, Jakarta: CV Mini Jaya Abadi.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
Jakarta: Balai Pustaka.
Ratna Wilis Dahar. (2011). Teori-teori Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
Republik Indonesia. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Lulusan Matematika.
Jakarta.
-------------. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta.
Ratri, Dian kartika. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number
Heads Together Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Materi
Sifat Bangun Ruang, (Online),
(http://library.ikippgrismg.ac.id/docfiles/fulltext/3cc6365ee507e46c.pdf,
diakses 6 Mei 2014).
Riyanto, Yatim. 2012. Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi Bagi
Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Rusman. (2012). Model-model Pembelajaran. Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Edisi Kedua. Jakarta: Rajawali Pers.
R. Soedjadi. (2007). Masalah Kontekstual Sebagai Batu Sendi Matematika Sekolah.
Surabaya: Pusat Sains dan Matematika Sekolah UNESA.
Saeful Sagala, 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran, Bandung: Alfa Beta.
Sally Wehmeier, 2000. Oxford Advanced Learner’s Dictionary, New York: Oxford
University Press
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Menpengaruhinya. Jakarta: Rineka
Cipta.
Sudjana. Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sugihartono. et al. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta. UNY Press.
Suharsimi Arikunto, dkk. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Suprijono, Agus. 2013. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Kencana.
Susilo. 2010. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
Suyadi. 2011. Panduan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Diva Press.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progesif Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen, serta Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2005
Tentang SISDIKNAS.
Uno, Hamzah B. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
-----------. 2011. Teori Motivasi & pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
W.J.S. Poerwodarminta, 1999. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka.
Yamin, Martinis, & Bansu I. Ansari. 2009. Taktik Mengembangkan Kemampuan
Individual Siswa. Jakarta: Gaung Persada Press.
Lampiran 1
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

A. Identitas
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Lemahabang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : XII.IPA-2 / 1 (satu )
Standar Kompetensi : 3. Menggunakan matriks dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : 3.2 Menggunakan determinan dan invers
dalampenyelesaian sistem persamaan linear
duavariabel
Indikator :
3.2.1. Melakukan operasi perkalian matriks
denganbilangan real
3.2.2. Melakukan operasi perkalian dua buah
matriks
3.2.3. Sifat pada perkalian dua matriks
3.2.4. Menentukan determinan matriks
persegiberordo 2
3.2.5. Menentukan invers matriks persegi berordo
2
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

B. Tujuan
3.2.1. Setelah pembelajaran siswa dapat melakukan operasi perkalian
matriksdengan bilangan real
3.2.2 Setelah pembelajaran siswa dapat melakukan operasi perkalian duabuah
matriks
3.2.3 Setelah pembelajaran siswa dapat mengenal sifat pada perkalian
duamatriks
3.2.4 Setelah pembelajaran siswa dapat menentukan determinan
matrikspersegi berordo 2
3.2.5 Setelah pembelajaran siswa dapat menentukan invers matriks
persegiberordo 2

C. Materi Pembelajaran
1. Perkalian matriks
2. Determinan matriks persegi berordo 2
3. Invers matriks persegi berordo 2

D. Metode Pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
- Presensi - Mencatat kehadiran ‐Memeriksakeleng- Kegiatan
siswa kapan seragam siswa awal
danpengelolaan kelas. 15 menit
‐Menyiapkan LKS
- ‐Apersepsi: Siswa
Menanggapiapers mula-mulamemilih
epsi beberapabuah dan
dikelompokkan. ‐Menilai
‐Motivasi: guru sikapselamapembelaj
- Memperhatikan memberisemangat aranberlangsung
danmelaksanakan dan menyuruhsiswa
instruksiguru untuk
mengerjakanLKS
yang telah dibagikan
‐Menginformasikan
‐memperhatikan tujuanpembelajaran
informasitujuanpe ‐Membagi siswadalam
mbelajaran ‐Membentuk kelom- kelompokkerja
pokkerja danmeng-
‐membagi informasikan
dirikelompokkerja carakerja kelompok

