Anda di halaman 1dari 74

PENGARUH PENERAPAN MODEL PBL TERHADAP KEMAMPUAN

BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI SISWA PADA MATERI KOLOID


DI KELAS XI MAN TANJUNGPINANG

Proposal Penelitian

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Serjana


Pendidikan (S.Pd.)

Disusun Oleh:

Sandika

NIM 170384204008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia tidak dapat kita pisahkan dari pendidikan. Pendidikan

memegang unsur penting dalam membentuk pola pikir, akhlak dan perilaku

manusia agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku, seperti norma agama,

norma kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum.

Keterampilan tingkat tinggi saat ini perlu dikembangkan untuk

menghadapi tantangan kehidupan baik pribadi maupun kejuruan.Perkembangan

pendidikan di abad 21 memiliki berbagai macam kompetensi atau keahlian yang

mungkin harus dimiliki oleh peserta didik, salah satunya adalah: kemampuan

peserta didik dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah (critical thinking and

problem solving skills), dapat berpikir secara kritis, lateral, dan sistematik,

terutama dalam konteks memecahkan sebuah permasalahan (Kono,

2016).Kemampuan berpikir kritis penting untuk kita dalam aspek kehidupan yang

secara terus menerus mengambil suatu keputusan untuk menentukan apa yang

harus dipercaya atau dilakukan (Husen et al., 2017).

Wilson (2000) mengemukakan beberapa alasan tentang perlunya

keterampilan berpikir kritis, yaitu: (1) pengetahuan yang didasarkan pada hafalan

telah didiskreditkan; individu tidak akan dapat menyimpan ilmu pengetahuan

dalam ingatan mereka untuk penggunaan yang akan datang; (2) informasi

menyebar luas begitu pesat sehingga tiap individu membutuhkan kemampuan


yang dapat disalurkan agar mereka dapat mengenali macam-macam permasalahan

dalam konteks yang berbeda pada waktu yang berbeda pula selama hidup mereka;

(3) kompleksitas pekerjaan modern menuntut adanya staf pemikir yang mampu

menunjukkan pemahaman dan membuat keputusan dalam dunia kerja; dan (4)

masyarakat modern membutuhkan individu-individu untuk menggabungkan

informasi yang berasal dari berbagai sumber dan membuat keputusan. Adeyemi

(2012) mengatakan bahwa untuk bisa menganalisis, mengevaluasi, menjelaskan

dan mengatur kembali pemikirannya seseorang membutuhkan keterampilan

berpikir kritis sehingga ketika menghadapi masalah yang sering terjadi dalam

kehidupan kita mampu mengurangi resiko kesalahan dalam mengambilan suatu

keputusan,

Menurut Permendikbud 81A tahun 2013, untuk membudayakan berpikir

secara kritis pada siswa, maka guru sebagai fasilitator haruslah memberikan

kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran dalam

aspek mengamati, menanya, menganalisis, mengumpulkan informasi, mengolah

informasi dan mengkomunikasikannya. Namun dalam prakteknya, banyak

sekolah yang tidak menerapkan sistem pembelajaran siswa aktif dimana hal ini

tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa salah satunya

dalam pelajaran Kimia di SMA. Rajendran (2000) menemukan dalam menerapkan

ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan di sekolah dan kelas ke permasalahan

yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari kemampuan yang dimiliki siswa

masih kurang. Dia menegaskan bahwa kemampuan dalam memberikan bukti

tentang konsep dan hubungan yang mendasar bagi mata pelajaran yang telah
mereka pelajari kebanyakkan siswa hanya mampu memberikan bukti tak lebih

dari pemahaman yang dangkal, atau ketidakmampuan untuk menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah mereka peroleh ke dalam permasalahan dunia nyata

(Rajendran, 2000).

Berdasarkan hasil penelitian Redhana (2003) diperoleh hasil bahwa: 1)

konsep kimia banyak yang bersifat abstrak membuat siswa cukup sulit dalam

memahaminya, 2) walaupun materi yang akan dipelajari selanjutnya sudah

diketahui, tapi masih banyak siswa yang tidak menyiapkan diri sebelum

pembelajaran dimulai, 3) dalam proses pembelajaran terlihat aktivitas siswa masih

rendah, dan 4) kemampuan berpikir kritis siswa masih rendah ditandai dengan

masih banyak siswa yang belum mampu memecahkan suatu permasalahan dengan

baik.

Kemampuan berpikir kritis tidak mungkin datang dengan sendirinya.

Kemampuan ini perlu dilatih. Namun di sekolah-sekolah belum dijadikan tradisi

kemampuan berpikir kritis. Sedangkan menurut Rosa dan Pujiati (2017) berpikir

kritis merupakan suatu kemampuan yang harus dikembangkan, dipraktekkan dan

secara berulang diterapkan dalam kurikulum agar siswa terlibat dalam

pembelajaran aktif yaitu dengan kegiatan yang mengharuskan siswa menganalisis,

mensintesis dan mengevaluasi informasi untuk mengasah kemampuan berpikir

kritis siswa. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran di sekolah agar menjadi

wahana bagi tumbuh dan berkembangnya kemampuan berpikir kritis siswa perlu

diterapkan model-model pembelajaran inovatif seperti model problem based

learning (PBL). Masalah yang diselesaikan sendiri, ditemukan sendiri tanpa


bantuan khusus, memberi hasil yang lebih berkualitas, yang digunakan atau di

masukkan ke dalam situasi-situasi lain (Arfianawati et al., 2016). Penerapan

model PBL membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir kritis, karena

dalam model pembelajaran ini siswa tidak hanya diminta untuk memahami suatu

masalah saja akan tetapi juga harus mampu bekerja sama memecahkan masalah

tersebut (Mayasri & Rahmayani, 2019). Tahap inilah yang nantinya diharapkan

akan menjadi stimulus bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir

kritis, karena untuk menghasilkan suatu pemecahan masalah yang tepat

dibutuhkan kemampuan berpikir kritis yang lebih mendalam akan masalah yang

hendak dipecahkan tersebut.

Perbaikan hasil belajar telah banyak digunakan model pembelajaran

berbasis masalah oleh pendidik, Yusmanidar (2017); Rahayu dan Hartono

(2016),berdasarkan penelitian terdahulu bahwa pembelajaran berbasis masalah

tepat diterapkan untuk mengatasai masalah dalam pembelajaran. Penelitian yang

bertujuan peningkatan motivasi belajar siswa, Rachmawati dan Rohaeti (2018)

hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk meningkatkan hasil belajar siswa

harus diperhatikan juga motivasi belajarnya, sangat tidak mungkin hasil belajar

meningkat jika siswa tidak termotivasi dalam belajar.

Keefektifan model pembelajaran PBL menurut Herdiawan (2019)

diantaranya adalah pembelajaran lebih bermakna bila dilakukan dengan

bekerjasama antar siswa dalam berpikir dan memahami materi secara

berkelompok dengan langkah awal menyajikan permasalahan yang nyata. Hal

senada juga diungkapkan Kumullah (2018) dalam penelitiannya menggunakan


masalah dalam kehidupan sehari-hari, siswa memiliki kesempatan untuk

memecahkan masalah berdasarkan pengetahuan mereka melalaui peemasalahan

dalam kehidupan sehari-hari siswa.

Sekolah MAN Tanjungpinag merupakan salah satu sekolah menengah atas

di kepulauan Riau. Proses belajar mengajar di MAN Tanjungpinang menetapkan

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran kimia yakni 76. Siswa

dengan nilai di atas 76 dinyatakan lulus, dan siswa dengan nilai di bawah 76

dinyatakan belum lulus, sehingga perlu mengikuti remedial.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia XI A di

MAN Tanjungpinang tahun pelajaran 2019/2020 disampaikan bahwa metode

yang digunakan dalam proses pembelajaran kimia yaitu metode ceramah. Hal ini

pula yang menyebabkan ketuntasan belajar siswa cenderung rendah, terbukti

untuk materi kimia akhir semester 1 ketuntasan siswa hanya 16 siswa (50,00 %)

untuk tahun ajaran 2019/2020 dengan batas nilai KKM sebesar 76.

Berdasarkan observasi di kelas XI A, dalam kegiatan belajar mengajar,

interaksi guru dan siswa dalam proses belajar hanya berjalan dari satu arah, yakni

dari guru saja. Proses pembelajaran di dalam kelas terlihat menjadi aktivitas guru,

sehingga mengakibatkan siswa kurang aktif dalam mengikuti proses

pembelajaran. Sebenarnya metode diskusi yang diterapkan harusnya dapat

memicu aktifitas siswa dalam menyampaikan pendapat, akan tetapi hanya

beberapa siswa saja yang aktif dalam diskusi.

Berdasarkan hasil angket,pengamatan dan hasil wawancara dengan guru

mata pelajaran kimia, dapat dirangkum permasalahan yang terjadi di kelas XI A


MAN Tanjungpinang adalah sebagai berikut: 1). salah satu materi pembelajaran

yang masih sulit dipahami dan dikuasai siswa adalah materi koloid dan

perhitungan kimia, 2). metode ceramah masih dominan dalam kegiatan belajar

mengajar sehingga menimbulkan kejenuhan pada siswa,3). kondisi siswa yang

kurang aktif dalam mengikuti pelajaran kimia. Hal ini dapat ditunjukkan dengan

sikap siswa yang tidak aktif bertanya,4). kurang minat siswa pada pelajaran kimia.

Hal ini dapat ditunjukkan dengan sikap siswa yang masih banyak mengobrol

dengan teman, mencorat-coret kertas serta asyik bermain sendiri, dan hanya

beberapa yang mau menjawab bila diberikan pertanyaan soal dari guru, 5). masih

banyak siswa yang belum mencapai KKM pada pelajaran kimia di lihat dari hasil

belajarnya.

Agar permasalahan ini teratasi pembelajaran kimia di MAN

Tanjungpinang perlu diubah model pembelajarannya. Pada penerapan Kurikulum

Nasional guru harus menggunakan pendekatan ilmiah (scientific), karena

pendekatan ini hasilnya lebih efektif. Proses pembelajaran yang

mengimplementasikan pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu:

sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Salah satu

model pembelajaran yang digunakan dalam metode pendekatan scientific yaitu

model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning).Salah satu

model pembelajaran yang dapat melatih keterampilan berpikir kritis adalah model

pembelajaran berbasis masalah. Hal ini karena siswa dapat memahami konsep dari

suatu materi melalui bekerja dan belajar pada situasi atau masalah yang diberikan.

Siswa melakukan investigasi, membuat kesimpulan sebelum melakukan


pemecahan masalah, mengaitkan pengetahuan baru dengan struktur kognitif yang

telah dimilikinya, dan mengkonstruksi pemahamannya sendiri.

Salah satu pembelajaran yang dilaksanakan di seluruh tingkat satuan

pendidikan yaitu Pembelajaran IPA. Bersikap secara ilmiah, dimana bekerja

secara ilmiah dapat didukung dengan adanya keterampilan berpikir kritis

merupakan tuntutan dalam pembelajran IPA (Rahayu & Hartono, 2016).Salah

satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam yaitu pelajaran Kimia. Pembelajaran kimia

mencakup berbagai macam permasalahan yang jika distimulus dengan tepat dapat

memicu kemampuan berpikir kritis siswa,seperti pada materi sistem koloid.

