Anda di halaman 1dari 13

Bab 1

Masa sekolah penuh hinaan

Sinar Matahari di Pagi hari minggu,


bersinar menuju mata Irza. Seorang anak autis
yang mengalami kesulitan berbicara dan
berfikir lurus. Saat dia bangun ia langsung di
hampiri ibunya yang membawa sarapan
untuknya. Ibu langsung berkata “Irza, ibu
sudah buatkan kamu makanan, yuk makan
dulu yuk.” Kata ibu. Irza pun langsung duduk
mengucapkan “Terma Khasibu.” Ibu pun
melanjutkan percakapan dengan anak satu –
satunya. “Irza, nanti besok kan kamu sekolah.
Nah nanti saat kamu di sekolah belajar dengan
sungguh – sungguh yah. Saat kamu di ejek
oleh teman mu jangan lupa untuk bersebar yah
nak.” “Iyaa Okebuu” balas Irza dengan
bahasanya yang terbata – bata. Ibunya pun
meninggalkan Irza di kamar dengan
sarapannya dan berkata di dalam hati “Ya
Allah, bagaimana masa depan dia ya Allah?
Aku butuh bantuan mu Ya Allah mudahkanlah
dia dalam menuntut ilmu ya Allah.”

Hari pun berjalan menuju malam dan


Irza sedang asik main game dari pagi sampai
sore. Sehingga ibunya pun datang dan
mengingatkan Irza untuk bersiap – siap untuk
besok sekolah. “Irzaaa!! Udah beresin buku
belum?” Irza pun menjawab “Belum bu.”
“Hayu atuh nak, beresin besok kamu kan
sekolah, heup dulu mainnya.” Ibu mengambil
HP Irza. Irza langsung membereskan buku
untuk besok setelah HPnya di ambil oleh
ibunya. Karena Irza tidak ada kerjaan dia
langsung tidur saat setelah maghrib, tetapi
dikarenakan dia tidur terlalu awal dia pun
bangun jam 12 malam. Dia tidak tahu bahwa
ini sudah terlalu malam, dan Irza takut dengan
kegelapan, sedangkan lampu di kamarnya
sudah mati. Jadi dia karena ketakutan dia sulit
untuk tidur dan nanti saat pagi dia pun telat
bangun.
Sudah jam 7:00 dan Irza belum keluar
kamar maka ibunya langsung menghampiri
kamarnya dan menemukan ia tidur saat sudah
waktu telat seperti ini. “Irzaaa!!! Kamu kok
masih tidur lihat sudah jam berapa ini??? Ayo
cepat mandi!!” Ucap ibu dengan nada marah.
“Iya mafbu akuu glap takuts” dengan nada
sedih dan malu. Ibu pun mencetrek saklar
lampu dan berbicara lagi kepada Irza “Irza,
kalau ada sesuatu bilang saja. Daripada kayak
gini yah.” Dan Irza pun mengangguk dan
segera bergegas ke kamar mandi.

Tak lama kemudian Ibu mengantar Irza


ke sekolah dan sampai di sana ia dan ibunya
langsung menghampiri guru piket untuk
mendapat izin masuk ke kelas. “Ini siapa?
Mengapa terlambat di hari pertama?” saat Irza
ingin berbicara ia langsung di potong oleh
ibunya “Ini Mirza Pratama Putra Kelas 7C,
Tapi bu boleh kah saya berbicara dengan ibu
sementara?” lalu Ibu guru piket membolehkan.
“Bu, anak saya punya gejala autisme. Walau
ini bukan berhubungan dengan telatnya anak
saya, mohon bantu dia jika dia dibully atau di
hina oleh temennya yah.” Mengucapkannya
sembari berbisik ke guru Piket. “Baik bu saya
mengerti, baik saya izin kan dia masuk. Ini
suratnya mohon beri ke guru yang mengajar di
kelas yah.” Jawab guru piket.

Irza pun di antar oleh ibunya untuk datang ke


kelas dan saat tiba dia langsung bertemu
dengan guru bahasa Indonesia yang bernama
Pak Imam. Pak Imam adalah guru yang baik
dan ramah dia hampir tidak pernah membentak
murid saat mereka sedang nakal.

