Anda di halaman 1dari 10

MODIFIKASI PERILAKU

LAPORAN PRAKTIKUM DAN LEMBAR KERJA

PENERAPAN TEKNIK REINFORCEMENT UNTUK MENINGKATKAN


PERILAKU MENGUMPULKAN TUGAS SEKOLAH TEPAT WAKTU PADA
ANAK USIA 6 TAHUN

Dosen Pengampu:
Dr. Sumi Lestari, S. Psi., M. Si.
Dita Rachmayani, S.Psi., M.A.

Disusun Oleh:
Litara Fathin Asyifa 195120300111042
Ninda Novitasari 195120300111051
Aura Rahmaniatul Fakhiroh 195120301111034

Kelas:
D.PSI.4

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2021
BAB II
RANCANGAN MODIFIKASI PERILAKU

A. Landasan Teori
Permasalahan perilaku pada anak usia dini dalam kegiatan pembelajaran bukanlah hal
yang aneh. Menurut American Psychiatric Association (2013, seperti yang dikutip dalam
Schieltz dkk., 2019), gangguan belajar tertentu dapat berkembang pada masa usia sekolah
awal. Hal ini menjadikan kurangnya kedisiplinan pada anak bukanlah hal yang tidak
wajar. Periode kanak-kanak awal sendiri adalah masa anak-anak mengeksplorasi
keterampilan motorik, bahasa, dan sosial (Mahanani, 2017). Periode ini memiliki arti
yang sangat penting dan berharga karena masa ini merupakan landasan awal bagi masa
depan anak. Oleh karena itu, pada usia ini, orang tua harus memberikan penanaman nilai-
nilai kedisiplinan sebagai landasan awal agar anak dapat menerapkannya sejak dini
(Chairilsyah, 2019).
Kata disiplin sendiri berarti pelatihan dan ketaatan pada aturan. Artinya, semua pihak
dapat menjamin kelangsungan dan kelancaran belajar, bekerja, dan berusaha (Umari &
Rosmawati, 2018). Karena peran yang dimainkan perilaku tidak disiplin dalam situasi
pembelajaran bersifat disfungsional, penting bagi guru untuk memahami asal mula
munculnya perilaku ini (Hirvonen dkk., 2015). Selain itu, dalam mendorong dan memberi
dukungan pada anak untuk berlaku disiplin dalam mengumpulkan tugas tepat waktu,
seseorang harus memiliki kemampuan tertentu untuk mempertahankan perilaku yang
diinginkan tersebut. Oleh karena itu, guru sebagai seorang pendidik dan penanggung
jawab kelas setidaknya harus memiliki keterampilan dalam memberikan reinforcement
kepada siswanya (Nadia dkk., 2019).
Berdasarkan hal tersebut, orang tua bukanlah satu-satunya pihak yang bertanggung
jawab dalam penanaman dan pengembangan perilaku ini, melainkan guru sebagai sosok
pendidik di sekolah juga memegang peranan yang penting. Hal ini dikarenakan orang tua
dan guru merupakan sosok dominan yang menjadi acuan terdekat bagi anak di
lingkungannya (Fathurrohman dkk., 2013). Terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan perilaku disiplin pada anak. Beberapa diantaranya adalah menyusun
jadwal dan mendorong anak untuk mengikuti jadwal tersebut, memberi pujian setiap kali
anak melakukan sesuatu tepat waktu, memberi konsekuensi atas ketidak disiplinan,
hingga menyusun program strategi sesuai dengan tahap perkembangan anak (Chairilsyah,
2019).
Dalam kasus ketidakdisiplinan yang kami temui, subjek mengalami masalah perilaku
tidak disiplin dalam mengumpulkan tugas. Berdasarkan observasi dan wawancara yang
telah dilakukan, hal ini utamanya disebabkan oleh keengganan subjek untuk mengerjakan
tugas. Melalui wawancara dengan guru subjek, diperoleh informasi bahwa subjek harus
dibujuk terlebih dahulu sebelum mau mengerjakan tugas baik di rumah maupun di
sekolah. Hal ini tak jarang membuat subjek menjadi lebih lama dalam menyelesaikan
tugasnya, sehingga berpengaruh juga terhadap keterlambatan pengumpulan tugas terkait.
Didukung dengan hasil observasi, subjek menolak untuk mengerjakan tugas sebanyak 7
kali selama 17 menit sampai akhirnya ia dibujuk dan mau mengerjakan tugas yang
diberikan. Ketika hal ini terjadi secara terus menerus, perilaku ini pun pada akhirnya
menyebabkan subjek menjadi lebih lama untuk menyelesaikan tugasnya, sehingga
mengarah pada ketidakdisiplinan dalam mengumpulkan tugas.

