Anda di halaman 1dari 31

Kisah yang terabaikan

Prolog

Untuk dia yang hanya dijadikan tempat singgah sementara.


Untuk dia yang selalu sabar menunggu manusia – manusia jahat.
Untuk dia yang sedang merawat hatinya agar sembuh dari luka
yang diciptakan manusia tidak punya hati.

Ternyata tidak semua kisah kita itu indah, ya..


dan ternyata lebih baik tidak merasakan
perasaan apa-apa dibanding memilih jatuh cinta kemudian terluka.
Kisah kita hanyalah sebuah kisah yang terabaikan.
Bab 1. Hampir Terlambat

Terdengar suara bunyi alarm yang sangat nyaring disalah satu ruangan kamar,
di sebuah rumah sederhana di kota Jakarta.
“ Azzura bangunn ini udah siang kak, emang kamu gak mau sekolah? apa nanti
telat..” tanya wanita paruh bayah yang tak lain adalah
Ibu zura sambil menyikap gorden di kamarnya. Cahaya matahari
Memaksa masuk ke ruangan bernuansa biru itu.
“ lima menit lagi Bu, zura masih ngantuk.” Balas azzura malas. Karena ia
semalam mengerjakan tugas-tugasnya hingga larut malam
dan alhasil matanya kini sangat berat untuk terbuka.
“Azzura Salsabilla bangunn, ini udah hampir jam 7, nanti kamu telat dan
dihukum.” Balas ibu zura.

Tunggu tadi ibu nya bilang apa! Hampir jam 7? Ya Allah!!


“Astaga bu, kenapa gak bilang dari tadi sih.” Jawab zura. Dengan gerakan cepat
dia beranjak dari kasur dan buru-buru menuju kamar mandi.
Tanpa memperdulikan ocehan ibunya yang sedang merapikan tempat
tidurnya.
“ nanti kalau sudah siap langsung keluar ya, kita sarapan bareng.” Teriak ibu
zura dari luar kamar mandi.
“iya, bu siap.” Jawab zura teriak dari dalam kamar mandi.

Tak ingin berlama siap – siap, karena ia tau pasti sebentar lagi adiknya akan
teriak menyuruh nya untuk keluar kamar,
jadi sebelum adik nya memanggil zura lebih dahulu keluar kamar dan menuju
meja makan.
Di meja makan sudah ada ayah dan adiknya yang sedang asyik memakan nasi
goreng.
Disamping ayah nya ada ibu zura yang sedang menyiapkan bekal untuk zura
dan adiknya bawak ke sekolah.
Zura mengambil tempat duduk disebelah adiknya. Karena dia rasa sudah tidak
ada waktu untuk ia makan nasi
goreng buatan ibunya, jadinya dia hanya memakan roti dengan selai coklat
dan memakannya secepat mungkin.
Karena dia tidak mau nanti nya adiknya marah.

Tak berselang lama ayah dan adik zura pun sudah selesai makan. Alhasil zura
harus mendengar ocehan lagi
yang di lontarkan adiknya kepada dia karena zura telat bangun.

“kak zura bisa cepet gak sih makannya, ini udah siang bangetz nanti aku telat.”
Celetuk adik zura dengan nada bicara yang sedikit kesal
“ Iya sebentar, sabar dulu kenapa sih, nanti kakak keselek nih.”jawab zura
dengan nada sedikit kesal juga.
“ mangkanya siapa suruh Kakak molor sampe siang, dasar kebo banget sih
kakak.” Balas adik zura dengan nada marah.
“ Sudah sudah jangan ribut lagi Masih pagi gini, mendingan sekarang kalian
berangkat, nanti malah tambah telat lagi.” Ujar ibu zura,
yang sudah lelah melihat pertengkaran anak nya.
“ Iya Bu.” Jawab zura dan adik nya
Bab 2. Awal pertemuan

“Haduh aku beneran telat nih, mana di depan pintu ada ketua OSIS lagi gimana
nih.” Ujar zura.

Dengan cepat zura berlari menuju ke depan gerbang sekolah sebelum ketua
osis nya itu
memerintahkan pak satpam untuk menutup gerbang sekolah.

“ pak tunggu jangan ditutup dulu.” Ujar zura dengan nada lelah nya.
“ Aduhh gimana ini nak, apakah boleh bapak buka gerbang nya buat nak
zura?.” Tanya pak satpam yang bernama Rozak kepada ketua osis itu.
“ tidak apa apa pak buka aja, karena belum terlalu terlambat.” Balas ketua OSIS
itu. Di Hp