Karakteristik pada materi ini adalah sebagian besar berupa konsep-konsep yang

banyak aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari, sesuai dengan Permendikbud

nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Dasar yang harus dimiliki peserta didik

pada materi sistem koloid yaitu mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan

menjelaskan kegunaan koloid dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan sifat-

sifatnya serta membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau

melibatkan prinsip koloid. Menurut PERMEN No.20 tahun 2016 tentang Standar

Kompetensi Lulusan (SKL) bahwa peserta didik harus memiliki keterampilan dan

bertindak kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, dan komunikatif melalui

pendekatan ilmiah sebagai pengembangan dari apa yang telah dipelajari. Maka

untuk mencapai Kompetensi Dasar pada materi sistem koloid digunakanlah model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

Sesuai dengan KD materi sistem koloid menuntut siswa dapat membuat

dan menjelaskan kegunaan sistem koloid yang berkaitan dengan kehidupan sehari-
hari, kegiatan model pembelajaran PBL menggunakan masalah yang terdapat

dalam kehidupan sehari-hari sebagai fokus utama. Masalah tersebut dituntut untuk

dipecahkan melalui percobaan, diskusi, dan proses pemecahan masalah. Melalui

kegiatan tersebut siswa berlatih memecahkan masalah dengan baik secara

berkelompok. Proses pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah

tersebut membutuhkan kemampuan berpikir kreatif, produktif, kritis, mandiri,

kolaboratif, dan komunikatif untuk itulah model PBL dirasa cocok digunakan

pada materi sistem koloid untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis bermaksud melakukan penelitian dengan

judul ”Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan motivasi belajar Siswa Pada Materi

Sistem Koloid”.

1.2 Rumusan Masalah


Masalah yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu: “Adakah pengaruh

penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap

kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa pada materi Sistem

Koloid?”

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian berdasarkan perumusan masalah di atas yaitu

untuk mengetahui apakah model pembelajaran problem based learning (PBL)

berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa

pada materi Koloid.


1.4 Manfaat
Setelah penelitian dilaksanakan, hasil penelitian ini diharapkan dapat

bermanfaat baik secara praktis maupun teoritis.

a. Manfaat teoritis

1. Pengujian manfaat model Problem Based Learning terhadap

kemampuan berpikir kritis dan motivasi siswa khususnya di Sekolah

Menengah Atas.

2. Untuk menambah dan mengembangkan wawasan ilmu pengetahuan

khususnya dalam hal model-model pembelajaran.

3. Sebagai dasar untuk mengadakan penelitian-penelitian lebih lanjut bagi

peneliti lain.

b. Manfaat praktis

1. Bagi Guru, sebagai panduan dalam upaya mengoptimalkan

pembelajaran Kimia dengan menggunakan model pembelajaran yang

bervariasi seperti Problem Based Learning dalam rangka peningkatan

kemampuan berpikir kritis dan motivasi siswa .

2. Bagi siswa, untuk lebih meningkatkan minat dan prestasi belajarnya

agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Sebagai bagian dari model pembelajaran pemecahan masalah merupakan

cara mengajar yang dimulai dari penyajian masalah nyata yang harus dipecahkan.

Siswa melakukan proses pemecahan masalah tersebut, ketika siswa dihadapkan

pada persoalan yang mereka temukan sendiri atau masalah yang sengaja diberikan

dalam proses pembelajaran.Penggunaan model ini bertujuan untuk

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan

intelektual kepada siswa serta menjadi pembelajar yang mandiri (Al-Tabany, hal.

64-65).

Menurut Sadia (2014, hlm. 68) berdasarkan data yang telah dikumpulkan

siswa akan belajarmelalui penerapan model PBL siswa akan belajar

mengevaluasi, mengidentifikasi, mengumpulkan informasi, serta bekerjasama

untuk mengevaluasi suatu hipotesis. Berikut disajikan perbandingan antara model

pembelajaran berbasis masalah dengan metode konvensional/ ceramah yang biasa

digunakan (Sadia, 2014, hlm. 72):

Tabel 2.1 Perbandingan Model PBL dengan Metode Ceramah


Model Peran Guru Peran Siswa
Pembelajaran
Ceramah Sebagai Ahli: Sebagai Penerima:
- Mengarahkan pikiran - Tidak aktif
Siswa - Lembam
- Sebagai narasumber - Pikiran siswa
- Mengevaluasi diasumsikan
keberhasilan kosong
belajar
Siswa
PBL Sebagai Coach: Sebagai Participant:
- Menyajikan masalah - Secara aktif
- Mendorong siswa menganalisis
untuk melakukan masalah
investigasi - Melakukan
- Mendampingi siswa investigasi untuk
sebagai co- memecahkan
investigator masalah
- Mengases proses dan - Menemukan
hasil belajar siswa konsep dan
prinsip-prinsip
ilmiah untuk
memecahkan
masalah

Selain memiliki karakteristik dan ciri-ciri, beberapa pengembang PBL

menyebutkan bahwa PBL memiliki fitur khusus diantaranya yaitu (Arends, 2007,

hlm. 381):

1. Pertanyaan atau masalah perangsang

PBL mengorganisasikan pengajaran di seputar pertanyan dan masalah

penting secara sosial dan bermakna secara personal bagi siswa.

2. Fokus interdisipliner

Masalah PBL yang diinvestigasikan dipilih karena solusinya menuntut

siswa untuk menggali banyak subjek. Solusinya tidak hanya terpaku atau

dilihat dari salah satu sudut pandang saja.

3. Investigasi autentik

PBL mengharuskan siswa untuk melakukan investigasi autentik yang

berusaha menemukan solusi dari suatu permasalahan.

4. Membuat dan menyajikan hasil karya


PBL menuntut siswa untuk membuat dan menyajikan hasil karya yang

dapat menjelaskan solusi dari pemecahan masalah yang telah dibuat.

5. Kolaborasi

PBL ditandai oleh siswa yang bekerja bersama dan berkelompok bersama

siswa lain.

Menurut Arends (2007: 394) sintaks untuk model Problem Based


Learning dapat disajikan seperti pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.2 Sintaks Model Problem Based Learning


No Fase Peranan Guru
1 Orientasi siswa kepada Membahas tujuan pelajaran,
masalah mendeskripsikan dan memotivasi
peserta didik untuk terlibat dalam
kegiatan mengatasi masalah.
2 Organisasi siswa terhadap Membantu peserta didik untuk
pembelajaran mendefinisikan dan meng-
organisasikan tugas-tugas belajar
yang terkait dengan per-
masalahannya.
3 Melakukan investigasi Mendorong peserta didik untuk
mandiri dan kelompok mendapatkan informasi yang
tepat, melaksanakan ekperimen,
dan mencari penjelasan dan
solusi.
4 Mengembangkan dan Membantu peserta didik dalam
mempresentasikan hasil merencanakan dan menyiapkan
karya menyajikannya hasil karya yang tepat, seperti
laporan, rekaman, video, dan
model-model dan membantu
mereka untuk menyampaikannya
kepada orang lain.
5 Menganalisis dan Membantu peserta didik untuk
mengevaluasi proses melakukan refleksi terhadap
pemecahan masalah penyelidikannya dan proses-
proses yang mereka gunakan.

Menurut Kurniasih dan Sani (2015, hlm. 49-50) model pembelajaran PBL

ini memiliki keunggulan yang sangat banyak diantaranya yaitu:


1 Dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.

2 Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah.

3 Dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.

4 Memudahkan siswa mentransfer pengetahuan baru.

5 Mendorong inisiatif siswa untuk belajar mandiri.

6 Mendorong kreativitas siswa dalam mengungkapkan penyelidikan masalah

yang telah dilakukan.

7 Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

8 Memudahkan siswa mengintegrasikan pengetahuan dan

mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

9 Menumbuhkan inisiatif, meningkatkan motivasi internal untuk belajar, dan

dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam kerja kelompok.

2.2 Hakikat Berpikir Kritis

Sukmadinata dan Syaodih (2012, hlm. 122) mengatakan bahwa suatu

kemampuan nalar seseorang dalam menilai, memecahkan masalah dan membuat

keputusan ilmiah merupakan kemampuan berpikir kritis.

Menurut Ruggiero (2003, hlm. 19-20) terdapat beberapa karakteristik

berpikir kritis diantaranya yaitu: 1) jujur terhadap diri sendiri seperti mengakui

apa yang tidak diketahui, mengenali keterbatasan diri, dan waspada terhadap

kesalahan diri, 2) merasa tertantang jika menemukan masalah yang kontroversial,

3) berusaha untuk memahami dan sabar terhadap masalah yang kompleks dan

bersedia meluangkan waktu untuk mengatasi permasalahan tersebut, 4) menilai


berdasarkan fakta, bukan dari pendapat orang lain, 5) bersedia mendengarkan

alasan orang lain jika tidak sependapat dengan orang tersebut, 6) menghindari

pemikiran ekstrim dan berlatih untuk berpikir adil dan seimbang, 7) melatih diri

mengendalikan perasaan untuk berpikir sebelum bertindak.

Menurut Ennis terdapat enam kemampuan dasar dalam berpikir kritis,

yang disingkat menjadi pendekatan FRISCO (focus, reason, inference, situation,

and clarity) (Ennis, 1996, hal: 4-8).

1 Focus

Hal pertama yang dilakukan dalam berbagai situasi yaitu fokus untuk

mengetahui inti dari suatu permasalahan. Adapun caranya yaitu dengan

menanyakan pada diri sendiri apa yang sebenarnya terjadi.

2 Reasons

Anda harus selalu mengetahui alasan dalam mengambil suatu keputusan

atau kesimpulan. Dan menentukan apakah alasan tersebut dapat diterima

atau tidak.

3 Inference

Mempertimbangkan keputusan dan menilai kesimpulan yang diambil

dalam suatu tindakan.

4 Situation

Mempertimbangkan situasi yang sesuai terhadap apa yang akan

diputuskan dan dilakukan.

5 Clarity
Sangat penting untuk berbicara dengan jelas dan mudah dipahami ketika

akan menyampaikan suatu kesimpulan atau keputusan yang telah dibuat.

6 Overview

Kemampuan dasar yang keenam adalah overview atau meninjau kembali.

Dilakukan untuk mengoreksi kesimpulan, keputusan maupun hal-hal yang

telah dilakukan. Kemampuan dasar ini bukanlah akhir tetapi bersifat

kontinu, berulang kembali sehingga mengasah kemampuan yang dimiliki.

Menurut Ennis (1985) terdapat beberapa indikator berpikir kritis yang

dikelompokkan menjadi lima kemampuan berpikir. Kelima indikator berpikir

kritis tersebut diuraikan lebih lanjut pada tabel 2.3 berikut:

Tabel 2.3 Indikator Berpikir Kritis


Aspek Indikator Sub-Indikator
Kelompok
1. Elementary 1. Memfokuskan a. Mengidentifikasi/
clarification pertanyaan merumuskan pertanyaan
(memberikan b. Mengidentifikasi/
penjelasan merumuskan kriteria untuk
sederhana) mempertimbangkan jawaban
yang mungkin
c. Menjaga kondisi pikiran
2. Menganalisis a. Mengidentifikasi kesimpulan
argumen b. Mengidentifikasi kalimat
- kalimat pernyataan
c. Mengidentifikasi kalimat
- kalimat bukan
pernyataan
d. Mengidentifikasi
ketidakrelevanan dan
Kerelevanan
e. Mencari persamaan dan
perbedaan
f. Mencari struktur darisuatu
argumen
g. Merangkum
3. Bertanya dan a. Mengapa?
menjawab b. Apa intinya?
pertanyaan c. Apa yang anda maksud?
klarifikasi d. Apa contohnya?
pertanyaan yang e. Apa yang bukan contohnya?
menantang f. Bagaimana menerapkan
dalam kasus tersebut?
g. Apa perbedaan yang
membuatnya?
h. Apa faktanya?
i. Benarkah yang anda
katakan.......?
j. Dapatkah anda
mengatakannya lebih
tentang hal tersebut?
2. Basic 1. Menjelaskan a. Mempertimbangkan keahlian
support kredibilitas b. Mempertimbangkan
(membangun (kriteria) suatu kemenarikan konflik
keterampilan sumber c. Mempertimbangkan
dasar) sesuai sumber
d. Mempertimbangkan reputasi
e. Mempertimbangkan
penggunaan prosedur yang
tepat
f. Mempertimbangkan
resiko untuk reputasi
g. Kemampuan memberi alasan
h. Kebiasaan untuk berhati –
hati
2. Mengobservasi a. Ikut terlibat dalam
dan menyimpulkan
mempertim- b. Interval waktu yang singkat
bangkan hasil antara observasi dan
observasi laporan
c. Dilaporkan oleh
pengamat sendiri
d. Mencatat hal-hal yang
diinginkan
e. Penguatan (colaboration)
dan kemungkinan penguatan
f. Kemungkinan dari
bukti- bukti yang
menguatkan
g. Kondisi akses yang baik
h. Penggunaan teknologi yang
kompeten
i. Kepuasan observer atas
kreadibilitas kriteria

3. Inference 1. Membuat a. Kelompok yang logis


(menyimpul- deduksi dan b. Kondisi yang logis
kan) mempertimbang c. Interpretasi pertanyaan
kan hasil
deduksi
2. Membuat a. Membuat generalisasi
induksi dan b. Membuat kesimpulan dan
mempertimbang hipotesis
kan hasil
induksi
3. Membuat dan a. Latar belakang fakta
mempertimbang b. Konsekuensi
kan nilai c. Penerapan prinsip-prinsip
keputusan d. Memikirkan alternatif
e. Menyeimbangkan dan
memutuskan
4. Advanced 1. Mendefinisikan a. Membuat bentuk definisi
clarificatio istilah dan b. Strategi membuat definisi
n (membuat mempertimbang  Bertindak dengan
penjelasan kan definisi memberi tindakan
lebih lanjut) lanjut
 Mengidentifikasi dan
menangani
ketidakbenaran yang
ada
c. Membuat isi definisi
2. Mengidentifi- a. Penjelasan bukan pernyataan
kasi asumsi- b. Mengonstruksi argumen
asumsi
5. Strategies 1. Memutuskan a. Mendefinisikan masalah
and tactics suatu tindakan b. Membuat prosedur
(strategi dan penyelesaian masalah
taktik) c. Merumuskan alternatif
yang memungkinkan
d. Memutuskan hal-hal yang
dilakukan secara tentatif
e. Mereview
f. Memonitori implementasi
2.3 Motivasi Belajar

Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang turut menentukan

keefektifan dalam pembelajaran. Mitivasi belajar bisa menjadi faktor pendodrong

peserta didik untuk belajar dengan baik.Peserta didik akan belajar dengan

sungguh-sungguh jika memiliki motivasi belajar yang tinggi.

Menurut Hamzah B. Uno (2011: 27-29), peran penting motivasi belajar

dan pembelajaran, antara lain: 1) Peran motivasi belajar dalam menentukan

penguatan belajar. Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila

seorang anak yang sedang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang

menentukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang

pernah dilalui. 2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar. Peran

motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan

belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu

sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya oleh anak. 3)

Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah termotivasi

untuk belajar sesuatu berusaha mempelajari dengan baik dan tekun dengan

harapan memperoleh hasil yang lebih baik.

Menurut Slameto (2010: 26), motivasi belajar dipengaruhi oleh tiga

komponen, yaitu: 1) Dorongan kognitif, yaitu kebutuhan untuk mengetahuhi,

mengerti, dan memecahkan masalah. Dorongan ini timbul di dalam proses

interaksi antara siswa dengan tugas/ masalah. 2) Harga diri, yaitu ada siswa
tertentu yang tekun belajar dan melaksanakan tugas-tugas bukan terutama untuk

memperoleh pengetahuan atau kecakapan, tetapi untuk memperoleh status dan

harga diri. 3) Kebutuhan berafiliasi, yaitu kebutuhan untuk menguasai bahan

pelajaran/ belajar dengan niat guna mendapatkan pembenaran dari orang lain/

teman-teman. Kebutuhan ini sukar dipisahkan dengan harga diri.

Menurut Sardiman A. M (2007: 92-95), ada beberapa cara untuk

menumbuhkan motivasi belajar siswa, antara lain:

1) Memberi angka Umumnya setiap siswa ingin mengetahui hasil

pekerjaannya, yakni berupa angka yang diberikan oleh guru. Siswa yang

mendapat angkanya baik akan mendorong motivasi belajarnya menjadi

lebih besar, sebaliknya siswa yang mendapat angka kurang, mungkin

menimbulkan frustasi atau dapat juga menjadi pendorong agar belajar

lebih baik. Dengan pemberian angka-angka yang baik untuk siswa, bisa

menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk siswa yang bersangkutan.

2) Hadiah Cara ini dapat dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu

misalnya pemberian hadiah kepada siswa yang mendapat atau menunjukan

hasil belajar yang baik. Hadiah dapat dikatakan sebagai motivasi tetapi

tidak selalu demikian, karena hadiah untuk suatu pekerjaan mungkin tidak

akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dan tidak berbakat untuk

sesuatu pekerjaan tersebut, sehingga hadiah tidak selalu bisa menimbulkan

motivasi.
3) Saingan/ kompetisi Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai

alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Hanya saja persaingan

individual akan menimbulkan pengaruh yang tidak baik, seperti rusaknya

hubungan persahabatan, perkelahian, pertentangan, persaingan antar

kelompok belajar.

4) Ego-involvement Sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup

penting karena menumbuhkan kesadaran kepada peserta didik betapa

pentingnya tugas-tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga

mereka bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri. Mereka akan

berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik

dengan menjaga harga dirinya, karena penyelesaian tugas dengan baik

adalah simbol kebanggaan dan harga diri.

5) Memberi ulangan Peserta didik akan menjadi giat belajar apabila

mengetahui akan ada ulangan. Maka, memberi ulangan adalah salah satu

upaya sarana memotivasi siswa dalam belajar. Tetapi yang harus diingat

adalah guru jangan terlalu sering memberikan ulangan karena dapat

membuat siswa bosan karena terlalu sering dan bersifat rutinitas. Guru

juga harus terbuka, maksudnya jika akan diadakan ulangan harus

diberitahukan kepada siswanya.

6) Mengetahui hasil Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi jika

mengalami kemajuan/ peningkatan, akan mendorong siswa untuk terus

belajar dan lebih giat lagi.. semakin mengetahui bahwa hasil belajar selalu
mengalami kemajuan, maka aka nada motivasi pada diri siswa untuk terus

belajar, dengan suatu harapan hasilnya selalu meningkat.

7) Pujian Pemberian pujian kepada murid atas hal-hal yang telah dilakukan

dengan berhasil besar manfaatnya sebagai pendorong belajar, dengan

pemberian pujian akan menimbulkan rasa senang dan puas.

8) Hukuman Salah satu cara meningkatkan motivasi belajar siswa adalah

dengan memberikan hukuman. Hukuman sebagai reinforcement yang

negatif apabila diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

Oleh karena itu, guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian

hukuman.

9) Hasrat untuk belajar Adanya hasrat untuk belajar, berati ada unsur

kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hasrat untuk belajar berati pada

diri anak tersebut memang terdapat motivasi untuk belajar, sehingga sudah

barang tentu hasilnya akan lebih baik.

10) Minat Motivasi erat hubungannya dengan minat. Motivasi muncul

karena ada kebutuhan, begitu juga dengan minat sehingga tepatlah kalau

minat merupakan alat motivasi yang pokok.

11) Tujuan yang diakui Rumusan tujuan yang diakui dan diterima dengan

baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting. Sebab

dengan memahami tujuan yang harus dicapai, dirasa sangat berguna

danmenguntungkan bagi siswa, maka akan timbul gairah untuk terus

belajar
2.4 Konsep Kimia Koloid

Berdasarkan ukuran partikel, campuran dapat dibagi menjadi tiga

golongan, yaitu larutan sejati, koloid, dan suspensi (Widyatmoko, 2009, hlm.

121):

Partikel larutan sejati : < 1 mm

Partikel koloid: 1 – 100 nm

Partikel suspensi : > 100 nm

Secara teori ada sembilan macam kemungkinan larutan koloid. tetapi

karena gas dalam sistem gas tidak akan membentuk koloid, maka hanya ada

delapan macam sistem koloid (Widyatmoko, 2009, hlm. 122).

Tabel 2.4 Jenis –Jenis Koloid


Zat Media Jenis sistem Contoh
terdispersi pendispersi koloid
Gas Cair Busa Krim kocok, busa bir
Gas Padat Busa padat Batu apung
Cair Gas Aerosol cair Kabut, awan
Cair Cair Emulsi Mayones, susu
Cair Padat Emulsi padat Keju, mentega
Padat Gas Aerosol padat Asap, debu
Padat Cair Sol Tinta, cat
Padat Padat Sol padat Mutiara

Sifat khusus koloid timbul akibat partikelnya yang lebih besar dari pada

partikel larutan. Sifat itu adalah sebagai berikut:

a Efek Tyndall

Efek tyndall merupakan sifat menghamburkan cahaya ke segala

arah.Contohnya yaitu pada seberkas cahaya yang masuk melalui celah jendela
ke dalam ruangan yang gelap maka akan terlihat partikel debu berukuran

koloid (Widyatmoko, 2009, hlm. 122-123).

b Gerak Brown

Adalah partikel tersuspensi yang berada dalam keadaan gerak tetap

(Oxtoby, 2001, hlm. 179). Gerak brown yaitu berupa gerakan berbelok-belok

dengan arah acak, gerak acak ini disebabkan karena tabrakan molekul-molekul

partikel koloid yang tidak sama banyaknya (Widyatmoko, 2009, hlm. 123).

c Adsorpsi

Sifat lain yang dimiliki partikel koloid adalah adsorpsi yaitu proses

menarik zat asing yang terjadi pada permukaan zat. Kemampuan adsorpsi

akan semakin besar bila luas permukaan suatu zat semakin besar pula

(Widyatmoko, 2009, hlm. 124).

d Koagulasi

Koloid dapat mengalami pengendapan bila konsentrasi ion tinggi maka

untuk menstablikannya koloid mengalami pengendapan atau penggumpalan.

Pengendapan ini yang dinamakan koagulasi (Petrucci, 1987, hlm. 81).

Koloid dapat terbentuk melalui dua cara berikut (Widyatmoko, 2009, hlm. 122):

1 Kondensasi; terbentuk dari partikel kecil yaitu partikel-partikel sebesar

atom atau ion yang berkumpul menjadi satu dan membentuk zat berukuran

koloid.
2 Dispersi; terbentuk dari suatu zat yang terbagi menjadi zat yang lebih kecil

dan berukuran koloid.

