Disusun oleh :
Neila Adzkia Iftihana
1908106082
Penulis
I
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………...…………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………….………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..……………1
A. Kajian Teori………………………………………………………………………….5
B. Penelitian yang Relevan………………………………………...…………………..10
C. Kerangka Berpikir………………………………………………………………..…12
D. Hipotesis Tindakan………………………………………………………………….13
A. Setting Penelitian……………………………………………………………………14
B. Subjek Penelitian……………………………………………………………………14
C. Sumber Data……………………………………...…………………………………14
D. Teknik dan alat Pengumpulan Data………..…….…………………………………14
E. Validasi Data……………………………………...……...…………………………15
F. Analisis Data……………………………………………………………..…………16
G. Indicator Kinerja……………………………………………………………………17
H. Prosedur Penelitian………………………………………………….………………18
II
4. Refleksi………………………………………………………………...………25
C. Deskripsi Hasil Siklus II………………………………………...…………………26
1. Perencanaan Tindakan…………………………………………………………26
2. Pelaksanaan Tindakan………………………………………….………………26
3. Hasil Pengamatan………………………………………………………………27
4. Refleksi………………………………………………………………...………28
D. Diskusi dan Pembahasan……………………………………………………………28
BAB V PENUTUP………………………………………….……………………………….31
A. Kesimpulan…………………………………………………………………………31
B. Saran………………………………………………………………………………...31
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….…32
LAMPIRAN
III
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa dan Negara.
Pembangunan Nasional dibidang pendidikan adalah upaya mencerdaskan kehidupan bangsa,
meningkatkan kualititas manusia, dan mengembangkan diri sebagai manusia seutuhnya. Untuk
meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran bukan hal yang mudah. Kualitas dan mutu
pendidikan harus senantiasa ditingkatkan. Salah satu cara untuk meningkatkan kualitas dan
mutu pendidikan adalah dengan memperbaiki proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar
merupakan bagian terpenting dari pendidikan. Memperbaiki proses belajar mengajar dapat
dilakukan dengan meningkatkan hasil belajar.
Belajar adalah tahapan perubahan perilaku individu yang relatif menetap sebagai hasil
pengalaman dan interaksi individu dengan lingkungan. Ada beberapa teori yang berpendapat
bahwa proses belajar pada prinsipnya bertumpuh pada stuktur kognitif, yakni penataan fakta,
konsep serta prinsipprinsip, sehingga membentuk satu kesatuan yang memiliki makna bagi
subjek didik. (Thobroni, 2016).
Guru berperan sangat besar dalam memperbaiki proses belajar mengajar. Guru juga yang
memiliki pengaruh terhadap keberhasilan belajar siswa. Keberhasilan belajar siswa dapat
dilihat dari apa yang dipahami siswa, penguasaan materi serta hasil belajar siswa. Ketiga hal
tersebut saling terkait dan saling mempengaruhi. Semakin siswa paham terhadap materi yang
disampaikan guru itu berarti siswa dapat menguasai materi dengan baik, dengan siswa
menguasai materi yang disampaikan oleh guru dengan baik maka hasil belajar yang dicapai
oleh siswa akan baik pula.
1
semua perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya
disertai perubahan tingkah laku.
IPA adalah ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara
sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan pengetahuan yang berupa fakta-fakta,
konsep-konsep prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Proses
pembelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan
kompetensi agar memahami alam sekitar secara ilmiah. IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki
karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa
kenyataan (reality) atau kejadian (event) dan hubungan sebab-akibat. Cabang ilmu yang
termasuk anggota rumpun IPA saat ini antara lain Biologi, Fisika, IPA, Astronomi/Astrofisika,
dan Geologi. (Widiwisudawati dan Sulistiowati, 2015).
Merujuk pada uraian di atas dapat dipahami bahwa peningkatan hasil belajar sangat
diperlukan. Pendidik harus dapat menciptakan strategi dan pendekatan pembelajaran yang
menarik dan tidak membosankan yang dapat mengembangkan daya pikir siswa lebih keatif,
melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran, membuat siswa berani
mengungkapkan ide atau gagasan yang sesuai dengan topik yang dibahas dan mengembangkan
keterampilan yang diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa salah satunya adalah
pada pembelajaran IPA.
2
Berdasarkan pengalaman mengajar selama Pengenalan Lapangan Persekolahan (PLP),
diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas VIII C tergolong rendah, dengan Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang ditetapkan pihak sekolah yaitu 70. Dan, sekolah MTs Al-Anwar dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran belum menggunaka metode yang tepat. Dari permasalahan
tersebut, peneliti bermaksud untuk melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas di kelas VIII C
pada materi system peredaran darah manusia menggunakan Model Discovery Learning untuk
meningkatkan hasil belajar kognitif siswa.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan bahwa
beberapa permasalah yaitu:
1. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
2. Kurang fokusnya siswa terhadap proses pembelajaran
3. Kurang tertariknya siswa terhadap strategi yang digunakan oleh guru
4. Kurangnya partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terjadinya perluasan pembahasan dalam penelitian ini, masalah
yang diteliti difokuskan pada Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Dengan
Menggunakan model pembelajaran Discovery Learning pada Pembelajaran IPA Kelas VIII
C di MTs Al-Anwar dengan Materi Peredaran Darah Pada Manusia pada semester satu
(ganjil).
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah di atas adapun rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu “ Apakah penggunaan model pembelajaran Discovery Learning dapat meningkatkan
hasil belajar kognitif siswa pada pembelajaran IPA kelas VIII di MTs Al-Anwar dengan
Materi Peredaran Darah Pada Manusia ?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar
kognitif siswa pada pembelajaran IPA kelas VIII di MTs Al-Anwar dengan Materi
Peredaran Darah Pada Manusia menggunakan model pembelajaran Discovery Learning.
F. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru
3
Menambah wawasan tentang penggunaan model pembelajaran Discovery Learning
sebagai strategi pembelajaran variatif untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V
Mata Pelajaran IPA
b. Bagi Sekolah
Dapat menjadikan sumbangan pikiran untuk meningkatkan bimbingan para guru dalam
upaya perbaikan pembelajaran serta mutu sekolah yang baik
c. Bagi Siswa
Adanya penggunaan model pembelajaran Discovery Learning untuk meningkatkan hasil
belajar dan membangkitkan respon siswa pada pembelajaran IPA
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
a) Pengertian Hasil Belajar
Salah satu keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari hasil belajar yang
diperoleh siswa setelah mengikuti proses bel-ajar mengajar. Menurut Suprijono, dalam buku
Muhammad Thobrani dan Arif Mustofa mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-
pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikapsikap, dan keterampilan. (Thabroni
dan Mustofa, 2013).
Sedangkan menurut Mulyasa (2012) dalam bukunya, “Implementasi Kurikulum
Satuan Pendidikan Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah”, mengungkapkan bahwa hasil
belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan yang menjadi indikator
kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.
Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku. Walaupun tidak semua
perubahan tingkah laku merupakan hasil belajar, akan tetapi aktivitas belajar umumnya
disertai perubahan tingkah laku. (Aunurrahman, 2012). Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya
salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar itu sendiri merupakan tolak ukur
dari keberhasilan dalam proses belajar.
b) Jenis- Jenis Hasil Belajar
Hasil belajar siswa dalam kegiatan belajar memiliki berbagai jenis diantaranya yaitu
meliputi: Keterampilan Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar,
dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai kreativitasnya secara
maksimal.
Pengetahuan Pengetahuan merupakan dasar bagi semua kegiatan belajar. Kegiatan
belajar pengetahuan termasuk ranah kognitif yang mencakup pemahaman terhadap
suatu pengetahuan, perkembangan kemampuan, dan keterampilan berfikir. (Thabroni
dan Mustofa, 2013).
Sikap Sikap merupakan kecenderungan atau predisposisi perasaan dan perbuatan. Sikap
tidak hanya merupakan aspek mental saja, melainkan mencakup pula aspek respons
fisik. Jadi, sikap ini harus ada kekompakan antara mental dan fisik secara serempak.
5
c) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang dicapai seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar diri (faktor
eksternal) individu. Pengenalan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
penting sekali artinya dalam rangka membantu murid dalam mencapai hasil belajar yang
sebaik-baiknya.
Slameto dalam bukunya belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya
mengungkapkan bahwa terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yang
digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Yang termasuk
faktor internal yaitu:
Faktor Jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh
Faktor Psikologi yang meliputi intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,
kematangan, dan kesiapan
Faktor Kelelahan
Dan yang termasuk dalam faktor ekstern yaitu:
Faktor Keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antaranggota keluarga,
suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang
kebudayaan
Faktor Sekolah yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa,
relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar
pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
Faktor Masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media,
teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat. (Slameto, 2003).
Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan
melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Kunci pokok untuk memperoleh ukuran dan
data hasil belajar siswa adalah dengan mengetahui garis-garis besar indikator.
(Muhibbinsyah, 2011).
Adapun indikator sangat berhubungan dengan kompetensi dasar. Kompetensi dasar
adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam pelajaran tertentu
sebagai rujukan penyusunan. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa indikator sendiri
adalah perilaku yang dapat diukur atau di observasi untuk menunjukkan ketercapaian
kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. (Mulyasa, 2003).
6
d) Model Pembelajaran Discovery Learning
Untuk meningkatkan hasil belajar kognitif siswa khususnya pada materi sistem
peredaran darah, maka diperlukan model pembelajaran yang dapat membuat siswa mudah
memahami materi pembelajaran serta meningkatkan keterlibatan siswa selama proses
pembelajaran. Adapun model pembelajaran yang dapat digunakan yaitu model
pembelajaran Discovery Learning.
Model Discovery Learning adalah suatu model pembelajaran yang dirancang
sedemikian sehingga siswa dapat menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip melalui
proses mentalnya sendiri. Pembelajaran ini dilandasi oleh teori belajar burner. Adapun
tahapan pembelajarannya yaitu Data Collection, Data Processing, Verification, dan
Generalization (Zarkasyi, 2017).
Model Pembelajaran Discovery Learning adalah suatu model untuk mengembangkan
cara belajar siswa aktif dengan menemukan sendiri dan menyelidiki sendiri, sehingga akan
diperoleh hasil yang akan bertahan lama dalam ingatan serta tidak mudah dilupakan oleh
siswa. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental
sendiri, peran guru hanya membimbing dan memberikan instruksi (Astuti, dkk, 2018).
Menurut Syafredi (2018), model pembelajaran discovery sebagai salah satu model
pembelajaran dengan pendekstsn kontruktivisme, menjadi pilihan yang tepat untuk
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa. Model
pembelajaran discovery merupakan model yang tepat untuk membuat siswa memahami
pentingnya belajar terutama dalam bidang eksperimen.
Model discovery learning ini menitik beratkan pada kemampuan mental dan fisik para
anak didik yang akan memperkuat semangat dan konsentrasi mereka dalam melakukan
kegiatan pembelajaran (Rosarina dkk, 2016). Proses pembelajaran dengan menggunakan
buku ajar model discovery learning mampu mendorong siswa untuk membuat hubungan
anatara pengetahuan yang dimiliki peserta didik dengan penerapannya dalam kehidupan
seharihari, karena sifat materi ajar dalam buku ajar dengan model discovery learning
berbasis saintifik bersifat konseptual, faktual, dan memuat langkah-langkah saintifik
(Fadrianti, 2017).
Menurut Hosnan (2014), mengungkapkan bahwa discovery learning adalah suatu
model untuk mengembangkan cara belajar aktif dengan menemukan sendiri, menyelidiki
sendiri, maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan. Melalui belajar
penemuan, peserta didik juga bisa belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan
sendiri masalah yang dihadapi.
7
Pendidik menurut Sardiman (2012), berperan sebagai pembimbing dalam
mengaplikasikan model pembelajaran discovery learning dengan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk belajar secara aktif, sebagaimana pendapat pendidik harus dapat
membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar peserta didik sesuai dengan tujuan. Kondisi
seperti ini bertujuan merubah proses pembelajaran teacher oriented menjadi student
oriented. Dalam model pembelajaran discovery learning bahan ajar tidak disajikan dalam
bentuk akhir, peserta didik dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun
informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan,
mengorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan.
