Anda di halaman 1dari 32

A.

JUDUL
Penerapan

Model

Pembelajaran

Inkuiri

dengan

Media

Laboratorium Virtual (PhET) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar


Siswa pada Materi Laju Reaksi Kelas XI SMA
B. BIDANG KAJIAN
Pendidikan Kimia
C. LATAR BELAKANG
Kurikulum 2013 merupakan kurikulum yang disusun dengan
menggunakan pendekatan saintifik yang didalamnya terdapat 5M yaitu
mengamati,

menanya,

mengumpulkan

data,

mengasosiasi

dan

mengkomunikasi. Pada kurikulum ini menekankan pada aspek spiritual,


sosial, pengetahuan dan keterampilan secara seimbang. Kurikulum ini
dikembangkan dengan menyempurnakan pola pembelajaran yang berpusat
pada guru (teacher center) menjadi pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik (student center), pola pembelajaran satu arah menjadi pembelajaran
interaktif, pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran yang berbasis
alat multimedia yang bersifat menyenangkan dan dapat meningkatkan
keaktifan peserta didik. (Permendikbud nomor 69 tahun 2013)
Pelajaran kimia adalah pelajaran yang dianggap sulit bagi peserta
didik karena terdapat

reaksi-reaksi kimia yang membutuhkan praktikum

langsung untuk memahaminya. Namun kenyataannya masih terdapat


beberapa SMA/SMK yang belum melaksanakan praktikum khususnya pada
materi laju reaksi. Hal ini disebabkan salah satunya karena mahalnya bahanbahan kimia yang digunakan untuk praktikum dan terbatasnya jam mengajar
guru dikelas. Laju reaksi merupakan salah satu materi kimia pada kelas XI
SMA yang di dalamnya terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti
konsentrasi, luas permukaan, suhu dan katalis. Faktor-faktor tersebut bisa
dipahami jika peserta didik melaksanakan praktikum secara langsung. Tetapi
kenyataan yang ada kebanyakan peserta didik tidak melakukan praktikum
secara langsung dan guru hanya menerangkan dengan metode ceramah secara

PROPOSAL

Page 1

konvensional, sehingga peserta didik hanya menghafal konsep-konsep


tersebut yang menyebabkan konsep tidak masuk ke memori jangka panjang
siswa dan membuat pemahaman siswa tentang materi tersebut menjadi sulit
dan akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa.
Dalam mengatasi masalah tersebut, maka salah satu usaha yang bisa
dilakukan adalah menggunakan media pembelajaran yang dapat membantu
siswa untuk melakukan praktikum walaupun tanpa laboratorium nyata . Salah
satu bentuk media pembelajaran adalah media laboratorium virtual. Menurut
(Firmayanti : 2011), laboratorium virtual adalah satu bentuk laboratorium
dengan kegiatan pengamatan atau eksperimen dengan menggunakan software
yang dijalankan oleh sebuah komputer, semua peralatan yang diperlukan oleh
sebuah laboratorium terdapat di dalam software tersebut.
Laboratorium virtual memiliki beberapa keunggulan, antara lain
adalah bisa menjelaskan konsep abstrak yang tidak bisa dijelaskan melalui
penyampaian secara verbal. Laboratorium virtual bisa menjadi tempat
melakukan eksperimen yang tidak bisa dilakukan di dalam laboratorium
konvensional (Ariani & Dani, 2010 ).
Salah satu jenis laboratorium virtual adalah PhET. Laboratorium
virtual ini dikembangkan oleh tim dari universitas Colorado Amerika Serikat.
PhET dikembangkan untuk membantu siswa memahami konsep-konsep
visual. Simulasi PhET menghidupkan apa yang tidak terlihat oleh mata
melalui penggunaan grafis dan kontrol intuitif seperti klik dan tarik
manipulasi, slider dan tombol radio. Semua simulasi PhET didapatkan secara
gratis di situs http://PhET.colorado.edu/en/get-PhET/full-install. PhET mudah
digunakan dan diaplikasikan di dalam kelas. PhET membutuhkan komputer
yang sudah terinstal program java dan/atau flash. Selain itu PhET juga bisa
digunakan secara online di situs https://PhET.colorado.edu
Diperlukan model pembelajaran inovatif untuk mengatasi berbagai
permasalahan tesebut. Teori belajar yang dikemukakan J. Bruner adalah teori
pembelajaran discovery yang

sesuai dengan hakikat pembelajaran sains.

Belajar penemuan (discovery learning) memberikan kebebasan siswa untuk


mengembangkan pengetahuannya melalui proses menemukan sendiri dan
PROPOSAL

Page 2

melalui metode sains yang terintegrasi. Tobin (dalam Parmawati, 2012)


menyatakan bahwa salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan
siswa untuk menemukan konsepnya sendiri adalah dengan model
pembelajaran inkuiri. Dengan diterapkannya model pembelajaran inkuiri pada
materi laju reaksi dengan media laboratorium virtual diharapkan konsep
materi faktor faktor yang mempengaruhi laju reaksi akan masuk ke dalam
memori jangka panjang dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Berdasarkan permasalahan dan keunggulan model pembelajaran
inkuiri dan media laboratorium virtual yang telah diungkapkan sebelumnya.
Penulis berkeinginan untuk menganalisis model pembelajaran inkuiri
terbimbing dengan bantuan media laboratorium virtual, maka penulis
mengajukan

sebuah

penelitian

yang

berjudul

Penerapan

Model

Pembelajaran Inkuiri dengan Media Laboratorium Virtual dalam Upaya


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Materi Laju Reaksi Kelas XI
SMA.
D. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa
pembelajaran

inkuiri

dengan

media

dengan penerapan model

laboratorium

virtual

dapat

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi laju reaksi kelas XI SMA?
2. Bagaimana respon siswa dalam menggunakan media laboratorium virtual
pada pembelajaran materi laju reaksi kelas XI SMA?
E. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan model
pembelajaran

inkuiri

dengan

media

laboratorium

virtual

pada

pembelajaran materi laju reaksi kelas XI SMA.


