Anda di halaman 1dari 4

Verbatim Wawancara

Baris Narasi
I’er: Pertanyaan yang pertama, apa benar sekarang Nazrul sedang menempuh
pendidikan di TK A?

I’ee: Ya, betul. Karena memang dia usianya belum 5 tahun. Ya, 5 tahun kurang 1
bulan. Jadi, 5 tahunan. Jadi dia masih menempuh dikelompok A.

I’er: Selanjutnya, sejak kapan, bu, Nazrul ini memiliki perilaku atau sikap enggan
untuk mengerjakan tugasnya itu?

I’ee: Kalo dari cerita sebelumnya, karena sebelum mengajar saya juga konsultasi
dulu dengan setiap wali murid baru, saya selalu tanyai, bagaimana perilaku
anak-anak di rumah. Jadi, sebelumnya memang sudah saya selidiki. Memang
sejak dulu, sebelum TK, dia pernah PAUD, tapi ketika di PAUD dalam 1
bulan hanya 1 kali masuk. Malah dalam 1 semester Cuma masuk 2 atau 3
bulan saja, selebihnya ngga pernah mau masuk sekolah, gitu. Dan ketika mau
masuk TK, ibunya juga khawatir, jangan-jangan juga nggak mau nanti
masuknya. Anaknya karena memang agak sulit, nggak mau gitu. Ternyata
ketika ada pendampingan, dia terkesan, akhirnya dia juga mau. Dan ketika di
sekolah juga begitu, ketika mendapat tugas beberapa kali dia nggak mau
mengerjakan. Kan waktu masuk kegiatannya PDR, pembelajaran dari rumah,
otomatis kan di rumah banyak waktunya sama orang tua. Ternyata, nggak
pernah selesai tugasnya, juga nggak pernah mau mengerjakan tugasnya. Tapi
ketika ada kegiatan luring, ketika ada kunjungan ke rumah, hanya beberapa
detik saja ketika kita hanya komunikasi sebentar saja, dia mau mengerjakan
tugasnya begitu.

I’er: Baik di rumah ataupun di sekolah itu perilaku apa, bu, yang ditunjukkan oleh
Nazrul untuk dia enggan mengerjakan tugasnya?

I’ee: Untuk awal masuk, itu kalo di rumah memang agak sulit, tapi ketika saya
kasih voice note, kadang mamanya memang minta “tolong, Bu, untuk dikasih
voice note” untuk motivasi anaknya. Ketika saya kasih voice note, “ayo,
semangat belajar! Ditunggu ya, foto, videonya!” gitu, anaknya besoknya
sudah mau mengerjakan, menyetorkan tugasnya, begitu. Dan waktu kegiatan
luring ini juga begitu. Kemarin sempat awal-awal tatap muka dalam 2 bulan
ini, awal-awalnya dia memang nggak mau. Nggak mau mengerjakan. Jadi
waktu masuk pertama kali, 2 kali masuk, maunya menangis dan digendong.
Otomatis saya mendampingi anaknya untuk beberapa saat. Tapi saya juga
meminta izin pada temen-temen yang lain untuk lebih fokus ke Nazrul,
begitu. Karena alhamdulillah dalam satu kelompok ada juga yang sudah
mandiri, bisa dilepas, seperti itu.

I’er: Baik, Ibu. Selanjutnya, apa usaha ibu untuk memberikan stimulus bagi Nazrul
supaya dia mau untuk mengerjakan tugasnya ini di sekolah?

I’ee: Ini flashback, ya, ke belakang, ketika awal luring, ketika awal ke rumah, itu,
karena awal, belum begitu tau dengan saya, itu dia masuk kamar. Tidak mau
keluar. Tapi kan karena luring ada kegiatan kelompok, tuh. Ada anak-anak
yang lain, jadi saya diamkan saja, pura-pura saja. Dan ketika itu, ketika saya
menunjukkan video, karena ada video tentang sekolah, tentang kelas, saya
tunjukkan ke anak-anak. Sedikit demi sedikit pintunya udah dibuka, terus
mau keluar, terus deket, deket, deket, akhirnya mau. Jadi, tertarik dia dengan
multimedia gambar-gambar seperti itu. Itu dia tertarik. Dan ketika di sekolah
dia juga begitu, awal-awalnya juga dia nggak mau. Tapi ketika saya kasih
teman-teman “Ayo, ini gambarnya dikerjakan dulu” dia akhirnya mau
mengerjakan.

I’er: berarti stimulus ketika di sekolah itu kata-kata ya, Bu? Berupa kata-kata
verbal penyemangat untuk si Nazrulnya itu?

I’ee: Jadi itu tadi ya stimulusnya. Ketika di sekolah juga dengan gambar-gambar.
Dia akan sangat tertarik dengan gambar-gambar begitu. Terus juga ketika
saya kasih kata-kata penyemangat “hebat”, “kamu hebat”, jadi dia mau
mengerjakan tugasnya. Malah membantu temanya. Jadi pada dasarnya
anaknya sudah bisa dan mampu. Cuma, memang ya perlu ada sedikit
motivasi agar dia mau mengeluarkan kemampuannya, begitu.

I’er: Menurut Ibu, ini apa penyebabnya Nazrul memiliki perilaku untuk enggan
mengerjakan tugasnya, Bu?

I’ee: Kalo menurut, maksudnya setelah menggali keterangan-keterangan dari orang


tuanya, ketika dia di PAUD itu kan, dia memang sangat sayang dengan
ayahnya. Karena kan memang ayahnya kerja jauh di luar pulau, dan dia
memang dekatnya sama ayahnya. Jadi ketika dia ketika ayahnya datang
menjadi sangat begitu dekat. Lalu ketika beberapa saat sebelum masuk TK,
sekitar pertengahan PAUD itu ayahnya meninggal. Jadi mungkin karena itu,
otomatis sangat butuh perhatian, begitu. Mintanya diperhatikan. Apalagi saat
itu ibunya sedang hamil anak ke 3. Jadi dia memang membutuhkan perhatian
khusus gitu. Jadi mungkin ibunya kewalahan karena anaknya tiga-tiganya
laki-laki semuanya. Tapi alhamdulillah kesininya anak-anaknya sudah bisa
untuk diajak kerja sama. Jadi sebenarnya kakaknya dulu juga seperti itu,
cenderung diem. Mau mengerjakan tugas, tapi cenderung diem. Untuk
perhatiannya nggak mau fokus, jadi kegiatannya maunya yang fisik-motorik,
yang membangun-bangun, merancang-rancang gitu kalo kakaknya.
I’er: Baik. Ibu. Selanjutnya apakah ada perbedaan antara Nazrul dengan teman-
temannya dalam Ibu menyampaikan materi di kelas?

I’ee: Dalam menyampaikan materi, setiap ada anak yang seperti itu saya sama
ratakan. Cuma ketika dia betul-betul rewel, tidak bisa dilepas, dia akan saya
dampingi atau bahkan kadang-kadang saya pangku, gitu. Tapi untuk
penjelasan tetap sama seperti yang lainnya, tidak ada bedanya. Tapi kalo
pekerjaan, memang khusus sendiri untuk menjelaskannya. Tidak seperti yang
lainnya, begitu.

I’er: Apa pernah, Bu, Nazrul rewel gitu ketika diperintah mengerjakan tugas, terus
dia menolak gitu. Pernah atau enggak?

I’ee: Kalau di sekolah, untuk masuk 2 bulan tatap muka ini Cuma 2 kali rewel itu
saja. Tapi kalo untuk mengerjakan tugas gitu setelah di support, dia mau
mengerjakan tugas. Cuma memang awal-awalnya agak nggak mau. Tapi
untuk yang pertama kali, sama sekali dia nggak mau. Jadi, maunya Cuma
duduk saja. Sampai ibunya dari luar, “ayok, kak! Ayo.” Tapi dia nggak mau.
Jadi saya biarkan saja dulu, kan ada teman-temannya. Nah, waktu itu kan kita
kasih tambahan gizi tuh. Dikasih susu. Nah, ketika dikasih susu, anak-anak
mau. Anak-anak semuanya suka kan minum susu. Terus ketika minum susu,
“Adek mau? Mas Nazrul mau minum susu?”, “Mau”. Begitu dia selesai
mengerjakan, pas mau pulang, dia maunya mengerjakan tugas. Jadi tugasnya
saya bawakan pulang karena sudah kloter ke 2, kelompok ke 2 untuk
memasuki kelas, gitu.

I’er: Terus ketika di kelas itu bagaimana interaksinya Nazrul dengan teman-
temannya? Apakah dia cenderung penyendiri, apakah dia cenderung mudah
untuk akrab dengan teman-temannya?

I’ee: Sebenarnya anaknya memang nggak begitu banyak ngomong, ya. Cuma kalo
perhatian memang mintanya diperhatikan. Kan tadi ketika mbak Rara ke
kelas tadi malah banyak tingkah. Maunya diperhatiakan. Temannya duduk
manis, dia ruweh sendiri. Tapi biasanya memang seperti itu, memang. Jadi
ketika dia, “Ayok Mas Nazrul, ayo berdoa dulu. Suaranya yang keras”, baru
dia tertib sebentar. Nanti begitu lagi. Memang seperti itu anaknya. Tapi kalo
sama teman-teman nggak banyak ngomong, Cuma kalo dia mau mengerjakan
tugas, dia malah yang ngasih tau temannya, “itu bukan begini”, terus kata dia
“begini”, jadi malah mengajari begitu. Mengajari temannya. Jadi pada
dasarnya anaknya bisa. Mampu. Cuma, untuk mengerjakannya itu butuh
motivasi-motivasi agar dia mau mengerjakannya. Jadi memang kalo di rumah
memang agak rewel, karena mungkin ibunya kelelahan juga. Atau mungkin
waktu anaknya mau, ibunya nggak bisa, waktu ibunya bisa, anaknya nggak
mau mengerjakan. Jadi mungkin itu yang menjadi kendala. Kendalanya
seperti itu.

Anda mungkin juga menyukai