“Waduh siapa ini?” tanya pak Imam. Ibunya


Irza menjawab “Ini Irza Pak, mohon maaf yah
pak anak saya terlambat di hari pertama.” Lalu
Pak Imam menjawab “Tidak apa-apa bu, lebih
baik telat daripada bolos yah bukan anak-
anak?” “Terima kasih pak! Tapi bolehkah saya
berbicara dengan bapak? Untuk sebentar saja
pak!” tanya ibu dari Irza. “Boleh bu, ada apa?”
Tanya lagi Pak Imam sembari keluar kelas.
“Jadi begini Pak anak saya mempunyai gejala
autisme dan dia tidak mudah untuk berbicara
atau mengerti apa yang guru sampaikan. Nah
jadi saya minta tolong pak, tolongg sekali saya
butuh bantuan bapak agar anak saya dilindungi
dari pembulian yah pak! Mohon sekali yah
Pak” Ucap Ibunya Irza sembari memohon-
mohon dengan isyarat tangannya. “Tenang Bu,
Saya akan menjaga anak Ibu selama masa
MPLS ini yah, mudah-mudahan jika nanti dia
sudah bertemu dengan wali kelasnya yang
sebenarnya. Dia akan dijaga juga yah.” Jawab
Pak Imam. “Aamiin” Ucap Pak Imam dan Ibu
Irza. “Sebaiknya saya kembali ke kelas untuk
mengurus murid yah, dan Ibu juga sebaiknya
melakukan aktivitas rumah tangga terlebih
dahulu juga” Ucap Pak Imam. “Iya pak, anda
benar baiklah saya duluan yah Pak,
Assalamualaikum.” “Waalaikumussalam.”
Mereka berdua saling menjawab salam.

“Baik Anak-anak, maaf tadi ada sedikit iklan


yang mengganggu jadi kita lanjutkan kepada
aturan yang ada di sekolah ini. Nah anak-anak
sudah jelas sebagai murid kita harus menjadi
orang yang disiplin dan taat aturan, untuk
menjadi orang tersebut salah satunya adalah
datang sekolah tepat waktu yah anak-anak.
Jadi, Irza besok kamu jangan ulangi lagi yah.”
Tegas Pak Imam kepada Irza. Irza pun hanya
menjawab “Yaaaah Yaaah Tullll.” Dan satu
sekelas pun langsung tertawa melihat kelakuan
Irza.

“Hey janganlah begitu, dia ini anak baru jadi


bapak minta tolong kepada kalian jangan
mengolok-olok dia bisa jadi dia trauma karena
itu.” Tegas pak Imam. “Baik pak.” Ucap para
murid. “Oke kita lanjut ke pembahasan yah.
Jadi selain harus taat aturan kita juga harus
menggunakan seragam yang sesuai pada hari
tersebut selain itu bla bla bla bla bla.” Irza
mendadak tertidur di kelas saat Pak Imam
menerangkan materi dan Pak Imam tidak
menyadarinya. Tak lama kemudian bel
istirahat telah berbunyi dan Irza pun
terbangun.

Kemudian pak Imam menutup aktivitas


pembelajarannya. “Oke anak-anak sepertinya
pertemuan kita diakhiri dulu sementara nanti
kita bertemu lagi setelah istirahat, terima kasih
atas perhatiannya. Wassalamualaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh.”
“Waalaikumussalam Terima kasih pak.” Para
murid menjawab salam. “Brow Kok Guru
klaass keluar?” Tanya Irza kepada murid yang
bernama Ilham. Ilham pun menjawab “Kan
sudah waktu istirahat, kalau kamu tidur pasti
kamu ngeti, dasar orang bodoh.” “Eh kamu
jangan gituu” kata cewek yang bernama Nisa.
“Tadi kan, Pak Imam sudah bilang gak boleh
gitu nanti dia traumaa.” Tegas Nisa. “Alah
Brisik kau Nis, biarin aja dia orang gak jelas.
Kira -kira guru bakalan peduli sama orang
bodoh kayak begini.” Balas Ilham dengan
bahasa yang tidak enak didengar dan dia pun
menjauhi Irza dan juga Nisa.