2. Mengetahui respon siswa dalam menggunakan media laboratorium virtual
pada pembelajaran materi laju reaksi kelas XI SMA.

PROPOSAL

Page 3

F. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Siswa :
Siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran kimia, Siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran kimia, dengan media laboratorium
virtual pembelajaran kimia akan lebih menyenangkan.
2. Bagi Guru :
Model Pembelajaran Inkuiri dengan media laboratorium virtual dapat
digunakan sebagai alternatif pembelajaran dalam upaya meningkatkan
hasil belajar siswa.
3. Bagi Peneliti :
Merupakan pengalaman

yang

sangat

berharga

dan

dapat

mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh di perguruan tinggi


yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
4. Bagi Sekolah :
Hasil penelitian dapat meningkatkan mutu pembelajaran kimia
disekolah karena dengan model pembelajaran inkuiri berbantuan
laboratorium virtual dapat meningkatkan hasil belajar siswa sehingga
prestasi sekolah juga ikut meningkat.
G. DEFINISI OPERASIONAL, ASUMSI DAN BATASAN MASALAH
1. Definisi Operasional
a. Model Pembelajaran inkuiri
Model pembelajarn inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang
berpusat pada siswa (student center). Siswa dibimbing untuk
menemukan konsep sendiri berdasarkan fenomena yang disajikan dan
guru hanya sebagai fasilitator.
b. Laboratorium virtual
Laboratorium virtual adalah sebuah simulasi komputer yang
memungkinkan fungsi-fungsi penting dari laboratorium riil untuk
dilaksanakan pada computer (Samsuri, 2009).

PROPOSAL

Page 4

c. Hasil Belajar
Hasil siswa pada penelitian ini secara kognitif diukur dari nilai yang
didapatkan siswa dari ter matri faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi yang dilaksanakan setelah pembelajaran berakhir, dinyatakan
tuntas bila memenuhi KKM 70.
d. Laju Reaksi
Materi Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi merupakan materi
kimia di kelas XI Semester 2 yang cocok dengan model pembelajaran
inkuiri berdasarkan indikator pembelajaran yang menyebutkan bahwa
pengajaran materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
disampaikan melalui percobaan dalam kerja kelompok dilaboratorium.
2. Asumsi
a. Nilai tes yang diperoleh mencerminkan kemampuan siswa yang
sesungguhnya.
b. Pengamat dalam melakukan pengamatan terhadap siswa dan guru telah
berusaha seobyektif mungkin.
3. Batasan Masalah
Pembatasan masalah yang dilakukan peneliti ini meliputi :
a. Media yang digunakan adalah laboratorium virtual (PhET) laju reaksi
suhu.
b. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran
inkuiri terbimbing.
c. Peningkatan hasil belajar siswa pada materi laju reaksi sub bab faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi suhu.
d. Subyek penelitian terbatas pada SMA yang ada di Surabaya yang
dipilih berdasarkan random sampling.
e. Penilaian dilakukan dalam ranah kognitif.

PROPOSAL

Page 5

H. KAJIAN PUSTAKA
1. Teori yang Melandasi Inkuiri
a.

Teori Belajar Konstruktivisme


Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus
menemukan sendiri dan mentrasformasikan informasi kompleks dalam
rangka membangun pemahaman mengenai suatu pengetahuan (Nur,
2008). Teori konstruktivisme menganjurkan peranan yang lebih aktif
pada siswa dalam pembelajaran mereka sendiri. Sehingga siswa dapat
membangun sendiri pengetahuan didalam benaknya dan guru hanya
sebagai fasilitator bagi siswa dalam menemukan dan menerapkan ideide mereka sendiri dan mengajak siswa menjadi sadar dan secara sadar
menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.
Konstruktivisme

sebagai

teori

pembelajaran

menjelaskan

knowledge is constructed in the mind of the learner. Pembelajaran


berlangsug ketika siswa menata kemampuan berpikir mereka dengan
menghubungkannya pada pengetahuan awal mereka. Konstruktivisme
mengandung aktivitas yang berisi instruksi yang mendorong inisiatif
siswa dalam me. Aktivitas yang melibatkan siswa pada inkuiri ilmiah
memfasilitasi penanaman pengetahuan pada siswa. Siswa yang
berpartisipasi dalam melontarkan pertanyaan, membuat hipotesis,
mencari data dan mengolah data, dan lain-lain, termasuk ke dalam
inkuiri ilmiah.
b. Teori Kognitif
Teori perkembangan kognitif pertama kali dikenalkan oleh
piaget. Menurutnya, kemampuan atau perkembangan kognitif adalah
hasil dari hubungan perkembangan otak dan sistem saraf dengan
pengalaman-pengalaman yang membantu individu untuk beradaptasi
dengan lingkungannya. Setiap individu pada saat mulai bayi yang baru
lahir sampai menginjak usia dewasa mengalai empat tingkat

PROPOSAL

Page 6

perkembagan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut


diantaranya (Nur, 2008): 1) Sensori motor (mulai lahir-2 tahun),
belum memiliki konsep permanensi obyek (kecakapan psikis untuk
mengerti bahwa suatu obyek masih tetap ada walaupun pada suatu
waktu tidak terlihat. 2) Pra-operasional (2-7 tahun), perkembangan
kemampuan menggunakan simbol-simbol yang menggambarkan objek
yang ada di sekitarnya. Masih berpikir secara terpusat dan egosentris.
3) Operasional konkret (7-11tahun), mampu berpikir logis. Mampu
memperhatikan lebih dari satu aspek sekaligus dan juga dapat
menghubungkan aspek satu dengan yang lain, kurang egosentris dan
belum bisa berpikir abstrak. 4) Operasi formal (11 tahun-dewasa),
mampu berpikir abstrak dan dapat menganalisis masalah secara ilmiah
dan kemudan menyelesaikan masalah.
Teori perkembangan piaget, memandang perkembangan kognitif
sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem
makna dan memahami realitas melalui pengalaman-pengalaman dan
interaksi-interaksi mereka.
c.