Konsep pembelajaran discovery learning berupa siswa tidak diberikan informasi dalam
bentuk akhir, namun siswa dibimbing untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Model
discovery learning menekankan siswa dapat mandiri dan berpikir kritis dalam mencari
informasi pembelajarannya (Dina dkk, 2015). Selain itu, model discovery learning
menjadikan siswa peka terhadap lingkungan dalam mencari, mengidentifikasi dan
mengelola solusi dari suatu permasalahan (Cahyani dkk, 2015)
e) Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning
Tabel 1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Discovery Learning
No. Langkah Kerja Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Stimulasi Memusatkan perhatian Siswa harus
siswa mengetahui alat dan
metode kerja dalam
observasi
2 Identifikasi masalah Meminta siswa untuk Siswa melakukan
mengidentifikasi pengamatan
masalah melalui
pertanyaan eksplorasi
8
4 Pengolahan data Mengarahkan siswa Siswa melaporkan hasil
mengolah data hasil observasi
observasi
5 Pembuktian Menggali informasi Siswa menjawab
mengenai konsep dan pertanyaan soal yang
teori dihubungkan dengan
teori dan konsep materi
6 Menarik kesimpulan Membimbing siswa Peserta didik
untuk menyimpulkan menyimpulkan hasil
hasil pembelajaran pembelajaran
9
mengungkapkan hubungan antara konsep‐ konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga
pada gilirannya akan menimbulkan frustasi,
2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya,
3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan
siswa dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama,
4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan
aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat
perhatian,
5) Tidak menyediakan kesempatan kesempatan untuk berpikir yang akan ditemukan oleh
siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
10
3.00 dan pada siklus kedua sebesar 4.00. Dengan demikian kualitas pembelajaran dari
sebelum tindakan sampai dengan siklus kedua terjadi peningkatan.
3. Hasil penelitian oleh Rosdiana, dkk (2017) yang mana hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa terdapat pengaruh efektivitas pembelajaran pada kelompok yang menggunaan
model discovery learning, yaitu lebih tinggi dibanding dengan kelompok lain yang tidak
menggunakan. Data hasil ketuntasan belajar siswa yang diperoleh adalah 93,33 % di
kelompok eksperimen sedangkan di kelompok kontrol adalah 60 %, hal ini menunjukan
bahwa pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat meningkatkan hasil
belajar.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Fatma, Z, dkk (2019), menyimpulkan bahwa
pembelajaran discovery learning berpengaruh positif terhadap keterampilan berpikir
kritis dan hasil belajar kognitif peserta didik pada materi sistem peredaran darah manusia
di SMA Negeri 12 Banda Aceh.
5. Berdasarkan penelitian Afriyani (2018) yang menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol. Hal ini menunjukan model pembelajaran
Discovery Learning disertai media gambar memiliki dampak positif terhadap hasil
belajar biologi siswa, dampak positif tersebut dapat dilihat dari nilai ratarata pada kelas
eksperimen adalah 81,05 sedangkan kelas kontrol 77,39. Tingginya nilai rata-rata ranah
kognitif pada eksperimen disebabkan karena pada kelas eksperimen dengan
menggunakan model pembelajaran Discovery Learning disertai media gambar membuat
siswa aktif dan bersemangat. Dalam model pembelajaran discovery learning siswa dibagi
ke dalam beberapa kelompok. Pengelompokkannya dibagi secara heterogen yaitu siswa
dibagi berdasarkan kemampuan akademik. Siswa yang berkemampuan lebih akan
membantu siswa yang kurang mampu dalam belajar sehingga dengan kelompok
heterogen ini akan menciptakan kompetisi sehat di kelas.
6. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aslam, D dan Lia Auliandari (2017)
menyimpulkan bahwa model pembelajaran discovery learning berpengaruh terhadap
hasil belajar siswa materi ekologi berbantu data penelitian iklim mikro ruang terbuka
hijau berdasarkan habitus vegetasi yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi aspek
kognitif dan afektif sebesar p (0,000) < α (0,05), serta nilai signifikansi aspek psikomotor
sebesar p (0,029) < α (0,05). Besar pengaruh model pembelajaran discovery learning
terhadap hasil belajar aspek kognitif sebesar 52,1%.
11
C. Kerangka berpikir
Rendahnya hasil belajar siswa merupakan salah satu kegagalan dalam mencapai
tujuan pendidikan, yang seharusnya hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Rendahnya
hasil belajar siswa dapat terjadi karena beberapa faktor, baik itu faktor internal maupun
faktor eksternal. Salah satu faktor internal tersebut adalah keinginan siswa untuk mengikuti
proses pembelajaran. Dengan rendahnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan
berpengaruh terhadap hasil belajar siswa nantinya.
Adapun faktor eksternal yang sangat berpengaruh adalah guru, dimana guru harusnya
menggunakan model pembelajaran yang mampu membuat siswa lebih semangat untuk
mengikuti proses pembelajaran. Akan tetapi, proses pembelajaran yang dilakukan guru
masih dominan menggunakan pembelajaran yang konvensional, dimana guru lebih aktif
dalam proses pembelajaran sedangkan keterlibatan siswa sangat kecil. Hal ini membuat
siswa menjadi bosan dan hanya sekedar mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru
tanpa merasa tertantang untuk mencari informasi lain. Selain itu, pemanfaatan laboratorium
yang masih kurang, membuat siswa beranggapan bahwa tidak ada yang menarik dalam
belajar biologi. Sehingga masalah tersebut mempengaruhi hasil belajar biologi siswa.
Untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada materi sistem peredaran
darah, maka di perlukan satu model pembelajaran yang tepat untuk di terapkan pada materi
tersebut. materi sistem peredaran darah merupakan materi yang kompleks, sehingga pada
materi sistem peredaran darah menuntut siswa untuk memahami struktur dan fungsi organ
yang terlibat, proses-proses yang terjadi serta penyakit yang ada pada sistem peredaran
darah. Untuk itu, model yang dapat diterapkan yang sesuai dengan materi dan kebutuhan
siswa adalah model pembelajaran Discovery Learning.