2.5 Penelitian yang Relevan

Review yang dilakukan oleh Alias Masek (2011) yang berjudul The Effect

of Problem Based Learning on Critical Thinking Ability: A Theoretical and

Empirical Review menyatakan bahwa proses spesifik dari PBL secara teori dapat

mendukung perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa. Guru sebagai

fasilitator harus berhati-hati merancang desain penerapan PBL agar dapat berhasil

mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Sejalan dengan review yang dilakukan oleh Alias Masek, EL-Shaer dan

Gaber (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Impact of Problem- Based

Learning on Students`Critical Thinking Dispositions, Knowledge Acquisition and

Retention telah mengenalkan PBL sebagai pengganti dari pembelajaran yang

berpusat kepada guru. Hasil penelitian menunjukkan selain kemampuan berpikir

kritis, knowledge acquisition and retention siswa juga meningkat.

Penelitian yang dilakukan oleh Dwi Nurcahya (2012) yang berjudul

Pengaruh Problem Based Learning (PBL) terhadap Kemampuan Berpikir Kritis

Siswa Pada Pembelajaran Kimia juga mengatakan hal yang sama yaitu bahwa

penerapan model pembelajaran problem based learning berpengaruh terhadap

perkembangan kemampuan berpikir kritis siswa dilihat dari jawaban-jawaban

siswa dalam pembelajaran menggunakan model PBL.

2.6 Kerangka Berpikir


Kemampuan berpikir kritis dan motivasi siswa kurang terlatih dikarenakan
pembelajaran lebih menekankan kepada guru (teacher center)

Diterapkan model pembelajaran problem based leraning (PBL) pada materi


sistem koloid

Pre test Kelas Eksperiment


Kelas Kontrol

Treatment menggunakan Treatment menggunakan


model konvensional model PBL
(Ceramah dan tanya
jawab)

Kelas Kontrol Post test Kelas Eksperiment

Model PBL memiliki pengaruh terhadap


kemampuan berpikir dan motivasi belajar
siswa pada materi sistem koloid

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di MAN Tanjungpinang yang berlokasi di

Jl.Tanjung Ayun Sakti,Bukit Bestari,Baru Kecamatan Ciputat, Kota

Tajungpinang. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus semester ganjil

tahun ajaran 2020/2021.

3.2 Populasi dan Sampel


Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI

MAN Tanjungpinang.Sampelnya adalah siswa kelas XI A dan XI B.Teknik

pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purpossive sampling

yaitu pengambilan sampel disesuaikan dengan pertimbangan dan karakteristik

tertentu .Adapun pertimbangan yang dilakukan dalam pengambilan sampel ini

yaitu berdasarkan hasil pretest yang menunjukan kemampuan awal siswa yang

setara pada kedua kelas. Digunakanlah kelas XI A sebagai kelas eksperimen

dan XI B sebagai kelas kontrol dengan jumlah masing-masing sebanyak 30

orang siswa.

3.3 Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah quasi eksperimen, yaitu

metode eksperimen semu. Pada metode ini diberi perlakuan yang berbeda pada

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, sama halnya seperti metode

eksperimen sejati metode ini juga dimaksudkan untuk menyelidiki pengaruh

langsung dari suatu perlakuan (Hadjar, 1999, hal. 117- 118). Pada penelitian ini
kelas eksperimen akan diberikan perlakuan model pembelajaran problem based

learning (PBL) sedangkan pada kelas kontrol dengan model pembelajaran

konvensional yaitu dengan metode ceramah dan tanya jawab.

Desain yang di gunakan dalam penelitian ini adalah non eqivalent control

group design yaitu desain yang terdiri dari dua kelompok yakni kelompok

eksperimen dan kontrol, diawali dengan pemberian pretest pada kelompok

eksperimen dan kontrol kemudian kelompok eksperimen diberikan perlakuan

tertentu, dan diakhir dikenakan postest pada kelompok eksperimen dan kontrol

untuk melihat efek dari perlakuan pada kelompok eksperimen adapun desainnya

yaitu sebagai berikut (Suharsaputra, 2012, hlm. 163):

Tabel 3.1 Desain penelitian


Kelompok Pretest Perlakuan Postest
Eksperimen O X O
Kontrol O Y O

3.4 Rancangan Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan model

pembelajaran PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi

Koloid. Alur penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan
a. Menganalisis Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar pada

Standar Isi mata pelajaran Kimia SMA kelas XI sesuai

dengan Kurikulum 2013 yang digunakan serta analisis

literatur model pembelajaran PBL dan kemampuan berpikir

kritis.

b. Menyusun perangkat pembelajaran yaitu Rencana


Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan indikator

pembelajaran yang disesuaikan dengan keterampilan berpikir

kritis dan langkah pembelajaran disesuaikan dengan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

c. Menyusun instrumen penelitian yaitu tes essay berupa soal

kemampuan berpikir kritis. Selain itu dibuat pula lembar

kerja siswa yang sesuai dengan tahapan PBL, dan lembar

observasi keterlakasanaan model pembelajaran PBL sebagai

penunjang dalam penelitian.

d. Menguji validitas instrumen tes kepada para ahli dan

kemudian memperbaiki instrumen tes sesuai saran ahli,

setelah itu menguji cobakan instrumen tes yang telah dibuat

kepada siswa untuk mengetahui validitas, reliabilitas, daya

beda dan tingkat kesukaran soal. Hasil uji coba

dikonsultasikan kembali dengan dosen pembimbing, apabila

sudah layak maka instrumen tersebut siap digunakan.

2. Tahap Pelaksanaan
Tahap pelaksanaan yaitu tahap implementasi model

pembelajaran PBL. Penelitian dilakukan sebanyak lima kali

pertemuan. Pertemuan pertama, yaitu pelaksanaan pretest.

Pertemuan kedua sampai keempat, yaitu pelaksanaan

pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran PBL.

Pertemuan kelima, yaitu pelaksanaan postest. Pertemuan kedua

sampai keempat tersebut diisi dengan melakukan percobaan


dengan menerapkan langkah-langkah model pembelajaran PBL

pada kelas eksperimen dan ceramah serta tanya jawab pada kelas

kontrol. Selama pembelajaran, dilakukan observasi

keterlaksanaan model pembelajaran PBL dan diakhir

pembelajaran diberikan postest untuk melihat pengaruh model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terhadap

kemampuan berpikir kritis siswa.

3. Tahap Penyelesaian
a. Menganalisis dan mengolah data pretest dan postest hasil
penelitian.
b. Menarik kesimpulan.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah skor tes pretest dan

postest kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran kimia materi

sistem koloid. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan

yaitu:

Tabel 3.2 Teknik pengumpulan data


No Jenis data Instrumen Subjek Keterangan
1 Kemampuan  Tes essay Siswa Test essay diberikan
berpikir kritis kepada siswa diawal dan
siswa diakhir pembelajaran di
kelas eksperimen dan
kontrol.
 LKS Siswa LKS diberikan kepada
siswa saat proses
pembelajaran di kelas
eksperimen.
2 Keterlaksanaan  Lembar Siswa Lembar observasi
pembelajaran observasi keterlaksaan model PBL
dengan diisi oleh observer pada
menggunakan saat proses pembelaja-
model PBL ran berlangsung.
Tabel 3.2 menjelaskan bahwa dalam teknik pengumpulan data, data

utama yang digunakan sebagai alat ukur penelitian atau instrumen adalah test

essay kemampuan berpikir kritis. Adapun yang lain seperti LKS yang sesuai

dengan tahapan model PBL dan lembar observasi keterlaksanaan model

pembelajaran PBL adalah sebagai penunjang dan penguat atau bukti bahwa

penelitian ini benar benar terlaksana.

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu tes yang

mengukur kemampuan berpikir kritis siswa berupa tes essay, yang telah

disesuaikan dengan indikator kemampuan berpikir kritis serta Kompetensi Inti

dan Kompetensi Dasar pada Standar Isi mata pelajaran Kimia Kurikulum 2013

materi Sistem Koloid.

1. Tes Essay
Instrumen tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal-soal

essay yang diberikan dalam bentuk pretest dan posttest. Instrumen tes ini

berfungsi untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada materi

sistem Koloid setelah dilakukan pembelajaran menggunakan model PBL.

Diberikan kepada siswa baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

Tabel 3.3 Kisi-kisi Insrumen Tes Essay Kemampuan Berpikir Kritis


No Keterampilan Indikator keterampilan berpikir kritis No Soal
berpikir kritis yang akan diukur
1 Memberikan 1. Memfokuskan pertanyaan 1*
penjelasan 2. Menganalisis argumen 2*, 8
sederhana 3. Bertanya dan menjawab pertanyaan 3, 14*, 17*
2 Membangun 4. Mempertimbangkan kredibilitas 15*, 16*
keterampilan suatu sumber
dasar
3 Menyimpulkan 6. Membuat deduksi dan 4*, 6*
mempertimbangkan hasil deduksi
7. Membuat induksi dan 13*, 18*
mempertimbangkan hasil induksi
Indikator keterampilan berpikir kritis No Soal
yang akan diukur
8. Membuat dan mempertimbangkan 11*, 12
hasil keputusan
9. Mengidentifikasikan istilah, 9*, 10
mempertimbangkan definisi
10. Mengidentifikasi asumsi 5*, 7*

11. Memutuskan suatu tindakan 19*

Jumlah soal 19

2. Lembar observasi
Teknik pengambilan data menggunakan observasi dilakukan dengan

cara mengamati kegiatan yang sedang berlangsung, baik itu cara guru

mengajar maupun kegiatan siswa belajar (Sukmadinata, 2010, hlm. 220).

Lembar observasi yang digunakan yaitu Lembar Observasi Keterlaksanaan

Pembelajaran dengan Model PBL, digunakan untuk mengetahui kegiatan

siswa selama proses pembelajaran. Diberikan kepadaobserver selama proses

pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Lembar Observasi Keterlaksanaan


Pembelajaran dengan Model PBL

No Sintaks Model PBL Indikator


1 Orientasi siswa kepada Siswa disajikan masalah untuk mencari
masalah pemecahan masalahnya
Siswa memusatkan perhatian terhadap
penjelasan guru mengenai pembelajaran
yang akan dilakukan
2 Organisasi siswa terhadap Siswa berkelompok dan membagi tugas
pembelajaran untuk pemecahan masalah
3 Melakukan investigasi Siswa melakukan penyelidikan untuk
mandiri dan kelompok menyelesaikan masalah
Guru membimbing siswa selama
Penyelidikan
4 Mengembangkan dan Mengkomunikasikan hasil penyelidikan
mempresentasikan hasil melalui presentasi
karya serta menyajikannya
5 Menganalisis dan Guru dan siswa mengevaluasi hasil
mengevaluasi proses penyelidikan sebagai bentuk dari
pemecahan masalah pemecahan masalah

3. Lembar Kerja Siswa

Lembar kerja siswa diberikan kepada siswa dengan tujuan sebagai

pedoman dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen yang didalamnya

terdapat permasalahan-permasalahan yang diselesaikan melalui langkah-

langkah model PBL. Selain itu juga untuk melihat kemunculan dari

indikator keterampilan berpikir kritis siswa pada saat proses pembelajaran

berlangsung. Kisi-kisi dari lembar kerja siswa dapat dilihat dalam lampiran

halaman.

3.7 Teknik Analisis Data


Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif, yaitu suatu teknik

analisis yang penganalisaannya dilakukan dengan perhitungan, karena

berhubungan dengan angka, yaitu hasil tes yang diberikan pada siswa.

Penganalisaan dilakukan dengan membandingkan hasil tes kelas eksperimen


dan kelas kontrol.

1. Data Hasil Tes Essay

a. Uji Prasyarat

Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji


prasyarat yaitu:

1) Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan terhadap serangkaian data

untuk mengetahui apakah populasi data berdistribusi normal

atau tidak, bila data diketahui berdistribusi normal maka

digunakan uji statistik parametrik sedangkan bila data tidak

berdistribusi normal maka dilakukan uji statistik non

paramterik (Misbahuddin dan Hasan, 2013, hlm. 278).

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini

menggunakan software SPSS versi 22 dengan uji

Kolmogorov-Smirnov. Uji normalitas Kolmogorv Smirnov

merupakan koreksi terhadap uji normalitas Liliefors. Adapun

langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut (Riadi, 2016, hlm.

118):1)Input pada data view; 2) Analyze; 3) descriptive

statistic; 4)explore; 5) plot normal; 6) OK dengan kriteris

pengujian:

H0 : populasi data berdistribusi normal

H1 : populasi data tidak berdistribusi normal


Jika probabilitas (sig) > α (0,05), maka H0 diterima, H1

ditolak. Jika probabilitas (sig) < α (0,05), maka H0 ditolak,

H1 diterima.

2. Uji Homogenitas

Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah

objek yang diteliti mempunyai varian yang sama (Siregar, 2013,

hlm. 167). Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan software SPSS versi 22 dengan uji Levene. Uji

homogenitas Levene dengan SPSS paling umum digunakan untuk

menguji sebaran data dari dua varian atau lebih. Adapun langkah-

langkah sebagai berikut (Riadi, 2016, hlm. 137-138): 1) input pada

data view; 2) analyze; 3) compare means; 4) one-way Anova.

dengan kriteria pengujian:

H0 : µ0 = µ1 (sampel berasal dari populasi yang homogen).

H1 : µ0 ≠ µ1 (sampel berasal dari populasi yang tidak homogen).

Jika sig > α (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak. Jika sig < α

(0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima.

b. Uji Hipotesis
Uji hipotesis dilakukan setelah dilakukan uji prasyarat untuk

melihat perbandingan variabel dari rata-rata kedua sampel (Riduwan,

2015, hlm. 165). Uji hipotesis dilakukan terhadap data pretest dan postest.

Uji hipotesis pada data pretest untuk melihat keadaan awal apakah sampel
layak digunakan untuk penelitian atau tidak. Sedangkan uji hipotesis pada

data postest digunakan untuk melihat apakah terdapat pengaruh model

pembelajaran PBL terhadap kemampuan berpikir kritis siswa. Dalam

penelitian ini uji hipotesis menggunakan software SPSS versi 22 dengan

uji Independent Sample Test yang bertujuan untuk menguji beda rata-rata

dua kelompok dan untuk menguji pengaruh variabel independen terhadap

variabel dependen (Trihendradi, 2010, hlm. 110). Adapun langkah-

langkahnya sebagai berikut (Riadi, 2016, hlm. 252-254): 1) input data

pada data view; 2) analyze; 3) compare means; 4) independent sample T-

test.

Pengujian hipotesis statistik ialah sebagai berikut:

H0 : µ0 = µ1

H1 : µ0 ≠ µ1

Pengujian dilakukan dengan mengajukan hipotesis penelitian

sebagai berikut:

H0 = Tidak terdapat pengaruh model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis

siswa pada materi sistem koloid.

H1 = Terdapat pengaruh model pembelajaran Problem Based

Learning (PBL) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

pada materi sistem koloid.

Dengan kriteria:
Jika sig > α (0,05), maka H0 diterima, H1 ditolak.

Jika sig < α (0,05), maka H0 ditolak, H1 diterima.

c. Menentukan Tingkat Kemampuan Siswa Berdasarkan


Indikator Kemampuan Berpikir Kritis
Menentukan tingkat kemampuan berpikir kritis siswa

berdasarkan tes essay yang mewakili indikator berpikir kritis. Setiap

butir indikator yang terdapat pada soal diberikan skor 0-4. Data yang

sudah diperoleh kemudian dianalisis dengan cara:

1. Memberikan skor mentah pada setiap jawaban siswa pada

tes tertulis berbentuk essay berdasarkan standar jawaban

yang telah dibuat.

2. Menghitung skor total dari tes essay untuk masing-masing

siswa.

3. Menentukan nilai persentase kemampuan berpikir kritis

masing- masing indikator.

Menurut Purwanto (2010, hlm. 102) didalam bukunya

disebutkan bahwa nilai persentase dicari dengan menggunakan rumus:

R
NP= 100
SM
Keterang
an :
NP = Nilai persen yang dicari
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal

100 = Bilangan tetap

Dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.10 Kategori Tingkat Kemampuan Siswa Melalui Tes


Skor (%) Kategori
81-100 Sangat Baik
61-80 Baik
41-60 Cukup
21-40 Kurang
0-20 Sangat Kurang

2. Data Hasil Lembar Kerja Siswa

a Memberikan skor terhadap jawaban lembar kerja siswa (LKS) berdasarkan

penilaian yang telah dibuat dengan menggunakan skal likert(0-4).

b Mencari persentase dari masing –masing indikator yang muncul. Menurut

Purwanto (2010, hlm. 102) didalam bukunya disebutkan bahwa nilai persentase

dicari dengan menggunakan rumus:

R
NP= 100
SM

Keterangan :

NP = Nilai persen yang dicari

R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal


100 = Bilangan tetap
Daptar Pustaka

Adeyemi, S. B. (2012). Developing critical thinking skills in students: A mandate

for higher education in Nigeria. European Journal of Educational

Research, 1(2), 155–161. https://doi.org/10.12973/eu-jer.1.2.155

Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. (2014). Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,

Progresif, dan Kontekstual: Kurikulum 2013. Jakarta: Prenadamedia

Group.

A.M. Sardiman, 2007, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar: Bandung,

Rajawali Pers

Arends, Richard I. (2007). Learning to Teach Seventh Edition. New York: The

McGrwa- Hill Companies, Inc.

Arfianawati, S., Sudarmin, M., & Sumarni, W. (2016). MODEL

PEMBELAJARAN KIMIA BERBASIS ETNOSAINS UNTUK

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA. Jurnal

Pengajaran MIPA, 21(1), 46–51.

Ennis, Robert H. (1985). A Logical Basis for Measuring Critical Thinking

Skills.Educational Leadership.

Ennes. (1996). Critical Thinking. New Jersey: Prentice Hall.

Hadjar, Ibnu. (1999). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam


Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Hamzah B. Uno. (2011). Teori Motivasi dan Pengukurannya: Analisis di Bidang

Pendidikan. Jakarta: Bumi aksara


Herdiawan, H., Langitasari, I., & Solfarina, S. (2019). Penerapan PBL untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa pada Konsep Koloid.

EduChemia (Jurnal Kimia dan Pendidikan), 4(1), 24–35.

https://doi.org/10.30870/educhemia.v4i1.4867

Husen, A., Indriwati, S. E., & Lestari, U. (2017). PENINGKATAN

KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KETERAMPILAN PROSES

SAINS SISWA SMA MELALUI IMPLEMENTASI PROBLEM BASED

LEARNING DIPADU THINK PAIR SHARE. Jurnal Pendidikan: Teori,

Penelitian, dan Pengembangan, 2(6), 853–860.

https://doi.org/10.17977/jptpp.v2i6.9547

Kono, R. (2016). PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP BIOLOGI DAN

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA TENTANG

EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN DI KELAS X SMA NEGERI 1

SIGI. JSTT, 5(1), Article 1.

http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JSTT/article/view/6958

Kumullah, R., Djatmika, E. T., & Yuliati, L. (2018). Kemampuan Berpikir Kritis

dan Penguasaan Konsep Siswa dengan Problem Based Learning pada

Materi Sifat Cahaya. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian, dan

Pengembangan, 3(12), 1583–1586.

https://doi.org/10.17977/jptpp.v3i12.11798

Kurniasih, Imas, & Sani, Berlin. (2015). Ragam Pengembangan Model

Pembelajaran. Jakarta: Kata Pena.


Masek, Alias. (2011). The Effect of Problem Based Learning on Critical Thinking

Ability: A Theoretical and Empirical Review. International Review of

Social Sciences and Humanities 2 (1), Diakses dari http://www.irssh.com

Mayasri, A., & Rahmayani, R. F. I. (2019). Perbandingan Model Pembelajaran

Problem Based Learning dan Guided Inquiry Terhadap Kemampuan

Berpikir Kritis pada Materi Laju Reaksi. JOURNAL OF EDUCATION

SCIENCE, 5(1), Article 1. https://doi.org/10.3314/jes.v5i1.360

Misbahuddin, & Hasan, Iqbal (2013). Analisis Data Penelitian dengan Statistik.

Jakarta: PT. Bumi Aksara

Nagappan, R. (n.d.). The teaching of Higher-Order thinking skills in Malaysia. 22.

Nurcahya, Dwi. (2012). Pengaruh Problem Based Learning (PBL) terhadap

Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran Kimia. Ciputat:

Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Oxtoby, David W. (2001). Prinsip-prinsip Kimia Modern. Jakarta: Erlangga.

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013. Implementasi

Kurikulum. Jakarta: Penulis.

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2016. Standar Kompetensi

Lulusan. Jakarta: Penulis.

Permendikbud Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2016. Kompetensi Inti dan

Kompetensi Dasar Pelajaran pada Kurikulum 2013. Jakarta: Penulis.

Petrucci, Ralph H. (1987). General Chemistry, Principles and Modern Aplication

Fourth Edition. Jakarta: Erlangga.


Rabbani, S., Muftianti, A., Solihat, G. A., Nurhayani, N., Garini, F. V. A., &

Ruswina, R. R. (2018). MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERFIKIR

KRITIS SISWA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN

PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI SEKOLAH DASAR

KABUPATEN BANDUNG BARAT. Jurnal Ilmiah P2M STKIP

Siliwangi, 5(1), 1–10. https://doi.org/10.22460/p2m.v5i1p1-10.784

Rachmawati, D., & Rohaeti, E. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Sains,

Teknologi, dan Masyarakat Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan

Motivasi Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan Matematika dan Sains,

6(1), 29–39.

Rahayu, E., & Hartono, H. (2016). Keefektifan Model PBL dan PjBL Ditinjau

dari Prestasi, Kemampuan Berpikir Kritis, dan Motivasi Belajar

Matematika Siswa SMP. Pythagoras: Jurnal Pendidikan Matematika,

11(1), 1–10. https://doi.org/10.21831/pg.v11i1.9629

Redhana, I. W. (2003). Meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa melalui

pembelajaran kooperatif dengan strategi pemecahan masalah. Jurnal

Pendidikan Dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, 3(33), 11.

Riduwan. (2015). Belajar Mudah Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Riadi, Edi. (2016). Statstik Penelitian (Analisis Manual dan IBM SPSS.

Yogyakarta: CV. Andi Offset.

Rosa, N. M., & Pujiati, A. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis

Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Berpikir


Kreatif. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 6(3), Article 3.

https://doi.org/10.30998/formatif.v6i3.990

Ruggerio, Vincent Ryan. (2003). Beyond Feelings: a Guide to Critical

Thingking.New York: Mc Graw Hill.

Sadia, I Wayan. (2014). Model-model Pembelajaran Sains Konstruktivistik.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siregar, Sofyan. (2013). Statistik Parametrik untuk Penelitian Kuantitatif. Jakarta:


PT Bumi Aksara.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suharsaputra, Uhar. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

Tindakan. Bandung: PT. Refika Aditama.

Sukmadinata, Syaodih Nana. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Pascasarjana UPI dan PT. Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana, & Syaodih, Erliany. (2012). Kurikulum dan Pembelajaran

Kompetensi. Bandung: PT. Refika Aditama.

