Chapter 3
Adam Dimitri
Sebal,bete.
Itu yang tengah siswi yang berada di kantin sendirian ini rasakan.
"Krisis identitas? Pencarian jati diri? Maksudnya apaan coba?
Tuh orang ngeselin banget sih baru juga jadi guru BK udah songong. Tapi emang salah
gue juga sih!. Duhh ini pasti kena khotbah nih dari ortu kalau Sampek tau ada surat
panggilan buat mereka". Keluh Riana sambil melipat kedua tangannya dimeja kantin.
Ya...setelah keluar dari ruangan laknat tadi, Riana siswi itu bukannya masuk
kedalam kelasnya mengikuti pembelajaran, ia malah melangkahkan kakinya menuju
kantin sekolahnya dab benar saja hanya dia seorang yang berada di sana karena
memang belum
Waktunya untuk beristirahat.
Rupanya marah-marah atau mengeluh? membuatnya lapar dan memutuskan untuk memesan
mie ayam kesukaannya. Marah juga butuh tenaga pikirnya.
Tanpa sadar Suara derap langkah kaki perlahan mendekati siswi yang sekarang masih
dengan santainya menyantap mie ayam di depannya.
"Ehemm" suara deheman yang dekat di telinganya tiba-tiba membuyarkan kekhidmatan
Riana dalam menikmati makannya dan membuatnya tersedak.
"Uhuk uhuk" dengan cepat si siswi pun menenggak gelas air di samping piringnnya
hingga tandas.
"Anda bisa tidak tidak mengganggu orang yang tengah makan,saya kaget dan tersedak
tau?" Gerutu Riana sambil menahan kekesalannya.
"Itu yang menjadi pertanyaan saya untuk kamu, kenapa kamu sekarang makan disini?
Perlu saya ingatkan bahwa jam istirahat masih 1jam lagi" ujar sang guru bk dengan
nada dinginnya.
"Emm... saya kemarin lupa pak gak makan terus tadi pagi Karena saya sudah terlambat
jadi tidak sempat untuk sarapan. Sebenarnya saya tidak boleh melewatkan jadwal
makan saya pak karna saya punya lambung pak." Ujar si siswi dengan wajah dibuat
semelas mungkin agar lebih meyakinkan orgumennya.
"Saya bukan orang bodoh yang dengan mudahnya percaya apa yang kamu bicarakan." Ujar
sang guru bk dengan bersendekap dada.
"Yaudah pak iya, ini saya gak jadi lanjutin makan nya, saya mau langsung ke kelas
aja permisi" Ujar Riana dengan nada memelas berdiri sambil meninggalkan makannya.
"Kamu ngerti gak kata mubazir itu apa?" Tanya sang guru menghentikan siswinya yang
ingin meninggalkan kantin tersebut.
"Ya saya harus apa pak? Tadi katanya suruh masuk ke kelas sekarang dimarahin karna
makan gak habis. Saya bingung jadinya saya harus apa?" Ujar siswi itu ketika ingin
meninggalkan makanannya.
"Jangan kira saya akan dengan enaknya membiarkan kamu lolos kali ini tanpa hukuman,
sekarang kamu duduk dan habiskan makanan kamu setelah baru setelah itu ikut saya.
Saya rasa kamu harus punya cukup tenaga untuk hukuman yang akan saya berikan
nanti." Ucap sang guru masih dengan nada dinginnya.
Tiba-tiba sang guru dengan ringan mendudukkan bokongnya di hadapan sang murid di
meja kantin tersebut.
"Silakan kamu lanjutkan dulu makan makanan kamu dan setelah itu jangan harap kamu
bisa kabur dari saya."
Ujar si pria dengan raut wajah yang sangat memuakkan menurut siswinya ini.
"Saya juga gak akan bisa kabur mungkin' dari Anda sekarang ini"
"Ya, Karena saya tidak akan biarkan kamu."
Dengan sikapnya yang bar-bar tidak heran jika siswi yang dikenal Trouble maker
Sekolah tidak malu makan di depan sang guru.
Jangan membayangkan bahwa ia akan makan dengan feminim layaknya seorang wanita
memakan makanannya di depan pria.
Bahkan sang siswi pun seperti tak menganggap manusia yang ada di depannya ini ada.
Bodo amat pikir sang siswi.
##
Setelah selesai 'menemani' sang siswi pembuat onar itu menghabiskan makanannya,
sang guru pun kemudian menyuruh si siswi untuk mengikuti langkahnya.
Setelah sampai di depan ruangan yang dituju, sang guru pun membuka handle pintu
bertuliskan 'ruang bk' tersebut diikuti oleh si siswi yang sedang bertanya-tanya.
"Kenapa kita kesini lagi pak?" Tanya sang murid masih dengan penasarannya.
"Saya sudah bilang bukan bahwa saya akan memberikan kamu hukuman karna sudah makan
di jam pelajaran?."
Tanya sang guru sambil menutup pintu ruangan tersebut.
"Maksud anda apa pak... Jangan bilang bahwa Anda ingin...?" Ujar siswi sambil
bergidik ngeri membayangkan sesuatu yang iya-iya di pikirannya.
Dengan reflek sang siswi pun menutupkan tangannya menyilang didadanya.
"Maaf ya, tapi kamu jangan berharap sesuatu yang lebih dari saya, karena sudah
jelas walaupun saya masih single saya tidak akan mungkin tertarik sama kamu, anak
bau kencur." Ucap sang guru sedikit salah tingkah dilihat dari dirinya yang
memalingkan wajah kemerahannya dari sang murid.
"Syukur deh kalau bapak sadar umur" ucap Riana dongkol Karena dibilang anak bau
kencur.
Ya walaupun dia masih 17 tahun tapi dirinya juga tidak terima kalau dikatakan bau
kencur, boro-boro bau kencur minum jamunya saja belum pernah pikirnya.
Sang guru yang diingatkan masalah usianya oleh sang murid lantas langsung sadar
bahwa ketertarikannya sedari tadi pada sang murid tidak masuk akal dan tidak pantas
untuk dilanjutkan.
'Bodoh! ingat siswi di depanmu ini seumuran dengan adikmu rutuk sang guru.
Yah walaupun pertemuannya secara langsung baru tadi pagi, tapi tak bisa dipungkiri
bahwa rasa ketertarikan yang dirasakannya sangat besar pada muridnya ini.
"Kamu jangan berpikir macam-macam terhadap saya,kamu bisa lihat ruangan saya
sekarang kan. Berhubung hari ini hari pertama saya menjadi guru BK di sini, jadi
saya harus menata beberapa barang dan furniture saya dan sedikit mengubah letak
barang-barang disini. Tugas Kamu adalah bantu saya menata dan membersihkan ruangan
ini sampai benar-benar bersih."
Ujar sang guru.
Walaupun pagi tadi si siswi aka Riana sudah memasuki ruangan tersebut tetapi dia
tak sadar bahwa ruang bk yang dulu sekarang sudah jauh lebih luas.
Jangan ditanya kenapa Riana tau bagaimana kondisi ruangan bk sebelumnya karena
memang dirinya sudah seperti langganan keluar-masuk ruangan itu, jadi wajar saja
dirinya tau bahkan luas ruangan ini dulunya seberapa atau barang apa saja yang ada
didalamnya.
Seingatnya dulu ruangan bk yang sering ia masuki luasnya hanya sekitar 4×5 m dan
seingatnya pun tidak ada sofa besar dan halus disini. Ahh dan jangan lupakan ada
kamar mandi pula didalamnya. Seperti sekat antara ruangan ini dan ruangan
disampingnya dihilangkan.
"Eh ruangan sebelah bukannya ruangan kepsek ya?" Gumam Riana bertanya-tanya sambil
menata buku-buku yang ada didalam kardus ke rak-rak buku didepannya.
Tanpa disadari sang murid pun menoleh menatap sang guru yang tengah mengangkat
kardus-kardus ke samping nya tersebut.
"Firasat gue, nih orang posisinya lebih dari sekedar guru BK doang deh!" Ucap Riana
lirih.
Tok tok tok
Suara ketukan dari arah luar membuat sang guru beranjak dari pekerjaannya dan
membukakan pintu itu.
"Assalamualaikum pak adam, ini makanan yang Anda pesan tadi" ternyata ibu kantin
lah yang mengetuk pintu tadi sambil membawa makanan ringan dan teh yang mungkin
sebelumnya dipesan oleh sang guru.
"Oh.. namanya Adam ternyata."
Ucap Riana yang baru mengetahui nama sang guru BK nya.