“Yang sabar yah, Iham orangnya memang


kasar.” Ucap Nisa kepada Irza. “Yaaa, Yaah
Trimma Kasssih.” Balas Irza. Dan Nisa pergi
ke arah kantin bersama temannya. “Nis, kamu
ngapain bantuin dia? Dia orangnya udah kena
gangguan jiwa kayak gitu buat apaan coba?”
Tanya Intan (temannya Nisa) kepada Nisa.
“Yah kasihan atuh, orang dianya juga autis
masa dibully. Emang salahnya bantuin dia apa
sih?” Jawab nisa. “Iya sih tapi yaah ku kira
kamu suka sama orang gituan. Hehe” Ucap
Intan. “Aahh kamu ada-ada aja Tan.” Balas
Nisa.

Saat Nisa dan Intan balik dari kantin mereka


kembali ke kelas dan melihat para cowok yang
merekam kelakuan Irza yang aneh dan
menertawakannya. Irza orangnya cukup
pendek dan kacamatanya dia simpan di atas
pintu oleh Ilham dan kawan-kawannya pun
merekam dia mencoba mengambil
kacamatanya. Tetapi karena Intan dan Nisa
takut diejek oleh Ilham dan kawan-kawannya
mereka lebih memilih untuk berbisik kepada
sesama “Kasihan ih, baru masuk udah dibully
kayak gitu.” Ucap nisa. “Iyaa pantes aja kamu
tadi belain, gak mau kamu belain lagi?” Tanya
Intan. “Gak ah, ntar aku juga yang diledekin
sama si Ilham, Males.” Jawab Nisa. “Iya sih
kita juga harus liat situasi kondisi sih.”
Tanggap Intan. Dan mereka pun memasuki
ruang kelas dengan muka yang menunjukan
rasa kasihan kepada Irza. Tak lama kemudian
bel masuk kelas sudah berbunyi dan pak Hadi
yaitu guru matematika yang sangat killer
melewati ruangan kelas 7C dan melihat Irza
yang kesulitan mengambil kacamata di kelas.
“Jang, kamu ngapain?” Tanya pak Hadi
kepada Irza. “Ituu Kacamataaa, Tinggi, Atas.”
Jawab Irza dengan kata yang terbata-bata.
“Astagaaa, HEY SIAPA YANG NYIMPAN
KACAMATA DIA DI ATAS PINTU?” Tegas
Pak Hadi. Seluruh murid pun sekelas terdiam
tak tahu ingin berkata apa. “Ini mau satu kelas
yang saya setrap? Atau ada yang mau ngaku.”
“Ilham pak.” Ucap Hafizh (Murid cowok yang
baik). “Iya pak itu sama Ilham yang nyimpan
kacamata di atas” Nisa pun setuju. “Iya pak”
Kata Intan dan kawan-kawan. “Mana yang
namanya Ilham disini?” Tanya pak Hadi
dengan suara keras. “Saya pak” Ilham
mengaku dengan penuh rasa gugup. “Sini ikut
bapak, keluar kelas SINI!!” Tegas Pak Hadi.
Ilham pun keluar kelas dengan penuh rasa
ketakutan dan Pak Hadi membawa dia ke
pinggir lorong dan menegurnya. “Maksudnya
apa seperti itu hah?” Tanya Pak Hadi kepada
Ilham. “Hanya bercanda pak itu doang.” Jawab
Ilham dengan penuh rasa takut. “Kalau
memang bercanda liat mata dia udah berkaca,
kau pikir itu bercanda??” Tegas Pak Hadi.
“Maaf pak, Maaf saya gak akan lakuin lagi.”
Ilham menyesali perbuatan dia dan Pak Hadi
pun menjawab.
“Kalau kau mau minta maaf, minta maaf tuh
kepada orang yang kamu sakiti. BUKAN
SAMA SAYA! Sok sekarang kamu yang
minta maaf kepada anak yang kamu tadi
bully.” Pak Hadi pun mendorong Ilham untuk
meminta maaf kepada Irza karena apa yang
telah dia buat. “Irza maaf yah tadi aku udah
jailin kamu aku menyesal udah ngelakuin itu.
Kamu mau maafin aku gak?” dan Irza pun
menjawab “Yaa broww yaaa.” Dan mereka
pun bersalaman.