Trihendradi, C. (2010). Step by Step SPSS 18 Analisis Data Statistik. Yogyakarta:

CV. Andi.

Widyatmoko. (2009). Kimia Dasar Tingkat Universitas. Jakarta: Universitas

Trisakti

Wilson, V. (2000). Can Thinking Skills be Taught? SCRE Spotlights 79. Scottish

Council for Research in Education, 15 St.

Yusmanidar, Y., Khaldun, I., & Mudatsir, M. (2017). PENERAPAN

PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH MENGGUNAKAN

METODE PRAKTIKUM DALAM UPAYA MENINGGKATKAN


KETERAMPILAN PROSES SAIN DAN MOTIVASI SISWA PADA

POKOK BAHASAN HIDROLISIS GARAM. JIPI (Jurnal IPA &

Pembelajaran IPA), 1(1), 73–80. https://doi.org/10.24815/jipi.v1i1.9569


Lampiran 1

Analisis KD dan Indikator Pembelajaran

Mata Pelajaran : KIMIA


Kelas/ Semester : XI/Genap
Tahun Ajaran : 2020/2021

Kompetensi Indikator Materi Tahapan Aspek Aktivitas Pembelajaran Instrumen


Dasar Pembelajaran Pembelajaran Problem Kemampuan
Based Berpikir Kritis
Learning
4.14 Membuat 4.14.1 Mendis- Pembuatan (2) Organisasi Membangun Guru memberikan LKS LKS
makanan atau kusikan produk koloid siswa untuk keterampilan dan mengarahkan setiap Test Essay
produk lain yang pembuat-an belajar dasar kelompok untuk
berupa koloid produk koloid membuat salah satu
atau melibatkan produk koloid. Siswa
prinsip koloid memulai dengan
membaca dan mencari
dari berbagai sumber
mengenai cara
pembuatan serta
menentukan alat dan
bahan yang akan
digunakan.
Kompetensi Indikator Materi Tahapan Aspek Aktivitas Pembelajaran Instrumen
Dasar Pembelajaran Pembelajaran Problem Kemampuan
Based Berpikir Kritis
Learning
4.14.2 Membuat Pembuatan (3) Melakukan Membangun Guru membimbing siswa
produk koloid produk koloid investigasi keterampilan berkelompok dalam
dengan beberapa mandiri dan dasar melakukan percobaan
jenis koloid kelompok untuk mengamati dan
mempertimbangkan hasil
percobaan pembuatan es
krim (untuk melihat sifat
koloid pelindung),
pembuatan agar-agar
(untuk melihat sifat
koagulasi), serta
pembuatan sirup (untuk
melihat sifat efek
tyndall).
4.14.3 Pembuatan (4) Mengem- Memberikan Masing-masing
Menyajikan hasil produk koloid bangkan dan penjelasan kelompok menyajikan
percobaan menyajikan sederhana, hasil diskusi setelah
didepan kelas hasil karya menyimpulkan membuat deduksi,
induksi dan
menyimpulkan hasil
percobaan.
4.14.4 Pembuatan (5) Memberikan Masing-masing
Mengevaluasi produk koloid Menganalisis penjelasan kelompok mengevaluasi
hasil percobaan dan sederhana, hasil diskusi yang
yang telah mengevaluasi menyimpulkan diperoleh kelompok lain
Kompetensi Indikator Materi Tahapan Aspek Aktivitas Pembelajaran Instrumen
Dasar Pembelajaran Pembelajaran Problem Kemampuan
Based Berpikir Kritis
Learning
dipresentasikan proses untuk memutuskan suatu
pemecahan kesimpulan bersama
masalah berdasarkan diskusi hari
ini.
3.14 13.14.1 Jenis/ tipe (4) Mengem- Memberikan Siswa memulai diskusi,
Mengelompokkan Menganalisis sistem koloid bangkan dan penjelasan saling bertanya dan
berbagai tipe tipe sistem menyajikan sederhana menjawab pertanyaan,
sistem koloid, koloid hasil karya berbagi pengetahuan
dan menjelaskan berdasarkan yang dimiliki untuk
kegunaan koloid produk yang mempertimbangkan dan
dalam kehidupan dibuat mengidentifikasi tipe
berdasarkan sifat- sistem koloid dari koloid
sifatnya yang telah dibuat.
13.14.2 Menge- Jenis/ tipe Membuat Siswa berdiskusi untuk
lompokkan tipe sistem koloid penjelasan lebih mengidentifikasi istilah-
sistem koloid lanjut istilah yang diperoleh
(emulsi, sol, dari data hasil percobaan
aerosol dan untuk mengelompokkan
buih) jenis/tipe sistem koloid.
3.14.3 Sifat-sifat Memberikan Siswa berdiskusi, saling
Menganali-sis koloid penjelasan bertanya dan menjawab
sifat koloid sederhana pertanyaan, berbagi
berdasarkan pengetahuan yang
produk yang dimiliki untuk
dibuat mempertimbangkan dan
Kompetensi Indikator Materi Tahapan Aspek Aktivitas Pembelajaran Instrumen
Dasar Pembelajaran Pembelajaran Problem Kemampuan
Based Berpikir Kritis
Learning
mengidentifikasi sifat
sistem koloid dari produk
yang telah dibuat.
Lampiran 2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen

Satuan Pendidikan : MAN Tanjungpinang

Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Kimia
Materi pokok : Sistem Koloid
Alokasi Waktu : 10JP (2 × 45 menit / Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari
solusi atas berbagai permasalahan bangsa dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
3. Memahami,menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik
sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif,
serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1. Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai
wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel
materi sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya
bersifat tentatif.
2.3 Menunjukkan perilaku responsif dan proaktif serta bijaksana sebagai
wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
2.3.1 Memecahkan masalah percobaan, dan membuat kesimpulan hasil
percobaan.
3.14.Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan
kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya
3.14.1 Menganalisis tipe sistem koloid berdasarkan produk yang dibuat.
3.14.2 Mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, dan buih).
3.14.3 Menganalisis sifat koloid berdasarkan produk yang dibuat.
3.14.4 Membuat definisi sifat-sifat koloid.
3.14.5 Menjelaskan penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan
sehari- hari.
4.14.Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau
melibatkan prinsip koloid.
4.14.1 Mendiskusikan pembuatan produk koloid.
4.14.2 Membuat produk koloid dengan beberapa jenis koloid.
4.14.3 Menyajikan hasil percobaan kelompok pembuatan produk koloid
di depan kelas.
4.14.4 Mengevaluasi hasil percobaan yang telah dipresentasikan.

C. Tujuan
1. Siswa mampu mendiskusikan pembuatan produk koloid melalui diskusi
2. Siswa mampu membuat produk koloid dengan beberapa jenis koloid
melalui percobaan pembuatan produk
3. Siswa mampu menyajikan hasil percobaan kelompok yaitu pembuatan
produk koloid di depan kelas
4. Siswa mampu mengevaluasi hasil percobaan yang telah dipresentasikan
melalui kegiatan tanya jawab
5. Siswa mampu menganalisis tipe sistem koloid berdasarkan produk yang
dibuat melalui diskusi
6. Siswa mampu mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, aerosol
dan buih) melalui diskusi dan tanya jawab
7. Siswa mampu menganalisis sifat koloid berdasarkan produk yang dibuat
melalui diskusi dan tanya jawab
8. Siswa mampu membuat definisi sifat-sifat koloid melalui diskusi dan
tanya jawab
9. Siswa mampu menjelaskan penerapan sifat-sifat koloid dalam
kehidupan sehari-hari melalui diskusi dan tanya jawab
D.Metode Pembelajaran

Pendekatan : Kontekstual

Model Pembelajaran : Problem Based Learning

F.Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

Media : Papan Tulis, Lembar Kerja Siswa (LKS) Sumber Belajar :

1. Buku Kimia Kelas XI (Sukardjo, 2009. Buku Kimia SMA Kelas XI IPA, Jakarta:
Bailmu)
2. Kimia Dasar Tingkat Universitas (Widyatmoko, 2009. Kimia Dasar

Pertemuan 1

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi


Waktu
Pre Test 90
menit

Pertemuan 2
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi
Waktu
Pendahuluan a. Siswa memulai pelajaran dengan menjawab 10
salam kemudian berdoa bersama guru menit
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi
Waktu
b. Siswa menjawab dan mengkondisikan diri
untuk siap menerima pelajaran ketika guru
mengecek kehadiran siswa
c. Siswa fokus mendengarkan penyampaian
tujuan dan langkah pembelajaran sistem
koloid dari guru
d. Siswa duduk berkelompok menjadi 6
kelompok yang dibagi oleh guru secara acak
e. Melalui kocokan, masing-masing kelompok
memilih salah satu dari 3 gambar produk
koloid yang disajikan oleh guru, sehingga
setiap dua kelompok akan mendapatkan
produk koloid yang sama
f. Siswa mendapatkan LKS yang diberikan oleh
guru sesuai dengan pilihan produk koloid
yang didapatkan
Inti 1. Orientasi Siswa terhadap Masalah: 15
a. Siswa mengenali permasalahan dengan menit
membaca wacana yang terdapat dalam LKS 1
yaitu mengenai perbedaan larutan, suspensi
dan koloid melalui sifat efek tyndall pada
berbagai campuran, LKS 2 mengenai koloid
pelindung pada margarin, dan LKS 3
mengenai koagulasi pada pembuatan tahu
sesuai instruksi guru
b. Siswa menentukan permasalahan dengan Bertanya dan
menjawab pertanyaan terkait wacana yang menjawab pertanyaan
terdapat dalam LKS masing-masing sesuai (memberikan
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi
Waktu
arahan dari guru penjelasan sederhana)

2. Organisasi Siswa untuk Belajar: 55


a. Siswa berdiskusi dan membagi tugas secara Mempertimbangkan menit
adil dalam kelompoknya masing-masing kredibilitas suatu
untuk mencari dari berbagai sumber yang sumber
dapat dipercaya mengenai ide, cara pem-
buatan, serta alat dan bahan yang sesuai
dengan produk sistem koloid yang akan
dibuat, pada LKS 1 yaitu yoghurt; LKS 2
yaitu eskrim dan LKS 3 yaitu slime sesuai
instruksi dan bimbingan dari guru
b. Siswa mendiskusikan rancangan pembuatan Menganalisis argument
yang relevan dengan produk koloid yang (mengidentifikasi

dipilih sesuai instruksi guru yang tertuang kerelevanan)

dalam LKS
c. Siswa berdiskusi untuk menentukan alat dan Mempertimbangkan
bahan berdasarkan sumber yang dapat kredibilitas suatu
dipercaya yang dibutuhkan dalam pembuatan sumber

produk koloid sesuai instruksi guru yang (mempertimbangkan


sesuai sumber)
tertuang dalam LKS
d. Siswa berdiskusi untuk menentukan langkah Mempertimbangkan
kerja yang tepat sesuai dengan produk koloid kredibilitas suatu
yang akan dibuat berdasarkan sumber yang sumber
dapat dipercaya dan menuliskannya dalam (mempertimbangkan

LKS prosedur yang tepat)

Penutup a. Siswa dalam setiap kelompok menyelesaikan 10


rancangan pembuatan produk sistem koloid menit
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi
Waktu
dan guru memastikan setiap kelompok telah
membuat rancangan tersebut
b. Siswa mendengarkan arahan dari guru untuk
mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan
dalam pembuatan produk sistem koloid dan
membawanya pada pertemuan selanjutnya
c. Siswa dan guru membaca hamdalah bersama-
sama untuk menutup pelajaran pada
pertemuan ini

