Anda di halaman 1dari 12

Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017

Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

DESAIN BAHAN AJAR BERBASIS LITERASI SAINS: HAKEKAT ILMU KIMIA


PADA KONTEKS AIR LAUT

DESIGN OF MATERIALS BASED ON SAINS LITERATION: THE CHEMICAL


PROPERTIES IN THE CONCEPT OF SEA WATER

Inelda Yulita

Program Studi Pendidikan Kimia FKIP Universitas Maritim Raja Ali Haji

E-mail: inelda_dk2020@yahoo.com

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh desain bahan ajar kimia yang dapat digunakan
untuk meningkatkan literasi sains siswa SMA. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif
yang mengacu pada Model of Educational Reconstruction (MER) yang dibatasi pada tahap
klarifikasi dan analisis konten sains. Instrumen yang digunakan yaitu pedoman wawancara, lembar
validasi KI-KD, dan lembar analisis teks. Data penelitian yang diperoleh berupa hasil wawancara,
dan hasil validasi KI-KD. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 100% siswa hanya mengetahui air
laut sebatas memiliki rasa asin dan mengandung garam NaCl, namun tidak mengetahui komposisi
air laut beserta fenomena yang terjadi di dalamnya. Hasil validasi KI-KD menghasilkan indikator
dan tujuan pembelajaran aspek kognitif dan sikap yang valid, dengan nilai CVR rata-rata 1 dan 0,98.
Selanjutnya desain bahan ajar meliputi: (1) memiliki indikator dan kompetensi yang valid, (2)
dikembangkan sesuai level prekonsepsi siswa, dan (3) memiliki urutan penyajian bahan ajar yang
utuh.
Kata kunci: bahan ajar, konteks air laut, Model of Educational Reconstruction

Abstract
The purpose of this study is to obtain the design of chemistry materials that can be used to increase
the science literacy of high school students. The method used is qualitative descriptive referring to
Model of Educational Reconstruction (MER) which is limited to clarification stage and analysis of
science content. The instruments used are interview guides, KI-KD validation sheets, and text
analysis sheets. Research data obtained in the form of interviews, and KI-KD validation results. The
results showed that 100% of students know seawater is limited to having salt taste and NaCl salt, but
do not know the composition of sea water and the phenomena that occur in it. The KI-KD validation
results result in indicators and learning objectives of cognitive aspects and valid attitudes, with
values 1 and 0.98. Furthermore, the instructional material designs include: (1) having valid
indicators and competencies, (2) developed according to the student's preconception level, and (3)
having the order of presentation of the whole teaching materials.

PENDAHULUAN mengkomunikasikan dan menerapkannya


Bahan ajar merupakan seperangkat atau yang dikenal dengan istilah literasi sa-
materi/substansi pelajaran (teaching ins. Pengembangan bahan ajar telah dila-
material) yang disusun secara sistematis, kukan oleh para guru, namun belum semua
menampilkan sosok utuh dari kompetensi bahan ajar tersebut dapat mendukung ter-
yang akan dikuasai oleh siswa dalam capainya literasi sains siswa. Hal ini dapat
kegiatan pembelajaran (Dick and Carey, dibuktikan dari hasil pengukuran literasi
1996). Bahan ajar yang baik adalah bahan siswa tingkat internasional dalam PISA,
ajar yang dapat mendukung kemampuan The Programme for International Student
siswa dalam memahami sains, Assessment (PISA) yang dikembangkan

