KELOMPOK III
PENDAHULUAN
Teori Orbital Molekul merupakan teori modern dari kimia koordinasi yang
muncul untuk menjelaskan suatu senyawa kompleks yang belum dijelaskan dalam
teori ikatan valensi dan teori medan Kristal. Teori koordinasi diperkenalkan oleh
kompleks.
Lewis dan Sidgwick. Teori ini tidak dapat menjelaskan bentuk-bentuk geometri
momen magnet besar maka elektron tidak berpasangan juga besar. Namun teori
ikatan valensi memiliki beberapa kelemahan yaitu tidak dapat menjelaskan warna-
elektronik, tidak dapat menjelaskan kompleks ionik dan kovalen dalam senyawa
kompleks.
akibat adanya pengaruh ligan terhadap elektron pada orbital atom pusat. Namun,
teori ini tidak dapat menjeaskan sifat kovalen dari senyawa kompleks karena
sebagian bersifat kovalen. Ikatan ini berupa ikatan sigma (σ) dan atau ikatan phi
(π) antara ion pusat dengan ligan. Teori Orbital Molekul (Molecular Orbital
molekul merupakan orbital yang terbentuk sebagai kombinasi antara orbital atom
yang dimiliki logam dengan orbital atom yang dimiliki oleh ligan.Oleh karena itu
Teori Medan Kristal didasarkan atas asumsi bahwa interaksi yang terjadi
antara ligan dan logam pusat murni merupakan interaksi elektrostatik. Teori ini
kompleks
ikatan kovalen. Dalam Teori Orbital Molekul (TOM), ikatan dalam kompleks
orbital atom yang dimiliki oleh ligan. Oleh karena itu orbital molekul dapat
(LCAO).
menghasilkan orbital bonding (orbital ikatan) dan orbital antibonding (orbital anti
ikatan). Bagaimana orbital molekul ini terbentuk akan dibahas lebih terperinci
Pembentukan Orbital σ
dicontohkan dalam pembentukan ikatan antar atom hidrogen dalam molekul H2.
Energi
1s
destabilisasi karena orbital
a
antiikatan
1s 1s
a stabilisasi karena orbital
ikatan
1s
H H:H H
Gambar 1. Diagram enegi Orbital Molekul H2
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa tiap atom H memiliki masing-
masing satu buah elektron pada orbital 1s. kedua orbital atom H tersebut
macam orbital, orbital σ yang merupakan orbital bonding, dan orbital σ* yang
Perbedaan energy antara orbital atom dan orbital molekul yaitu a, tergantung dari
besarnya overlap orbital atom. Makin besar overlap, makin besar a sehingga
makin kuat ikatan yang terjasi. Ikatan yang terjadi pada orbital sigma (σ)
Energi
1s
a
1s 1s
a
1s
He H e: He He
Molekul He2 menurut teori memiliki diagram orbital seperti pada gambar
2. Namun, pada kenyataanya molekul He2 sangat tidak stabil sehingga tidak ada
dalam bentuk He2. Setiap atom Helium memiliki dua elektron pada setiap orbital
1s. saat orbital-orbital atom 1s dari kedua atom Helium tersebut membentuk
orbital molekul, terbentuk 2 macam orbital molekul pula, orbital σ dan σ*.
lebih rendah, kemudian mengisi orbital antibonding σ*. Karena baik orbital
akan saling meniadakan, sehingga molekul He2 menjadi sangat tidak stabil. Hal
orbital molekul yang tidak terisi electron berenergi rendah. Orbital HOMO dan
LUMO adalah sepasang orbital yang terletak secara berdekatan dan memiliki
energi dari dua atom yang saling membentuk sehingga memberikan ikatan yang
molekul diatomik yang heterogen, sehingga orbital atom yang digunakan dalam
pembentukan orbital molekul memiliki tingkat energi yang sama. Pada molekul
memiliki tingkat energi yang lebih rendah. Perbedaan tingkat energi antar orbital
atom dari dua atom berbeda yang saling berikatan merupakan ukuran dari sifat
ionik ikatan yang terbentuk antara kedua atom tersebut. Sedangkan perbedaan
tingkat energi antara orbital bonding molekul yang terbentuk dengan orbital atom
(dari atom yang tingkat energinya lebih rendah) merupakan ukuran sifat kovalen
ikatan yang terbentuk. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar diagram berikut:
2s
d
c 2s
s
a s
b
1s
a 1s
s
A A-B B
memiliki tingkat energi yang lebih rendah dibandingkan orbital atom A karena
makin elektronegatif suatu unsure maka makin rendah energi orbital atomnya.