B. Teknik Modifikasi Perilaku


Reinforcement atau penguatan merupakan salah satu teori motivasi yang bertujuan
agar terjadinya pengulangan terhadap tingkah laku yang diberi penguatan, sedangkan
perilaku yang tidak mendapat penguatan cenderung tidak akan terjadi pengulangan
(Skinner, 1953, seperti yang dikutip dalam Wibowo, 2015). Reinforcement mungkin
tampak seperti strategi sederhana yang digunakan oleh semua guru, tetapi sering kali
tidak digunakan seefektif mungkin. Tidak jarang juga reinforcement yang diberikan gagal
untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan di masa depan. Hal ini dapat terjadi ketika
reinforcer yang digunakan tidak benar-benar memotivasi siswa (Larriba-Quest, 2017).
Reinforcement yang efektif bergantung pada kondisi emosional siswa, yang
memungkinkan mereka untuk menyerap dan menginterpretasikan informasi (Shields,
2015). Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk mempertimbangkan aspek emosional
siswa, untuk secara lebih jauh menyusun strategi reinforcement yang efektif.
Dalam praktikum modifikasi perilaku ini, praktikan akan menggunakan metode
modifikasi positive reinforcement berupa tipe tangible reinforcement yaitu makanan atau
minuman ringan, dan social reinforcement yaitu pujian. Pemberian positive reinforcement
ini ditujukan untuk mendorong perilaku mengumpulkan tugas dengan tepat waktu yang
merupakan perilaku deficit pada subjek praktikum. Digunakannya positive reinforcement
pada praktikum ini didasarkan pada teori operant conditioning milik Skinner, dimana ia
berpendapat bahwa positive reinforcement adalah metode yang lebih efektif dibandingkan
metode lainnya saat seseorang ingin mengubah atau membentuk perilaku (Adibsereshki
dkk., 2015). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Shields (2015), yang menemukan
bahwa pemberian positive reinforcement berupa feedback dinilai sebagai bentuk
konfirmasi yang mendorong siswa untuk belajar lebih lanjut. Hal tersebut juga konsisten
dengan hasil penelitian Rafi dkk. (2020) yang menemukan bahwa pemberian positive
reinforcement dapat mengurangi perilaku disruptif dan mendorong munculnya perilaku
tertib di kelas.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Erawati (2018), reinforcement dapat diberikan
secara bervariatif untuk merangsang anak agar dapat mengubah tingkah lakunya dari
yang belum disiplin menjadi berdisiplin. Hal ini seperti yang disampaikan oleh Fitriani
dkk. (2014), bahwa dalam proses pembelajaran, penghargaan dan pujian termasuk
perbuatan yang baik bagi peserta didik dan merupakan hal yang sangat diharapkan /
diperlukan sehingga peserta didik akan terus berusaha berbuat baik. Misalnya guru
tersenyum atau mengucapkan kata-kata bagus dan santun kepada peserta didik, sehingga
mereka akan merasa puas dan merasa diterima atas hasil yang dicapai. Sedangkan untuk
positive reinforcement berupa makanan ringan, dipaparkan di dalam hasil penelitian
Puspasari (2018), dimana subjek yang diberi intervensi psikologi berhasil meningkatkan
perilaku yang diharapkan oleh peneliti ketika subjek diberi reward berupa pujian dan
makanan ringan yang sangat disukai oleh subjek.
Tujuan dari pemberian teknik positive reinforcement pada subjek adalah diharapkan
dapat meningkatnya perilaku subjek untuk mengumpulkan tugas yang diberikan oleh
gurunya ketika di sekolah dengan tepat waktu. Sehingga subjek dapat belajar
bertanggung jawab atas tugas yang diberikan padanya serta melatih kemandirian dan
aspek kognitif pada diri subjek.

C. Prosedur Modifikasi Perilaku


1. Target Perilaku
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dengan mengukur durasi dan
frekuensi perilaku defisit pada subjek, hasilnya menunjukkan bahwa subjek
berperilaku menunda untuk mengumpulkan tugas sekolahnya sebanyak 7 kali dengan
total durasi waktu 17 menit. Sehingga, pada praktikum ini, target perilaku subjek
yang akan dimodifikasi adalah perilaku defisit subjek berupa perilaku tidak
mengumpulkan tugas sekolah tepat pada waktunya.