‐Secarakelompokme ‐Membantu siswa ‐Membantu siswayang Kegiatan


lakukandiskusi yangmengalami mengalamikesulitan inti
danmengisi LKS kesulitan 60 menit
‐Mengamati, memoti- ‐Mengamati,memo-
vasidan melakukan tivasi danmelakukan
‐Presentasi penilaiansikap penilaiansikap
‐Mengatur
jalannyadiskusi kelas ‐Menilai siswa
yangaktif menanggapi
‐Bersama - Mereview ‐ Menyampaikanreview Kegiatan
gurumenyimpulka materipembelajaran materi akhir
n materi 15 menit
‐Mengerjakankuis ‐Membagikan soal ‐ Membagikan soal
postesteknik tertulis,
bentukkuis,
instrument tes

Pertemuan Kedua
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
- Presensi - Mencatat kehadiran ‐Memeriksakeleng- Kegiatan
siswa kapan seragam siswa awal
danpengelolaan kelas. 15 menit
‐Menyiapkan LKS
- ‐Apersepsi: Siswa
Menanggapiapers mula-mulamemilih
epsi beberapabuah dan
dikelompokkan. ‐Menilai
‐Motivasi: guru mem- sikapselamapembelaj
- Memperhatikan berisemangat dan aranberlangsung
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
danmelaksanakan menyuruhsiswa untuk
instruksiguru mengerjakanLKS
yang telah dibagikan
‐Menginformasikan
tujuanpembelajaran
‐memperhatikan
informasitujuanpe
mbelajaran ‐Membentuk kelom- ‐Membagi siswadalam
pokkerja danmeng- kelompokkerja
‐membagi informasikan
dirikelompokkerja carakerja kelompok

‐Secarakelompokme ‐Membantu siswa ‐Membantu siswayang Kegiatan


lakukandiskusi yangmengalami mengalamikesulitan inti
danmengisi LKS kesulitan 60 menit
‐Mengamati, memoti- ‐Mengamati,memo-
vasidan melakukan tivasi danmelakukan
‐Presentasi penilaiansikap penilaiansikap
‐Mengatur
jalannyadiskusi kelas ‐Menilai siswa
yangaktif menanggapi
‐Bersama - Mereview ‐ Menyampaikanreview Kegiatan
gurumenyimpulka materipembelajaran materi akhir
n materi 15 menit
‐Mengerjakankuis ‐Membagikan soal ‐ Membagikan soal
postesteknik tertulis,
bentukkuis, instrument
tes

F. Sumber Belajar
LKS
Matematika untuk SMA kelas XII Program Ilmu Sosial, Hal 115, Erlangga
2001, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk SMA/MA kelas XII, Hal 113,
Erlangga 2007

G. Penilaian
1. Jenis Tagihan : Tugas kelompok / individu
2. Teknik : Tertulis
3. Bentuk Instrumen : Tes tertulis bentuk uraian

Cirebon, Oktober2018
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Lemahabang Guru MP (Peneliti)

Drs. H. Entris, MPd NANA SUDIANA, S.Pd.


NIP 19640106 198703 1 011 NIP. 19740508 200604 1 012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

A. Identitas
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Lemahabang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : XII.IPA-2 / 1 (satu )
Standar Kompetensi : 3. Menggunakan matriks dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : 3.1 Menggunakan sifat-sifat dan operasi matriks
untuk menunjukkan bahwa suatu matriks
persegi merupakan invers dari matriks persegi
lain
Indikator :
3.1.1 Mengenal matriks persegi
3.1.2 Menentukan persamaan dan transpos matriks
3.1.3 Melakukan operasi aljabar atas dua matriks
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