Model pembelajaran Discovery Learning menekankan pada siswa untuk menemukan
dan membangun sendiri konsep atau pengetahuannya melalui pengamatan dan percobaan,
dimana tahap model Discovery Learning yang terdiri dari stimulasi, identifikasi masalah,
pengumpulan data, pengolahan data, verifikasi dan penarikan kesimpulan membuat siswa
terlibat secara aktif selama proses pembelajaran karena siswalah yang harus mencari dan
menemukan sendiri, dan guru sebagai fasilitator atau pembimbing. Sehingga dengan siswa
mencari dan menemukan sendiri konsep dari suatu permasalahan yang diberikan, dapat
membuat siswa lebih memahami materi pembelajaran, yang nantinya juga akan
mempengaruhi hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Berikut bagan kerangka pikir yang
disajikan pada gambar.
12
KONDISI AWAL Guru belum menerapkan Hasil belajar IPA
model belajar Discovery rendah
Learning
D. Hipotesis Tindakan
Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh model Discovery
Learning terhadap hasil belajar IPA pada materi Sistem Peredaran Darah di kelas VIII MTs
Al-Anwar”.
13
BAB III
METODOLOGI
A. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Anwar, Talun. Adapun alasan yang mendasari
penelitian ini adalah dengan penerapan model Discovery Learning, siswa diharapkan dapat
meningkatkan Hasil Belajar pada pelajaran IPA.
B. Subjek Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas VIII C MTs
Al-Anwar Talun . Jumlah siswa pada kelas tersebut sebanyak 28 siswa dengan perincian 20
siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.
C. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini yaitu menggunakan data primer. Data primer ini
diperoleh secara langsung oleh peneliti melalui tes.
D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan berdasarkan macam data yang diperlukan.
Peneliti mengumpulkan data berdasarkan instrumen penelitian, kemudian data diberi kode
tertentu berdasarkan jenis dan sumbernya. Selanjutnya seluruh data diinterprestasikan
sesuai dengan tujuan peneliti. Untuk mengumpulkan data yang diinginkan dan diperlukan,
maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Tes
Tes adalah rangkaian pertanyaan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu
atau kelompok. Ditinjau dari sasaran atau objek yang akan dievaluasi, ada beberapa macam
tes dan alat ukur lain diantaranya tes prestasi atau achievement test, yaitu tes yang digunakan
untuk mengukur pencapaian seseorang setelah mempelajari sesuatu.49
Peneliti dalam melakukan pengumpulan data materi Peredaran Darah Pada Manusia
dan Hewan dengan menggunakan tes tertulis untuk mengetahui hasil belajar dengan bentuk
soal pilihan ganda. Dimana tes ini dilakukan setelh Tindakan dilakukan, yakni sebanyak 2
kali pada siklus 1 dan 2, untuk mengatahui hasil belajar siswa setelah diterapkannya metode
Discovery Learning dengan standar hasil belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal
(KKM) yaitu 70.
14
2. Observasi
Observasi merupakan teknik pengamatan dan pencatatan sistematis dari fenomena-
fenomena yang diselidiki. Observasi dilakukan untuk menemukan data dan informasi dari
gejala atau fenomena (kejadian atau peristiwa) secara sistematis dan didasarkan pada tujuan
penyelidikan yang telah dirumuskan.
Metode ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data yang berkaitan, keadaan
kegiatan pembelajaran dan data lain yang diperlukan sebagai bahan kelengkapan laporan
penelitian serta untuk melihat pelaksanaan pembelajaran dengan model Discovery Learning.
3. Dokumentasi
Sedarmayanti, dalam buku Mahmud bahwa dokumentasi adalah teknik pengumpulan
data yang tidak langsung ditunjukkan pada subjek penelitian, tetapi melalui dokumen.
Dokumentasi dalam penelitian ini berupa pengambilan gambar dan video selama penelitian,
baik di siklus 1 maupun siklus 2.
E. Validasi Data
Menurut Hopkins, dkk dalam Rochiati (2007, hlm. 168) menjelaskan ada beberapa
bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam Penelitian Tindakan Kelas antara lain: member
check, triangulasi, audit trail.
15
informasi, dan lain-lain di atas dapat dilihat dari sudut pandang peneliti, sudut pandang
mitra teman sejawat, dan sudut pandang siswa.
3. Validasi dengan Audit Trail
Data-data yang diperoleh dapat dilihat kebenarannya dengan melakukan audit trail,
yaitu dengan cara memeriksa data-data yang diperoleh apakah masih ada yang dapat
berupa metode atau prosedur yang dipakai, dan juga kemungkinan kesalahan dalam
mengambil kesimpulan.
Validasi data dengan audit trail dapat dilakukan dengan cara memeriksa atau
membandingkan dengan catatan-catatan yang di tulis oleh peneliti lain dalam
melakukan penelitian tindakan kelas. Validasi data audit trail dapat juga dilakukan
dengan cara meminta pendapat dari orang lain yang ahli dalam melakukan Penelitian
Tindakan Kelas, misalnya kakak angkatan terdahulu.
F. Analisis Data
Data tes dianalis dengan menggunakan rata-rata nilai dan ketuntasan belajar
berdasarkan penilaian. Dikatakan berhasil atau tuntas apabila di kelas memperoleh nilai 70
nilai KKM mata pelajaran IPA. Dan untuk melihat peningkatan prestasi tersebut dapat
digunakan Rumus sebagai berikut :
∑X
Mx =
𝑁
Keterangan :
Mx : Mean yang dicari
∑N : Jumlah nilai yang diperoleh seluruh siswa
N : Jumlah siswa dikelas
F
P= x 100%
𝑁
Keterangan:
P : Angka Persentase
16
F : Frekuensi yang sedang dicari persentase
N : Jumlah frekuensi banyak individu
17
Menanggapi Konfirmasi, menjawab, membaca, membantu,
melaksanakan, melaporkan, dan menampilkan.
Penanaman Menginisiasi, mengundang, melibatkan, mengusulkan dan
melakukan.
Pengorganisasian Memverifikasi, menyusun, menyatukan, menghubungkan,
mempengaruhi.
Karakteristik Menggunakan nilai-nilai sebagai pandangan hidup,
mempertahankan nilai-nilai yang sudah diyakini.