2. Tujuan Modifikasi Perilaku


Tujuan dilaksanakannya modifikasi perilaku pada subjek menggunakan teknik
reinforcement dengan jenis positive reinforcement adalah subjek dapat meningkatkan
perilaku adaptif berupa mengumpulkan tugas sekolah tepat pada waktunya.

3. Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Tempat Pelaksanaan : TK Muslimat NU 6 Kepanjen, Malang
Waktu Pelaksanaan : 07.00-09.00

4. Prosedur yang Akan Digunakan


a) Tahap 1: Menetapkan Target Perilaku
Pada tahap ini praktikan menetapkan perilaku subjek yang akan
dimodifikasi, yaitu perilaku defisit tidak mengumpulkan tugas sekolah tepat
pada waktunya. Dengan dilaksanakannya program modifikasi perilaku
menggunakan teknik positive reinforcement diharapkan subjek dapat
meningkatkan perilaku adaptifnya yaitu mengumpulkan tugas sekolah tepat pada
waktunya.
b) Tahap 2 : Menetapkan Reinforcer
Teknik modifikasi perilaku yang akan digunakan adalah positive
reinforcement, sehingga reinforcer yang akan diberikan kepada subjek setelah ia
melakukan perilaku adaptif berupa mengumpulkan tugas sekolah tepat pada
waktunya adalah reinforcer atau penguatan yang disenangi oleh subjek. Positive
reinforcer yang akan kami gunakan adalah memberikan pujian, contohnya
seperti “Anak yang hebat”, serta makanan atau minuman ringan seperti susu
kemasan kepada subjek.
c) Tahap 3 : Penerapan
Pada tahap ini dilakukan penerapan teknik positive reinforcement yang
diberikan setelah perilaku yang diinginkan muncul. Ketika subjek diberi tugas
oleh gurunya maka pada awalnya subjek akan mendapat dorongan atau motivasi
dari gurunya agar subjek segera mengerjakan tugasnya. Kemudian subjek akan
mengerjakan tugas itu dan mengumpulkan tepat pada waktunya. Setelah subjek
mengumpulkan tugas, guru akan segera memberikan positive reinforcer berupa
pujian serta makanan atau minuman ringan yang disenangi oleh subjek. Tahap
penerapan dilakukan sebanyak 3 kali setiap pertemuan.
Intervensi yang akan dilaksanakan ini mungkin akan ada sedikit kendala
karena subjek mudah kehilangan fokusnya terhadap tugas yang sedang
dikerjakan, tetapi subjek juga merupakan anak yang penurut sehingga fokusnya
akan segera kembali setelah diinterupsi oleh gurunya. Praktikan juga akan
menggunakan data baseline hasil observasi dan wawancara sebagai acuan
penerapan modifikasi perilaku pada subjek. Hal tersebut dilakukan agar dapat
dilakukan perbandingan antara hasil baseline dengan hasil modifikasi yang
sudah diterapkan.
d) Tahap 4 : Evaluasi
Pada tahap ini dilakukan evaluasi terhadap rancangan modifikasi perilaku
yang telah ditentukan. Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah rancangan
modifikasi perilaku ini menghasilkan perubahan perilaku pada subjek atau tidak
serta apakah subjek dapat memenuhi target perilaku yang telah ditentukan oleh
praktikan, yaitu dapat mengumpulkan tugas sekolah dengan tepat waktu.
e) Tahap 5 : Menghentikan Program Modifikasi Perilaku
Tahap ini dilaksanakan ketika subjek mengalami perubahan perilaku, yaitu
ketika subjek dapat mengumpulkan tugas sekolah dengan tepat waktu.
Pemberian reinforcement dapat dihentikan dengan cara memberikan pengertian
pada subjek bahwa subjek telah mengalami perubahan perilaku yang lebih baik.
Saat program dihentikan, subjek diberi pengertian bahwa subjek harus
meningkatkan perilaku mengumpulkan tugas tepat waktu dengan baik meskipun
ia tidak lagi mendapatkan positive reinforcer.
DAFTAR PUSTAKA