Teori Belajar Penemuan Jerome Bruner


Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh
ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan
(Discovery Learning). Inti belajar menurut Bruner adalah cara-cara
bagaimana orang memilih, mempertahankan, dan mentransformasi
informasi secara aktif. Bruner memusatkan perhatiannya pada masalah
apa yang dilakukan dengan informasi yang diterimanya, dan apa yang
dilakukan manusia setelah memperoleh informasi untuk mencapai
pemahaman. Bruner memandang bahwa belajar dengan penemuan
adalah belajar untuk menemukan, di mana seorang siswa dihadapkan
dengan suatu masalah atau situasi sehingga siswa dapat mencari jalan
pemecahannya.

PROPOSAL

Page 7

Bruner menyarankan hendaknya pebelajar belajar melalui


partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar
mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan
eksperimen-eksperimen

yang

mengizinkan

mereka

menemukan

prinsip-prinsip itu sendiri (Trianto, 2009). Bruner menekankan adanya


pengaruh kebudayaan terhadap tingkah laku seseorang. Melalui
teorinya yang disebut free discovery learning, ia mengatakan bahwa
proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan susatu
konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh yang
dijumpai dalam kehidupannya sehari-hari (Budiningsih, 2005).
2. Model Pembelajaran Inkuiri
Inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran
utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara
maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara
logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; (2) keterarahan kegiatan
secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3)
mengembangkan percaya diri pada siswa tentang apa yang ditemukan
dalam proses inkuiri. Inkuiri dibentuk dan meliputi discovery, karena
siswa harus menggunakan kemampuan discovery. Dengan kata lain,
inkuiri adalah salah satu perluasan proses-proses discovery yang
digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Inkuiri mengandung prosesproses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan
permasalahan,

merancang

eksperimen,

melakukan

eksperimen,

mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan, mempunyai


sikap-sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka, dan sebagainya
(Suatra, 2009).

PROPOSAL

Page 8

Untuk menciptakan kondisi pembelajaran inkuiri yang ideal,


peranan guru adalah sebagai berikut (Trianto, 2009) : 1) Motivator,
memberi rangsangan agar siswa aktif 2) Fasilitator, menunjukkan jalan
keluar jika siswa mengalami kesulitan. 3) Penanya, menyadarkan siswa
dari kekeliruan yang mereka buat. 4) Administrator, bertanggungjawab
terhadap seluruh kegiatan kelas. 5) Pengarah, memimpin kegiatan siswa
untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 6) Manajer, mengelola sumber
belajar, waktu, dan organisasi kelas. 7) Reward, memberi penghargaan
pada prestasi yang dicapai siswa.
a.

Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing


Pembelajaran inkuiri terbimbing (Guided inquiry) yaitu suatu
model

pembelajaran

inkuiri

yang

dalam

pelaksanaannya

guru

menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa.


Sebagian perencanaannya dibuat oleh guru, siswa tidak merumuskan
problem atau masalah. Dalam pembelajaran inkuiri terbimbing guru tidak
melepas begitu saja kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh siswa
(Andriani, 2011). Siswa di tingkat pemula seperti TK, SD, dan SMP
cocok diterapkan pembelajaran dengan inkuiri terbimbing, karena
umumnya siswa-siswa pada tingkat pemula tersebut masih banyak
memerlukan bimbingan dari guru dalam proses pembelajaran Suardana
(dalam Suardana, 2012). Tanggung jawab siswa dalam proses eksperimen
dapat dilihat dan berhubungan dengan refleksi personal anak tersebut dan
seberapa banyak guru memberikan bimbingan (guidance) dalam proses
instruksi (Oge & Ifeoma, 2013).
b. Tahap-Tahap dalam Inkuiri
Berikut ini adalah tahap-tahap inkuiri menurut Arends (2012) :
1)

Observasi untuk menemukan masalah


Guru

menyajikan

kejadian-kejadian

memungkinkan siswa menemukan masalah.

PROPOSAL

Page 9

atau

fenomena

yang

2) Merumuskan masalah
Guru membimbing siswa merumuskan masalah penelitian berdasarkan
kejadian dan fenomena yang disajikan.
3)

Mengajukan hipotesis
Guru membimbing siswa mengajukan hipotesis terhadap maslaah yang
telah dirumuskannya.

4)

Merencanakan pemecahan maslah (melalui eksperimen)


Guru membimbing siswa untuk merencakan pemecahan maslah,
membantu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan dan menyusun
prosedur kerja yang tepat.

5)

Melaksanakan eksperimen
Selama siswa bekerja, guru membimbing dan memfasilitasi.

6)

Melakukan pengamatan dan pengumpulan data


Guru membantu siswa melakukan pengamatan tentang hal-hal yang
penting dan membantu mengumpulkan dan mengorganisasikan data.

7)

Analisis data
Guru membantu siswa menganalisis data supaya menemukan suatu
konsep.

8)

Penarikan kesimpulan/penemuan
Guru membimbing siswa mengambil kesimpulan berdasarkan data dan
menemukan sendiri konsep yang ingin ditanamkan.
c.

Kelebihan dan kekurangan Model Inkuiri


Mengenai kelebihan dan kekurangan metode penemuan/discoveryinquiry diuraikan oleh (Suardana: 2012) sebagai berikut :
Kelebihan metode penemuan/ discovery-inquiry :
1) Strategi pengajaran menjadi berubah dari yang bersifat penyajian
informasi oleh guru kepada siswa sebagai penerima informasi yang baik

PROPOSAL

Page 10

tetapi proses mentalnya berkadar rendah, menjadi pengajaran yang


menekankan kepada proses pengolahan informasi di mana siswa yang
aktif mencari dan mengolah sendiri informasi yang kadar proses
mentalnya lebih tinggi atau lebih banyak.
2) Siswa akan mengerti konsep-konsep dasar atau ide lebih baik.
3) Membantu siswa dalam menggunakan ingatan dan dalam rangka
transfer kepada siutuasi-situasi proses belajar yang baru.
4) Mendorong siswa untuk berfikur dan bekerja atas inisiatifnya sendiri.
5) Memungkinkan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis
sumber belajar yang tidak hanya menjadikan guru sebagai satu-satunya
sumber belajar.
6) Metode ini dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari
sehingga retensinya 9 tahan lama dalam ingatan) menjadi lebih baik.
Kekurangan metode penemuan/discovery-inquiry :
1) Memerlukan perubahan kebiasaan cara belajar siswa yang menerima
informasi dari guru apa adanya, ke arah membiasakan belajar mandiri
dan berkelompok dengan mencari dan mengolah informasi sendiri.
Mengubah kebiasaan bukanlah sesuatu yang mudah, apalagi kebiasaan
yang telah bertahun-tahun dilakukan.
2) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang umumnya sebagai
pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa
dalam belajar. Inipun bukan pekerjaan yang mudah karena umumnya
guru merasa belum puas kalau tidak banyak menyajikan informasi
(ceramah).