89
Inelda Yulita
Desain Bahan Ajar .....

oleh beberapa negara maju di dunia yang 2011). Aspek ini merujuk pada fenomena
tergabung dalam The Organisation for alam dan perubahan yang dilakukan alam
Economic Cooperation and Development melalui aktivitas manusia. Konteks literasi
(OECD) yang berkedudukan di Paris, sains dalam PISA lebih pada kehidupan
Perancis. sehari-hari daripada kelas atau
Program ini merupakan program tiga laboratorium. Sedangkan pada aspek
tahunan dimulai tahun 2000, dilanjutkan proses, dilakukan identifikasi terhadap
tahun 2003, 2006, 2009 dan 2012. Hasil pertanyaan ilmiah, menjelaskan fenomena
studi PISA menunjukkan bahwa penguasa- ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah
an literasi sains siswa Indonesia masih ber- (OECD, 2013). Aspek ini membutuhkan
ada pada tingkatan rendah. Belum ada sis- adanya demonstrasi yang dilakukan oleh
wa Indonesia yang mampu mencapai level siswa yang akan memunculkan
5 dan 6 yaitu kemampuan dalam meng- kemampuan pengetahuan kognitif serta
identifikasi komponen ilmiah dari berbagai nilai sikap dan motivasi siswa.
situasi kehidupan yang kompleks, mene- Pembelajaran berbasis literasi sains
rapkan konsep ilmiah dan pengetahuan ten- merupakan pembelajaran yang didasarkan
tang sains, membandingkan, memilih dan pada pengembangan kemampuan
mengevaluasi sesuai bukti ilmiah untuk pengetahuan sains di berbagai sendi
merespon suatu situasi kehidupan. Menu- kehidupan, mencari solusi permasalahan,
rut skala yang diterapkan PISA, siswa In- membuat keputusan, dan meningkatkan
donesia baru mampu mencapai level ren- kualitas hidup (Holbrook dan Rannikmae
dah yaitu pada tahap kemampuan menje- dalam Holbrook, 1998).
laskan konsep-konsep yang sederhana Rendahnya literasi sains siswa
(OEDC, 2013). Indonesia diduga karena kurikulum, proses
PISA sebagai salah satu program da- pembelajaran, dan asesmen yang dilakukan
lam menilai literasi sains siswa membagi tidak mendukung pencapaian literasi sains
literasi sains ke dalam tiga domain dalam (Firman, 2007). Ketiganya masih
pengukurannya, yakni konten sains, proses menitikberatkan pada pembahasan konten
sains, dan konteks aplikasi sains. Shwartz, yang bersifat hafalan, dan melupakan
Ben-Zvi, dan Hofdtein (2006) menambah- proses keterampilan berpikir sebagai
kan aspek sikap (affective aspect) ke dalam konteks aplikasi sains. Kecenderungan
domain literasi sains. Berdasarkan hal ter- yang terjadi dalam pembelajaran sains saat
sebut, maka penilaian literasi sains dalam ini adalah lebih ditekankannya pemahaman
PISA tidak hanya mengukur tingkat pema- konsep materi, tanpa menghubungkannya
haman terhadap pengetahuan sains, tetapi dengan fungsi kehidupan seperti hubungan
juga pemahaman terhadap berbagai aspek terhadap lingkungan, kesehatan dan
proses sains, serta kemampuan mengapli- masyarakat. Hal ini menyebabkan
kasikan pengetahuan dan proses sains ter- pembelajaran sains khususnya kimia tidak
sebut dalam situasi nyata yang dihadapi begitu disukai oleh para siswa dan
siswa (Firman, 2007). pembelajarannya kurang relevan dalam
Aspek konteks merupakan situasi konteks kehidupan sehari-hari (Holbrook,
nyata yang secara khusus diangkat dalam 2005).
pembelajaran, bukan hanya dari materi Toharudin, Hendrawati, dan
yang dipelajari di sekolah saja (Rustaman, Rustaman (2011) menyatakan mengenai

90
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

pentingnya keberadaan bahan ajar dalam konteks fenomena air laut pada materi
menunjang keberhasilan pembelajaran. hakikat ilmu kimia untuk meningkatkan
Bahan ajar dapat membantu kemampuan literasi sains siswa SMA.
menghubungkan pengalaman dengan
pengetahuan siswa. Pembelajaran sains METODE PENELITIAN
sebaiknya tidak terpisah dari kehidupan Tahapan-Tahapan Penelitian
sehari-hari. Salah satu alternatif solusi atas Metode yang digunakan dalam
permasalahan ini adalah dengan penelitian ini adalah deskriptif kualitatif
pengembangan bahan ajar yang mampu dengan menggunakan Model of
menjawab tantangan bagi siswa yaitu Educational Reconstruction (MER) yang
bahan ajar yang membahas fenomena- dibatasi pada tahap klarifikasi dan analisis
fenomena serta isu-isu terkini dan struktur konten, dan investigasi pre-
menghubungkannya dengan konten konsepsi siswa. Model ini didesain untuk
pelajaran. Salah satu fenomena yang dekat menyediakan kerangka dasar terhadap
dengan siswa serta mengandung konten struktur konten pembelajaran yang diambil
kimia adalah fenomena air laut. dari struktur konten sains yang telah
Peranan bahan ajar sangat penting dielementarisasi. Struktur konten sains
karena fungsi guru dapat diperankan oleh tidak diambil secara langsung melainkan
bahan ajar tersebut. Maka dari itu, bahan diambil dari ide-ide dasarnya melalui
ajar harus dibuat dalam bentuk yang sesuai proses elementarisasi. Ide-ide dasar
dengan kebutuhan dan karakteristik materi tersebut kemudian dikonstruksi sesuai
ajar yang akan disajikan. Menurut Anwar tujuan pembelajaran kognitif dan afektif
(2010), agar bahan ajar memiliki bentuk (Duit, et al, 2012).
yang sesuai dengan kebutuhan dan
Lokasi Penelitian
karakteristik materi ajar, maka ada empat Penelitian dilakukan di SMA N 3
tahap yang dilakukan dalam pembuatan Kota Tanjungpinang sebagai sumber
bahan ajar, diantaranya: Proses Seleksi, prekonsepsi siswa.
Proses Kompilasi, Proses Strukturisasi,
Proses Karakterisasi, Proses Reduksi Rancangan Penelitian
Menurut McComas (2002) Rancangan penelitian dijabarkan
pengetahuan yang dilandaskan pada dalam langkah-langkah berikut:
filosofi dan histori sains akan lebih 1. Tahap Analisis Literatur
membantu ketercapaian literasi sains. Tahap Studi Pre-konsepsi Siswa
Prinsip ini mengajak siswa berpikir terhadap Konsep kimia SMA, konteks
layaknya seorang saintis. Dengan kemaritiman dan Hubungan Keduanya
menggunakan bahan ajar yang menerapkan 2. Tahap Studi Perspektif Saintis terhadap
fenomena air laut pada salah satu konten Konsep kimia SMA, kemaritiman dan
mata pelajaran kimia SMA, diharapkan Hubungan Keduanya
terjadi peningkatan pemahaman siswa 3. Tahap Klarifikasi Teks Asli
terhadap materi hakikat ilmu kimia. Tahap Penyusunan Text Sequence Map
Berdasarkan hal tersebut, maka Data Hasil Validasi
penulis melakukan penelitian mengenai Perolehan data dalam penelitian
konstruksi bahan ajar yang menggunakan berasal dari hasil validasi instrumen yang