Adibsereshki, N., Abkenar, S. J., Ashoori, M., & Mirzamani, M. (2015). The
effectiveness of using reinforcements in the classroom on the academic
achievement of students with intellectual disabilities. Journal of Intellectual
Disabilities, 19(1), 83–93. https://doi.org/10.1177%2F1744629514559313
Chairilsyah, D. (2019). Educating children to be a discipline person. Jurnal Pendidikan
dan Pengajaran, 3(6), 1282-1288. http://dx.doi.org/10.33578/pjr.v3i6.7880
Erawati, E. (2018). Meningkatkan kedisiplinan anak melalui penggunaan reinforcement
secara variatif pada anak kelompok B1 taman kanak-kanak negeri pembina
kepahiang. Jurnal Ilmiah Potensia, 3(2), 91-98. DOI:
https://doi.org/10.33369/jip.3.2.91-98
Fathurrohman, P., Suryana, A. A., & Fatriany, F. (2013). Pengembangan pendidikan
karakter. PT. Refika Aditama.
Fitriani, Samad, A., & Khaeruddin. (2014). Penerapan teknik pemberian reinforcement
(penguatan) untuk meningkatkan hasil belajar fisika pada peserta didik kelas VIII
A SMP PGRI bajeng kabupaten gowa. Jurnal Pendidikan Fisika, 2(3), 192-202.
https://doi.org/10.26618/jpf.v2i3.235
Hirvonen, R., Troppa, M., Nurmi, J., Eklund, K., & Ahonen, T. (201). Early temperament
and age at school entry predict task avoidance in elementary school. Learning and
Individual Differences, 47, 1-10. https://doi.org/10.1016/j.lindif.2015.12.012
Larriba-Quest, K. (2017). Reinforcement in the classroom. The Reporter, 21(18).
Retrieved from https://www.iidc.indiana.edu/irca/articles/reinforcement-in-the-
classroom.html
Mahanani, F. K. (2017). Operant conditioning: Shaping dan positive reinforcement
contingencies “dari perilaku off-task menjadi on-task”. INTUISI Jurnal Psikologi
Ilmiah, 9(3), 276-289. https://doi.org/10.15294/intuisi.v9i3.14119
Nadia, N., Malik, H., & Pujiastuti, I. (2019). Pemberian penguatan (reinforcement) dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa indonesia di
SMP Muhammadiyah tanjungpinang tahun pelajaran 2017/2018. Universitas
Maritim Raja Ali Haji. http://repository.umrah.ac.id/id/eprint/2631
Puspasari, K. D. (2018). Teknik modelling simbolik dan reinforcement positif untuk
meningkatkan keterampilan sosial pada anak intellectual disability. Procedia:
Studi Kasus dan Intervensi Psikologi, 6(2), 46-53.
https://doi.org/10.22219/procedia.v6i2.12641
Rafi, A., Ansar, A., & Sami, M. A. (2020). The implication of positive reinforcement
strategy in dealing with disruptive behaviour in the classroom: A scoping review.
Journal of Rawalpindi Medical College, 24(2), 173-179.
https://doi.org/10.37939/jrmc.v24i2.1190
Schieltz, K. M., Wacker, D. P., Suess, A. N., Graber, J. E., Lustig, N. H., & Detrick, J.
(2019). Evaluating effects of positive reinforcement, instructional strategies, and
negative reinforcement on problem behavior and academic performance: An
experimental analysis. Journal of Developmental and Physical Disabilities, 32,
339-363. https://doi.org/10.1007/s10882-019-09696-y
Shields, S. (2015). ‘My work is bleeding’: Exploring students’ emotional responses to
first-year assignment feedback. Teaching in Higher Education, 20(6), 614-624.
http://dx.doi.org/10.1080/13562517.2015.1052786
Umari, T & Rosmawati, R. (2018). Analisis nilai-nilai karakter cerdas mahasiswa FKIP
Universitas Riau. Jurnal Educhild, 7(2), 118-126.
http://dx.doi.org/10.33578/jpsbe.v7i2.6523

Wibowo, A. (2015). Aplikasi reinforcement oleh guru mata pelajaran dan implikasinya
terhadap bimbingan dan konseling. Guidena, Jurnal Ilmu Pendidikan, Psikologi,
Bimbingan dan Konseling, 5(2), 16-30. DOI: 10.24127/gdn.v5i2.321
Pembagian Tugas Kelompok: Bagian A
Nama Bagian Tugas
Ninda Novitasari & Aura Rahmaniatul F. Latar Belakang
Litara Fathin A. & Aura Rahmaniatul F. Metode Pengumpulan Data
Ninda N., Litara F. A., & Aura Rahmaniatul F. Hasil Pengumpulan Data
Aura Rahmaniatul Fakhiroh Guideline Observasi
Litara Fathin Asyifa Guideline Wawancara
Ninda Novitasari Dokumentasi

Pembagian Tugas Kelompok: Bagian B


Nama Bagian Tugas
Litara Fathin Asyifa Landasan Teori
Ninda Novitasari Teknik Modifikasi Perilaku
Aura Rahmaniatul Fakhiroh Prosedur Modifikasi Perilaku

Anda mungkin juga menyukai