B. Tujuan
3.1.1.a Setelah pembelajaran siswa dapat mengenal matrik persegi
3.1.1.b Setelah pembelajaran siswa dapat mengenal jenis-jenis matriks
3.1.1.c Setelah pembelajaran siswa dapat mengenal pengertian ordo dan
jenismatriks
3.1.2 Setelah pembelajaran siswa dapat menentukan persamaan dan
transpossuatu matriks
3.1 3.a Setelah pembelajaran siswa dapat melakukan operasi
penjumlahanmatriks persegi berordo 2
3.1.3.b Setelah pembelajaran siswa dapat melakukan operasi
penguranganmatriks persegi berordo 2

C. Materi Pembelajaran
1. Pengertian dan notasi matriks
2. Ordo matriks
3. Jenis-jenis matriks
4. Transpos matriks
5. Persamaan matriks
6. Operasi hitung matriks

D. Metode Pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
- Presensi - Mencatat kehadiran ‐ Memeriksakelengka- Kegiatan
siswa pan seragamsiswa awal
dan pengelolaankelas 15 menit
- ‐ Apersepsi: Siswa
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
Menanggapiapers mula-mulamemilih ‐ Menyiapkan LKS
epsi beberapabuah dan ‐ Menyiapkan undian
dikelompokkan.
‐ Motivasi: guru mem-
- Memperhatikan berisemangat dan ‐ Memberikan
danmelaksana- menyuruhsiswa untuk nomerpada tiap-tiap
kaninstruksi guru mengerjakanLKS kepaladi dalam
yang telah dibagikan kelompok(”1”,”2”,”3
‐ Menginformasikan ”,”4”)
- tujuanpembelajaran
Menempelkanno ‐ Membentuk ‐ Memberikan
mer di kelompokkerja undianpada masing-
dadamasing- danmenginfor- masingkelompok, tiap
masing masikancara kerja kelompokmengambils
kelompok atu gulungan. Misal:
- ‐ Membagi siswa A C F G
Memperhatikanin menjadi 7 kelompok 2 1 3 4
formasitujuan denganmasing-masing
pembelajaran kelompokberanggotak ‐ Membagikan
- Mengambilgu- an 4-5 siswa(jika ada LKSpada masing-
lungan, jikamen- siswa yang masingkelompok
dapatnomer tidakmasuk).
padagulunganme ‐ Membagikan LKS
m-persiapkan diri padamasing-masing
untukpresentasi kelompok
didepan kelas
‐ membagi
dirikelompok
kerja
‐ ‐ Membantu siswa ‐ Membantu siswa Kegiatan
Secarakelompok yangmengalami yangmengalami inti
melakukandisku- kesulitan kesulitan 60 menit
si danmengisi ‐ Mengamati, memoti- ‐ Mengamati, memoti-
LKS vasidan melakukan vasidan melakukan
penilaiansikap penilaiansikap
‐ Presentasi ‐ Mengatur jalannya ‐ Menilai siswa yang
diskusikelas aktifmenanggapi
‐ Diskusi ‐ Siswa yang mempero-
dalamkelas leh nomer undian
maju mempersentasi-
kanpekerjaandiskusi
kelompok
‐Bersama - Mereview ‐ Menyampaikanreview Kegiatan
gurumenyimpulk materipembelajaran materi akhir
an materi 15 menit
‐Mengerjakankuis ‐Membagikan soal ‐ Membagikan soal
postesteknik tertulis,
bentukkuis,
instrument tes