PROPOSAL

Page 11

3) Metode ini memberikan kebebasan pada siswa dalam belajar, tetapi


tidak berarti menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh
aktivitas, dan terarah.
4) Cara belajar siswa dalam metode ini menuntut bimbingan guru yang
lebih baik. Dalam kondisi siswa banyak (kelas besar) dan guru terbatas,
agaknya metode ini sulit terlaksana dengan baik
3. PhET
Software yang termasuk dalam multimedia interaktif adalah PhET
yang dikembangkan oleh University of Colorada. PhET dapat dicari di
alamat situsnya yaitu http://PhET.colorado.edu. Di dalam situsnya,
terdapat simulasi pembelajaran kimia yang dpat diunduh secara gratis
untuk kepentingan kelas maupun kepentingan belajar individu.

Gambar 1.Tampilan awal PhET


Simulasi interaktif PhET Colorado merupakan media simulasi
interaktif berbasis penemuan dan digunakan unuk memperjelas konsepkonsep fisis. Simulasi yang disediakan PhET interaktif yang mengajak
siswa untuk belajar dengan cara mengeksplorasi secara langsung. Simulasi
PhET dapat digunakan secara online maupun offline. Agar simulasi dapat
berjalan dengan lancar, komputer yang akan digunakan sebagai lab virtual
harus sudah terinstall program Java dan Flash.

PROPOSAL

Page 12

Gambar 2. Tampilan Pengaruh Suhu Terhadap Teori Tumbukan


4. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran yang lazimnya ditunjukan dengan
nilai yang diberikan oleh guru.

Gunarso (dalam Sunarto, 2012)

mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai


oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi dapat
diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar, prestasi
belajar juga merupakan hasil perubahan pencapain siswa dalam ranah
kognitif. Fungsi prestasi belajar bukan saja untuk mengetahui sejauh mana
kemajuan siswa setelah menyelesaikan suatu aktivitas, tetapi yang lebih
penting adalah sebagai alat untuk memotivasi setiap siswa agar lebih giat
belajar, baik secara individu maupun kelompok.
Menurut Sunarto (2012), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar siswa dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. Faktor intern meliputi, 1) faktor jasmani berupa kesehatan dan
cacat tubuh, 2) faktor psikologis berupa inteligensi, perhatian, minat, bakat,
motif, kematangan, dan kesiapan, 3) faktor kelelahan berupa kelelahan

PROPOSAL

Page 13

jasmani kelelahan rohani. Faktor ekstern meliputi faktor keluarga, faktor


sekolah, dan faktor masayarakat.
5. Laju Reaksi
Pengaruh Suhu Terhadap Laju Reaksi
Umumnya kenaikan suhu mempercepat reaksi, dan sebaliknya
penurunan suhu memperlambat reaksi. Bila kita memasak nasi dengan api
besar akan lebih cepat dibandingkan api kecil. Bila kita ingin mengawetkan
makanan (misalnya ikan) pasti kita pilih lemari es, mengapa? Karena
penurunan suhu memperlambat proses pembusukan.
Laju reaksi kimia bertambah dengan naiknya suhu. Bagaimana hal ini
dapat terjadi? Ingat, laju reaksi ditentukan oleh jumlah tumbukan. Jika suhu
dinaikkan, maka kalor yang diberikan akan menambah energi kinetik partikel
pereaksi. Sehingga pergerakan partikel-partikel pereaksi makin cepat, makin
cepat pergerakan partikel akan menyebabkan terjadinya tumbukan antar zat
pereaksi makin banyak, sehingga reaksi makin cepat.
Umumnya kenaikan suhu sebesar 100C menyebabkan kenaikan laju
reaksi sebesar dua sampai tiga kali. Kenaikan laju reaksi ini dapat dijelaskan
dari gerak molekulnya. Molekul-molekul dalam suatu zat kimia selalu
bergerak-gerak. Oleh karena itu,kemungkinan terjadi tabrakan antar molekul
yang ada. Tetapi tabrakan itu belum berdampak apa-apa bila energi yang
dimiliki oleh molekul-molekul itu tidak cukup untuk menghasilkan tabrakan
yang efektif. Kita telah tahu bahwa, energi yang diperlukan untuk
menghasilkan tabrakan yang efektif atau untuk menghasilkan suatu reaksi
disebut energi pengaktifan
Energi kinetik molekul-molekul tidak sama. Ada yang besar dan ada
yang kecil. Oleh karena itu, pada suhu tertentu ada molekul-molekul yang
bertabrakan secara efektif dan ada yang bertabrakan secara tidak efektif.
Dengan perkataan lain, ada tabrakan yang menghasilkan reaksi kimia ada
yang tidak menghasilkan reaksi kimia. Energi minimum yang diperlukan
disebut dengan reaksi aktivasi energi. Kita dapat menggambarkan keadaan
dari energi aktivasi pada distribusi Maxwell-Boltzmann seperti ini:

PROPOSAL

Page 14

Hanya partikel-partikel yang berada pada area di sebelah kanan dari


aktivasi energi yang akan bereaksi ketika mereka bertumbukan. Sebagian
besar dari partikel tidak memiliki energi yang cukup dan tidak menghasilkan
reaksi. Untuk mempercepat reaksi, kita perlu untuk meningkatkan jumlah dari
partikel-partikel energik - partikel-partikel yang memiliki energi sama atau
lebih besar dari aktivasi energy. Peningkatan suhu merupakan pengaruh yang
tepat.
Meningkatkan suhu reaksi berarti menambahkan energi. Energi diserap
oleh molekul-molekul sehingga energi kinetik molekul menjadi lebih besar.
Akibatnya, molekul-molekul bergerak lebih cepat dan tabrakan dengan
dampak benturan yang lebih besar makin sering terjadi. Dengan demikian,
benturan antar molekul yang mempunyai energi kinetik yang cukup tinggi itu
menyebabkan reaksi kimia juga makin banyak terjadi. Hal ini berarti bahwa
laju reaksi makin tinggi.