91
Inelda Yulita
Desain Bahan Ajar .....

dilakukan oleh para ahli sebanyak lima adalah 0,99. Sementara perhitungan
orang. Instrumen yang divalidasi adalah CVRtabel Wilson, dkk (2012) dengan
lembar validasi kesesuaian indikator dan jumlah ahli dan taraf signifikansi (α) yang
tujuan pembelajaran pada aspek kognitif sama diperoleh sebesar 0,62. Perhatikan
dan afektif, lembar validasi analisis konsep tabel 1.
dan lembar validasi bahan ajar. Perolehan Tabel 1. Nilai kritis untuk Content
hasil validasi selanjutnya dihitung dengan Validity Ratio (CVR)
menggunakan CVR (Content Validity Nilai signifikan untuk uji satu
Ratio). pihak (one tailed test)
Content Validity Ratio (CVR) 0,10 0,05 0,025 0,01
digunakan untuk mengukur indeks Nilai signifikan untuk uji dua
keshahihan berdasarkan validasi isi secara pihak (two tailed test)
N 0,20 0,10 0,05 0,02
kuantitatif. Validasi isi berkenaan dengan
5 0,573 0,736 0,877 0,990
kevalidan suatu alat ukur dipandang dari 6 0,523 0,672 0.800 0,990
segi isi (content) materi pelajaran yang 7 0,485 0,622 0,741 0,974
melibatkan para ahli untuk menilai. 8 0,453 0,582 0,693 0,911
Adapun rumus CVR adalah: Setelah mengidentifikasi sub
pertanyaan pada lembar validasi dengan
CVR = menggunakan CVR, kemudian dihitunglah
Keterangan: CVI (Content Validity Index). Secara
ne : jumlah ahli yang setuju sederhana CVI merupakan rata-rata dari
N : jumlah semua ahli yang memvalidasi nilai CVR untuk sub pertanyaan yang
(Lawshe, 1975). dijawab “ya”. Perhitungan CVI diperoleh
Karakteristik penilaian CVR adalah dengan menggunakan rumus:
sebagai berikut:
a. Ketika kurang dari setengah ahli yang CVI =
menjawab “ya”, maka nilai CVR akan
(Alahyari et al, 2011).
negatif.
b. Ketika setengah panelis menjawab “ya” Hasil perhitungan CVR dan CVI
dan setengah lagi menjawab “tidak” adalah berupa rasio angka 0-1. Sesuai
maka perolehan nilai CVR adalah 0. tidaknya suatu unit yang divalidasi
c. Ketika seluruh panelis menjawab ”ya” bergantung kepada tercapainya nilai kritis
maka perolehan nilai CVR adalah 1. CVR. Berdasarkan tabel nilai kritis CVR
Ketika jumlah panelis yang menjawab yang telah dikalkulasi ulang untuk lima
“ya” lebih dari setengah maka nilai validator (α=0,10) (Wilson et al, 2012),
CVR berkisaran antara 0-0,99. nilai kritis adalah 0,573. Artinya hanya unit
Wilson et al (2012) dalam analisis yang nilai CVR nya > 0,573 yang
perhitungan terhadap nilai CVRtabel, dinyatakan valid, sedangkan yang unit
diperoleh nilai baru untuk CVRtabel yang yang lain memerlukan perbaikan.
merupakan acuan dari CVRtabel Lawshe Data Hasil Wawancara
(1975). Sebagai contoh untuk ahli yang Perolehan data untuk pertanyaan
berjumlah tujuh orang, nilai CVRtabel penelitian pertama diperoleh dari
Lawshe pada taraf signifikan (α = 0,05) wawancara. Sampel yang dijadikan