Pertemuan Kedua
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
- Presensi - Mencatat kehadiran ‐ Memeriksakelengka- Kegiatan
siswa pan seragamsiswa awal
dan pengelolaankelas 15 menit
- ‐ Apersepsi: Siswa
Menanggapiapers mula-mulamemilih ‐ Menyiapkan LKS
epsi beberapabuah dan ‐ Menyiapkan undian
dikelompokkan.
‐ Motivasi: guru mem-
- Memperhatikan berisemangat dan ‐ Memberikan
danmelaksana- menyuruhsiswa untuk nomerpada tiap-tiap
kaninstruksi guru mengerjakanLKS kepaladi dalam
yang telah dibagikan kelompok(”1”,”2”,”3
‐ Menginformasikan ”,”4”)
- tujuanpembelajaran
Menempelkanno ‐ Membentuk ‐ Memberikan
mer di kelompokkerja undianpada masing-
dadamasing- danmenginfor- masingkelompok, tiap
masing masikancara kerja kelompokmengambils
kelompok atu gulungan. Misal:
- ‐ Membagi siswa BH F
Memperhatikanin menjadi 7 kelompok 2 1 3
formasitujuan denganmasing-masing
pembelajaran kelompokberanggotak ‐ Membagikan
- Mengambilgu- an 4-5 siswa(jika ada LKSpada masing-
lungan, jikamen- siswa yang masingkelompok
dapatnomer tidakmasuk).
padagulunganme ‐ Membagikan LKS
m-persiapkan diri padamasing-masing
untukpresentasi kelompok
didepan kelas
‐ membagi
dirikelompok
kerja
‐ ‐ Membantu siswa ‐ Membantu siswa Kegiatan
Secarakelompok yangmengalami yangmengalami inti
melakukandisku- kesulitan kesulitan 60 menit
si danmengisi ‐ Mengamati, memoti- ‐ Mengamati, memoti-
LKS vasidan melakukan vasidan melakukan
penilaiansikap penilaiansikap
‐ Presentasi ‐ Mengatur jalannya ‐ Menilai siswa yang
diskusikelas aktifmenanggapi
‐ Diskusi ‐ Siswa yang mempero-
dalamkelas leh nomer undian
maju mempersentasi-
kanpekerjaandiskusi
kelompok
‐Bersama - Mereview ‐ Menyampaikanreview Kegiatan
gurumenyimpulk materipembelajaran materi akhir
an materi 15 menit
‐Mengerjakankuis ‐Membagikan soal ‐ Membagikan soal
postesteknik tertulis,
bentukkuis,
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
instrument tes

F. Sumber Belajar
LKS
Matematika untuk SMA kelas XII Program Ilmu Sosial, Hal 115, Erlangga
2001, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk SMA/MA kelas XII, Hal 113,
Erlangga 2007
G. Penilaian
1. Jenis Tagihan : Tugas kelompok / individu
2. Teknik : Tertulis
3. Bentuk Instrumen : Tes tertulis bentuk uraian

Cirebon, Oktober2018
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Lemahabang Guru MP (Peneliti)

Drs. H. Entris, MPd NANA SUDIANA, S.Pd.


NIP 19640106 198703 1 011 NIP. 19740508 200604 1 012
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

A. Identitas
Nama Sekolah : SMA Negeri 1 Lemahabang
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas / Semester : XII.IPA-2 / 1 (satu )
Standar Kompetensi : 3. Menggunakan matriks dalam pemecahan masalah
Kompetensi Dasar : 3.2 Menggunakan determinan dan invers
dalampenyelesaian sistem persamaan linear
duavariabel
Indikator :
3.2.1. Melakukan operasi perkalian matriks
denganbilangan real
3.2.2. Melakukan operasi perkalian dua buah
matriks
3.2.3. Sifat pada perkalian dua matriks
3.2.4. Menentukan determinan matriks
persegiberordo 2
3.2.5. Menentukan invers matriks persegi berordo
2
Alokasi Waktu : 4 x 45 menit

B. Tujuan
3.2.1. Setelah pembelajaran siswa dapat melakukan operasi perkalian
matriksdengan bilangan real
3.2.2 Setelah pembelajaran siswa dapat melakukan operasi perkalian duabuah
matriks
3.2.3 Setelah pembelajaran siswa dapat mengenal sifat pada perkalian
duamatriks
3.2.4 Setelah pembelajaran siswa dapat menentukan determinan
matrikspersegi berordo 2
3.2.5 Setelah pembelajaran siswa dapat menentukan invers matriks
persegiberordo 2

