Dosen Pengampu :
Bpk. Ns. Asmadi, M.Kep,. Sp.Kom.
Disusun oleh :
1. Astriani Nurohmah 9. Linda Rismawati
2. Cipta Ningrat 10. Nuraeni Lara Kencana A
3. Cintya Agustin 11. Nur Iman
4. Devi Fuji Astuti 12. Putri Sintia Agustiani
5. Dhita Anggraeni 13. Ripta Khatami
6. Firdayanti 14. Wina Amandaputri
7. Irma Damayanti 15. Yayan Sopyan
8. Isabela Yopita Putri 16. Zikri Musafa Haq
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Keperawatan Dalam
Rehabilitasi Pengguna NAPZA yang berjudul “SELF CONTROL PADA PASIEN
REHABILITASI DI BNNK“.
Penyusunan laporan ini tentu tidak lepas dari bantuan serta bimbingan, oleh
karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman sekalian yang
telah membantu mengerjakan laporan kelompok ini baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Tiada Gading yang Tak Retak, tentunya laporan ini tidak lepas dari segala
kesalahan, maka dari itu penulis mohon maaf atas ketidaksempurnaan laporan ini dan
semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
ii
iii
2
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Narkoba di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di
bidang pengobatan atau pelayanan kesehatan (dalam waktu operasi dan untuk
penenang), akan tetapi di sisi lain penyalahguanaan narkoba dapat menimbulkan
ketergantungan yang sangat merugikan apabila dipergunakan tanda pengendalian
dan pengawasan yang tepat dan ketat. Penyalahgunaan Narkoba dewasa ini sudah
sangat kompleks dan menimbulkan banyak permasalahan. Dimana permasalahan
penyalahgunan narkoba dan peredaran gelap narkoba menunjukkan peningkatan
yang mengkhawatirkan dan berdampak pada hilangnya suatu generasi muda.
Konsumsi narkoba bemula dari rasa penasaran sehingga ingin mencoba, ikut
teman, stres, pelarian atau motif lainnya, yang pada akhirnya membuat generasi
muda ketagihan pada narkoba. Berdasarkan data hasil survei yang dilakuakan oleh
BNN jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia pada tahun 2017 sebanyak
3.376.115 orang. Proporsi jumlah penyalahguna narkoba di Indonesia yaitu
14,49% merupakan pecandu bukan suntik, 59,53% coba pakai, 27,25% teratur
pakai dan 1,73% adalah pecandu suntik.
Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP)Jawa Barat menyatakan
hingga saat ini jumlah pengguna narkotika di Provinsi Jawa Barat mencapai
sekitar 800.000 orang. Mayoritas pengguna narkoba ialah generasi milenial atau
produktif berusia antara 15-25 tahun. Hasil analisa Badan Narkotika Nasional
(BNN) Kabupaten Kuningan menyebutkan pengguna penyalahgunaan narkoba di
Kabupaten Kuningan selama tahun 2018 ini terindikasi mengalami peningkatan.
Salah satu indikatornya adalah ditemukannya kasus penyalahgunaan narkoba
hingga menjangkau pelosok desa dengan pelakunya banyak dari kalangan pelajar
termasuk yang masih duduk di bangku SD. Dalam upaya pencegahan dan
pemberantasan penyalahgunaan narkoba di Kabupaten Kuningan lanjut Edi, BNN
Kabupaten Kuningan telah melakukan banyak cara mulai dari sosialisasi kepada
masyarakat, rehabilitasi hingga penindakan. Menurut Petugas Rehabilitas
khususnya di Rumah Tenjo Laut pada tahun 2019 dibulan Agustus – Desember di
3
Tempat Rehabilitas Tenjo Laut ada 10 pengguna napza yang dirawat inap dan 50
orang rawat jalan.
Narkoba (narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lain) memberikan
dampak negatif yang berbahaya bagi fisik, mental, dan sosial tetapi banyak yang
tetap menggunakannya. Dampak langsung penyalahgunaan narkoba terhadap
sikap dan perilaku seorang pemakai adalah kehilangan self control, agresif, dan
egoisme yang besar. Proses penyembuhan pengguna narkoba membutuhkan
waktu yang sangat panjang karena penyakit kecanduan narkoba sering disertai
episode sembuh dan kambuh atau relaps, dan penyebabnya-pun kompleks. Maka
dari itu dibutuhkan self control (kontrol diri) yang tinggi agar para mantan
penyalahguna narkoba tidak terjerumus kembali. Self control adalah kemampuan
dan keyakinan seseorang yang dapat mengatur dan mengarahkan perilakunya
untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan keinginannya sendiri. Pengenalan
diri sendiri merupakan bagian penting dari tugas hidup, agar dapat
mengembangkan kekuatan dan kelebihan diri serta mengatasi (bukan menutupi)
segala kelemahan dan kekurangannya.