6. Kajian Hasil-Hasil Penelitian Yang Relevan


Penelitian-penelitian sebelumnya yang bekaitan dengan inkuiri
terbimbing dan Laboratorium Virtual adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bajpai tahun 2013
yang berjudul Developing Concept in Physics Through Virtual
Lab Experiment: An Effectiveness Study. Berdasarkan tes
pemahaman konsep fisika siswa, diperoleh kesimpulan bahwa
pembelajaran yang memanfaatkan virtual lab lebih efektif dalam

PROPOSAL

Page 15

meningkatkan pemahaman konsep fisika siswa disbanding


pembelajaran melalui real lab. Penelitian ini juga memberikan
kejelasan mengenai pentingnya memanfaatkan media berbasis
teknologi dalam pembelajaran terutama yang berkaitan dengan
Laboratorium Virtual. Hal tersebut didasarkan pada hasil yang
dicapai pada penelitian ini. Pemanfaatan Laboratorium Virtual
memungkinkan siswa belajar lebih aktif dan lebih antusias karena
visualisasi dari media ini ditampilkan dengan menarik.
b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Singh tahun 2013 yang
berjudul Virtual Learning Environment for Next Generation in
Electronics & Telecommunications Courses menyimpulkan bahwa
pemanfaatan VLE (Virtual Learning Environment) memberikan
hasil yang serupa dengan proses pembelajaran konvensional yang
harus melakukan facr to face. Sedangkan melalui VLE
pembelajaran tidak terbatas ruang dan waktu. Analisa yang
dilakukan oleh peneliti menunjukkan VLE dapat diterapkan untuk
materi yang lebih rumit sekalipun, bahkanakan menghasilkan
pemahaman siswa yang lebih baik kedepannya. Penelitian ini jelas
menekankan bahwa pemanfaatan teknologi virtual memang untuk
generasi kedepan yang tentunya memerlukan literasi sains dan
teknologi.
c. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wijaya tahun 2013
yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan
Laboratorium Virtual terhadap Pemahaman Konsep Fisika Siswa
Kelas VIII SMP Negeri I Negara Tahun Ajaran 2012/2013.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan Laboratorium
Virtual didalam pembelajaran fisika sangat efektif dalam
meningkatkan

pemahaman

konsep

fisika

dibanding

model

pembelajaran inkuiri dan model pembelajaran konvensional. Siswa


dalam

kelompok

eksperimen

yang

belajar

berbantuan

Laboratorium Virtual menunjukkan hal yang positif dibanding


MPI dan MPK. Hal ini menunjukkan pemanfaatan Laboratorium

PROPOSAL

Page 16

Virtual dalam pembelajaran bisa dijadikan solusi kedepannya dan


dapat merubah paradigm pembelajaran ke arah student centered
terlebih lagi pemanfaatan media pembelajaran dalam bentuk
teknologi dapat meningkatkan literasi siswa di bidang teknologi.
d. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mattehew dan
Kenneth tahun 2013 dalam penelitiannya, memperoleh kesimpulan
bahwa siswa yang belajar dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing memliki skor prestasi belajar lebih baik dibanding
siswa yang belajar dengan model pembelajaran konvensional.
Penelitian ini berkaitan tentang inkuiri terbimbing. Inkuiri
terbimbing memberikan dampak yang positif terhadap kelompok
eksperimen dibanding kelompok kontrol. Hal ini mengindikasikan
siswa

yang

belajar

secara

discovery

dapat

membentuk

pengetahuannya sendiri melalui proses discovery itu sendiri.

Harapan
Fakta
1.Pembelajaran
didominasi
TeacherCentered yang berpusat pada guru,
7. siswa
Kerangka
konseptual
sehingga
tidak dapat
membangun
konsepnya sendiri..
2.Masih ada beberapa sekolah yang belum
mempunyai laboratorium kimia. Selain
itu mahalnya bahan-bahan kimia yang
PROPOSAL
digunakan
dalam pratikum termasuk
salah satu alasan mengapa praktikum
kimia pada jenjang SMA jarang
dilakukan.

1.Dengan model pembelajaran penemuan


(inkuiri)
diharapkan
siswa
dapat
menemukan sendiri konsep
dalam
pembelajaran kimia, sehingga konsep
tersebut dapat masuk ke memori jangka
panjangnya. Ini akan berdampak pada nilai
hasil belajar siswa.
2.Adanya virtual laboratory (PHET) diharapkan
juga 17
akan menjadi solusi permasalahan
Page
untuk sekolah yang belum mempunyai
laboratorium kimia atau tidak mampu
membeli bahan-bahan kimia yang dinilai
mahal tersebut.

Identifikasi Masalah
1. Guru masih menekankan perannya sebagai penyampai materi, sehingga pembelajaran
masih di dominasi Teacher Centered.
2. Beberapa sekolah masih ada yang belum melakukan praktikum dikarenakan belum
mempunyai laboratorium kimia, selain itu mahalnya bahan-bahan kimia juga menjadi
salah satu faktor penyebab minimnya pratikum kimia di beberapa sekolah.

Teori

Penelitian yang sesuai


1. Pengaruh Model
Pembelajaran Inkuiri
Berbantuan Virtual
laboratory Terhadap
Pemahaman Konsep Fisika
Siswa Kelas VIII SMP
Negeri I Negara Tahun
Ajaran 2012/2013 (Wijaya,
2013).
2. An Effective Virtual
laboratory Approach for
Chemistry (Bakar et al,
2013).

1. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa


siswa harus menemukan sendiri dan
mentrasnformasikan
informasi
kompleks
dalam rangka membangun pemahaman
mengenai suatu pengetahuan (Nur, 2008).
2. Keunggulan laboratorium virtual adalah bisa
menjelaskan konsep abstrak yang tidak bisa
dijelaskan melalui penyampaian secara verbal.
Laboratorium virtual bisa menjadi tempat
melakukan eksperimen yang tidak bisa
dilakukan di dalam laboratorium konvensional.
(Ariani & Dany Haryanto: 2010 )
Solusi

Menerapkan model pembelajaran inkuiri yang dapat membuat siswa


bersifat aktif dengan menggunaan media pembelajaran laboratorium
virtual pengganti laboratorium nyata.

I. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk penelitian pra eksperimen (pra experiment).
2. Sasaran Penelitian
PROPOSAL

Page 18

Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas XI di salah satu SMA


Negeri di Surabaya yang dipilih dengan teknik random sampling pada
meteri pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Penelitian ini
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa kelas XI IPA SMA X
pada materi pokok faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi.
Pemilihan sampel yang digunakan sebagai kelas eksperimen
dilakukan dengan cara group random sampling. Teknik ini digunakan
sebagai teknik pengambilan sampel karena individu-individu pada
populasi telah terdistribusi ke dalam kelas-kelas sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan pengacakan terhadap individu-individu
dalam populasi. Teknik group random sampling juga memberikan peluang
yang sama bagi seluruh anggota populasi untuk menjadi sampel. Penelitian
ini mengambil satu kelas sampel yang terdiri dari 30 siswa.
3. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Negeri yang ada di Surabaya
pada semester ganjil.
4. Rancangan Penelitian
One Group Pretest Posttest Design, yaitu eksperimen yang
dilaksanakan pada satu kelompok

saja tanpa kelompok pembanding.

Hasil post-test lebih baik dibanding pre-test.


O1

O2

Keterangan:
O1 = tes awal ( tes tanpa penerapan model pembelajaran inkuiri dengan
media laboratorium virtual)
X = perlakuan ( diperlakukan model pembelajaran inkuiri dengan
media laboratorium virtual)
O2 = tes akhir (tes setelah diperlakukan model pembelajaran inkuiri
dengan media laboratorium virtual)
Analisis: menghitung signifikansi (O2 - O1)

PROPOSAL

Page 19

Peneliti mengidentifikasi kondisi awal pada sekelompok sampel


dengan melaksanakan pretes. Kemudian dilakukan suatu kegiatan
(perlakuan = treatment). Pada akhir kegiatan kondisinya diukur (postes).
Hasil pretest dibandingkan dengan hasil postest, kemudian disimpulkan.
5. Prosedur Penelitian
Tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan pada penelitian ini,
dapat dipaparkan sebagai berikut.
Tabel 1. Pemaparan Prosedur Penelitian
NO
1.

TAHAPAN
URAIAN KEGIATAN
Orientasi dan analisis - Mengadakan penjajakan ke SMA Negeri X
KI, KD mata
pelajaran kimia SMA

2.

Studi literatur

sekaligus meminta kepada kepala sekolah untuk


mengadakan penelitian disekolah tersebut
- Melakukan koordinasi dengan guru kimia kelas XI
SMA untuk mengetahui karakteristik siswa
- Meminta silabus yang digunakan disekolah tersebut
- Mencari literatur mengenai model pembelajaran
inkuiri, laboratorium virtual dan materi faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi baik dari

3.

buku maupun jurnal.


Pembuatan Perangkat - Membuat perangkat pembeajaran
dalam

penelitian

yang

Pembelajaran (RPP,

digunakan

yaitu

Media Pembelajaran

RPP,LKS dan media laboratorium virtual.

akan
berupa

dan LKS)
4.

Merancang Instrumen - Mempersiapkan instrument penelitian pre-test dan


Penelitian

post-test sesuai dengan penelitian yang dilakukan


- Validasi pada instrument penelitian dilakukan
dengan uji validitas isi dan uji coba instrumen.
- Mengadakan konsultasi dengan dosen pembimbing
berkaitan

dengan

instrument

yang

telah

Uji Coba Instrumen

dirancang.
- Melaksanakan uji coba instrumen penelitian di

5.

Revisi Instrumen

salah satu SMA Negeri di kota Surabaya.


- Melakukan revisi terhadap instrumen, berdasarkan

6.

masukan dari dosen pembimbing.


Mengadakan tes awal - Melakukan tes awal (pre-test) pada kelas sampel.

4.

PROPOSAL

Page 20

(pre-test)

Pemberian
mengetahui

tes

awal

hasil

ini

bertujuan

belajar

siswa

untuk
sebelum

mendapat perlakuan.
- Menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan

7.

Memberikan

8.

perlakuan
media laboratorium virtual.
Mengadakan tes akhir - Melakukan tes akhir pada sampel yang sama.
(post-test)

Pemberian
mengetahui

tes

akhir

pengaruh

ini

bertujuan

penerapan

untuk
media

laboratorium virtual dengan media laboratorium

virtual.
9. Pengolahan danStudi literatur
- Menganalisis
data hasil
mengenai
: penelitian
Menguji
hipotesis
yang telah dirumuskan
analisis data Perkembangan materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju r
sebelumnya inkuiri
Model pembelajaran
10. Penyelesaian laporan
- Melakukan
bimbingan dengan dosen pembimbing
Laboratorium
virtual
Orientasi dan analisis KI dan KD mata pelajaran
kimia SMA laporan
mengenai penyelesaian

kat pembelajaran (RPP,media pembelajaran dan LKS) dan instrument penelitian (Lembar tes, lemba

Validasi media pembelajaran

Uji coba instrument penelitian

Tes awal (pre-test)

Penerapan model inkuiri dengan media laboratorium virtual

Tes akhir (post-test)

PROPOSAL

Pengolahan dan analisis data


Page 21

Penyelesaian laporan

Gambar 3. Alur Penelitian

PROPOSAL

Page 22

6. Perangkat Pembelajaran
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran memuat deskripsi mata pelajaran,
kelas/ semester,materi pokok, sub materi pokok, alokasi waktu,
kompetensi inti, kompetensi dasar,indikator, tujuan pembelajaran,
sumber pembelajaran, model pembelajaran, kegiatan belajar mengajar
dan penilaian.
b. Media Pembelajaran (Laboratorium virtual)
Media ini diperoleh dengan download di internet secara gratis di situs
http://phet.colorado.edu/en/getphet/full-install.