Psikomotorik Pengamatan Mengamati proses. Memberi perhatian pada tahap-tahap
sebuah perbuatan, memberi perhatian pada sebuah
artikulasi.
Peniruan Melatih, mengubah, membongkar sebuah struktur,
membangun kembali sebuah struktur, dan menggunakan
sebuah model.
Pembiasaan Membiasakan perilaku yang sudah dibentuknya,
mengontrol kebiasaan agar tetap konsisten.
Penyesuaian Menyesuaikan model, mengembangkan, model, dan
mnerapkan model.
Berdasarkan Tabel diatas, maka dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti
mengambil beberapa indikator sebagai tolak ukur keberhasilan setelah dilaksanakannya
proses pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning pada mata pelajaran
IPA siswa kelas VIII MTs Al-Anwar Talun Tahun Ajaran 2022/2023. Tolak ukur
keberhasilan dalam proses ini, dilihat dari ketercapaian kemampuan siswa yang disesuaikan
dengan indikator ketercapaian hasil belajar pada mata pelajaran IPA kelas VIII C di MTs
Al-Anwar Talun Tahun Ajaran 2022/2023 pada materi “Peredaran Darah” sebagai berikut :
H. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam beberapa siklus dengan
mengaplikasikan model yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart dalam Suharsimi
Arikunto dimana tiap siklus terdiri dari empat kegiatan yang meliputi: tahap
perencanaan,tahap pelaksanaan,tahap pengamatan dan tahap refleksi. Adapun tahapan
tersebut sebagai berikut:
Gambar 2. Siklus Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart dalam
Suharsimi Arikunto
18
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam beberapa siklus, setiap siklus meliputi
tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan
a. Menetapkan pokok bahasan yang akan diajarkan yaitu Peredaran Darah Pada Manusia
dan Hewan
b. Membuat rencana program pembelajaran (RPP) yang akan diterapkan didalam kelas
c. Menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan strategi model
Discovery
d. Mempersiapkan perangkat tes hasil evaluasi pembelajaran didalam kelas
2. Tahap Pelaksanaan Tindakan
Tindakan dilakukan dalam setiap siklus meliputi 2 kali tatap muka. Oleh karena
penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus ,maka jumlah tatap muka seluruhnya adalah
empat kali tatap muka. Setiap tatap muka terdiri dari kegiatan pembukaan,kegiatan inti dan
19
kegiatan penutup. Dalam tahap tindakan ini peneliti menggunakan RPP dan silabus sebagai
panduan. Adapun kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan sebagai berikut:
Siklus 1
a. Kegiatan Awal
1) Mengkondisikan siswa pada awal pembelajaran dengan maksud agar siswa
memiliki kesiapan belajar
2) Mengucapkan salam
3) Mengecek kehadiran siswa
4) Memotivasi siswa
b. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan materi peredaran darah pada manusia dan hewan
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
3) Meminta beberapa siswa untuk menjelaskan kembali Peredaran darah pada
manusia dan hewan
4) Memberikan reward kepada siswa yang berani mengemukakan pendapatnya
5) Membagikan kartu kesetiap siswa
6) Meminta siswa membuat pertanyaan mengenai materi yang telah dibahas
7) Meminta siswa mengumpulkan kembali kartu yang telah siswa tulis pertanyaan
8) Membagikan kartu secara acak kepada setiap siswa
9) Meminta siswa membaca pertanyaan yang telah mereka dapatkan di dalam hati
dan memikirkan jawabanya
10) Meminta siswa secara sukarelawan untuk membacakan pertanyaan dan
memberikan jawaban
11) Meminta siswa lain untuk menambahkan apa yang telah disumbangkan oleh
sukarelawan
12) Memberikan reward kepada siswa yang berani menjadi sukarelawan
c. Kegiatan Penutup
1) Bertanya jawab tentang hal-hal yang belum diketahui siswa
2) Guru bersama-sama dengan seluruh siswa membuat kesimpulan dari materi yang
telah dipelajari.
3) Mengakhiri pelajaran dengan mengajak semua siswa berdo’a sesuai dengan agama
dan kepercayaan masing-masing.
3. Tahap Observasi
20
Dalam tahap ini pengamatan dilakukan terhadap jalan kegiatan pembelajaran yang
menggunakan model Discovery. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui hasil
belajar siswa.
4. Tahap Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan menganalisis, merenungi dan membuat perbaikan
berdasarkan pengamatan dan catatan lapangan. Refleksi berguna untuk mengetahui tingkat
keberhasilan dan kegagalan. Apabila telah tercapai target yang diinginkan maka siklus
tindakan dapat berhenti tetapi jika belum maka siklus tindakan di lanjutkan ke siklus II
dengan memperbaiki tindakan.
Siklus II
Berdasarkan hasil yang diperoleh, data pada siklus I belum mencapai hasil yang
diharapkan, maka dilanjutkan dengan siklus II. Pada tindakan siklus II in, kegiatan yang
dilakukan adalah memperbaiki kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I agar
hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan. Siklus II ini untuk mengetahui apakah terjadi
perubahan setelah memperoleh tindakan pada siklus I. Pada pembelajaran di siklus II akan
diperbaiki kekurangan yang ada pada siklus I, dan pada siklus II diharapkan bisa berjalan
lebih baik. Sehingga penelitian tidak perlu dilakukan lagi pada siklus berikutnya, jika hasil
analisis data menunjukkan peningkatan yang signifikan sesuai dengan indikator
keberhasilan penelitian yang telah ditetapkan, dan apabila pada siklus II masih belum
tercapai KKM maka akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.
21
BAB IV
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini di lakukan di MTs Al-Anwar. Subjek penelitian
yang diambil adalah siswa kelas VIII C MTs Al-Anwar Talun yang berjumlah 21 siswa
yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Penelitian ini menggunakan 2
siklus, dengan materisistem peredaran darah pada manusia. Siklus pertama menjelaskan
tentangorgan dan mekanisme system peredaran darah manusia. Proses belajar ini dilakukan
2x40 menit dalam satu kali pertemuan. Dan siklus kedua menjelaskan materi gangguan dan
kelainan pada system peredaran darah serta cara pencegahan/penanganannya. Dalam
penelitian ini setiap pembelajaran menggunakan lembar test. Untuk mengukur hasil
22
pembelajaran siswa dalam pelajaran IPA dengan menggunakan metode Discovery.