92
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

sebagai subjek wawancara adalah sepuluh pengetahuan yang berhubungan dengan


orang siswa SMA kelas X. Hasil materi kimia SMA yaitu materi hakikat
wawancara kemudian di transformasi ilmu kimia. Materi ini merupakan materi
dalam bentuk persentase dengan awal yang diberikan pada siswa kelas X
menggunakan rumus berikut ini. SMA yang membahas mengenai materi-
materi dasar seperti unsur, senyawa,
% tanggapan = x100%
campuran, perubahan fisika dan kimia, dan
Kemudian hasil penafsiran tersebut metode ilmiah. Sedangkan aspek
dianalisis secara statistik deskriptif. kompetensi dan sikap terintegrasi dalam
Statistik deskriptif adalah statistik yang perumusan indikator pembelajaran.
digunakan untuk menganalisis data dengan Tahapan pertama ini menghasilkan
cara mendeskripsikan atau rumusan indikator dan tujuan
menggambarkan data yang terkumpul pembelajaran aspek kognitif dan sikap
sebagaimana adanya tanpa bermaksud yang berbasis literasi sains dan kurikulum
membuat kesimpulan yang berlaku untuk 2013. Adapun indikator aspek kognitif dan
umum atau generalisasi (Sugiyono, 2012). aspek sikap yang telah dirumuskan
diberikan kepada ahli untuk divalidasi.
HASIL PENELITIAN DAN Validator terdiri dari dua orang dosen
PEMBAHASAN kimia dan tiga orang guru kimia SMA.
Penelitian telah dilakukan dengan Tujuan dilakukan validasi adalah untuk
diawali tahap analisis literatur. Analisis mengetahui apakah indikator sudah sesuai
dilakukan berupa telaah terhadap dengan konteks, konten, dan kompetensi
kompetensi inti dan kompetensi dasar mata PISA. Poin penilaian ahli terhadap
pelajaran kimia kelas X SMA, telaah indikator dan tujuan ini terdiri dari
kepustakaan mengenai literasi sains, telaah kesesuaian indikator dengan KI dan KD,
mengenai konteks kemaritiman, analisis kesesuaian indikator dengan aspek
konten kimia, konteks kemaritiman, dan kompetensi atau aspek sikap PISA 2012,
analisis dimensi literasi sains (aspek dan kesesuaian tujuan pembelajaran
kognitif dan aspek sikap), dan perumusan dengan indikator.
indikator dan tujuan pembelajaran aspek Setiap item akan memperoleh nilai
kognitif dan sikap yang berbasis literasi CVR yang akan menentukan valid atau
sains dan kurikulum yang berlaku. tidaknya masing-masing indikator dan
Hasil analisis literatur menghasilkan tujuan pembelajaran. Nilai CVR beberapa
penetapan konten kimia dan konteks item diubah menjadi nilai CVI agar
kemaritiman yang tepat untuk dipadukan diperoleh rata-rata nilai CVR indikator dan
sebagai bahan ajar yang memenuhi empat tujuan pembelajaran secara keseluruhan.
aspek literasi sains dalam PISA, yaitu Untuk menentukan valid atau tidak valid
aspek konteks, aspek pengetahuan, aspek dibutuhkan harga CVR tabel yang
kompetensi dan aspek sikap. Aspek digunakan sebagai parameter. CVR tabel
konteks bertujuan memperkenalkan sains dengan 5 orang panelis adalah 0,573. Nilai
melalui lingkungan kemaritiman, yaitu ini juga sama untuk nilai tabel CVI.
seputar fenomena air laut. Sedangkan Apabila harga CVI lebih besar dari harga
aspek pengetahuan merupakan CVI tabel, maka indikator dan tujuan

93
Inelda Yulita
Desain Bahan Ajar .....

pembelajaran tersebut valid. Sebaliknya, Tabel 3. Nilai CVI dari Validasi Indikator
apabila harga CVI lebih kecil dari harga dan Tujuan Pembelajaran Aspek
CVI tabel, maka item indikator tersebut Sikap
Indikator Tujuan Pembelajaran CVI
tidak valid. Adapun hasil validasi indikator 1. Menunjukkan 1.1 Siswa menunjukkan 0,9
dan tujuan pembelajaran aspek kognitif ketertarikan ketertarikan untuk
dan sikap dapat dilihat pada tabel 2 dan 3. untuk menyimpulkan
menyimpulkan pengertian ilmu kimia
Tabel 2. Nilai CVI dari Validasi Indikator pengertian ilmu melalui wacana air laut.
kimia
dan Tujuan Pembelajaran Aspek
2. Menunjukkan 2.1 Siswa dapat 1
Kognitif ketertarikan menunjukkan
Indikator Tujuan Pembelajaran CVI dalam ketertarikannya dalam
1. Menyimpul- 1.1 Siswa mampu 1 mengimplemen- mengimplementasikan
kan pengertian menyimpulkan pengertian tasikan konsep konsep unsur, senyawa
ilmu kimia ilmu kimia pada konteks unsur, senyawa dan campuran ke dalam
air laut melalui suatu dan campuran konteks komposisi air
wacana laut.
2. Mengimple- 2.1 Siswa mampu 1 3. Mendukung 3.1Siswa menunjukkan 1
mentasikan mengimplementasikan penggunaan dukungannya dalam
konsep unsur, konsep unsur, senyawa informasi faktual penggunaan informasi
senyawa dan dan campuran ke dalam dalam faktual dalam
campuran konteks komposisi air laut mengimplemen- mengimplementasikan
dalam konteks tasikan hakikat metode ilmiah dalam
komposisi air ilmu kimia konteks fenomena air
laut sebagai proses laut.
3. Menganalisis3.1 Siswa mampu 1 4. Menunjukkan 4.1 Siswa menunjukkan 1
hakikat ilmu menjelaskan metode kepedulian dalam kepedulian dalam
kimia sebagai ilmiah yang terdapat mengimplemen- mengimplementasikan
proses dalam dalam penelitian para ahli tasikan hakikat hakikat ilmu kimia
konteks mengenai fenomena yang ilmu kimia sebagai produk ke dalam
fenomena air ada pada air laut sebagai produk konteks fenomena air
laut 3.2 Siswa mampu 1 laut
menganalisis ‘kimia 5. Menunjukkan 5. Siswa menunjukkan 0,9
sebagai proses’ melalui rasa tanggung rasa tanggung jawab
konteks fenomena air laut jawab dalam dalam
4. Menganalisis4.1 Siswa mampu 1 mengimplemen- mengimplementasikan
hakikat ilmu menjelaskan hakikat ilmu tasikan hakikat hakikat ilmu kimia
kimia sebagai kimia sebagai produk ilmu kimia sebagai sikap pada
produk dalam melalui konteks fenomena sebagai sikap ancaman terhadap air
konteks air laut laut
fenomena air 4.2 Siswa mampu 1 Rata-rata CVI 0,96
laut menganalisis ‘kimia
sebagai produk’ dalam Setelah diketahui nilai CVI dari
konteks fenomena air laut setiap item indikator, selanjutnya adalah
5. 5.1 Siswa mampu 1
Mengevaluasi menganalisis hakikat ilmu menghitung nilai rata-rata CVI dari lima
hakikat ilmu kimia sebagai sikap dalam indikator dan delapan tujuan pembelajaran
kimia sebagai konteks penjagaan
sikap dalam terhadap air laut melalui
untuk aspek kognitif. Nilai rata-rata CVI
konteks suatu informasi untuk indikator dan tujuan pembelajaran
penjagaan 5.2 Siswa mampu 1 aspek kognitif adalah sebesar 1. Ini berarti
terhadap air laut mengevaluasi ‘kimia
sebagai sikap’ dalam bahwa perumusan indikator dan tujuan
konteks penjagaan pembelajaran pada aspek kognitif adalah
terhadap air laut valid, karena perolehan nilai CVI hitung
Rata-rata CVI 1
lebih besar dari pada CVI tabel. Hal yang
sama juga diterapkan terhadap indikator