Tak lama kemudian Pak Imam kembali ke


kelasnya dan dia menemui Pak Hadi dan 2
Murid ini saling bersalaman. “Ada apa ini pak
Hadi?” Tanya Pak Imam. “Gak masalah Pak
Imam masalahnya sudah selesai. Sok mangga
pak lanjutin materi yang bapa ingin sampaikan
Pak. Saya pamit dulu Assalamualaikum.”
Jawab Pak Hadi. “Waalaikumussalam.” Pak
Imam dan beberapa murid menjawab
salamnya Pak Hadi. “Oke bapak anggap
masalah tadi sudah selesai dan sekarang kita
bisa fokus kembali ke pembelajaran. Baik
anak anak tadi kita sudah membahas tentang
disiplin dan taat aturan sekarang kita akan
membahas tentang mata pelajaran dan
pentingnya kita untuk meminati suatu mata
pelajaran tertentu. Karena kan tidak mungkin
kita bisa ahli dalam semua bidang. Ada yang
jago matematika, ada yang jago IPA, ada yang
jago IPS, dan lain—lain. Oleh karena itu kita
harus punya minat dan bakat masing-masing
dalam mata pelajaran tertentu. Tetapi bukan
berarti kita melupakan pelajaran yang lain.
Tetap kerjakan tugas mata pelajaran lain, tetapi
fokuslah di suatu bidang mata pelajaran Okee
anak-anak.” “Oke pak siap.” “Tapi saya mau
bertanya pak.” Ucap Hafizh. “Silahkan Hafizh
mau nanya apa?” Balas Pak Imam. “Kalau
misalkan kita sudah ada minat dan bakat di
suatu pelajaran buat apa kita fokus ke
pelajaran lain pak? Kan nilai-nilai lain gak
akan ngaruh ke pekerjaan yang akan kita
minati nanti.” Tanya Hafizh. “Waah iya juga
yah.” Murid-murid pun mulai penasaran
dengan jawaban Pak Imam. “Oke pertanyaan
yang bagus Hafizh. Nah saya tanya dulu ke
kamu misalkan saya minat di IPS dan suka
membaca atau bercerita tentang suatu
peristiwa sejarah tapi kamu benci matematika
kira-kira nanti kalau di saat kamu kerja misal
sebagai guru. Kamu kan harus tetap bisa
menghitung kan? Jadi jangan di benci tetap
enjoy saja pelajarannya.” Kata Pak Imam.
“Tapi Pak Rumus-rumus yang dipelajari gak
ada hubungannya sama sekali dengan hal yang
ada di kehidupan, misal Pecahan deh. Kapan
coba saat kita nyari di supermarket melihat
satuan 5/27 atau pecahan kompleks lainnya?”
Tanya lagi oleh Hafizh. “Itu memang benar,
tetapi yang kamu harus dapat dari matematika
bukan pengaplikasian si rumusnya. Tapi yang
kamu harus dapat adalah pemikiran logika
darinya, bagaimana kamu berfikir logis dari
hal tersebut. Karena nanti saaat kamu masuk
PTN itu kan yang di tes adalah TPS atau
Skolatik saja kan, jadi nanti kita coba ubah
prinsipnya jangan bingung liat angka karena
matematika tapi jadikan matematika sebagai
teka-teki yang harus kita selesaikan yah nak.”
Jawab Pak Imam.
Jawaban Pak Imam pun cukup menarik
perhatian banyak murid. Tetapi ada suara
seseorang yang mengorok. Ternyata itu adalah
Irza yang tertidur saat materi selesai
diterangkan. Irza pun dibangunkan oleh salah
satu temannya yang duduk disampingnya. Dia
pun terbangun dan diketawai oleh satu kelas.
Pak Imam pun menegur muridnya karena dia
tidak suka melihat orang lain terhina. Pak
Imam pun lanjut menerangkan materi
sedangkan Irza masih tidur nyenyak tanpa
mengeluar kan suara.

Tak lama kemudian Bel pulang pun berbunyi


dan Irza yang masih tidur diganggu oleh teman
hingga bangun. “Heh bodoh bangun luh.”
Ucap Ilham kepada Irza.

Anda mungkin juga menyukai