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, kami penulis tertarik untuk
mengetahui tentang gambaran self control pada pasien rehabilitasi yang terdapat
di kota Kuningan Provinsi Jawa Barat.
3
4
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENGERTIAN NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan bahan adiktif
lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang bila dikonsumsi menimbulkan
perubahan fungsi fisik dan psikis, serta menimbulkan ketergantungan (BNN,
2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi beberapa
bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun risiko penggunaan
NAPZA bergantung pada seberapa banyak, seberapa sering, cara
menggunakannya, dan bersamaan dengan obat atau NAPZA lain yang dikonsumsi
(Kemenkes RI, 2010).
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah
bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi
tubuh terutama otak/susunan saraf pusat, sehingga menyebabkan gangguan
kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya karena terjadi kebiasaan, ketagihan
(adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA.
Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan,
yang menitik beratkan pada upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik,
psikis, dan sosial.
NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja
pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasaan, dan pikiran.
2.2 JENIS-JENIS NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika, dan bahan
adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang dapat menyebabkan
penurunan atau perubahan kesadaran dan hilangnya rasa. Zat ini dapat
mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan
ketergantungan.
Narkotika memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika
juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual (kebiasaan) yang
5
6
sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah yang menyebabkan pemakai narkotika
tidak dapat lepas dari “cengkraman”-nya.
Berdasarkan Undang-Undang No.35 Tahun 2009, jenis narkotika dibagi ke
dalam 3 kelompok, yaitu narkotika golongan I, golongan II, dan golongan III.
Narkotika golongan I adalah: narkotika yang paling berbahaya. Daya
adiktifnya sangat tinggi. Golongan ini tidak boleh digunakan untuk
kepentingan apapun, kecuali untuk penelitian atau ilmu pengetahuan.
Contohnya ganja, heroin, kokain, morfin, opium, dan lain-lain.
Narkotika golongan II adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif kuat,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah petidin
dan turunannya, benzetidin, betametadol, dan lain-lain.
Narkotika golongan III adalah: narkotika yang memiliki daya adiktif ringan,
tetapi bermanfaat untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah kodein
dan turunannya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik alamiah maupun
sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada susunan
saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan
perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter untuk mengobati
gangguan jiwa (psyche).
Berdasarkan Undang-Undang No.5 tahun 1997, psikotropika dapat
dikelompokkan ke dalam 4 golongan, yaitu :
Golongan I adalah: psikotropika dengan daya adiktif yang sangat kuat, belum
diketahui manfaatnya untuk pengobatan, dan sedang diteliti khasiatnya.
Contohnya adalah MDMA, ekstasi, LSD, dan STP.
Golongan II adalah: psikotropika dengan daya adiktif kuat serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah amfetamin,
metamfetamin, metakualon, dan sebagainya.
Golongan III adalah: psikotropika dengan daya adiksi sedang serta berguna
untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah lumibal, buprenorsina,
fleenitrazepam, dan sebagainya.
Golongan IV adalah: psikotropika yang memiliki daya adiktif ringan serta
berguna untuk pengobatan dan penelitian. Contohnya adalah nitrazepam (BK,
mogadon, dumolid), diazepam, dan lain-lain.
c. Bahan Adiktif Lainnya
6
7
7
8
8
9
9
10
10
11
a. Faktor Genetik
b. Lingkungan Keluarga
c. Pergaulan (Teman Sebaya)
d. Karakteristik Individu
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
e. Faktor Kesempatan
Ketersediaan dan kemudahan memperoleh NAPZA juga dapat dikatakan
sebagai pemicu.Saat ini Indonesia merupakan sasaran empuk bagi sindikat
Narkoba internasional untuk mengedarkan barang tersebut, yang pada gilirannya
menjadikan zat ini dengan mudah diperoleh.
2.7 DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA
a. Terhadap kondisi fisik
Akibat zat itu sendiri
Termasuk di sini gangguan mental organik akibat zat, misalnya
intoksikasi yaitu suatu perubahan mental yang terjadi karena dosis berlebih
yang memang diharapkan oleh pemakaiannya. Sebaliknya bila pemakaiannya
terputus akan terjadi kondisi putus zat.