Penilaian dalam penelitian menggunakan tes pilihan ganda untuk mengetahui hasil belajar
kognitif peserta didik.
23
h. Siswa menjelaskan ke depan papan tulis guna memperoleh informasi yang
sudah mereka temukan. 3)
Tahap Penutup
a. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil belajar selama sehari
b. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi)
c. Guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
d. Melakukan penilaian hasil belajar.
e. Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-
masing (untuk mengakhiri kegiatan).
Tahap Evaluasi
Guru memberikan soal tes siklus I untuk dikerjakan oleh siswa. Soal yang diberikan
sebanyak 10 buah.
3. Hasil Pengamatan
Adapun hasil belajar tindakan (siklus 1) pada tabel berikut:
Nilai rata-rata = 59
Persentase Ketuntasan Belajar = 28,57%
Berdasarkan tabel di atas, maka selanjutnya adalah menghitung nilai rata-rata dan
menghitung ketuntasan belajar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran pada siklus I sudah mengalami ketuntasan belajar. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat sebagai berikut:
∑X
Nilai rata-rata, Mx =
𝑁
1.240
= = 59,05
21
F
Persentase Ketuntasan Belajar = P = x 100%
𝑁
6
= x 100% = 28,57%
21
Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan belum tercapai, karena hanya
terdapat 6 siswa yang memenuhi KKM dari 21 siswa. Artinya terdapat 28,75% siswa
yang mendapatkan nilai di atas rata-rata.
4. Refleksi
Selama pelaksanaan proses belajar mengajar dengan menerapkan model
pembelajaran Discovery masih ada kekurangan yang harus diperbaiki. Hal-hal yang perlu
diperbaiki:
a. Kesiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran
b. Ketertiban dalam mengikuti pembelajaran
c. Siswa masih ada yang belum siap dalam prose pembelajaran
d. Guru harus mengaktifkan siswa untuk mengajukan dan menjawab pertanyaan
yang diberikan
e. Untuk meningkatkan motivasi siswa dalam pembelajaran maka guru memberi
pujian kepada siswa bagi yang aktif.
Dari hasil refleksi di atas, maka peneliti akan melakukan tindakan kembali yaitu
melakukan penelitian pada siklus II.
25
C. Deskripsi Hasil Siklus II
1. Perencanaan Tindakan
a. Menyusun perangkat pembelajaran pada sub materi tentang ‘Penyakit dan
Gangguan Sistem Peredaran darah Manusia dan Cara Pencegahannya’, yang
terdiri dari pendahuluan, inti, dan penutup.
b. Membuat media pembelajan
c. Mempersiapkan model pembelajaran
d. Menyusun lembar observasi siswa dan guru
e. Mempersiapkan alat evaluasi yaitu membuat soal tes yang terdiri dari 10 butir
pilihan ganda
2. Pelaksanaan Tindakan
Kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan terdiri dari beberapa tahapan yaitu :
Tahap Pendahuluan
a. Guru membuka dengan salam, menanyakan kabar, dan mengecek kehadiran
siswa.
b. Siswa diminta memeriksa kerapian diri dan kebersihan kelas.
c. Guru memberikan apersepsi
d. Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari
Tahap Inti
a. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
b. Guru menyajikan materi sebagai pengantar, mengenai topik pembahasan untuk
mencari permasalahan
c. Guru menjelaskan materi struktur tumbuhan dan fungsinya.
d. Guru mejelaskan media yang ada di depan papan tulis
e. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya seputar materi yang
belum dipahami
f. Guru mengkondusifkan kelas dan membagi kelompok setiap kelompok 5
anggota perorang agar proses pembelajaran menyenangkan sehingga
termotivasi untuk mengikuti materi pembelajaran.
g. Guru membawa siswa ketaman bunga yang ada di sekitar sekolah.
h. Guru menjelaskan langkah-langkah kegiatan kelompok
i. Guru membimbing kegiatan kelompok
26
j. Siswa menjelaskan ke depan papan tulis guna memperoleh informasi yang
sudah mereka temukan
Tahap Penutup
a. Bersama-sama siswa membuat kesimpulan hasil belajar selama sehari
b. Bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari (untuk mengetahui hasil
ketercapaian materi)
c. Guru memberi kesempatan siswa untuk menyampaikan pendapat tentang
pembelajaran yang telah diikuti.
d. Melakukan penilaian hasil belajar.
e. Mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing-masing
(untuk mengakhiri kegiatan).
Tahap Evaluasi
Guru memberikan soal tes siklus II yang akan dikerjakan oleh siswa. Yang
diberikan sebanyak 10 soal pilihan ganda. Setelah selesai mengerjakan soal guru
menyuruh siswa mengumpulkan kemudian menutup pelajaran.
3. Hasil Pengamatan
Table 4. Hasil Belajar Setelah Tindakan Siklus II
Keterangan
No Nama Siswa KKM Nilai Tidak
Tuntas
Tuntas
1 Aldi Fahri 70 60
2 Alif Farhan 70 80
3 Alifya Yulianti 70 90
4 Armani 70 80
5 Asadul Khakim 70 40
6 Devita Ayu Saputri 70 90
7 Diana 70 90
8 Evan 70 70
9 Gusti Muhammad Ibrohim 70 70
10 Iklimah Nurul Aeni 70 90
11 Kiki Riffanah 70 60
12 Maulana Rohmah 70 40
13 Muhammad Evan 70 70
14 Muhammad Fadhil Bastian 70 70
15 Muhammad Nurul Fajri 70 80
16 Puspa Maya 70 90
17 Rafi Hilman 70 60
18 Sharif Abdurrahman 70 60
19 Siti hajar Ayubi 70 90
20 Slamet Wibowo 70 80
27
21 Teguh Saputra 70 60
Jumlah N = 21 ∑X= 1.520
Berdasarkan tabel di atas, maka selanjutnya dianalisis untuk mencari nilai rata-rata dan
menghitung ketuntasan belajar. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah proses
pembelajaran siklus II sudah mengalami ketuntasan belajar. Untuk mengetahui lebih jelas
dapat dilihat dibawah ini :
∑X
Nilai rata-rata, Mx =
𝑁
1.520
= = 72,38
21
F
Persentase Ketuntasan Belajar = P = x 100%
𝑁
14
= x 100% = 66,67%
21
Berdasarkan hasil data di atas, diketahui bahwa proses pembelajaran pada siklus
kedua ini sudah mengalami peningkatan dalam prestasi ba siswa yaitu mencapai 66,67%.