Pak Rozak pun langsung membukakan pintu gerbang agar zura bisa masuk.
“ Alhamdulillah.” Balas zura dengan suara pelannya. Karena jujur dia masih
belum berani membuka suara dengan
kuat, di depan ketua OSIS yang terkenal dingin dan menakutkan ini.
“ Tunggu, sebelum itu kakak ingin bertanya sama kamu, kenapa kamu bisa
terlambat?” tanya ketua OSIS itu.
“ maaf kak aku terlambat bangun tadi, tapi aku janji dan akan buktikan untuk
lain hari tidak akan mengulangi lagi kak.” Jawab zura dengan suara gemetar
dan takut.
“ ya sudah kakak maafkan kesalahan kamu, sekarang kamu cepat masuk kelas
sebelum guru yang mengajar masuk kelas kamu.” balas ketua OSIS itu.
“ baik kak, terimakasih banyak.” Jawab zura. Setelah itu dia langsung buru-
buru menuju kelas nya.
Ketua OSIS itu bernama Ahmad Gibransyah atau biasa dipanggil Gibran.
Salah satu ketua OSIS yang terkenal dengan sifatnya yang dingin, tegas
dan menakutkan. Dan dia juga terkenal dengan kedisiplinan nya.

Sementara suasana kelas zura sangat ricuh, teriakan Rifi yang cempreng, ada
juga teman nya yang
sedang sibuk menghafal Al-Qur’an di karena kan hari ini mereka ada jadwal
kelas Tahfiz di jam
pelajaran ketiga setelah istirahat.

Disisi lain Amel teman sebangku zura sedang kebingungan memikirkan dimana
zura, mengapa dia belum juga datang, di jam segini?.
“ Put kamu tadi liat zura gak di depan?.” Tanya Amel kepada putri yang juga
teman dekatnya di kelas.
“Aku gak liat Mel, soalnya tadi waktu aku sampai sekolah cuman ada Fira sama
Joni anak kelas Ikhwan.” Balas putri,
karena dia juga tadi datang agak terlambat 3 menit.

Tak berselang lama zurq pun sampai di kelas nya dengan keadaan fisik nya
yang sudah lelah di karenakan tadi dia berlari menuju kelas.
“ nah itu zura.” Ujar Fira salah satu teman dekat zura juga.
“ zuraa, kamu telat lagi ya.” Ujar Amel terheran – heran. Karena diantara
mereka berempat yang paling sering telat itu adalah zuraa.
“Hehehe, iya Mel, aku kesiangan tadi bangunnya.” Balas zura dengan
cengengesan.
“ zura, zura, zura. Aku heran banget sama kamu padahal aku sudah sering
mengingatkan kamu jangan begadang terus kalau malam,
baca aja terus tuh novel sampai pagi, sekalian aja gak tidur. “ balas Amel lagi
dengan nada marah nya.
“ Iya Mel, besok – besok aku janji gak lagi, begadang.” Jawab zura.
Bab 3. Mengenal ketua OSIS

Dringg....
Suara bel berbunyi pertanda pelajaran pertama sudah selesai.
“ Anak-anak sampai sini dulu ya pelajaran kita hari ini, dan ingat Minggu depan
kita ada ulangan lisan, jangan lupa belajar.
Terima kasih ibu pamit, assalamualaikum.” Ujar buk Leni salah satu guru mata
pelajaran PKN di sekolah zura.
“ iya Bu sama – sama , waalaikumsalam.” Teriak seluruh murid di kelas.
“ huh akhirnya istirahat juga, cacing – cacing di perut aku udah manggil-
manggil nih dari tadi mintak di isi hehehe.” Ujar putri.
“ kebiasaan kamu put, makan aja kerjaannya, padahal kan tadi sebelum buk
Leni masuk kamu sempet makan roti 2 lagi.” Jawab Amel.
“ kamu kayak gak tau putri aja Mel.” Jawab zura balik.
“ Yaudah mendingan sekarang kita langsung makan bekal kita aja.” Balas putri.
“ astagfirullah, aku lupa bawak bekal aku tadi.” Teriak zura. Membuat putri dan
Amel terkejut.
“ gini nih kebiasaan kamu selain telat, kami juga pelupa. Yaudah kamu makan-
makanan aku aja ra, kebetulan aku bawak bekal banyak.” Balas Amel.

Dilain tempat ibu zura menghela nafas melihat kebiasaan zura yang pelupa,
dan yang selalu dia lupakan pasti adalah sesuatu yang penting.
Seperti sekarang zura lupa membawa bekal yang sudah disiapkan oleh ibunya.
Dan mau tak mau ibu zura pun menghantarkan bekal ke sekolah
zura, karena di sekolah zura itu tidak ada yang namanya kantin sekolah.

Setelah menenmpuh perjalanan hampir 30 menit, akhirnya ibu zura Sampai di


sekolah zura, untuk menghantarkan bekal zura yang ketinggalan tadi.
Sedikit informasi, zura ini bersekolah di salah satu sekolah SMA swasta di
Jakarta, yaitu SMA IT Jannah. Saat ini zura
sedang duduk di bangku kelas XI (11) semester 1.

“ permisi pak.” Sapa ibu zura kepada pak Rozak.