Oleh karena itu, orbital molekul (OM) σ yang terbentuk memiliki karakteristik
yang lebih mirip dengan orbital atom B. Perbedaan energi orbital atom dari dua
unsur, dalam hal ini b dan d, merupakan ukuran sifat ionik dari ikatan. Besarnya a
dan c tergantung besar kecilnya overlapping orbital atom dari atom A dan B, jadi
juga merupakan ukuran sifat kovalen dari ikatan sehingga semakin besar a dan c
jumlah dan energi electron A dan B yang membentuk molekul, dan dapat dilihat
1s1 0 a+b
0 1s1 a
1s1 1s1 2a + b
1s2 0 2a + 2b
1s2 1s2 0
1s2 2s1 1s2 c+d
1s2 1s2 2s1 c
1s2 1s2 2s2 2c
1s2 2s1 1s2 2s2 c
1s2 2s2 1s2 2s2 c2
Orde Ikatan
Orde ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di
orbital ikatan dikurangi dengan jumlah elektron yang ada di orbital anti ikatan.
Misalnya, dalam N2 atau CO, orde ikatannya adalah (8 – 2)/2= 3 dan nilai ini
diperoleh dari nomor atom pada tabel periodik (Jumlah total elektron
2. Isi orbital molekul dari bawah hingga ke atas sampai semua elektron terisi
3. Orbital harus terisi dengan spin yang sejajar sebelum elektron nya mulai
Order)
1. Jika orde ikatan suatu molekul sama dengan nol (0) maka molekul tersebut
tidak stabil
2. Jika orde ikatan lebih dari nol (0) maka molekul tersebut stabil
3. Semakin besar nilai dari orde ikatan, semakin stabi ikatan dalam molekul
bersifat diamagnetik. Jika salah satu atau lebih elektron belum berpasangan maka
Contoh:
Diagram molekul H2
= 1⁄2 (2 − 0) = 1
orde ikatan lebih besar dari pada nol (0) berarti molekul H2 stabil, semua elektron
= 1⁄2 (2 − 2) = 0
Orde ikatan sama dengan nol, maka molekul He2 tidak stabil.
gabungan/kombinasi dari orbital atom logam dengan orbital atom dari ligan.
Orbital atom logam dapat bergabung dengan orbital atom ligan jika orbital-orbital
molekul adalah orbital-orbital eg (dx2-y2 dan dz2), 4s, 4p, 4px, 4py dan 4pz. Orbital-
orbital t2g (dxy, dxz dan dyz) dari logam tidak dapat membentuk orbital σ karena
orientasi arahnya yang berada di antara sumbu x, y dan z. Oleh karena itu ketiga
π dengan orbital atom dari ligan yang tidak searah dengan orbital atom logam.
posisinya segaris dengan logam, atau berada tepat pada sumbu/garis penghubung
ion pusat dan ligan. Adapun orbital atom dari ligan yang dapat bergabung dengan
orbital atom dari logam adalah orbital s atau orbital hasil hibridisasi antara orbital
s dan p.
Karena jauh lebih banyak orbital dan elektron yang terlibat, maka diagram
Umumnya orbital atom dari ligan tingkat energinya lebih rendah dibandingkan
orbital atom dari logam pusat, sehingga karakteristik dari orbital molekul yang
terbentuk lebih mirip dengan karakteristik orbital atom ligan dibandingkan orbital
kompleks [Fe(CN)6]3-.
3d 4s 4p
Fe0
ground
state dxy dxz dyz dx2-y2 dz
2 px py pz
3d 4s 4p
Fe3+
ground
state dxy dxz dyz dx2-y2 dz
2 px py pz
3d 4s 4p
Fe3+
excited
valency state dxy dxz dyz dx2-y2 dz
2 px py pz
4p d
2 2 2
dx -y dz
4s
3d
dxy dxz dyz
d 6 ligan CN-
p
s
3dx2-y2, dan 3dz2 dari logam Fe bergabung dengan keenam orbital px dari atom
ligan CN- membentuk orbital molekul. Orbital molekul σ yang terbentuk masing-
masing diisi dengan sepasang elektron dari ligan CN-. Orbital 3dxy, 3dxz, dan 3dyz
dari Fe3+ tidak bergabung membentuk orbital molekul, ketiga orbital tersebut
merupakan orbital nonbonding (non ikatan) dalam kompleks ini. Selisih antara
tingkat energi nonbonding (dx; dy; dz) dengan orbital σ*d (orbital antibonding)
Makin besar kovalensi, makin besarpula harga Δ0. Dalam kompleks [Fe(CN)6]3-
tersebut, harga Δ0 cukup besar akibat adanya ligan CN- yang kuat sehingga semua
kompleks low spin. Karena ada elektron dalam kompleks tidak berpasangan, maka
elektron dapat mengisi orbital σ*. Kompleks ini merupakan kompleks high spin.