Hal ini sesuai dengan dengan tingkat ketentuan bahwasannya proses pembelajaran sudah
mencapai 66,67%, namun belum memenuhi ketuntasan belajar klasikal (85%).
4. Refleksi
Kegiatan belajar mengajar pada siklus II ini menujukkan bahwa adanya peningkatan
hasil belajar kognitif siswa. Meningkatnya kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah dalam pembelajaran, meningkatnya kemampuan siswa dalam kerja kelompok
dan meningkatnya kemampuan siswa dalam menguasi materi pembelajaran. Namun,
ketuntasan belajar siswa belum memenuhi kriteria ketuntasan belajar secara klasikal,
yaitu ≥ 85%. Oleh karena itu, diperlukan penelitian selanjutnya yaitu penelitian siklus
III.
28
Siklus Rata-Rata Nilai Siswa Persentase Hasil Belajar
I 59,05 28,57%
II 72,38 66,67%
Tabel di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan persentase hasil belajar kognitif
siswa kelas VIII. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu 59,05. Persentase hasil belajar kognitif pada
siklus I sebesar 28,57%. Hasil belajar kognitif siswa meningkat pada siklus II sebesar 66,67%
dengan nilai rata-rata 72,38. Peningkatan persentase prestasi belajar siswa tersebut sejalan
dengan peningkatan proses pembelajaran.
Berdasarkan perbandingan data hasil belajar kognitif siswa pada siklus I dan siklus II,
maka terbukti bahwa penggunaan model Discovery dapat meningkatkan hasil belajar siswa
mata pelajaran IPA dengan materi system peredaran darah manusia kelas VIII MTs Al-Anwar
Talun. Seperti dapat dilihat pada grafik berikut ini :
Chart Title
80.00%
71.43%
70.00% 66.67%
60.00%
50.00%
40.00%
33.33%
28.57%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
siklus 1 Siklus 2
Grafik di atas menujukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dalam pembelajaran
secara berturut-turut sesuai perbandingan data hasil belajar dari Siklus I dan Siklus II. Siklus I
sebesar 28,57% dan meningkat pada Siklus II sebesar 66,67%. Dengan adanya peningkatan
hasil belajar siswa dalam pembelajaran, maka penerapan Model Discovery mampu
meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPA MTs Al-Anwar Talun
29
Kabupaten Cirebon dengan materi system peredaran darah pada manusia. Hasil belajar siswa
dapat dilihat dari tes akhir yang diberikan kepada siswa setelah proses pembelajaran.
Peningkatan hasil belajar siswa terlihat pada setiap siklus yaitu Siklus I dan Siklus II.
Dari hasil ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 66,67% pada siklus II, maka tingkat
keberhasilan belajar siswa pada siklus II di kategorikan tinggi. Hal ini sesuai dengan kriteria
tingkat keberhasilan belajar siswa yang ditetapkan oleh Zainal Aqib (2013) pada tabel dibawah
ini :
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penelitian yang didapat, maka akan disimpulkan bahwa
penggunaan model Discovery Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
mata pelajaran IPA. Hal ini terbukti pada siklus I dengan nilai rata-rata 59,05 kemudian
meningkat lagi pada siklus II dengan nilai rata-rata 72,38. Sedangkan ketuntasan hasil
belajar siswa pada siklus I adalah 28,57% kemudian meningkat lagi pada siklus II sebesar
66,67%. Model Discovery Learning terbukti dapat meningkatkan hasil belajar kognitif
siswa.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, khususnya pembelajaran IPA, guru
diharapkan benar-benar memperhatikan baik itu model pembelajaran ataupun media
pembelajaran yang tepat dalam proses belajar mengajar, serta guru menciptakan penguasaan
pada siswa tentang materi yang diajarkan untuk meningkatkan tingkat penguasaan siswa
dalam pembelajaran IPA
Bagi yang berminat untuk melanjutkan penelitian dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery yang paling penting diperhatikan adalah guru harus memahami
materi pembelajaran terlebih dahulu dan setelah itu guru harus memahami materi
penggunaan model Discovery dengan cara penjelasan yang kreatif sehingga penjelasan yang
dilakukan dengan menggunakan model Discovery lebih menarik. Siswa berharap agar guru
menggunakan model dan media pembelajaran dalam proses pembelajaran karena model ini
dapat melibatkan siswa secara langsung serta mudah dipahami, serta partisipasi sekolah
untuk menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran.
31
DAFTAR PUSTAKA
Afriyani, T. 2018. Pengaruh Model Pembelajaran Discovery Learning Disertai Media Gambar
Terhadap Kognitif Siswa Sman 1 Koto Xi Tarusan. Jurnal Ta’dib. Vol. 21 (2), ISSN:
1410-8208
Asih Widiwisudawati dan Eka Sulistiowati. 2014. Metodelogi Pembelajaran IPA. Jakarta:
Bumi Aksar, 2014.
Astuti, dkk. 2018. Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning untuk Meningkatkan
Hasil Belajar pada Materi Biologi Siswa SMP. Jurnal Pendidikan & Pembelajaran
Biologi. Vol. 2 (1), ISSN: 2598-9669
Cahyani, Tri, Marina Rizki, Dwi Astuti, Sri & Mariadi. 2015. Pengaruh Pembelajaran
Discovery Learning terhadap Kemampuan Berpikir Logis Siswa Kelas X MIA
Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Jurnal Pendidikan Biologi.
Vol. 7 (1).
Dina, Arifatud, Mawarsih, Dian Venissa & Suprapto, Rohmat. 2015. Implementasi Kurikulum
2013 pada Perangkat Pembelajaran Model Discovery Learning Pendekatan Scientific
terhadap Kemampuan Matematis Materi Geometri SMK. Jurnal JKPM. Vol. 2 (1).