Media

ini

dikembangkan oleh tim dari universitas Colorado Amerika Serikat.


Media ini bisa digunakan online maupun offline dengan bantuan
program java.
c. Lembar kerja siswa
Lembar kerja siswa digunakan untuk mempermudah pemahaman
terhadap materi pelajaran yang diperoleh, serta untuk mengarahkan
siswa dalam menerapkan latihan tersebut dalam memecahkan masalah.
LKS yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS dengan materi
laju reaksi yang disesuaikan dengan model pembelajaran inkuiri. LKS
ini dikembangkan oleh peneliti berdasarkan media virtual yang berisi
langkah-langkah dalam menggunakan PhET dan bagaimana cara
melakukan eksperimen didalam media PhET.
d. Silabus
Silabus merupakan rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran tertentu yang mencangkup kompetensi inti, kompetensi
dasar, materi pokok/ pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator
pencapaian kompetensi untuk penilaian, penilaian, alokasi waktu dan
sumber belajar.

7. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam
mengumpulkan data. Instrument penelitian digunakan untuk mengukur

PROPOSAL

Page 23

nilai variable yang diteliti (Sugiyono,2013). Instrumen penelitian yang


digunakan, diuji dahilu untuk mengetahui validitas data. Adapun
a.

instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah :


Lembar Pengamatan guru
Lembar pengamatan ini digunakan sebagai penunjang dalam mengamati
keterlaksanaan pembelajaran dalam proses pembelajarn inkuiri. Format
pengamatan sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Lembar tes hasil belajar siswa


Lembar tes hasil belajar siswa diberikan di awal (sebelum penerapan
model pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual) dan
diakhir pembelajaran (setelah penerapan model pembelajarn inkuiri
dengan media laboratorium virtual). Tes yang diberikan adalah tingkat
kesulitannya sama. Hasil tes ini dibandingkan dan digunakan untuk
mengetahui

peningkatan

hasil

belajar

siswa

setelah

penerapan

pembelajaran inkuiri dengan media laboratorium virtual.


c. Lembar angket respon siswa
Lembar angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang respon siswa
terhadap penggunaan media laboratorium virtual. Angket dalam penelitian
ini adalah angket tertutup berbentuk check list. Siswa hanya memberikan
tanda centang () terhadap kolom yang telah disediakan. Angket ini
diberikan setelah pembelajaran.
8. Teknik Pengumpulan Data
a.
Pengamatan Guru
Metode

observasi

digunakan

untuk

mengumpulkan

data

selama

pelaksanaan proses pembelajaran, yaitu untuk mengetahui keterlaksanaan


pembelajaran inkuiri.
b.

Tes Hasil Belajar


Teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil belajar kimia. Data hasil
belajar awal diperoleh dengan menggunakan pretest. Skor hasil pretest
merupakan hasil belajar awal siswa sebelum pembelajaran dan skor hasil

PROPOSAL

Page 24

posttest berupa hasil siswa setelah mendapat perlakuan. Tes yang


digunakan pada saat pretest dan posttest adalah tes yang tingkat
kesulitannya sama. Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar
siswa

menggunakan

model

pembelajaran

inkuiri

dengan

media

laboratorium virtual pada meteri pokok faktor-faktor yang mempengaruhi


laju reaksi.
c. Angket respon siswa
Metode angket digunakan untuk mengumpulkan data mengenai respon
siswa terhadap pembelajaran menggunakan laboratorium virtual. Sampel
untuk angket respon siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan
media laboratorium virtual sebanyak 30 siswa yang telah diperlakukan
media tersebut. Angket respon siswa diberikan setelah pembelajaran dan
post-test telah dijalankan. Siswa diberitahu bahwa apapun dari isi dari
angket tidak akan mempengaruhi nilai.
9. Teknik Analisis Data
Analisis data digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian yang
selanjutnya, digunakan untuk merumuskan simpulan. Teknik analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Observasi keterlaksanaan dalam proses pembelajaran dilakukan dengan
mengamati keterlaksanaa sintaks dalam model pembelajaran inkuiri.
Penilaian keterlaksanaan pembelajaran menggunakan skala penilaian
dengan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3. Skor penilaian keterlaksanaan pembelajaran


NO
1
2
3
4

PROPOSAL

Batasan
0
1
2
3

Kriteria
Tidak memuaskan
Kurang memuaskan
Memuaskan
Sangat memuaskan
(Siswono, 2005)

Page 25

Analisis dilakukan untuk menafsirkan nilai angka kalimat yang bersifat


kualitatif dengan skala untuk menentukan keterlaksanaan pembelajaran
yang dihitung dengan rumus :

KPM =

Ratarata nilai pada lembar pengamatan


Aspek yang dinilai

Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran dianalisis dengan memasukkan


dalam kriteria batasan pengelolaan pembelajaran, dapat dilihat pada tabel:
Tabel 4. Kriteria Penilaian Keterlaksanaan Pembelajaran
Batasan
0
0<KMP1
0<KMP1
0<KMP1

Kriteria
Tidak Baik
Cukup Baik
Baik
Sangat Baik
(Sudjana,2006)

Keterangan :
KMP : Kemampuan Guru Mengelola Pembelajaran
Suatu pembelajaran dikatakan telah berjalan dengan efektif jika
besarnya KMP berada dalam rentang baik atau sangat baik.
b. Analisis hasil belajar siswa
Analisis hasil belajar siswa dilakukan dengan menganalisis hasil pre-test
dan post-test siswa pada materi faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi. Soal-soal pre-test dan post-test yang digunakan sesuai dengan
indikator dan dinilai sesuai dengan rubrik penilaian. Soal yang digunakan
berupa soal pilihan ganda (obyektif). Hasil belajar siswa diperoleh dari
hasil nilai pre-test dan post-test

yang telah memenuhi KKM yang

ditetapkan oleh salah satu SMA negeri di Surabaya.


diperoleh dengan analisis:
Nilai =

B
x 100
N

Keterangan :
B = jumlah soal yang benar
N = jumlah total soal

PROPOSAL

Page 26

Nilai tersebut

Suatu kelas dikatakan tuntas belajar jika siswa dikelas tersebut telah
mencapai % ketuntasan klasikal yang ditetapkan oleh SMA tersebut.
Perhitungan persentase ketuntasan siswa secara klasikal yaitu dengan
menggunakan rumus sebagai berikut :
ketuntasan klasikal=

jumla h siswa tuntas


x 100
jumla h siswa total

c. Analisis angket respon siswa


Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis kelayakan
instrumen penelitian adalah deskriptif kualitatif. Hasil angket respon siswa
terhadap kegiatan pembelajaran dianalisis dengan mempresentasikan hasil
jawaban siswa dengan rumus,
P=

F
x 100
N

Keterangan :
P = presentasi jawaban responden
F = jumlah jawaban ya responden
N = jumlah responden
Kemudian hasil dari respon siswa dapat dikategorikan ke dalam kriteria
seperti yang terdapat pada tabel 1.5 berikut :
Tabel 5. Kategori Presentase Respon Siswa
No
1.
2.
3.
4.
5.

Presentase
0%- 20%
21%-40%
41%-60%
61%-80%
81%-100%

Kategori
Sangat lemah
Lemah
Cukup
Kuat
Sangat kuat

Jika hasil presentase respon siswa masuk dalam kategori kuat


denngan presentase 61%-80%, maka media laboratorium virtual tersebut
dikatan layak untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

PROPOSAL

Page 27

J. JADWAL PENELITIAN
Tabel 6. Jadwal dan Waktu Kegiatan Penelitian

Bulan ke
NO

Kegiatan
1

1.
2.

Orientasi dan analisis KI, KD


mata pelajaran kimia SMA
Studi literatur

PROPOSAL

Page 28

Pembuatan Perangkat
3.

Pembelajaran (RPP, Media


Pembelajaran dan LKS)

4.

Uji Coba Instrumen

5.

Revisi Instrumen

6.

Pelaksanaan penelitian

7.

Pengolahan dan analisis data

8.

Penyelesaian laporan

K. DAFTAR PUSTAKA
Andriani, N. 2011. Efektifitas penerapan pembelajaran inkuiri terbimbing
(guided inquiry) pada mata pelajaran fisika pokok bahasancahaya
dikelas VIII smp negeri 2 muara padang. Artikel.
http://portal.fi.itb.ac.id/cps/index.php/cps/article/downl. Diakses pada
21 November 2014.
Arends, Richard I. 2012. Learning To Teach. New York: Mc Graw Hill
Arikunto, Suharsimji. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
Nur, Mohamad. 2008. Teori Pembelajaran Kognitif Cetakan 3. Surabaya:
Unesa
Oge, E. K. & Ifeoma, O. E. 2013. Effects of guided inquiry method on
secondary school student performance in social studies curriculum in

PROPOSAL

Page 29

anambra state, nigeria. British journal of Education, Society &


Behavioural Science, 3 (3): 206-222.
http://www.sciencedomain.org/download.php. Diakses pada tanggal 15
November 2014
Parmawati, L. E. 2012. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing
untuk meningkatkan aktivitas belajar dan hasil belajar ipa (fisika) siswa
kelas viiic smp negeri 1 amlapura tahun pelajaran 2011/2012. Skripsi
(tidak diterbitkan). Universitas Pendidikan Ganesha.
Samsuri. 2009.Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis simulasi
PhET.Surabaya PPs UNESA
Sudjana, Nana. 2010. Media Pengajaran. Bandung : Sinar Baru Algesindo
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif ,Kuantitatif dan R dan F.

Bandung : Alfabeta
Sugiyono. 2013. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D.
Bandung: Alfabeta
Sunarto. 2012. Pengertian prestasi belajar. Tersedia pada
http://sunartombs.wordpress.com. Diakses pada tanggal 25 November
2014
Suastra, I .W. 2009. Pembelajaran sains terkini: Mendekatkan siswa
dengan lingkungan alamiah dan sosial budaya. Singaraja: Universitas
Pendidikan Ganesha.
Trianto. 2009. Mendesain model pembelajaran inovatif-progresif. Jakarta:
Kencana.
Wijaya . 2013. Pengaruh model pembelajaran inkuiri berbantuan virtual
laboratory terhadap pemahaman konsep fisika siswa kelas viii smp
negeri 1 negara tahun ajaran 2012/2013. Skripsi (tidak diterbitkan).
Universitas Pendidikan Ganesha.

PROPOSAL

Page 30

LEMBAR ANGKET TERHADAP MEDIA LABORATORIUM


VIRTUAL
Berilah tanda centang () untuk jawaban ya/tidak!
NO
1.

Hasil Jawaban
Ya
Tidak

Pertanyaan
Apakah penggunaan media laboratorium
virtual merupakan hal yang baru bagi

2.

anda?
Apakah penggunaan media laboratorium
virtual merupakan hal yang menarik bagi

3.

anda?
Apakah penggunaan media laboratorium
virtual memudahkan anda untuk
memahami pelajaran?

4.

Apakah penggunaan media laboratorium


virtual memudahkan anda untuk
menyelesaikan soal-soal dan tugas yang

5.

diberikan guru?
Apakah penggunaan media laboratorium

PROPOSAL

Page 31

virtual membuat anda lebih termotivasi


6.

untuk belajar?
Apakah penggunaan media laboratorium
virtual baik jika digunakan untuk materi
kimia yang lain?

PROPOSAL

Page 32

Anda mungkin juga menyukai