“ Iya bu, ada keperluan apa ya.” Tanya pak Rozak.
“ ini pak saya mau menghantarkan bekal anak saya yang ketinggalan.” Jawab
ibu zura.
“ Oh silahkan masuk bu, mari saya hantarkan ke dalam “ balas pak Rozak.
“ baik terima kasih pak.” Balas ibu zura kembali.
“ permisi ibu dan bapak guru.” Sapa pak Rozak.
“ iya ada apa pak Rozak?.” Tanya salah satu guru yang kebetulan guru itu
sedang giliran piket hari ini
“ ini bu, ada salah satu wali murid siswa yang ingin menghantarkan bekal anak
nya, yang ketinggalan.” Ujar pak Rozak.
“Oh iya, silahkan masuk bu.” Ujar bu Anin.
“ ya sudah kalau begitu saya permisi ya bu.” Balas pak Rozak.
“ iya pak terimakasih.” Jawab ibu Anin dan Ibunda zura secara bersamaan.

“ silahkan duduk bu, sebelumnya kalau boleh tau anak ibu namanya siapa?”.
Tanya Bu anin.
“ iya terimakasih, saya ibu nya azura Salsabila kelas XI IPA 2. Saya mau
menghantarkan bekal anak saya yang ketinggalan dirumah.” Jawab ibu zura.
“ Oh begitu bu, ya sudah bekal nya ibu taruh disini saja nanti saya akan minta
tolong sama anak murid disini untuk menghantarkan ke kelas zura.” Balas Bu
anin.
“ ya sudah kalau begitu saya pamit ya Bu terimakasih banyak.” Balas ibu zura.
“ iya sama-sama Bu.” Balas Bu anin.
Saat ini Gibran sedang berada di ruang TU dikarenakan dia sedang, di panggil
pembina OSIS,
membahas mengenai pemilihan ketua OSIS dan wakil ketua OSIS periode
2022 /2023
“ sekarang kamu silahkan informasi kan siapa saja pasangan yang ingin
mencalonkan diri sebagai ketua
OSIS dan wakil ketua OSIS.” Ujar pak Joko sebagai pembina OSIS.
“ siap baik pak, kalau begitu saya pamit balik ke kelas pak, permisi “ balas
Gibran.

“ Gibran.” Saat sedang jalan menuju kelas nya tiba-tiba Gibran dipanggil oleh
Bu anin.
“ Iya bu, ada apa?.” Tanya Gibran

“ kebetulan kamu lewat sini, kami mau ke kelas kan, ibu mau nitip bekal adik
kelas kamu yang
ketinggalan, tadi ibunya kesini, bisa kan? Nama dan kelasnya sudah ibu tulis di
kertas diatas
kotak bekalnya, bisa kan!”.” Tanya balik buk Anin.
“ Iya bisa kok bu sekalian lewat.” Balas Gibran
“ terima kasih ya, maaf ibu merepotkan.” Jawab Bu anin.
“ iya Bu , sama-sama.” Ujar Gibran.
Bab 4. Bertemu

“ permisi disini ada yang namanya azura Salsabila.” Tanya Gibran.


Seketika semua orang di kelas XI IPA 2 itu melihat ke arah Gibran dengan
serentak.
“ Iya saya, ada apa ya kak?”. Tanya balik zura.
“ saya Cuma mau ngasih titipan dari Bu anin, kata beliau tadi ibu kamu
menitipkan bekal kamu.” Ujar Gibran
“ oh iya kak terima kasih banyak.” Balas zura.
“ sama-sama.” Balas balik Gibran, dengan menampilkan senyuman yang
membuat teman – teman cewek zura histeris
“ Zuraa, ya ampun itu beneran kak Gibran, dia senyum tadi sama kamu.” Ujar
Amel dengan nada histeris,
yang menurut zura alay.
“ Biasa aja kali Cuma kayak gitu aja histeris banget.” Jawab zura.

Dringg... Tak terasa bel berbunyi pertanda pulang pun tiba seluruh siswa-siswi
SMA IT Jannah keluar dari
kelas nya masing-masing untuk pulang mengistirahatkan tubuh nya yang
seharian sudah mempelajari
materi materi pelajaran yang amat membuat mereka pusing.

“ Mel, put aku duluan ya, aku sudah di jemput.” Ujar ,zura kepada temannya.
“ iya hati-hati.” Balas Amel dan putri secara serentak.

Sesampainya dirumah zura langsung bersih- bersih, makan dan tidur tentunya,
zura itu
salah satu orang yang kalau sudah ketemu yang namanya kasur dia langsung
tidur.

“ Kak zura bangunn, ngaji.” Teriak Farah adik zura.


“ iya sebentar.” Balas zura terbangun.
“ cepetan mandi sana, aku sudah mandi duluan, kalau nunggu kak zura mah
lama.” Ujar Farah.
“iya, iya.” Balas zura malas.

Setibanya di tempat mengaji zura dan adik nya langsung menuju kelas mereka
masing-masing.

“ loh itukan kak Gibran, dia ngaji disini juga ternyata.” Ujar zura bermonolog.
“Azura.” Kaget iya itu yang zura sedang alami, tiba-tiba Gibran memanggil nya.
“ Iya ada apa ya kak?”. Tanya zura heran.
“ kamu ngaji disini juga dan ternyata kita sekelas.” Jawab Gibran.
“ eh iya kak, kebetulan banget ya.” Balas zura.
“ kamu sudah sampai mana hafalan nya?” tanya Gibran kembali.
“ baru sampai Al – fajr kak.” Jawab zura
“ Gak papa, lanjutin ya jangan sampai kamu lalai sama hafalan kamu.” Balas
Gibran dengan senyum manis dibibirnya.
“ iya kak terima kasih.” Balas kembali zura.

Heran itu yang zura rasakan, seorang Ahmad Gibransyah yang terkenal dengan
sifat nya yang dingin dan tidak pernah
senyum ini, tiba-tiba melakukan hal semanis ini di depan zura. Apakah zura
baper? Jawaban nya iya, sekarang zura sedang
salting sendiri, menahan senyum nya itu dikarenakan kondisi sekarang tidak
tepat untuk dia salting.
Azura ini adalah tipe orang yang mudah banget baperan jadi, kalau misalkan
dia di gombalin dikit sama
cowok saja sudah baper banget dia.
Bab 5. Kenyataan Yang Pahit

Tak terasa sudah hampir 2 bulan zura mengenal seorang Ahmad Gibransyah,
salah satu kakak kelas nya di sekolah
sekaligus dia juga menjabat sebagai ketua OSIS di sekolah nya
Cukup lama dia mengenal Gibran, dan ya sudah banyak sekali suka dan duka
nya. Seperti sekarang dia harus mengetahui
kenyataan yang pahit tentang seorang Gibran yang tidak diketahui nya sampai
sekarang.

“ Ternyata mengenal yang namanya cinta itu pahit ya, kita harus menerima
kenyataan sakit nya.” Ujar zura bermonolog sendiri.
“ assalamualaikum, zura, iibuu.” Teriak Azifa.
“ waalaikumsalam.” Jawab ibu zura.

Azifa Safitri dia salah satu sepupu zura yang paling dekat dengan zura. Jarak
umur mereka Cuma beda 1 tahun.
“ kenapa zif?” tanya ibu zura
“ Zura ada kan bu?’ azifa bertanya.
“ ada, dikamar dia samperin sana.” Balas Ibu zura.
“ oke siap.” Balas zura.
“ hallo bestie, kenapa kamu seperti nya sedang galau gitu.” Ujar zifa
“ zif ternyata berharap sama manusia itu salah ya, sakit banget.” Ujar zura.
“ Kan aku sudah pernah bilang zur jangan pernah berharap sama siapapun
kecuali sama Allah.” Balas zifa
“ Iya aku memang salah, aku salah berharap sama dia, ternyata dia bukan
sealim dan sebaik yang kita kira ya.” Balas zura.
“ Ya sudah lah move on aja, tinggalin orang yang kayak gitu.” Jawab zifa
“ iya pasti, terima kasih ya.” Balas zura.

Ahmad Gibransyah seorang yang saat ini sedang dekat dengan zura. Yang dua
bulan yang lalu, katanya dia mengagumi zura.
Tetapi kenyataan pahit nya ternyata dia adalah akhi yang berkedok buaya.Sakit
banget kan jadi zura.

“ Zuraa, bangun kak sudah siang kamu mau sekolah kan?” teriak ibu zura.
“ iya Bu, ini mau mandi.” Balas zura
“ aku sudah siap, ayok berangkat.” Ujar zura.
“ tumben banget kakak cepat.” Sindir Farah adik zura.
“ sudah jangan bikin ribut dek pagi-pagi.” Balas ibu zura.
“ iya bu.” Jawab Farah.
“ kami pamit ya bu, assalamualaikum.” Ujar Farah, zura, dan ayahnya.
“ iya hati-hati waalaikumsalam.” Balas ibu zura.

Sesampainya zura di sekolahnya dia langsung, menuju kelas nya.Lumayan sepi


karena hari ini zura datang
cukup pagi. Teman-teman nya pun belum ada yang datang ke sekolah.

“ zura.” Panggil Gibran


“ Iya kenapa?” Balas zura
Kaget iya itu yang zura rasakan saat tiba-tiba Gibran memanggil nya. Setelah
hampir satu Minggu ketua
OSIS itu menghilang di hadapan zura.
“ boleh bicara sebentar?” tanya Gibran
“ iya bisa.” Balas zura.
“ ditaman aja ya.” Ujar Gibran

Zura langsung berjalan mendahului Gibran, iya dia sedang ingin move on dari
Gibran, dia sebisa mungkin menjaga jarak dengan Gibran.
“ apa yang mau dibicarakan?.” Tanya zura langsung. Karena dia sedang malas
berbasa-basi.
“ aku mau minta maaf sama kamu. Maaf karena aku Cuma sudah kasih
harapan lebih ke kamu, soal kamu liat aku sama cewek kemarin,
dia sahabat kecil aku kita memang sudah lama tidak ketemu.” Ujar Gibran.
“ Maaf ya mungkin kita hanya sampai sini saja, karena tamat dari sini aku akan
ke lampung untuk melanjutkan study aku.” Ujar Gibran melanjutkan.

Diam iya zura hanya diam mendengarkan Gibran berbicara sampai selesai. Dia
mendengarkan semua cerita Gibran setelah satu Minggu mereka
tidak pernah chatting dan bertemu.Iya zura dan Gibran sudah menyatakan
perasaan mereka masing-masing satu bulan yang lalu, dan sekarang
hubungan mereka bukan pacaran tapi seperti hubungan tanpa status gitu tapi
saling cinta.

“ Iya aku maafin kakak, aku juga minta maaf karena terlalu berharap sama
kakak, aku terlalu baper dan akhirnya begini.” Balas zura.
Akhirnya dia berani berbicara setelah hampir setengah jam dia mendengarkan
Gibran berbicara.
“ kita sampai sini aja ya kak, kita masih bisa berteman dengan baik, Kakak
lanjutkan study kakak, dan aku juga begitu.” Balas zura kembali.
“ iya terima kasih sudah mengerti, sekarang kita berteman ya jangan sampai
asing.” Jawab Gibran sambil tersenyum manis.
“ sampai bertemu dititik terbaik menurut takdir kak, Terima kasih untuk
memori yang kata orang indah.” Balas zura dengan senyum.
Iya inilah akhir kisah cerita cinta zura. Cerita singkat dengan seorang kakak
kelas nya sekaligus ketua OSIS disekolah nya.
Pertemuan pertama yang unik, dan berakhir dengan kisah yang manis dilihat
namun pahit untuk dirasakan.
Terima kasih sudah berkenan mendengarkan dan membaca cerita aku yang
mungkin tidak bagus ini, terima kasih untuk memori indah nya.
Sekarang azura sadar bahwa terlalu berharap sama manusia itu salah.
Berharap sama manusia itu adalah salah satu jalan untuk menyakiti diri sendiri.

Meskipun endingnya sakit


Aku bersyukur bisa mengenal mu.
Terima kasih pernah ada
Walaupun hanya sementara

Terima kasih untuk kenangan


Meskipun belum sempat.
Untuk kongsi cerita selanjutnya.

Mungkin perkenalan kita


Cuma sesingkat ini.
Jaga diri ya orang baik.
Sampai jumpa dititi terbaik menurut takdir.

The End
A neglected story

For him who is only used as a temporary shelter.


For him who always patiently waits for evil humans.
For him who is treating his heart to heal from the wounds
created by humans without a heart.

It turns out that not all of our stories are beautiful, huh...
and it turns out that it’s better not
to feel anything than to choose to fall in love
and then get hurt.
Our story is just a neglected story.
Chapter 1. Almost Too Late

A very loud sound of an alarm sounded in one of the rooms, in a simple house
in the city of Jakarta.
“Azzura, it’s already noon, sis, don’t you want to go to school? Will it be late..”
asked a middle-aged woman who was none other than
Mrs. Zura while pulling the curtains in her room. Sunlight forced its way into
the blue-toned room.
“Five more minutes ma’am, zura is still sleepy.” Reply azzura lazy. Because last
night he did his chores until late
at night and as a result his eyes are now very heavy to open.
“Azzura Salsabilla wake up, it’s almost 7 o’clock, you’ll be late and punished.”
Reply zura’s mother.

Wait, what did her mother say! Almost 7? Dear Allah!!


“Gosh ma’am, why didn’t you say so earlier?” Answer Zura. With a quick
movement he got out of bed and rushed
to the bathroom. He ignored the chatter of his mother who was tidying up his
bed.
“When you’re ready, go straight out, we’ll have breakfast together.” Zura’s
mother shouted from outside the bathroom.
“Yes, ma’am ready.” Answer zura shouted from inside the bathroom.

He didn’t want to take too long to get ready, because he knew for sure that
soon his sister would shout telling him to leave the
room, so before his sister called him, Zura left the room and headed for the
dining table.
At the dining table, their father and younger brother were already busy eating
fried rice.
Beside his father, there was Zura’s mother, who was preparing lunch for Zura
and his younger brother to take him to school.
Zura took a seat next to his sister. Because he felt that he didn’t have time to
eat fried rice
made by his mother, so he just ate bread with chocolate jam and ate it as fast
as he could.
Because of her I don’t want my sister to be angry later.

Not long after, Zura’s father and sister had finished eating. As a result, Zura had
to hear more chatter that his sister threw at him because Zura woke up late.
“Sis Zura, can you eat fast or not, it’s already noon, I’ll be late.” Zura’s sister
chirps in a slightly irritated tone of voice
“Yeah, just a moment, what’s the matter with patience first, I’ll get tired later.”
Zura answered in a slightly irritated tone too.
“Who told you to be late until noon, you’re really bored, brother.” Reply to
Zura’s sister in an angry tone.
“Don’t make a fuss anymore. It’s still early, you better leave now, it’ll be even
more late.” Said Zura’s mother, who was tired of seeing her child fight.
“Yes ma’am.” Answer zura and his sister
Chapter 2. The beginning of the meeting

“Oops, I’m really late, where is the student council president at the door, how
about this?” said zura.
Zura quickly ran to the front of the school gate before the student council
president ordered the security guard to close the school gate.
“sir wait don’t close first.” Zura said in a tired tone.
“Oh, how is this, son, can you open the gate for kid Zura?” Ask the security
guard named Rozak to the student council president.
“It’s okay, sir, just open it, because it’s not too late.” Reply the student council
president.

Mr. Rozak immediately opened the gate so Zura could enter.


“ Alhamdulillah.” Zura replied in a low voice. Because to be honest he still
didn’t dare to speak out loud,
in front of the student council president who was known to be cold and scary.
“Wait, before that I want to ask you, why are you late?” asked the student
council president.
“Sorry sis I woke up late earlier, but I promise and I will prove it another day
not to repeat it sis.” Answered zura in a trembling and scared voice.
“Yes,brother forgive your mistake,now you hurry to class before the teacher
who teaches enters your class."Reply the student council president.
“Okay sis, thank you very much.” Answer Zura. After that he immediately
rushed to his class.

The OSIS chairman was named Ahmad Gibransyah or usually called Gibran.
One of the student council presidents
who is famous for his cold, firm and frightening nature. And he is also famous
for his discipline.
While the atmosphere in Zura’s class was very chaotic, Rifi’s screams were
shrill, some of his friends were also
busy memorizing the Qur’an because today they had a Tahfiz class schedule in
the third lesson after recess.

On the other hand, Amel, Zura’s seatmate, is confused about where Zura is,
why hasn’t he arrived yet, at this hour?
“Did you see Zura or not in front?” Ask Amel to the daughter who is also a
close friend in class
“I didn’t see Mel, because earlier when I arrived at school there was only Fira
and Joni from the Ikhwan class.”
Reply daughter, because he also came a bit late 3 minutes.

Not long after, Zurq arrived at his class with his physical condition that was
already tired because he was running to class earlier.
“Well that’s Zura.” Said Fira, one of Zura’s close friends too.
“Zuraa, you’re late again huh.” Amelia said in astonishment. Because among
the four of them the most often late is zuraa.
“Hehehe, yes Mel, I woke up late earlier.” Zura replied with a grin.
“Zura, Zura, Zura. I’m really surprised at you, even though I’ve often reminded
you not to stay up all night,
just keep reading novels until morning, and don’t sleep at all. ‘ replied Amelia
again with her angry tone.
“Yes Mel, tomorrow – tomorrow I promise not to stay up late.” Answer Zura.
Chapter 3. Getting to know the student council
president

Dringg....
The bell rang signaling the end of first class.
“Children get here first, yes, our lesson today, and remember that next week
we will have an oral test, don’t forget to study.
Thank you mother goodbye, assalamualaikum.” Said buk Leni, one of the PKN
subject teachers at zura school.
“Yes ma’am you’re welcome, waalaikumsalam.” Shouted all the students in the
class.
“huh, finally taking a break, the worms in my stomach have been calling for it
since earlier, asking for it to be filled hehehe.” Daughter said.
“Your habit is put, just eat what you do, even though before Ms. Leni came in
you had time to eat 2 more buns.” Reply Amelia.
“You don’t seem to know Mel’s daughter.” Answer zura back.
“Well, it’s better now, let’s just eat our lunch.” Reply daughter.
“Astagfirullah, I forgot to bring my lunch earlier.” Screamed zura. Make
princess and Amel surprised.
“This is your habit besides being late, you also forgetful. Well, you just eat my
food, I happen to bring a lot of provisions.” Reply Amel.

Elsewhere, Zura’s mother sighed seeing Zura’s forgetful habits, and what he
always forgets must be something important.
Like now, Zura forgot to bring the lunch his mother had prepared. And like it or
not, Zura’s mother also delivers lunch to Zura’s
school, because at Zura’s school there is no such thing as a school canteen.
After traveling for almost 30 minutes, Zura’s mother finally arrived at Zura’s
school, to deliver the lunch Zura left earlier.
For a little information, this zura goes to one of the private high schools in
Jakarta, namely SMA IT Jannah.
Currently, Zura is in class XI (11) semester 1.

“ Excuse me, Sir.” Say hello to Mrs. Zura to Mr. Rozak.