C. Materi Pembelajaran
1. Perkalian matriks
2. Determinan matriks persegi berordo 2
3. Invers matriks persegi berordo 2

D. Metode Pembelajaran
Kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)

E. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan Pertama
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
- Presensi - Mencatat kehadiran ‐ Memeriksakelengka- Kegiatan
siswa pan seragamsiswa awal
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
dan pengelolaankelas 15 menit
- ‐ Apersepsi: Siswa
Menanggapiapers mula-mulamemilih ‐ Menyiapkan LKS
epsi beberapabuah dan ‐ Menyiapkan undian
dikelompokkan.
‐ Motivasi: guru mem-
- Memperhatikan berisemangat dan ‐ Memberikan
danmelaksana- menyuruhsiswa untuk nomerpada tiap-tiap
kaninstruksi guru mengerjakanLKS kepaladi dalam
yang telah dibagikan kelompok(”1”,”2”,”3
‐ Menginformasikan ”,”4”)
- tujuanpembelajaran
Menempelkanno ‐ Membentuk ‐ Memberikan
mer di kelompokkerja undianpada masing-
dadamasing- danmenginfor- masingkelompok, tiap
masing masikancara kerja kelompokmengambils
kelompok atu gulungan. Misal:
- ‐ Membagi siswa A C F G
Memperhatikanin menjadi 7 kelompok 2 1 3 4
formasitujuan denganmasing-masing
pembelajaran kelompokberanggotak ‐ Membagikan
- Mengambilgu- an 4-5 siswa(jika ada LKSpada masing-
lungan, jikamen- siswa yang masingkelompok
dapatnomer tidakmasuk).
padagulunganme ‐ Membagikan LKS
m-persiapkan diri padamasing-masing
untukpresentasi kelompok
didepan kelas
‐ membagi
dirikelompok
kerja
‐ ‐ Membantu siswa ‐ Membantu siswa Kegiatan
Secarakelompok yangmengalami yangmengalami inti
melakukandisku- kesulitan kesulitan 60 menit
si danmengisi ‐ Mengamati, memoti- ‐ Mengamati, memoti-
LKS vasidan melakukan vasidan melakukan
penilaiansikap penilaiansikap
‐ Presentasi ‐ Mengatur jalannya ‐ Menilai siswa yang
diskusikelas aktifmenanggapi
‐ Diskusi ‐ Siswa yang mempero-
dalamkelas leh nomer undian
maju mempersentasi-
kanpekerjaandiskusi
kelompok
‐Bersama - Mereview ‐ Menyampaikanreview Kegiatan
gurumenyimpulk materipembelajaran materi akhir
an materi 15 menit
‐Mengerjakankuis ‐Membagikan soal ‐ Membagikan soal
postesteknik tertulis,
bentukkuis,
instrument tes
Pertemuan Kedua
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
- Presensi - Mencatat kehadiran ‐ Memeriksakelengka- Kegiatan
siswa pan seragamsiswa awal
dan pengelolaankelas 15 menit
- ‐ Apersepsi: Siswa
Menanggapiapers mula-mulamemilih ‐ Menyiapkan LKS
epsi beberapabuah dan ‐ Menyiapkan undian
dikelompokkan.
‐ Motivasi: guru mem-
- Memperhatikan berisemangat dan ‐ Memberikan
danmelaksana- menyuruhsiswa untuk nomerpada tiap-tiap
kaninstruksi guru mengerjakanLKS kepaladi dalam
yang telah dibagikan kelompok(”1”,”2”,”3
‐ Menginformasikan ”,”4”)
- tujuanpembelajaran
Menempelkanno ‐ Membentuk ‐ Memberikan
mer di kelompokkerja undianpada masing-
dadamasing- danmenginfor- masingkelompok, tiap
masing masikancara kerja kelompokmengambils
kelompok atu gulungan. Misal:
- ‐ Membagi siswa BH F
Memperhatikanin menjadi 7 kelompok 2 1 3
formasitujuan denganmasing-masing
pembelajaran kelompokberanggotak ‐ Membagikan
- Mengambilgu- an 4-5 siswa(jika ada LKSpada masing-
lungan, jikamen- siswa yang masingkelompok
dapatnomer tidakmasuk).
padagulunganme ‐ Membagikan LKS
m-persiapkan diri padamasing-masing
untukpresentasi kelompok
didepan kelas
‐ membagi
dirikelompok
kerja
‐ ‐ Membantu siswa ‐ Membantu siswa Kegiatan
Secarakelompok yangmengalami yangmengalami inti
melakukandisku- kesulitan kesulitan 60 menit
si danmengisi ‐ Mengamati, memoti- ‐ Mengamati, memoti-
LKS vasidan melakukan vasidan melakukan
penilaiansikap penilaiansikap
‐ Presentasi ‐ Mengatur jalannya ‐ Menilai siswa yang
diskusikelas aktifmenanggapi
‐ Diskusi ‐ Siswa yang mempero-
dalamkelas leh nomer undian
maju mempersentasi-
kanpekerjaandiskusi
kelompok
‐Bersama - Mereview ‐ Menyampaikanreview Kegiatan
gurumenyimpulk materipembelajaran materi akhir
an materi 15 menit
‐Mengerjakankuis ‐Membagikan soal ‐ Membagikan soal
postesteknik tertulis,
Kegiatan Siswa Guru 1 Guru 2 Waktu
bentukkuis,
instrument tes

F. Sumber Belajar
LKS
Matematika untuk SMA kelas XII Program Ilmu Sosial, Hal 115, Erlangga
2001, Seribu Pena Matematika Jilid 3 untuk SMA/MA kelas XII, Hal 113,
Erlangga 2007
G. Penilaian
1. Jenis Tagihan : Tugas kelompok / individu
2. Teknik : Tertulis
3. Bentuk Instrumen : Tes tertulis bentuk uraian

Cirebon, Oktober2018
Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 1 Lemahabang Guru MP (Peneliti)

Drs. H. Entris, MPd NANA SUDIANA, S.Pd.


NIP 19640106 198703 1 011 NIP. 19740508 200604 1 012
SOAL EVALUASI
PRA SIKLUS
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : XII
Waktu : 30 menit
SOAL EVALUASI
SIKLUS 1
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : XII
Waktu : 30 menit
SOAL EVALUASI
SIKLUS 2
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas : XII
Waktu : 30 menit
SOAL EVALUASI
SIKLUS 3

Mata Pelajaran : Matematika


Kelas : XII
Waktu : 30 menit
Lampiran

LEMBAR PEDOMAN WAWANCARA

1. Materi apa yang selama ini siswa masih merasa kesulitan?


2. Berapa nilai KKM untuk mata pelajaran matematika di SMA Negeri 1
Lemahabang Kabupaten Cirebon?
3. Metode apa yang biasa bapak terapkan dalam pembelajaran matematika selama
ini?
4. Kendala apa saja yang sering bapak hadapi ketika proses pembelajaran
berlangsung?
5. Pada waktu proses pembelajaran apakah ada siswa yang mengganggu temannya?
6. Tindakan apa yang bapak lakukan sebagai seorang guru untuk siswa yang kurang
memperhatikan?
7. Bagaimana sistem evaluasi dalam pembelajaran matematika?
8. Bagaimana nilai matematika selama ini Pak?
9. Usaha apa yang Bapak lakukan untuk memperbaiki nilai siswa yang kurang
memenuhi KKM?
10. Bagaimana kemampuan akademik siswa selama ini Pak?
11. Apakah bapak sudah mengenal model pembelajaran kooperatif ?
12. Apakah bapak sudah mengenal Numbered Head Together (NHT) ?
13. Bagaimana pendapat bapak tentang model pembelajaran ini ?
LAMPIRAN
LEMBAR FOTO KEGIATAN
SISWA

Anda mungkin juga menyukai