94
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

aspek sikap, yaitu didapatkan nilai rata-rata Tabel 4. Prekonsepsi Siswa Terhadap
CVI untuk indikator dan tujuan Konten Hakikat Ilmu Kimia dan
pembelajaran aspek sikap adalah sebesar Konteks Air Laut
No Konsep Prekonsepsi Siswa
0,96. Ini berarti bahwa perumusan 1 Konten 0% siswa mengetahui hakikat
indikator dan tujuan pembelajaran pada Hakikat ilmu kimia sebagai proses,
aspek sikap juga valid. ilmu produk dan sikap
kimia 100% siswa memahami bahwa
Didapatkan indikator dan tujuan ilmu kimia adalah ilmu yang
pembelajaran aspek kognitif dan sikap mempelajari struktur molekul dan
reaksi-reaksi kimia
yang telah valid pada tahap pertama ini 100% siswa telah mendapatkan
menjadi panduan ke tahap penelitian materi unsur, senyawa dan
berikutnya, yaitu tahap penyusunan Text campuran di SMP
50% siswa mampu menjelaskan
Sequence Map. Namun, sebelum masuk mengenai unsur, senyawa dan
pada tahap tersebut, dilakukan terlebih campuran
dahulu tahap studi pre-konsepsi siswa dan 60% siswa mampu memberikan
contoh unsur, senyawa dan
perspektif saintis terhadap konten hakikat campuran dengan tepat
ilmu kimia, konteks air laut, dan hubungan 2 Konteks 100% siswa mengetahui bahwa
Air laut air laut berasa asin dan
keduanya. mengandung garam
Tahap kedua adalah studi 90% siswa mampu menyatakan
prekonsepsi siswa terhadap konten hakikat bahwa senyawa yang terdapat
pada air laut adalah NaCl
ilmu kimia, konteks air laut, dan hubungan 0% siswa mengetahui komponen
keduanya. Pada tahapan ini digali penyusun air laut selain NaCl
0% siswa mengetahui adanya
informasi mengenai prekonsepsi siswa
pengaruh sungai, dan global
terhadap konten hakikat ilmu kimia dan warming terhadap air laut
konteks air laut dengan menggunakan 3 Hubunga 0% siswa yang pernah
n antara mendapatkan pelajaran unsur,
metode wawancara. Sesuai dengan Model konten senyawa, dan campuran yang
of Educational Reconstruction yang dan memberikan contoh terhadap
digunakan sebagai desain penelitian ini konteks fenomena air laut
80% siswa telah mampu
menjadikan prekonsepsi siswa sebagai menghubungkan bidang sains
bagian penting dalam konstruksi bahan yang berhubungan dengan air laut
100% siswa tertarik dengan
ajar. Duit et al (2012) menyatakan bahwa penerapan konteks air laut pada
memahami pre-konsepsi siswa itu sama konten materi hakikat ilmu kimia
pentingnya dengan memahami konten 100% siswa peduli dengan
ancaman air laut beserta
pembelajaran, sehingga pre-konsepsi siswa penjagaan yang harus dilakukan
tidak dapat diabaikan melainkan menjadi 0% siswa mampu menerapkan
poin penting dalam memulai konstruksi aplikasi konten kimia lainnya
(selain materi dan perubahannya)
bahan ajar. pada konteks air laut
Berdasarkan hal tersebut, maka
Dengan mengetahui prekonsepsi sis-
didapatkan beberapa fakta prekonsepsi
wa terhadap konten hakikat ilmu kimia,
siswa terhadap konten hakikat ilmu kimia,
konteks air laut dan hubungan keduanya,
dan konteks air laut, yaitu:
maka fakta ini menjadi pertimbangan da-
lam memulai konstruksi bahan ajar. Pre-
konsepsi siswa yang bernilai 0%, 50% dan
60% akan menjadi penekanan yang ekstra