“Yes ma’am, what do you need?” Ask Mr Rozak.
“Here, sir, I want to deliver my child’s lunch that was left behind.” Answer
zura’s mother.
“Oh please come in ma’am, let me deliver it inside” replied Mr. Rozak.
“Okay, thank you sir.” Reply zura’s mother back.
“excuse me mother and father teacher.” Who is Pak Rozak?
“Yes, what is it, Pak Rozak?” Ask one of the teachers who happens to be the
teacher’s shift today
“This is ma’am, there is one of the student guardians who want to deliver
provisions for his son, who was left behind.” Mr. Rozak said.
“Oh yes, please come in ma’am.” Mrs. Anin said.
“Yes, then I’m sorry, ma’am.” Reply Mr Rozak.

“Yes, sir, thank you.” Answer Anin’s mother and Zura’s mother simultaneously.
“Please sit, ma’am, before that, if I may know, what is your child’s name?” Ask
Mrs. Anin.
“Yes, thank you, I’m Azura Salsabila’s mother in class XI IPA 2. I want to deliver
my child’s lunch which was left at home.” Answer zura’s mother.
“Oh, I see, okay, the provisions are here, Mom, just put them in later. I’ll ask
the students here to take them to Zura’s class.” Reply Mrs. Anin.
“Yes, I will say goodbye, ma’am, thank you very much.” Reply zura’s mother.
“Yes you’re welcome ma’am.” Reply Mrs. Anin.
Currently Gibran is in the TU room because he is being summoned by the OSIS
coach,
discussing the election of the OSIS chairman and vice chairman of the OSIS
period 2022/2023
“Now you please inform any couples who want to run for OSIS chairman and
vice chairman of OSIS.” Said Mr. Joko as the OSIS coach.
“Ready, sir, then I say goodbye to class, sir, excuse me” replied Gibran.

“Gibran.” While on his way to class, suddenly Gibran was called by Mrs. Anin.
“Yes ma’am, what’s wrong?” Ask Gibranl
“By chance you are passing by here, you want to go to class right, Mother
wants to bring some lunch for
your underclassmen who missed it, her mother was here, right? You have
written the name and class on the
paper above the lunchbox, right!” Ask back Mrs. Anin.
“Yes, you can, ma’am, pass.” Gibran replied
“Thank you, sorry for bothering you.” Answer Mrs. Anin.
“Yes ma’am, you’re welcome.” Gibran said.
Chapter 4. Meet

“Excuse me, there is such a thing as Azura Salsabila here.” Ask Gibran
Immediately everyone in class XI IPA 2 looked at Gibran simultaneously.
“Yes I am, what’s wrong sis?”. Ask back zura.
“I just want to give a deposit from Mrs. Anin, she said earlier your mother left
your lunch.” Gibran said
“Oh yes sis thank you very much.” Reply zura.
“ You’re welcome.” Gibran replied back, showing a smile that made zura’s girl
friends hysterical
“Zuraa, oh my gosh it’s true Sis Gibran, he smiled earlier at you.” Amel said in a
hysterical tone,
which according to zura was alay.
“It’s normal, it’s just like that, it’s hysterical very.” Answer Zura.

Dringg... It didn’t feel like the bell rang, a sign that they were going home, all
the IT Jannah High School
students came out of their respective classes to go home to rest their bodies,
which had studied the subject
matter all day long which really made them dizzy.

“Mel, put me first, I’ve been picked up.” Said, zura to his friend.
“ Yes, be careful.” Reply Amel and daughter simultaneously.

Arriving at Zura’s house, he immediately cleaned, ate and slept, of course, Zura
is one of those people who,
when he meets a mattress, he immediately falls asleep.
“Sis Zura wake up, recite the Koran.” Farah screamed zura’s sister.
“yes a minute.” Reply zura woke up.
“Hurry up and take a shower, I’ll take a shower first, if you wait for sis zura, it’ll
be a long time.” Farah said.
“Yes yes.” Reply zura lazy.

Arriving at the place of recitation, Zura and his sister went straight to their
respective classes.
“That’s right, Sis Gibran, he recites the Koran here too.” Zura said monologue.
“Azura.” Surprised, that’s what Zura was experiencing, suddenly Gibran called
him.
“Yes, what’s wrong brother?” Asked zura surprised.
“You recite the Koran here too and it turns out that we are in the same class.”
Gibran replied.
“Eh yes sis, what a coincidence huh.” Reply zura.
“Where have you memorized it?” asked Gibran again.
“Just arrived Al-fajr brother.” Answer Zura
“It’s okay, continue, don’t let you neglect your memorization.” Gibran replied
with a sweet smile on his lips.
“Yes sis thank you.” Reply back zura.

Zura felt surprised, an Ahmad Gibransyah who was known for his cold nature
and never smiled, suddenly
doing such a sweet thing in front of Zura. Is zura baper? The answer is yes, now
Zura is salting himself,
holding back his smile because the current conditions are not right for him to
salt.
Azura is the type of person who gets really annoyed, so if for example she’s
being flirted with boys a little bit, she’s really getting used to it.
Chapter 5. The Bitter Truth

It’s been almost 2 months since Zura has known Ahmad Gibransyah, one of his
seniors at
school and he also serves as the student council president at his school.
He has known Gibran for quite a long time, and yes, he has had many ups and
downs.
Like now he has to know the bitter truth about a Gibran that he didn’t know
until now.

“It turns out that knowing love is bitter, yes, we have to accept the fact that it
hurts.” Zura said monologue himself.
“ assalamualaikum, zura, iibuu.” Azifah shouted.
“waalaikumsalam.” Answer zura’s mother.

Azifa Safitri is one of Zura’s closest cousins. Their age difference is only 1 year.
“why zif?” asked Zura’s mother
“Zura is there, isn’t she?” Azifa asked.
“Yes, in the room he arrived there.” Reply to Mrs. Zura.
“Okay ready.” Reply zura.
“ hello bestie, why do you seem like you’re upset like that.” Zifa said
“Zif turns out that it’s wrong to hope for humans, isn’t it, it really hurts.” Said
zura.
“I’ve already said zur don’t ever hope for anyone except Allah.” Zifa replied
“Yes, I was wrong, I was wrong to hope for him, it turns out he’s not as good
and as good as we thought he was.” Reply zura.
“Yes, just move on, leave people like that.” Answer Zifa
“Yes, of course, thank you.” Reply zura.

Ahmad Gibransyah is currently close to Zura. Which was two months ago, he
said he admired zura.
But the harsh reality turned out that he was an accomplice disguised as a
crocodile.It really hurts to be zura.

“Zuraa, get up sis it’s noon you want to go to school right?” screamed zura’s
mother.
“Yes ma’am, this is going to take a bath.” Reply zura
“I’m ready, let’s go.” Said zura.
“Tumben really fast brother.” Satire Farah, Zura’s sister.
“Don’t make a fuss on the deck so early in the morning.” Reply zura’s mother.
“Yes ma’am.” Answer Farah.
“ we say goodbye ma’am, assalamualaikum.” Said Farah, zura, and her father.
“Yes, be careful waalaikumsalam.” Reply zura’s mother.

Arriving at her school, she went straight to her class.


Pretty quiet because today Zura came quite early.
None of his friends have come to school yet.

“Zura.” Call Gibranl


“ Yes, why?” Reply zura
Surprised, that’s what Zura felt when suddenly Gibran called him.
After almost a week, the student council president disappeared in front of
Zura.
“Can we talk for a minute?” asked Gibran
“ Yes, can.” Reply zura.
“just park it.” Gibran said

Zura immediately walked ahead of Gibran, yes he was trying to move on from
Gibran,
he kept his distance from Gibran as much as possible.
“What do you want to talk about?” Ask zura directly. Because he was lazy to
make small talk.
“I want to apologize to you. I’m sorry because I just gave you more hope, about
you seeing me with a girl yesterday,
she’s my little friend, we haven’t seen each other for a long time.” Gibran said.
“Sorry, maybe we just got here, because after graduating from here I will go to
Lampung to continue my studies.” Gibran continued.

Silence, yes, Zura just silently listened to Gibran speak until it was finished. He
listened to all of Gibran’s
stories after one week they never chatted and met.
Yes, Zura and Gibran had expressed their feelings for each other a month ago,
and now their relationship is not dating but like a relationship without status,
but love each other.

“Yes, I’m sorry brother, I’m also sorry for expecting too much from you, I’m too
emotional and in the end like this.” Reply zura.
Finally he dared to speak after almost half an hour he listened to Gibran
speak.
“Let’s just get here, sis, we can still be good friends, brother, continue your
studies, brother, and so do I.” Reply zura back.
“Yes, thank you for understanding, now we are friends, don’t be strangers.”
Answer Gibran with a sweet smile.
“Until we meet at the best point according to fate sis, thank you for the
memories that people say are beautiful.” Reply zura with a smile.

Yes, this is the end of Zura’s love story. A short story with an older classmate
who is also the student council
president at his school. A unique first meeting, and ends with a story that is
sweet to see but bitter to feel.
Thank you for agreeing to listen and read my story which may not be good,
thank you for the beautiful memories.
Now Azura realizes that expecting too much from humans is wrong. Hoping for
humans is one way to hurt yourself.

Even though the ending hurts


I’m grateful to know you.
Thank you for being there
Even if only temporarily

Thanks for the memories


Although not yet.
To share the next story.

Maybe our introductions


Just this short.
Take care good people.
See you at the best point according to fate.

The EndBiodata :
Nama : Rahma Indah Nurjanah
Kelasa: XI IPA 2
Tempat, tanggal lahir: Lubuklinggau, 20 September 2006
Anak ke : 2 dari 2 saudara
Asal sekolah : SMA Negeri 2 Rujukan kota Lubuklinggau
Hobi : Membaca dan menulis

Anda mungkin juga menyukai