Pertemuan 3
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi
Waktu
Pendahuluan a. Siswa memulai pelajaran dengan menjawab 10
salam kemudian berdoa bersama guru menit
b. Siswa menjawab dan mengkondisikan diri
untuk siap menerima pelajaran ketika guru
mengecek kehadiran siswa
c. Siswa duduk berkelompok sesuai kelompok
pada pertemuan sebelumnya
d. Siswa menjawab pertanyaan ketika guru
menanyakan apakah setiap kelompok sudah
membawa semua yang dibutuhkan dalam
pembuatan produk sistem koloid
Inti 3. Melakukan Investigasi Mandiri dan
Kelompok
a. Setiap kelompok memulai observasi dengan Mengobservasi dan
membuat produk sistem koloid yang berbeda mempertimbangkan
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi
Waktu
sesuai pilihan kelompok masing-masing pada hasil observasi
LKS 1 yaitu yoghurt; LKS 2 yaitu eskrim dan
LKS 3 yaitu slime diarahkan dan dibimbing
oleh guru
b. Siswa dalam setiap kelompok mengamati dan Mengobservasi dan
mencatat hasil dari percobaan pembuatan mempertimbangkan

produk sesuai arahan dari guru yang tertuang hasil observasi

dalam LKS

c. Siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi cara  Mengidentifikasi


pembuatan produk koloid yang dibuat; asumsi

mengidentifikasi jenis produk koloid yang  Membuat induksi dan


mempertimbangkan
dibuat; membuat penjelasan mengenai hasil
hasil induksi (mem-
percobaan pembuatan produk koloid;
buat generalisasi)
menyimpulkan sifat koloid apa yang muncul 70
 Membuat induksi dan
Inti dari percobaan pembuatan produk koloid; menit
mempertimbangkan
menjelaskan definisi dari koloid serta hasil induksi (mem-
menjelaskan produk yang dibuat termasuk buat kesimpulan)
koloid atau bukan; membuat penjelasan  Mendefinisikan istilah
mengenai penerapan sifat koloid yang  Membuat dan
ditemukan dalam percobaan pembuatan mempertimbangkan
produk koloid yang tertuang dalam LKS nilai keputusan

berupa pertanyaan-pertanyaan (penerapan prinsip)

Penutup 4. Mengembangkan dan Mempresentasi-


kan Hasil Karya
a. Siswa membuat power point sebagai tugas
Membuat induksi dan
rumah yang berisi hasil temuan selama 10
mempertimbangkan
percobaan pembuatan produk yang akan menit
hasil induksi (membuat
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi
Waktu
ditampilkan ketika presentasi dipertemuan generalisasi)
selanjutnya sesuai instruksi dari guru
b. Siswa dan guru membaca hamdalah bersama-
sama untuk menutup pelajaran pada
pertemuan ini

Pertemuan 4

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi


Waktu
Pendahuluan a. Siswa menjawab salam dan berdoa bersama 5 menit
guru untuk memulai pembelajaran
b. Siswa menjawab dan mengkondisikan diri
untuk siap menerima pelajaran ketika guru
mengecek kehadiran siswa
c. Siswa duduk berkelompok sesuai kelompok
pada pertemuan sebelumnya
d. Siswa pada setiap kelompok mendengarkan
arahan dari guru untuk maju kedepan kelas
secara bergantian mempresentasikan hasil
percobaan pembuatan produk

Inti 4. Mengembangkan dan Mempresentasi- 72


kan Hasil Karya menit
Siswa pada masing-masing kelompok mulai Mengidentifkasi
maju secara bergantian menyajikan hasil asumsi (memberikan
percobaan dalam bentuk power point dan penjelasan bukan
melakukan tanya jawab dengan kelompok pernyataan)
Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi
Waktu
lainnya.
5. Menganalisis dan Mengevaluasi Proses
Pemecahan Masalah
a. Setiap siswa mendengarkan dan menuliskan Membuat dan
di LKS, point-point hasil dari presentasi mempertimbangkan
kelompok lain sesuai arahan dari guru hasil keputusan
b. Siswa berdiskusi untuk menyimpulkan apa
Membuat induksi dan
yang dimaksud dengan koloid, bagaimana mempertimbangkan
cara pembuatannya, apa jenis-jenisnya, hasil induksi
(membuat
bagaimana sifatnya serta bagaimana kesimpulan)
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari
berdasarkan percobaan pembuatan produk
koloid dan dituliskan di LKS sesuai instruksi
dari guru
c. Siswa dan guru melakukan evaluasi untuk Memutuskan suatu
tindaksan
pembelajaran pada bab ini
(mereview)
d. Siswa diminta mengemukakan pendapat
tentang kesulitan maupun kemudahan
terhadap proses pembelajaran yang
berlangsung
Penutup a. Siswa mendengarkan arahan dari guru untuk 13
mempersiapkan diri dipertemuan selanjutnya menit
karena akan diadakan ulangan harian
b. Siswa dan guru membaca hamdalah bersama-
sama untuk menutup pelajaran pada
pertemuan ini
Pertemuan 5

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Indikator KBK Alokasi


Waktu
Ulangan harian (Post Test) 90
menit

E.Evaluasi

1.Kognitif :soal tes essay

2. Psikomotorik : Lembar Kerja Siswa dan Lembar Observasi (terlampir)


Lamp
iran 3
Rencana Pelaksanaan
Pembelajar
an (RPP)
Kelas
Kontrol

Satuan Pendidikan : MAN


Tanjungpinag

Kelas/Semester : XI/2
Mata Pelajaran : Kimia
Materi pokok : Sistem Koloid
Alokasi Waktu : 10JP (2 × 45 menit / Pertemuan)

A. Kompetensi Inti
1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung
jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong
royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan
proaktif) dan menunjukkan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan bangsa
dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam
pergaulan dunia.
3. Memahami,menerapkan, dan menganalisis
pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk
memecahkan masalah.
4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah
konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif,
serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah
keilmuan.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator
1.1.Menyadari adanya keteraturan struktur partikel materi sebagai wujud
kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang struktur partikel materi
sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat
tentatif.
2.3 Menunjukkan perilaku responsif dan proaktif serta bijaksana sebagai
wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
2.3.1 Memecahkan masalah percobaan, dan membuat kesimpulan hasil
percobaan.
3.14. Mengelompokkan berbagai tipe sistem koloid, dan menjelaskan
kegunaan koloid dalam kehidupan berdasarkan sifat-sifatnya
3.14.1 Menganalisis tipe sistem koloid berdasarkan produk yang dibuat.
3.14.2 Mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, dan buih).
3.14.3 Menganalisis sifat koloid berdasarkan produk yang dibuat.
3.14.4 Membuat definisi sifat-sifat koloid.
3.14.5 Menjelaskan penerapan sifat-sifat koloid dalam kehidupan
sehari- hari.
4.14. Membuat makanan atau produk lain yang berupa koloid atau
melibatkan prinsip koloid.
4.14.1 Mendiskusikan pembuatan produk koloid.
4.14.2 Membuat produk koloid dengan beberapa jenis koloid.
4.14.3 Menyajikan hasil percobaan kelompok pembuatan produk koloid
di depan kelas.
4.14.4 Mengevaluasi hasil percobaan yang telah dipresentasikan.

C. Tujuan
1. Siswa mampu mendiskusikan pembuatan produk koloid melalui diskusi
2. Siswa mampu membuat produk koloid dengan beberapa jenis koloid
melalui percobaan pembuatan produk
3. Siswa mampu menyajikan hasil percobaan kelompok yaitu pembuatan
produk koloid di depan kelas

Siswa mampu mengevaluasi hasil percobaan yang telah dipresentasikan


melalui kegiatan tanya jawab
4. Siswa mampu menganalisis tipe sistem koloid berdasarkan produk yang
dibuat melalui diskusi
5. Siswa mampu mengelompokkan tipe sistem koloid (emulsi, sol, aerosol
dan buih) melalui diskusi dan tanya jawab
6. Siswa mampu menganalisis sifat koloid berdasarkan produk yang dibuat
melalui diskusi dan tanya jawab
7. Siswa mampu membuat definisi sifat-sifat koloid melalui diskusi dan
tanya jawab
8. Siswa mampu menjelaskan penerapan sifat-sifat koloid dalam
kehidupan sehari-hari melalui diskusi dan tanya jawab

D. Metode Pembelajaran

Pendekatan : Kontekstual

Model Pembelajaran : Konvensional (ceramah)

Metode : Diskusi dan tanya jawab

E.Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

Media : Laptop, proyektor, papan tulis

Sumber Belajar : Buku Kimia Kelas XI (Sukardjo, 2009, Buku Kimia SMA Kelas XI
IPA, Jakarta: Bailmu).

F.Kegiatan Pembelajaran

Pertemuan 1

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi


Waktu
Pretest 90
menit

Pertemuan 2

Tahapan Pendahuluan Alokasi


Waktu
a. Siswa menjawab pertanyaan apersepsi dari guru yaitu 15
apa yang dimaksud dengan campuran menit
b. Siswa memberikan contoh-contoh campuran dalam
kehidupan sehari-hari sebagai motivasi dari guru

terhadap pembelajaran
c. Guru bertanya kepada siswa apakah koloid merupakan
jenis campuran
Inti
Mengamati a. Siswa mengamati video perbedaan larutan, suspensi
dan koloid yang ditampilkan oleh guru
b. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
konsep campuran dan contohnya dalam kehidupan 60
sehari-hari menit
c. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai
perbedaan larutan, koloid dan suspensi
d. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai jenis-
jenis koloid yang terdiri dari sol, emulsi, aerosol dan
buih beserta fase terdispersi dan medium
pendispersinya
Menanya e. Siswa memahami contoh dan penjelasan yang
diberikan oleh guru mengenai konsep campuran dan
jenis-jenis koloid serta menanyakan hal-hal yang
belum dimengerti
Mencoba f. Siswa mencari tahu contoh jenis-jenis koloid dalam
kehidupan sehari-hari sesuai arahan dari guru
Menalar g. Siswa menganalisis soal yang diberikan oleh guru
tentang berbagai macam larutan, mana yang termasuk
koloid dan apa jenisnya
h. Siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru
Mengkomuni- i. Perwakilan siswa maju kedepan untuk menjawab soal
Kasikan
Penutup
a. Siswa bersama guru melakukan refleksi, dan mereview
kembali proses pembelajaran yang telah berlangsung 15
b. Guru mengingatkan siswa materi yang akan dipelajari menit
selanjutnya

Pertemuan 3

Tahapan Pendahuluan Alokasi


Waktu
a. Siswa menjawab pertanyaan apersepsi dari guru yaitu 15
apa saja jenis-jenis koloid menit
b. Siswa menjawab pertanyaan guru yaitu apa saja
contoh dari jenis-jenis koloid sol, emulsi, aerosol dan
buih
c. Guru menanyakan kepada siswa bagaimana dengan
sifat-sifat koloid?
Inti
Mengamati a. Siswa mengamati beberapa fenomena yang dipaparkan
oleh guru berupa gambar
b. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai sifat-
sifat koloid yang terdiri dari efek tyndall, gerak brown, 60
adsorpsi, koagulasi, koloid pelindung, dan dialisis menit
c. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai
penerapan sifat-sifat tersebut dalam kehidupan sehari-
hari
Menanya d. Siswa memahami contoh dan penjelasan yang
diberikan oleh guru mengenai sifat-sifat koloid serta
menanyakan hal-hal yang belum dimengerti
Mencoba e. Siswa mencari tahu contoh lain penerapan sifat koloid
dalam kehidupan sehari-hari sesuai arahan guru
Menalar f. Siswa menganalisis soal yang diberikan oleh guru
tentang berbagai macam peristiwa mana yang
merupakan penerapan dari sifat-sifat koloid
g. Siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru
Mengkomuni- h. Perwakilan siswa maju kedepan untuk menjawab soal
kasikan
Penutup
a. Siswa bersama guru melakukan refleksi, dan mereview
kembali proses pembelajaran yang telah berlangsung 15
b. Guru mengingatkan siswa materi yang akan dipelajari menit
selanjutnya