95
Inelda Yulita
Desain Bahan Ajar .....

dalam penjelasan bahan ajar. Sehingga Tabel 5. Buku Teks yang Digunakan pada
konstruksi bahan ajar akan memperhatikan Analisis Konten dan Konteks
Tahun
mengenai penjelasan konten mengenai: (1) No Judul Buku Pengarang
Terbit
hakikat ilmu kimia sebagai proses, produk 1 Chemistry The Jesperson, N. D. 2012
dan sikap; (2) penjelasan unsur, senyawa Molecular Brady. J. E. and
Nature of Hyslop. A.
dan campuran beserta contohnya. Matter.
Selanjutnya pada konteks air laut akan 2 Chemistry: Reger, D. L. 2010
menitikberatkan pembahasan pada (1) Principles and Goode, S. R. and
Practice, Third Ball, D. W.
komponen penyusun air laut; (2) pengaruh Edition
air sunga dan global warming terhadap air 3 Pedoman Mata Depdikbud 2014
Pelajaran Kimia
laut. Kemudian pada bagian hubungan pada Kurikulum
konten dan konteks akan diberikan Kimia 2013
penekanan terhadap (1) contoh unsur, 4 Pedoman Ismunandar, 2004
Penilaian Buku Permanasari, A.
senyawa dan campuran yang terdapat pada Pelajaran
air laut; (2) penerapan aplikasi konten Kimia Sekolah
kimia lain pada konteks air laut. Hal ini Menengah Atas
5 Sea water as an Millero, F. J. 2002.
dilakukan agar bahan ajar yang akan electrolyte
dikontruksi mudah dijangkau atau mudah 6 The Chemical Prospero J. M.
and Physical
dipahami siswa. Dalam penelitian ini, Properties of
bahan ajar dirancang accessible agar sesuai Marine
dengan tingkat kognitif siswa. Aerosols: An
Introduction
Tahap berikutnya adalah tahap
klarifikasi teks asli. Pada tahapan ini Analisis dikelompokkan menjadi
dilakukan proses elementarisasi konteks analisis konten dan analisis konteks.
dan konten. Proses elementarisasi Analisis dilakukan untuk menemukan
bertujuan untuk menemukan ide-ide dasar materi-materi penting yang seharusnya
dari struktur konten sains yang dapat diketahui siswa, lalu diterjemahkan ke
dijangkau oleh siswa dan mengambil dalam bahasa yang mudah dipahami. Tidak
struktur konteks yang menarik. ada semua materi pada konten dan konteks
beberapa sumber yang dijadikan acuan diambil namun dipilih bagian yang
dalam melakukan analisis konten dan dibutuhkan oleh siswa saja. Sehingga
konteks secara kualitatif. ditemukan suatu keterkaitan atau
Dari kelima buku teks yang hubungan antara konten hakikat ilmu kimia
digunakan, buku pertama sampai keempat dengan konteks air laut. Keterhubungan itu
digunakan untuk analisis konten hakikat terlihat seperti pada tabel 6 berikut:
ilmu kimia. Buku ini dipilih karena konten Tabel 6. Hubungan Antara Konten
materi hakikat ilmu kimia disajikan lebih Hakikat Ilmu Kimia dengan
lengkap dan didukung oleh banyak gambar Konteks Air Laut
yang akan memudahkan pemahaman Konten Konteks Hubungan Konten-Konteks
Penger- Air Laut Kimia merupakan ilmu yang
terhadap konten. Sedangkan buku kelima tian ilmu mempelajari mengenai
dan keenam dgunakan untuk analisis kimia komposisi materi, sifat, dan
perubahan materi.
konteks air laut. Konteks air laut yang Materi Air laut Materi didefinisikan sebagai
disajikan adalah hasil dari riset para ahli. apapun itu memiliki massa
dan menempati ruang.

