Anda di halaman 1dari 4

Jupir dan Icuy – Masalah Itu Wajib

Jupir anak ke tiganya pak Mardin ini berbeda dengan dua kakak-kakaknya. Ia anak yang ulet
dan suka mencari kegiatan untuk mengisi waktu luangnya. Bahkan ia memiliki beberapa
hewan peliharaan di rumahnya. Ada kucing, ada kambing dan domba, ada monyet, ada
burung, kalau bukan karena alasan waktu luangnya kosong ia tak mungkin melakukan itu.

Sore itu ia pergi ke rumah pak Surya, orang yang membantunya merawat kambing dan
domba-dombanya. “Pak Sur! Besok Jupir ada ekstrakurikuler di sekolah, jadi Jupir pulangnya
jam dua siang. Jupir mau minta tolong ke pak Sur buat ngasih makan kambing sama
dombanya Jupir dulu, ya, Pak!”

“Siap, Jup. InsyaAllah saya jagain, kok,” dengan senang hati pak Surya menjawab iya, karena
itu juga bagian dari tugasnya.

Keesokan harinya Jupir berangkat ke sekolah di SMP Angkasa. Pagi hari seperti biasa Jupir
memberi makan ikan yang ada di kolam belakang sekolah, ia senang melakukan ini. “Wih,
ikannya sudah gede aja. Misalnya kalau dipanen terus dijual kan untung banyak, hmm,”
ucapnya lirih.

Pak Reza, wali kelas sekaligus penanggung jawab kolam ikan tiba-tiba datang di belakang
Jupir. “Jup! Ngapain kamu ,Nak? Bisa bantuin bapak enggak?” kata pak Reza.

Jupir si anak yang suka menolong dia menjawab, “Iya, Pak! Bantuin apa, ya?”

“Kamu carikan Sinliya teman kamu, Jup. Dia kemarin ketemu dengan bapak, katanya dia
pengin sekolah tetapi enggak ada biaya. Mungkin masuk sekolah negeri adalah satu-satunya
jalan untuk dia. Nanti sepulang sekolah kamu temui dia, ya. Terus besok kamu ajak ke sini,
ya!” Jelas pak Reza.

Jupir menunduk dan merenung setelah mendengar penjelasan pak Reza. Jupir kasihan kepada
Sinliya teman dari dia kecil. Dia sudah kehilangan ayahnya dari masih umur enam bulan, dua
bulan lalu dia harus kehilangan ibunya. Dan kini ia hanya seorang diri.

Waktu pulang pun tiba. Tetapi Jupir harus mengikuti ekstrakurikuler di sekolahnya. Jupir
anaknya suka dengan hal yang berbau-bau eksperimen, jadi dia mengikuti KIR. Jupir
bersyukur karena dia mendapat fasilitas baik dari sekolahnya dan tentunya dari pemerintah,
jadi setiap anak bisa mengembangkan minat bakatnya.
But, tidak semua anak bisa hidup dengan pendidikan yang layak, contohnya adalah Sinliya.
Dia hidup serba terbatas. Jika pendidikannya tidak dilanjutkan ia mungkin hidupnya sama-
sama saja seperti ini. Pendidikan adalah kunci utama dari suksesnya setiap orang. Makanya
pendidikan di Indonesia belum seutuhnya bisa dibilang baik, karena masih banyak
kekurangan dan perlu perbaikan. Jupir juga memiliki cita-cita menjadi menteri pendidikan,
karena ia sudah sedikit tahu tentang seluk-beluk pendidikan.

Waktu menunjukkan pukul 15.30. Jupir tidak pulang langsung, ia pergi ke masjid dulu, lalu
pergi menemui Sinliya. Rumah Sinliya berada dekat dengan waduk yang ada di kampung
Joyoroyo. Di sebelah waduk itu isinya hanya padang rumput, nah, di situlah kandang domba
berada.

Niatnya dia mau ke rumah Sinliya, tetapi tidak jadi, karena mereka bertemu di jalan. “Sin,
kamu habis dari mana?” Sapa Jupir terlebih dulu.

“Habis pulang kerja, Jup. Ada apa emang? Tumben kamu nyapa orang.” Wajah Jupir seketika
berubah melempem setelah Sinliya berbicara.

“Ya Allah, Sin. Memangnya aku jarang nyapa, ya? Mungkin enggak kelihatan kali,” balas
Jupir sambil terkekeh. “Eh, iya, Sin. Besok kamu disuruh sama pak Reza ke SMP Angkasa.
Katanya, sih, mau ngomong sesuatu,” lanjut Jupir.

“Hah, serius, Jup? Mau ngomong apaan pak Reza?” Sinliya sudah excited mendengar
perkataan Jupir.

“Katanya, sih, mau ngasih kamu bangku buat sekolah. Tapi aku kurang tahu, sih, Sin. Besok
kamu pagi bisa kan ke SMP Angkasa bareng aku?”

“Bisa banget, Jup. Semoga dapat berita baik dari pak Reza.”

“Aamiin..”