Contohnya:
1) Ganja: pemakaian lama menurunkan daya tahan sehingga mudah
terserang infeksi. Ganja juga memperburuk aliran darah koroner.
2) Kokain: bisa terjadi aritmia jantung, ulkus atau perforasi sekat hidung,
jangka panjang terjadi anemia dan turunnya berat badan.
3) Alkohol: menimbulkan banyak komplikasi, misalnya: gangguan
lambung, kanker usus, gangguan hati, gangguan pada otot jantung dan
saraf, gangguan metabolisme, cacat janin dan gangguan seksual.
Akibat bahan campuran/pelarut : bahaya yang mungkin timbul : infeksi,
emboli.
Akibat cara pakai atau alat yang tidak steril
Akan terjadi infeksi, berjangkitnya AIDS atau hepatitis.
Akibat pertolongan yang keliru
Misalnya dalam keadaan tidak sadar diberi minum.
Akibat tidak langsung
Misalnya terjadi stroke pada pemakaian alkohol atau malnutrisi karena
gangguan absorbsi pada pemakaian alkohol.
Akibat cara hidup pasien
Terjadi kurang gizi, penyakit kulit, kerusakan gigi dan penyakit kelamin.
b. Terhadap kehidupan mental emosional
11
12
12
13
13
14
14
15
15
16
situasi yang menekan tersebut akan terabaikan. Begitu pula manakala kita
menyibukkan diri dengan aktifitas lain yang positif, maka emosi yang
ingin meledak akibat peristiwa yang tidak kita sukai tersebut akan
menurun bahkan hilang. Saat kita berhasil memaksa diri memikirkan
hanya hal-hal yang positif maka emosi kita akan ikut berubah kearah yang
positif juga.
16
BAB III
METODOLOGI OBSERVASI
2.1 METODE OBSERVASI
1. Observasi
Untuk melengkapi cara memperoleh data yang lengkap penulis
mempergunakan metode observasi, yaitu mengamati, mencari data dari beberapa
fakta mengenai hal yang ada hubungannya dengan permasalahan. Menggunakan
sistem Observasi yang sifatnya berpartisipasi (Pertisipant Observation) yaitu
observer ikut aktif dalam kegiatan observasi.
2. Wawancara
Wawancara adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan jalan
bertatap muka (tanya jawab) langsung dengan informan.
3. Studi Lapangan
Studi lapangan dilakukan dengan cara melihat dan berinteraksi langsung
dengan objek secara realistik ketempat itu berada diluar perkuliahan untuk
mendapatkan informasi secara real atau nyata.
19
BAB IV
HASIL OBSERVASI
20
19
sensitif, sering marah tanpa sebab, serta mental yang tersiksa ( merasa sendiri
ditengah keramaian). Ia melampiaskan emosinya itu dengan melakukan kekerasan
ke tahanan baru lain. Tn.Y mengatakan juga efek fisik nya yaitu giginya yang
suka mengeretak-geretak bahkan sampai saat ini ia masih seperti itu, karena sering
menghisap narkoba.
Tn.Y mengatakan cara ia mensiasati/self control nya yaitu dengan rajin
sholat 5 waktu, sholat tahajud, melakukan puasa sunah tujuannya untuk melatih
diri & melatih emosi, banyak mendengarkan dan berbagi ilmu agama dengan
seorang ustad, serta berusaha untuk selalu berfikir positif. Menurut Tn.Y faktor
penentu dirinya bisa berubah menjadi lebih baik yaitu niat dari diri sendiri dan
keluarga terdekat.
Tn.Y sangat menyadari sanksi sosial yang akan didapatnya, seperti
dikucilkan, mendapat stigma negatif dari masyarakat sekitar. Namun Tn.Y
menanggapinya dengan baik karena ia sudah mempunyai self control yang baik
juga.
Pesan dari Tn.Y yaitu jangan sekali-kali mencoba, karena akan banyak
sekali dampak yang merugikan dan banyak yang dirugikan juga. Jika ada
seseorang pengguna narkoba jangan sampai dijauhi, raihlah lalu anjurkan untuk
datang konsultasi ke BNN, cari saran/solusi bagaimana dia bisa sembuh, karena
mereka itu sama saja dengan orang-orang sakit yang perlu diobati namun
diobatinya dengan cara yang berbeda-beda.
BAB V
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
4.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA
33
LAMPIRAN
35