96
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

Konten Konteks Hubungan Konten-Konteks didasarkan pada hasil dari persfektif siswa
Unsur, Kompo- Unsur adalah zat yang tidak
terhadap konteks air laut dan proses
senyawa sisi Air bisa didekomposisi menjadi
dan laut bahan sederhana dengan elementarisasi konten dan konteks. Dalam
campu- reaksi kimia. penelitian ini peyusunan text sequence map
ran Senyawa adalah zat yang
terbentuk dari dua atau lebih dilakukan dengan menggunakan tahapan
elemen yang berbeda dimana pembelajaran Sains dan Teknologi Literasi
unsur-unsurnya (STL) yang diadopsi dari tahap-tahap
selalu digabungkan dalam
proporsi yang sama, tetap pembelajaran proyek Chemie im Kontext
(konstan) dalam Nentwig et al (2002) dan Holbrook
Campuran adalah gabungan
dari beberapa materi baik
(2005). Urutan tahap-tahap pembelajaran
secara homogen maupun tersebut meliputi tahap kontak, kuriositi,
heterogen elaborasi, pengambilan keputusan, dan
Peruba- Peruba- Perubahan fisik terjadi tanpa
han han perubahan komposisi nexus. Dengan mengikuti tahap-tahap
kimia Salinitas, Perubahan kimia melibatkan pembelajaran STL, diharapkan siswa dapat
dan densitas, reaktivitas materi mengembangkan proses berpikir dan dapat
fisika dan
tempera- menghubungkan antara materi hakikat
tur air ilmu kimia dengan fenomena pada air laut.
laut
Metode Cara Metode ilmiah adalah proses
Berikut ini urutan dari bahan ajar yang
Ilmiah kerja ilmiah yang merupakan proses disesuaikan dengan kriteria STL, yaitu:
ahli keilmuan untuk memperoleh 1. Tahap Kontak (Contact Phase)
kimia pengetahuan secara sistematis
mene- berdasarkan bukti fisis Pada tahap kontak siswa
mukan diperkenalkan mengenai air laut. Selain
kompo-
itu siswa juga diberikan pengetahuan
sisi air
laut mengenai komposisi air laut yang tidak
Hakikat Riset Ilmu kimia merupakan produk hanya terdiri dari garam NaCl. Hal ini
ilmu ahli temuan saintis (ilmu kimia
kimia kimia yang merupakan fakta, teori, perlu diperkenalkan karena pada
sebagai terhadap prinsip, hukum) dan proses umumnya siswa mengangap bahwa air
proses air laut (kerja ilmiah) laut itu hanya berasa asin dan
Hakikat Kompo- Ilmu kimia merupakan produk
ilmu sisi air temuan saintis (pengetahuan mengandung garam NaCl. Pada tahap
kimia laut kimia yang berupa fakta, kontak ini disampaikan bahwa terdapat
sebagai teori, prinsip, hukum) dan
produk proses (kerja ilmiah).
komponen utama penyususn air laut dan
Hakikat Sikap Sikap ilmiah misalnya komponen tambahannya. Sehingga
ilmu ilmiah objektif dan jujur pada saat diharapkan siswa mampu berpikir
kimia para ahli mengumpulkan dan
sebagai kimia menganalisis data. Dengan secara integral mengenai koposisi air
sikap dalam menggunakan proses dan laut.
melaku- sikap ilmiah itu kimiawan Di samping itu, pada tahap kontak
kan riset memperoleh penemuan-
penemuan yang dapat berupa ini siswa juga diperkenalkan dengan
fakta, teori, hukum, dan penelitian para ahli mengenai air laut.
prinsip. Penemuan-penemuan
ini yang disebut produk kimia.
Ini berfungsi untuk menyadarkan siswa
bahwa para ilmuwan menggunakan
Tahapan selanjutnya adalah
konsep-konsep sains dalam
Penyusunan Text Sequence Map, yaitu
menyelesaikan permasalahan dan
gambaran peta urutan dari bahan ajar yang
memenuhi kebutuhan masyarakat.
akan dikonstruksi. Penyusunan ini

97
Inelda Yulita
Desain Bahan Ajar .....

2. Tahap Kuriositi (Curiosity Phase) mengambil keputusan yang tepat yaitu


Pada tahap kuriositi bahan ajar pentingnya lautan bagi kehidupan
dirancang dengan menyajikan manusia sehingga apapun yang
pertanyaan-pertanyaan yang dapat berhubungan dengan laut termasuk
memunculkan rasa ingin tahu siswa. sungai harus dijaga kebersihannya.
Dalam bahan ajar ini diberikan 5. Tahap Nexus (Nexus Phase)
pertanyaan Bagaimana air laut terasa Pada tahap ini dilakukan proses
asin sedangkan air sungai tidak? Apa pengambilan intisari dari materi yang
yang membedakannya dan apa akibat dipelajari (dekotekstualisasi), kemudian
dari perbedaan tersebut? Dari mengaplikasikannya pada konteks yang
pertanyaan tersebut muncul rasa ingin lain (rekontekstualisasi) (Nentwig, et al,
tahu siswa. Dengan pertanyaan tersebut 2002). Pada bahan ajar diberikan
diharapkan siswa mampu berpikir kesimpulan materi hakikat ilmu kimia
komprehensif, karena juga harus dan metode ilmiah yang dihubungkan
menghubungkannya dengan air sungai. dengan fenomena air laut. Lalu
Pertanyaan yang diberikan sesuai dilanjutkan dengan pemberian
dengan fakta yang terjadi dalam gambaran mengenai konsep kimia lain
kehidupan sehari-hari. Dengan yang juga terintegrasi dengan air laut.
pengetahuan yang mereka peroleh dari
berbagai sumber dan penjelasan pada SIMPULAN DAN SARAN
tahap elaborasi di dalam bahan ajar Simpulan
diharapkan siswa mampu 1. Hasil wawancara menunjukkan bahwa
menyelesaikan permasalahan tersebut. hampir semua siswa belum mengetahui
3. Tahap Elaborasi (Elaboration Phase) hakikat ilmu kimia, dan hanya 50%
Pada tahap ini dilakukan siswa yang mampu menjelaskan
eksplorasi, pembentukan dan mengenai unsur, senyawa dan campuran
pemantapan konsep sampai pertanyaan beserta contohnya. Selain itu 100%
pada tahap kuriositi dapat terjawab. siswa hanya mengetahui bahwa air laut
Bahan ajar dikembangkan berdasarkan berasa asin dan mengandung garam
indikator dan tujuan pembelajaran NaCl, dan belum ada yang mengetahui
aspek kognitif dan aspek sikap yang komposisi air laut lainnya.
telah di validasi. Pemantapan konsep 2. Bahan ajar kimia berbasis literasi sains
diberikan dengan memberikan melewati tahapan analisis literatur yang
penjelasan konsep hakikat ilmu kimia menghasilkan indikator dan tujuan
dan metode ilmiah serta pembelajaran aspek kognitif dan sikap.
mengimplementasikan konsep tersebut Hasil validasi KI-KD menghasilkan
terhadap fenomena air laut. indikator dan tujuan pembelajaran
4. Tahap Pengambilan Keputusan aspek kognitif dan sikap yang valid,
(Decision Making Phase) dengan nilai CVR rata-rata 1 dan 0,98.
Pada tahap ini diharapkan siswa Indikator dirancang dengan
mampu mengambil keputusan dari memadukan empat aspek literasi sains
permasalahan yang dimunculkan pada dalam PISA, yaitu aspek konteks, aspek
tahap kuriositi. Pada tahap ini juga pengetahuan, aspek kompetensi dan
siswa menganalisis keadaan untuk aspek sikap.

98
Prosiding Seminar Nasional Kimia UNY 2017
Sinergi Penelitian dan Pembelajaran untuk Mendukung Pengembangan Literasi Kimia pada Era Global
Ruang Seminar FMIPA UNY, 14 Oktober 2017

3. Desain bahan ajar meliputi: (1) Holbrook, J. (2005). ”Making Chemistry


memiliki indikator dan kompetensi Teaching Relevant”. Chemical
yang valid, (2) dikembangkan sesuai Education International.6(1), 1-12.
level prekonsepsi siswa, dan (3) Hudd, A. (2010). “Inkjet Printing
memiliki urutan penyajian bahan ajar Technologies”. The Chemistry of
yang utuh. Urutan ini tergambar dalam inkjet. Chapter 1. 3-18.
Text Sequence Map yang merupakan Ismunandar, Permanasari, A. 2004.
hasil dari tahap klarifikasi teks asli. Pedoman Penilaian Buku Pelajaran
Tahap ini menghasilkan konsep-konsep Kimia Sekolah Menengah Atas.
Jakarta: Pusbuk Depdiknas
dasar konten dan konteks, sehingga
terlihat keterhubungan antara konten Jesperson, N.D, and Brady, J.E. (2012).
hakikat ilmu kimia dengan konteks air “Chemistry The Molecular Nature of
Matter”. United States of America:
laut. Selanjutnya urutan bahan ajar
John Wiley and Sons, Inc.
disesuaikan dengan kriteria STL yaitu
tahap kontak, tahap kuriositi, tahap Lunberg, A. (2011). “Ink-paper interaction
and effect on print quality in inkjet
elaborasi, tahap pengambilan
printing”. Thesis for the degree of
keputusan, dan tahap nexus. Licentiate Sundsvall, Sweden:
Saran Department of information,
Desain bahan ajar dalam penelitian Technology and media.
ini akan semakin sempurna dengan Magdassi, S. (2010). “Chemistry of inkjet
dilakukan tahap validasi bahan ajar oleh inks”. World scientific publishing
para ahli kimia pada penelitian selanjutnya. Co. Pte. Ltd: Israel Hebrew
University of Jerussalem.
Validasi bahan ajar meliputi Ketepatan dan
kesesuaian konten dan konteks, Millero, F. J. (2002). Sea water as an
electrolyte. New York: Springer-
Kesesuaian materi dengan kurikulum
Verlag Berlin Heidelberg
(tujuan pembelajarn), Ketepatan ilustrasi
gambar/simbol/lambang. dan Kelayakan McComas. (2002). “The nature of Science
in Science Education Rationales and
untuk digunakan oleh siswa SMA.
Strategies”. United States of
America: Kluwer Academic
DAFTAR PUSTAKA
OECD. (2013). “PISA 2012 Assessment
Depdikbud. (2014). Pedoman Mata and analytical framework:
Pelajaran Kimia pada Kurikulum Mathematic, Reading, Science,
Kimia 2013. Jakarta: Depdikbud. Problem Solving and Financial
Duit, R. et al. (2012). “The Model Of Literacy”. OECD Publishing.
Educational Reconstruction – A [http://dx.doi.org/10.1787/97892641
Framework For Improving Teaching 90511-en]
And Learning Science. Sci. Educ. Provost, J. And Lavery, A. (2009).
Res. and Pract. in Europe”: “Interactions of Digital Inks with
Retrospective and Prospective, 5, Textile and Paper Substrates in Ink
13–37. Jet Printing”. Zeneca plc European
Firman, H. (2007). “Laporan Hasil Patent EP 534660: Provost Ink Jet
Analisis Literasi Sains berdasarkan Consulting Ltd
hasil PISA Nasional tahun 2006”.
Puspendik

99
Inelda Yulita
Desain Bahan Ajar .....

Reger, D. L. Goode, S. R. and Ball, D. W. among high-school students”. The


2010. Chemistry: Principles and royal society of chemistry.
Practice, Third Edition: Canada: Chemistry education research and
Mary Finch practice, 2006, 7(4), 203-225.
Rustaman, A. (2011). “Membangun Toharuddin, U., Hendrawati, S., dan
Literasi Sains Siswa”. Bandung: Rustaman, A. (2011). “Membangun
Humaniora Penerbit Buku Literasi Sains Siswa”. Bandung:
Pendidkan. Humaniora.
Shwartz, Y. Ben-Zvi, R. and Hofdtein, Yudhanto, Y. (2010) . “Panduan pintar
A.(2006). “The use of scientific komputer”. Yogyakarta: Tera
literacy taxonomy for assessing the Indonesia
development of chemical literacy

Lampiran 1
Text Sequence Map Bahan Ajar

100

Anda mungkin juga menyukai