berikut ini :
4p
4s
d
3d
dxy dxz dyz
d 6 ligan F-
p
s
Orbital-orbital 3dx2-y2; 3dz2; 4s; 4px; 4py; dan 4pz dari logam bergabung
dengan 6 buah orbital px dari keenam ligan F- yang mengelilingi logam pusat
tersebut. Orbital-orbital t2g dari logam membentuk orbital nonbonding atau non-
ikatan. Selisih tingkat energi antara orbital nonbonding ini dengan orbital
karena harga Δ0 relatif cukup kecil, maka sebelum mengisi orbital nonbonding
(dx; dy; dz) secara berpasangan, elektron dari ligan juga mengisi orbital σ*d.
terisi satu buah elektron. Terisinya orbital antibonding ini mengakibatkan ikatan
antara logam Fe dengan ligan F- tersebut menjadi lebih lemah. Dalam kompleks
terdapat sejumlah elektron yang tidak berpasangan, maka dapat diramalkan bahwa
orbital atom dengan simetri yang sama. Adapun orbital π dapat terbentuk antara
orbital px, py, pz, dxy, dxz, dan dyz dari logam dengan orbital atom dari ligan yang
tidak searah dengan orbital logam. Salah satu contoh bagaimana orbital π dapat
terbentuk antara orbital atom dari logam dengan orbital atom yang dimiliki ligan
- + y
- - + +
x
+ + - -
+ -
Gambar 6. Kombinasi orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz dari ligan
Dari Gambar di atas dapat dilihat bahwa orbital dxz berada sejajar dengan
orbital py dan pz dari ligan, sehingga kombinasi dari orbital atom logam dan
orbital atom ligan tersebut dapat menghasilkan orbital molekul π. Selain dari
penggabungan orbital dxz dari logam dengan orbital py dan pz, orbital molekul π
juga dapat terbentuk dari penggabungan antara orbital pz dari logam dengan
y
+
+ + +
+ - x
- - -
-
Gambar 7. Posisi orbital atom pz dari logam dan orbital pz ligan berada dalam posisi
yang sejajar, sehingga juga dapat bergabung dan menghasilkan orbital
molekul π.
pasangan elektron, maka dalam pembentukan ikatan π ini, ligan dapat bertindak
pembentukan ikatan π juga dapat menjelaskan urutan kekuatan ligan dalam Deret
Spektrokimia.
Sejumlah ligan seperti CO, CN- dan NO+ memiliki orbital π kosong yang
dapat bertumpang tindih dengan orbital t2g dari logam, membentuk ikatan
balik (backbonding). Tingkat energi dari orbital π yang dimiliki ligan ini
Sejumlah ligan tertentu memiliki orbital π yang telah terisi elektron dan
Rapatan elektron akan ditransfer dari ligan menuju logam melalui ikatan π
ini. Selain dari ikatan π yang terbentuk tadi, transfer elektron dari ligan ke
logam juga terjadi melalui ikatan σ. Interaksi semacam ini lebih sering
terjadi pada kompleks dari logam dengan bilangan oksidasi yang tinggi,
t2g logam, sehingga delokalisasi elektron π dari ligan melalui cara ini akan
KESIMPULAN
1. Teori orbital molekul menjelaskan ukuran sifat ionik dan kovalen dari
senyawa kompleks.
2. Spiliting yang terjadi pada orbital molekul akibat sifat kovalen dari orbital
Housecroft, C.E., dan Sharpe, A.G., 2005, Inorganic Chemistry Second Edition,
Pearson Education Limited, London
Tahir, I., Makky, F.E., Pranowo, H.D., Wijaya, K., 2005, Analisis Sifat
Fotosensitivitas Senyawa Antibakteri Turunan Fluorokuinolon
Berdasarkan Data Transisi Elektronik dan Selisih Energi Orbital HOMO-
LUMO, Conference on Pharmaceutical and Biomedical Analysis School
of Pharmacy, ITB