Memang benar kenyataannya. Banyak hambatan di dunia pendidikan. Tetapi semua orang
belum tentu bisa melewatinya. Hanya orang-orang yang berkeinginan tinggi saja bisa
melewati itu semua. Padahal negara sudah banyak memfasilitasi tetapi orang di luar sana bisa
saja berkoar-koar menghujat ataupun berkomentar buruk, mereka-mereka itulah yang tak bisa
memanfaatkan fasilitas negara dengan baik. Sekolah negeri adalah salah satunya fasilitas
sekolah. Tugas sekolah yang diberikan oleh guru adalah salah satu fasilitas yang sekolah
berikan. Guru kita ingin kita lebih mandiri, bertanggung jawab, dan menguji apakah kita
sudah memahami materi yang diberikan oleh guru itu atau belum.

“Nguek nguek nguek,” bunyi Icuy yang sedang berdiri di pundak Jupir yang sedang bersiap-
siap untuk berangkat ke sekolah pagi ini. Icuy adalah salah satu hewan peliharaan yang
paling jinak dan nurut sama Jupir, dia itu monyet, hehe. Icuy sering membantu pekerjaan
Jupir, kayak membersihkan kandang domba, memandikan kucing, nyapu dan lain lagi.

“Heh, Cuy, ngapain? Bisa-bisanya kamu gelantungan di sini,” Jupir sedikit sensi ygy.

“Nguek nguek nguek nguek.”

“Kamu ngomong apa, sih, Cuy? Jangan bikin bingung, deh.” Tangan Icuy menunjuk-nunjuk
pintu rumah.

“Ada orang, Cuy?” Tanyanya pada Icuy. Si Icuy mengangguk-angguk.

“Oh, iya-iya. Pasti Sinliya, nih. Ya sudah aku mau berangkat aja,” gumamnya.

Ternyata benar, yang datang adalah Sinliya. Tetapi dia wajahnya muram dan sedih, tidak
seperti kemarin. Harusnya dia bahagia hari ini, ada apalagi, ya?

“Loh, Sin, kenapa? Kamu enggak papa kan?” Tanya Jupir, sedikit kaget.

“Jup, aku lupa. Kalau aku sekolah aku bisa-bisa enggak kerja. Soalnya aku kerjanya pagi,
Jup. Nanti kalau enggak ada yang kerja aku enggak bisa makan, Jup. Nanti aku juga enggak
bisa beli buku, Jup,” kata Sinliya sambil meneteskan air mata.

Jupir diam sejenak untuk memikirkan jawaban yang tepat untuk Sinliya, “Hmm, gini, Sin.
Kamu hari ini datang saja ke pak Reza, nanti kamu bilang masalah itu ke pak Reza, mungkin
nanti ada jalan keluar yang tepat buat kamu, Sin.”

Ya, bagaimanapun juga Sinliya harus sekolah demi masa depannya. Banyak alasan anak-anak
berhenti sekolah di usia remaja, mereka harus membantu orang tuanya dengan mencari
nafkah. Sebenarnya tidak salah membantu orang tuanya, tetapi tetap tidak boleh
meninggalkan kewajibannya, yaitu sekolah.

Meja berwarna coklat di sebelah kanan sendiri di ruang guru sudah di huni oleh wali kelasnya
Jupir. Pak Reza kini sedang memasukkan nilai PTS-nya anak-anak. Kemarin Jupir dan
beberapa temannya belajar bersama di perpustakaan kota. Perpustakaannya pas banget buat
pelajar belajar di sana. Ada ruang khusus belajar sendiri, ada buat baca buku sendiri, terus di
luarnya di sebelah kanannya ada semacam kantin.

Dan kini Sinliya sudah menghadap pak Reza. Pak Reza memahami semua masalah Sinliya.
Tetapi pak Reza sudah memiliki jawaban yang tepat. “Sinliya, kamu itu suka apa, ya?
Maksudnya kamu berbakat di bidang mana?” Tanya pak Reza.

“Saya waktu SD suka banget sama drama, Pak,” ucap Sinliya dengan manaruh harapan dia
bisa sekolah lagi.

“Hmm, coba, deh, kamu ke sanggar seni di dekat alun-alun kota. Nanti saya bayar biayanya
di sana, kamu enggak usah khawatir, ya.” Sanggar seni di sini biasanya mengadakan pentas
seni di hari Sabtu. Pak Reza berharap, Sinliya bisa tampil di pentas-pentas yang akan datang,
karena bisa menghasilkan juga. Jadi, Sinliya bisa mendapat pekerjaan sekaligus
mengembangkan bakatnya, pendidikannya pun terjamin.

Beberapa hari kemudian. Sinliya kini sudah bisa senyum bahagia. Karena dia kini sekelas
dengan Jupir dan juga bisa tampil di pentas seni. Sinliya sekali tampil dibayar sekitar dua
ratus ribu, kan alhamdulillah sekali.

Kini Sinliya dan Jupir tahu, bahwa pendidikan itu amat sangat penting untuk diri kita sendiri.
Apa pun keadaannya pendidikan itu perlu. Begitu pula dengan pemerintah, ia harus tahu
bahwa banyak masyarakat sekarang yang sedang kesusahan seperti Sinliya. Begitu pula
masyarakat, mereka perlu membantu pemerintah menjadikan sumber daya manusianya lebih
baik, yaitu dengan mengembangkan potensi dirinya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai