bersinar menuju mata Irza. Seorang anak autis yang mengalami kesulitan berbicara dan berfikir lurus. Saat dia bangun ia langsung di hampiri ibunya yang membawa sarapan untuknya. Ibu langsung berkata “Irza, ibu sudah buatkan kamu makanan, yuk makan dulu yuk.” Kata ibu. Irza pun langsung duduk mengucapkan “Terma Khasibu.” Ibu pun melanjutkan percakapan dengan anak satu – satunya. “Irza, nanti besok kan kamu sekolah. Nah nanti saat kamu di sekolah belajar dengan sungguh – sungguh yah. Saat kamu di ejek oleh teman mu jangan lupa untuk bersebar yah nak.” “Iyaa Okebuu” balas Irza dengan bahasanya yang terbata – bata. Ibunya pun meninggalkan Irza di kamar dengan sarapannya dan berkata di dalam hati “Ya Allah, bagaimana masa depan dia ya Allah? Aku butuh bantuan mu Ya Allah mudahkanlah dia dalam menuntut ilmu ya Allah.”
Hari pun berjalan menuju malam dan
Irza sedang asik main game dari pagi sampai sore. Sehingga ibunya pun datang dan mengingatkan Irza untuk bersiap – siap untuk besok sekolah. “Irzaaa!! Udah beresin buku belum?” Irza pun menjawab “Belum bu.” “Hayu atuh nak, beresin besok kamu kan sekolah, heup dulu mainnya.” Ibu mengambil HP Irza. Irza langsung membereskan buku untuk besok setelah HPnya di ambil oleh ibunya. Karena Irza tidak ada kerjaan dia langsung tidur saat setelah maghrib, tetapi dikarenakan dia tidur terlalu awal dia pun bangun jam 12 malam. Dia tidak tahu bahwa ini sudah terlalu malam, dan Irza takut dengan kegelapan, sedangkan lampu di kamarnya sudah mati. Jadi dia karena ketakutan dia sulit untuk tidur dan nanti saat pagi dia pun telat bangun. Sudah jam 7:00 dan Irza belum keluar kamar maka ibunya langsung menghampiri kamarnya dan menemukan ia tidur saat sudah waktu telat seperti ini. “Irzaaa!!! Kamu kok masih tidur lihat sudah jam berapa ini??? Ayo cepat mandi!!” Ucap ibu dengan nada marah. “Iya mafbu akuu glap takuts” dengan nada sedih dan malu. Ibu pun mencetrek saklar lampu dan berbicara lagi kepada Irza “Irza, kalau ada sesuatu bilang saja. Daripada kayak gini yah.” Dan Irza pun mengangguk dan segera bergegas ke kamar mandi.
Tak lama kemudian Ibu mengantar Irza
ke sekolah dan sampai di sana ia dan ibunya langsung menghampiri guru piket untuk mendapat izin masuk ke kelas. “Ini siapa? Mengapa terlambat di hari pertama?” saat Irza ingin berbicara ia langsung di potong oleh ibunya “Ini Mirza Pratama Putra Kelas 7C, Tapi bu boleh kah saya berbicara dengan ibu sementara?” lalu Ibu guru piket membolehkan. “Bu, anak saya punya gejala autisme. Walau ini bukan berhubungan dengan telatnya anak saya, mohon bantu dia jika dia dibully atau di hina oleh temennya yah.” Mengucapkannya sembari berbisik ke guru Piket. “Baik bu saya mengerti, baik saya izin kan dia masuk. Ini suratnya mohon beri ke guru yang mengajar di kelas yah.” Jawab guru piket.
Irza pun di antar oleh ibunya untuk datang ke
kelas dan saat tiba dia langsung bertemu dengan guru bahasa Indonesia yang bernama Pak Imam. Pak Imam adalah guru yang baik dan ramah dia hampir tidak pernah membentak murid saat mereka sedang nakal.
“Waduh siapa ini?” tanya pak Imam. Ibunya
Irza menjawab “Ini Irza Pak, mohon maaf yah pak anak saya terlambat di hari pertama.” Lalu Pak Imam menjawab “Tidak apa-apa bu, lebih baik telat daripada bolos yah bukan anak- anak?” “Terima kasih pak! Tapi bolehkah saya berbicara dengan bapak? Untuk sebentar saja pak!” tanya ibu dari Irza. “Boleh bu, ada apa?” Tanya lagi Pak Imam sembari keluar kelas. “Jadi begini Pak anak saya mempunyai gejala autisme dan dia tidak mudah untuk berbicara atau mengerti apa yang guru sampaikan. Nah jadi saya minta tolong pak, tolongg sekali saya butuh bantuan bapak agar anak saya dilindungi dari pembulian yah pak! Mohon sekali yah Pak” Ucap Ibunya Irza sembari memohon- mohon dengan isyarat tangannya. “Tenang Bu, Saya akan menjaga anak Ibu selama masa MPLS ini yah, mudah-mudahan jika nanti dia sudah bertemu dengan wali kelasnya yang sebenarnya. Dia akan dijaga juga yah.” Jawab Pak Imam. “Aamiin” Ucap Pak Imam dan Ibu Irza. “Sebaiknya saya kembali ke kelas untuk mengurus murid yah, dan Ibu juga sebaiknya melakukan aktivitas rumah tangga terlebih dahulu juga” Ucap Pak Imam. “Iya pak, anda benar baiklah saya duluan yah Pak, Assalamualaikum.” “Waalaikumussalam.” Mereka berdua saling menjawab salam.
“Baik Anak-anak, maaf tadi ada sedikit iklan
yang mengganggu jadi kita lanjutkan kepada aturan yang ada di sekolah ini. Nah anak-anak sudah jelas sebagai murid kita harus menjadi orang yang disiplin dan taat aturan, untuk menjadi orang tersebut salah satunya adalah datang sekolah tepat waktu yah anak-anak. Jadi, Irza besok kamu jangan ulangi lagi yah.” Tegas Pak Imam kepada Irza. Irza pun hanya menjawab “Yaaaah Yaaah Tullll.” Dan satu sekelas pun langsung tertawa melihat kelakuan Irza.
“Hey janganlah begitu, dia ini anak baru jadi
bapak minta tolong kepada kalian jangan mengolok-olok dia bisa jadi dia trauma karena itu.” Tegas pak Imam. “Baik pak.” Ucap para murid. “Oke kita lanjut ke pembahasan yah. Jadi selain harus taat aturan kita juga harus menggunakan seragam yang sesuai pada hari tersebut selain itu bla bla bla bla bla.” Irza mendadak tertidur di kelas saat Pak Imam menerangkan materi dan Pak Imam tidak menyadarinya. Tak lama kemudian bel istirahat telah berbunyi dan Irza pun terbangun.
Kemudian pak Imam menutup aktivitas
pembelajarannya. “Oke anak-anak sepertinya pertemuan kita diakhiri dulu sementara nanti kita bertemu lagi setelah istirahat, terima kasih atas perhatiannya. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.” “Waalaikumussalam Terima kasih pak.” Para murid menjawab salam. “Brow Kok Guru klaass keluar?” Tanya Irza kepada murid yang bernama Ilham. Ilham pun menjawab “Kan sudah waktu istirahat, kalau kamu tidur pasti kamu ngeti, dasar orang bodoh.” “Eh kamu jangan gituu” kata cewek yang bernama Nisa. “Tadi kan, Pak Imam sudah bilang gak boleh gitu nanti dia traumaa.” Tegas Nisa. “Alah Brisik kau Nis, biarin aja dia orang gak jelas. Kira -kira guru bakalan peduli sama orang bodoh kayak begini.” Balas Ilham dengan bahasa yang tidak enak didengar dan dia pun menjauhi Irza dan juga Nisa.
“Yang sabar yah, Iham orangnya memang
kasar.” Ucap Nisa kepada Irza. “Yaaa, Yaah Trimma Kasssih.” Balas Irza. Dan Nisa pergi ke arah kantin bersama temannya. “Nis, kamu ngapain bantuin dia? Dia orangnya udah kena gangguan jiwa kayak gitu buat apaan coba?” Tanya Intan (temannya Nisa) kepada Nisa. “Yah kasihan atuh, orang dianya juga autis masa dibully. Emang salahnya bantuin dia apa sih?” Jawab nisa. “Iya sih tapi yaah ku kira kamu suka sama orang gituan. Hehe” Ucap Intan. “Aahh kamu ada-ada aja Tan.” Balas Nisa.
Saat Nisa dan Intan balik dari kantin mereka
kembali ke kelas dan melihat para cowok yang merekam kelakuan Irza yang aneh dan menertawakannya. Irza orangnya cukup pendek dan kacamatanya dia simpan di atas pintu oleh Ilham dan kawan-kawannya pun merekam dia mencoba mengambil kacamatanya. Tetapi karena Intan dan Nisa takut diejek oleh Ilham dan kawan-kawannya mereka lebih memilih untuk berbisik kepada sesama “Kasihan ih, baru masuk udah dibully kayak gitu.” Ucap nisa. “Iyaa pantes aja kamu tadi belain, gak mau kamu belain lagi?” Tanya Intan. “Gak ah, ntar aku juga yang diledekin sama si Ilham, Males.” Jawab Nisa. “Iya sih kita juga harus liat situasi kondisi sih.” Tanggap Intan. Dan mereka pun memasuki ruang kelas dengan muka yang menunjukan rasa kasihan kepada Irza. Tak lama kemudian bel masuk kelas sudah berbunyi dan pak Hadi yaitu guru matematika yang sangat killer melewati ruangan kelas 7C dan melihat Irza yang kesulitan mengambil kacamata di kelas. “Jang, kamu ngapain?” Tanya pak Hadi kepada Irza. “Ituu Kacamataaa, Tinggi, Atas.” Jawab Irza dengan kata yang terbata-bata. “Astagaaa, HEY SIAPA YANG NYIMPAN KACAMATA DIA DI ATAS PINTU?” Tegas Pak Hadi. Seluruh murid pun sekelas terdiam tak tahu ingin berkata apa. “Ini mau satu kelas yang saya setrap? Atau ada yang mau ngaku.” “Ilham pak.” Ucap Hafizh (Murid cowok yang baik). “Iya pak itu sama Ilham yang nyimpan kacamata di atas” Nisa pun setuju. “Iya pak” Kata Intan dan kawan-kawan. “Mana yang namanya Ilham disini?” Tanya pak Hadi dengan suara keras. “Saya pak” Ilham mengaku dengan penuh rasa gugup. “Sini ikut bapak, keluar kelas SINI!!” Tegas Pak Hadi. Ilham pun keluar kelas dengan penuh rasa ketakutan dan Pak Hadi membawa dia ke pinggir lorong dan menegurnya. “Maksudnya apa seperti itu hah?” Tanya Pak Hadi kepada Ilham. “Hanya bercanda pak itu doang.” Jawab Ilham dengan penuh rasa takut. “Kalau memang bercanda liat mata dia udah berkaca, kau pikir itu bercanda??” Tegas Pak Hadi. “Maaf pak, Maaf saya gak akan lakuin lagi.” Ilham menyesali perbuatan dia dan Pak Hadi pun menjawab. “Kalau kau mau minta maaf, minta maaf tuh kepada orang yang kamu sakiti. BUKAN SAMA SAYA! Sok sekarang kamu yang minta maaf kepada anak yang kamu tadi bully.” Pak Hadi pun mendorong Ilham untuk meminta maaf kepada Irza karena apa yang telah dia buat. “Irza maaf yah tadi aku udah jailin kamu aku menyesal udah ngelakuin itu. Kamu mau maafin aku gak?” dan Irza pun menjawab “Yaa broww yaaa.” Dan mereka pun bersalaman.
Tak lama kemudian Pak Imam kembali ke
kelasnya dan dia menemui Pak Hadi dan 2 Murid ini saling bersalaman. “Ada apa ini pak Hadi?” Tanya Pak Imam. “Gak masalah Pak Imam masalahnya sudah selesai. Sok mangga pak lanjutin materi yang bapa ingin sampaikan Pak. Saya pamit dulu Assalamualaikum.” Jawab Pak Hadi. “Waalaikumussalam.” Pak Imam dan beberapa murid menjawab salamnya Pak Hadi. “Oke bapak anggap masalah tadi sudah selesai dan sekarang kita bisa fokus kembali ke pembelajaran. Baik anak anak tadi kita sudah membahas tentang disiplin dan taat aturan sekarang kita akan membahas tentang mata pelajaran dan pentingnya kita untuk meminati suatu mata pelajaran tertentu. Karena kan tidak mungkin kita bisa ahli dalam semua bidang. Ada yang jago matematika, ada yang jago IPA, ada yang jago IPS, dan lain—lain. Oleh karena itu kita harus punya minat dan bakat masing-masing dalam mata pelajaran tertentu. Tetapi bukan berarti kita melupakan pelajaran yang lain. Tetap kerjakan tugas mata pelajaran lain, tetapi fokuslah di suatu bidang mata pelajaran Okee anak-anak.” “Oke pak siap.” “Tapi saya mau bertanya pak.” Ucap Hafizh. “Silahkan Hafizh mau nanya apa?” Balas Pak Imam. “Kalau misalkan kita sudah ada minat dan bakat di suatu pelajaran buat apa kita fokus ke pelajaran lain pak? Kan nilai-nilai lain gak akan ngaruh ke pekerjaan yang akan kita minati nanti.” Tanya Hafizh. “Waah iya juga yah.” Murid-murid pun mulai penasaran dengan jawaban Pak Imam. “Oke pertanyaan yang bagus Hafizh. Nah saya tanya dulu ke kamu misalkan saya minat di IPS dan suka membaca atau bercerita tentang suatu peristiwa sejarah tapi kamu benci matematika kira-kira nanti kalau di saat kamu kerja misal sebagai guru. Kamu kan harus tetap bisa menghitung kan? Jadi jangan di benci tetap enjoy saja pelajarannya.” Kata Pak Imam. “Tapi Pak Rumus-rumus yang dipelajari gak ada hubungannya sama sekali dengan hal yang ada di kehidupan, misal Pecahan deh. Kapan coba saat kita nyari di supermarket melihat satuan 5/27 atau pecahan kompleks lainnya?” Tanya lagi oleh Hafizh. “Itu memang benar, tetapi yang kamu harus dapat dari matematika bukan pengaplikasian si rumusnya. Tapi yang kamu harus dapat adalah pemikiran logika darinya, bagaimana kamu berfikir logis dari hal tersebut. Karena nanti saaat kamu masuk PTN itu kan yang di tes adalah TPS atau Skolatik saja kan, jadi nanti kita coba ubah prinsipnya jangan bingung liat angka karena matematika tapi jadikan matematika sebagai teka-teki yang harus kita selesaikan yah nak.” Jawab Pak Imam. Jawaban Pak Imam pun cukup menarik perhatian banyak murid. Tetapi ada suara seseorang yang mengorok. Ternyata itu adalah Irza yang tertidur saat materi selesai diterangkan. Irza pun dibangunkan oleh salah satu temannya yang duduk disampingnya. Dia pun terbangun dan diketawai oleh satu kelas. Pak Imam pun menegur muridnya karena dia tidak suka melihat orang lain terhina. Pak Imam pun lanjut menerangkan materi sedangkan Irza masih tidur nyenyak tanpa mengeluar kan suara.
Tak lama kemudian Bel pulang pun berbunyi
dan Irza yang masih tidur diganggu oleh teman hingga bangun. “Heh bodoh bangun luh.” Ucap Ilham kepada Irza.