Pertemuan 4

Tahapan Pendahuluan Alokasi


Waktu
a. Siswa menjawab pertanyaan apersepsi dari guru yaitu 15
contoh penerapan sifat koloid dalam kehidupan sehari- menit
hari
b. Guru bertanya kepada siswa bagaimana cara
pembuatan koloid?
Inti
Mengamati a. Siswa mengamati video pembuatan koloid yang
ditampilkan oleh guru
b. Siswa mendengarkan penjelasan dari guru mengenai
cara pembuatan koloid yang terdiri dari dua cara yaitu 60
kondenasasi dan dispersi menit
c. Siswa mendengarkan penjelasan guru mengenai
perbedaan kedua cara pembuatan koloid tersebut
d. Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai
contoh-contoh sistem koloid yang dibuat dengan cara
kondensasi maupun dispersi
Menanya e. Siswa memahami contoh dan penjelasan yang
diberikan oleh guru mengenai pembuatan sistem
koloid serta menanyakan hal-hal yang belum
dimengerti
Mencoba f. Siswa mencari tahu contoh-contoh lain pembuatan
sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari yang dibuat
dengan cara kondensasi maupun dispersi
Menalar g. Siswa menganalisis soal yang diberikan oleh guru
tentang berbagai macam sistem koloid mana yang
dibuat dengan cara kondensasi dan mana yang dibuat
dengan cara dispersi
h. Siswa menjawab soal yang diberikan oleh guru
Mengkomuni- i. Perwakilan siswa maju kedepan untuk menjawab soal
kasikan
Penutup
a. Siswa bersama guru melakukan refleksi, dan mereview
kembali proses pembelajaran yang telah berlangsung 15
b. Guru mengingatkan akan diadakan ulangan harian menit
dipertemuan selanjutnya dan menutup pembelajaran

Tahapan Kegiatan Pembelajaran Alokasi


Waktu
Ulangan Harian (Postest) 90
menit

H. Evaluasi/ Penilaian
1. Teknik Instrumen : Tertulis
2. Bentuk Instrumen : Essay
3. Instrumen : Terlampir
Lampiran 4

Tes Keterampilan Berpikir Kritis

(Uji Coba)

Mata Pelajaran : Kimia

Pokok Bahasan : Sistem

Koloid Waktu : 2 x 45 menit

Petunjuk:

a. Tulislah terlebih dahulu identitas diri dilembar jawaban


b. Berdoalah sebelum mengerjakan
c. Bacalah dengan cermat dan teliti sebelum menjawab pertanyaan
d. Kerjakan sejujurnya dan dengan usaha sendiri

1. Lala melakukan percobaan pembuatan slime. Dari hasil percobaan didapatkan slime
merupakan koloid yang terbuat dari campuran bedak (fasa terdispersi padat) yang dilarutkan
dalam air bersih (fasa pendispersi cair) dengan tambahan sedikit pewarna dan baby oil
menghasilkan campuran yang kental.
(http://kliping.co/cara-membuat-slime-mudah -aman/)

Berdasarkan kegiatan tersebut, apa yang Anda temukan terkait dengan jenis koloid?
Rumuskanlah dalam bentuk pertanyaan!

2. Susanti sedang berlari ditengah kabut pagi hari yang cukup tebal. Susanti merasakan
wajahnya terasa lembab. Kemudian disiang hari ketika melewati asap, wajahnya terasa
berdebu. Mengapa demikian? Hubungkanlah jawabanmu dengan fase terdispersi dan
pendispersinya!
3. Mutiara merupakan salah satu contoh koloid. Secara alami berasal dari kerang yang disebut
kerang mutiara. Dalam proses pembentukan mutiara, diperlukan zat penggangu, misalnya
jaringan atau pasir yang masuk kedalam kerang. Kemudian kerang secara otomatis akan
melapisi zat penganggu tersebut dengan nacre. Setelah zat pengganggu diselimuti nacre,
maka ter-bentuklah mutiara. Nacre yaitu zat kapur dengan unsur dasar karbon yang jernih
yang dikeluarkan oleh kerang sebagai alat pertahanan diri dari zat asing yang masuk kedalam
badannya.
Dari pernyataan diatas, apakah jenis sistem koloid dari mutiara? Jelaskan berdasarkan fase
terdispersi dan pendispersinya!

4. Dalam kehidupan sehari-hari, tanpa disadari banyak ditemukan sistem koloid disekitar kita.
Seperti pada gambar dibawah ini. Amatilah dengan seksama!
Diantara gambar tersebut, sebutkanlah mana yang merupakan sistem koloid? Coba
kelompokkan berdasarkan jenisnya! Buatlah dalam bentuk tabel!

5. Tahu dibuat dengan menghaluskan kacang kedelai yang bercampur dengan air. Kemudian
disaring sehingga diperoleh filtrat susu kedelai. Susu kedelai ditambahkan zat elektrolit
CaSO4.2H2O yang dikenal di kehidupan sehari-hari sebagai batu tahu. Penambahan batu tahu
berfungsi untuk menggumpalkan protein yang ada pada susu kedelai sehingga menjadi tahu.
Menurutmu, berdasarkan wacana diatas adakah sifat koloid yang muncul? Jelaskanlah!

6. Lengkapilah tabel berikut!

Jenis Fase Fase Contoh


koloid terdispersi pendispersi
Gas Krim kocok
Aerosol
padat
Cair

Mayones
Buih
padat

7. Apakah anda mengenal norit? Norit merupakan obat sakit perut. Obat norit mengandung zat
arang aktif yang berfungsi menyerap berbagai racun dalam usus. Menurutmu, adakah sifat
koloid yang diterapkan pada prinsip kerja obat norit? Jelaskanlah!
8. Mengapa pada siang hari di dalam rumah cukup terang padahal cahaya matahari tidak masuk
kedalam rumah? Adakah hubungannya dengan sifat koloid?
9. Tinta mengandung larutan gom. Larutan gom ini berfungsi sebagai koloid pelindung agar tinta
tidak mudah menggumpal dan mengeras. Apakah yang dimaksud dengan koloid pelindung?
Definisikanlah menurut bahasamu sendiri!
10. Pada permainan bola billiard terlihat bahwa bola saling bertumbukan dan bergerak tidak
beraturan. Begitu juga dengan partikel koloid. Jika diamati dengan mikroskop ultra, dimana
arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa
bergerak terus menerus dengan gerakan patah-patah. Dinamakan dengan apakah peristiwa
ini? Definisikanlah menurut bahasamu sendiri!
11. Gula pasir dibuat dari bahan baku tebu. Pembuatan gula pasir tidak serta merta langsung
menghasilkan gula yang berwarna putih bersih. Gula pasir yang masih mengandung pengotor
akan berwarna kecoklatan. Lalu mengapa gula pasir tersebut bisa berubah menjadi berwarna
putih bersih seperti kebanyakan terlihat di supermarket? Adakah penerapan sifat koloid yang
dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan tersebut?
12. Kadar polusi udara di perkotaan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Selain disebabkan
oleh buangan kendaraan bermotor, meningkatnya kadar polusi udara juga disebabkan oleh
asap pabrik yang dikeluarkan melalui cerobong asap. Bagaimanakah cara mengurangi polusi
udara
yang disebabkan oleh buangan pabrik? Adakah sifat koloid yang dapat diterapkan?
Jelaskanlah!

13. Pak Anto sudah lama mengidap penyakit gagal ginjal. Oleh karena itu Pak Anto rutin
melakukan cuci darah (hemodyalisis) dengan alat bantu yang disebut dengan dialisator. Pada
proses pencucian darah, darah kotor akan dilewatkan dalam pipa-pipa yang terbuat dari
membran semipermeabel. Selama darah berjalan, pipa semipermeabel tersebut dialiri cairan
untuk memisahkan ion-ion dalam darah kotor. Darah yang telah bersih kemudian dimasukkan
kembali ke tubuh pasien.
Berikanlah kesimpulan mengenai cara kerja mesin dialisator dalam mencuci darah Pak Anto?
Prinsip sifat koloid apa yang terdapat dalam alat cuci darah?

14. Sebutkan masing-masing sebuah contoh penggunaan koloid dalam bidang industri:
a. Farmasi
b. Makanan
c. Pertanian
d. Kosmetik
e. Tekstil
15. Lara ingin membuat sebuah es krim. Kemudian ia mencari dari berbagai sumber yang relevan
dan akhirnya memutuskan untuk menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:
- Krim kental
- Susu full cream
- Gula pasir
- Coklat bubuk
- Kuning telur
- Vanili
- Gelatin powder
(Sumber: http://cantikinfo.net)

Sudah tepatkah bahan-bahan yang dipilih Lara untuk membuat eskrim? Mengapa Lara
memilih menggunakan gelatin dalam pembuatan es krim? Jelaskanlah menurut pendapatmu
masing-masing!

16. Sol belerang merupakan campuran reaksi antara hidrogen sulfida dan belerang
dioksida. Berikut reaksinya:
2H2S (g) + SO2 (aq) → 2H2O (l) + 3S (s)

Dengan cara apakah sol belerang tersebut dibuat? Berikan alasan dari jawabanmu!

17. Pembuatan koloid dengan cara peptisasi dilakukan dengan memecah butir-butir kasar dari
suatu endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah). Zat pemeptisasi akan
memecah partikel-partikel kasar menjadi butiran-butiran berukuran koloid.
Berdasarkan informasi di atas, berikanlah sebuah contoh produk yang dapat dibuat dengan
cara peptisasi! Sebutkanlah mana yang berperan sebagai zat pemeptisasi pada produk
tersebut!

18. Obat yang berbentuk tablet akan susah dikonsumsi oleh kalangan anak kecil. Untuk itu
dibuatlah obat puyer untuk memudahkan anak kecil mengkonsumsi obat jika terserang
penyakit. Berdasarkan percobaan, obat puyer didapat dengan menggerus atau menghaluskan
obat tablet atau kaplet yang biasanya terdiri atas sedikitnya dua macam obat.
(Sumber:http://anjar.id)
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, dengan cara apakah obat puyer dibuat? Disebut
dengan cara apakah pembuatan obat puyer? Jelaskan!

19. Berdasarkan hasil percobaan mengenai sistem koloid yang telah dilakukan Ahmad dan teman-
teman sekelompoknya, didapatkan suatu kesimpulan bahwa sistem koloid mempunyai
manfaat yang besar bagi kehidupan, namun ada sistem koloid yang dapat merugikan karena
dapat mencemari lingkungan. Contoh jenis koloid yang mencemari lingkungan adalah asap,
kabut, dan detergen.

Berdasarkan informasi diatas, bagaimanakah tindakanmu dalam mengatasi sistem koloid yang
merugikan?

Anda mungkin juga menyukai