Fadriati. 2017. A Model of Discovery Learning Based - Text Book of Character and Islamic
Education : An Accuracy Analysis of Student Book in Elementary School. Jurnal Ta’dib.
Vol. 20 (2), ISSN: 2580-2771
32
Hosnan. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual Dalam Pembelajaran Abad 21. Bandung
: Ghalia Indonesia.
Mulyasa. 2013. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Kemandirian Guru Dan
Kepala Sekolah. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Rosarina, dkk. 2016. Penerapan Model Discovery Learning untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa pada Materi Perubahan Wujud Benda. Jurnal Pena Ilmiah. Vol. 1 (1).
Rosdiana, dkk. 2017. Pengaruh Penggunaan Model Discovery Learning terhadap Efektivitas
dan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan: Teori, Penelitian dan Pengembangan. Vol.
2 (8), ISSN 2502-471X.
Silbermen, Mel. 2001. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Yappendis.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Asdi
Mahasatya.
Syafredi, K. 2018. Hasil Penelitian “Efek Model Pembelajaran dan Kreativitas terhadap
Kemampuan Befikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa”. Jawa Barat: CV Jejak
Thabroni, M dan M ustofa, A. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media,.
Yuniastuti, N. 2017. Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Sistem Peredaran Darah Melalui
Discovery Learning Di Kelas Viii B Smp Negeri 9 Surabaya Tahun Pelajaran 2014-2015.
Jurnal Pembeljaran Biologi. Vol.5 (1)
33
LAMPIRAN
Mata Pelajaran : IPA Terpadu Materi pokok : Sistem Peredaran Alokasi Waktu : 2 JP (2 x 40 Menit)
Darah
Kompetensi Inti
Darah merupakan jaringan ikat yang berwujud cair dan tersusun atas 2
komponen utama yaitu plasma dan elemen seluler. Plasma (55%) dan elemen
seluler (45%). Elemen seluler terdiri dari sel darah merah (eritrosit), sel darah
putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
Tubuh manusia rata-ratanya mengandung sekitar 4-5 liter darah. Darah memiliki
fungsi untuk mengangkut nutrisi, oksigen, hormon, dan berbagai zat lainnya dari
dan ke seluruh tubuh .
a. Plasma darah
Plasma darah mengisi sekitar 55-60 persen dari volume darah pada tubuh. Tugas yang utama plasma darah yaitu
mengangkut sel-sel darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh .
Sel darah merah memiliki tugas membawa oksigen dari paru-paru dan diedarkan ke seluruh tubuh. Sel darah ini
juga memiliki tugas mengangkut kembali karbon dioksida dari seluruh tubuh ke paru-paru lalu dikeluarkan.
Meski mempunyai jumlah yang lebih sedikit dibanding dengan sel darah merah, sel darah putih mengemban
tugas yang cukup besar. Sel darah putih bertanggung jawab melawan infeksi virus, bakteri, dan jamur yang
memicu perkembangan penyakit. Hal ini karna karena sel darah putih memproduksi antibodi yang membantu
memerangi zat asing
Trombosit mempunyai peran penting pad proses pembekuan darah (koagulasi) ketika tubuh terluka. Tepatnya,
trombosit akan membentuk sumbatan bersama benang fibrin untuk menghentikan perdarahan sekaligus
merangsang pertumbuhan jaringan baru di area luka.
o Berdasarkan sistem penggolongan darah ABO, darah dikelompokkan menjadi 4 golongan darah, yaitu
golongan darah A, B, AB, dan O.
o Pembagian ini dilakukan karena adanya perbedaan aglutinogen (antigen) pada permukaan membran sel
darah merah (eritrosit) dan antibodi (aglutinin) dalam plasma darah.
o Ada dua jenis antigen pada sel darah merah, yaitu antigen-A dan antigen-B.
o Antibodi dalam plasma darah juga terdiri atas dua jenis, yaitu antibodi anti-A dan antibodi anti-B.
o Jenis antigen dan antibodi inilah yang akan menentukan jenis golongan darah seseorang.
2. Jantung
Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh.
Jantung terletak di bagian kiri rongga dada, tepatnya di bagian
belakang sisi kiri tulang dada. Ukuran jantung orang dewasa
kira-kira sebesar kepalan tangan.
3. Pembuluh Darah
Pembuluh darah adalah bagian dari sistem peredaran
darah yang berfungsi untuk mengedarkan darah dari
jantung ke berbagai organ dan jaringan tubuh maupun
sebaliknya. Ada dua jenis pembuluh darah di dalam tubuh,
yaitu:
2) Jenis Kelamin : Pada umumnya perempuan memiliki frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi
daripada laki-laki. Pada kondisi normal, denyut jantung perempuan berkisar antara 72-80
denyutan/menit, sedangkan denyut jantung laki-laki berkisar antara 64-72 denyutan/menit.
3) Suhu Tubuh : Semakin tinggi suhu tubuh maka semakin cepat frekuensi denyut jantung. Hal ini
terjadi karena adanya peningkatan proses metabolisme, sehingga diperlukan peningkatan pasokan O2
dan pengeluaran CO2
4) Umur : Pada janin, denyut jantung dapat mencapai 140-160 denyutan/menit. Semakin bertambah
umur seseorang, semakin rendah frekuensi denyut jantung. Hal ini berhubungan erat dengan makin
berkurangnya proporsi kebutuhan energinya.
5) Komposisi Ion : berdenyutnya jantung secara normal, tergantung pada keseimbangan komposisi
ion di dalam darah. Ketidakseimbangan ion, dapat menyebabkan bahaya bagi jantung.
KISI-KISI TES PILIHAN GANDA
MATA PELAJARAN : IPA
a. Leukosit mengisi sekitar 55-60% dari volume darah pada tubuh manusia
b. Eritrosit berperan dalam melawan infeksi virus, bakteri dan jamur
c. Trombosit berperan dalam membentuk benang fibrin untuk menghentikan pendarahan
d. Plasma darah berperan dalam mengangkut sel-sel darah untuk diedarkan ke seluruh tubuh
a. A c. AB
b. B d. O
4. Pernyataan yang tepat tentang transfusi darah agar tidak terjadi penggumpalan darah pada
resipien adalah ….
a. Resipien yang memiliki golongan darah A dapat menerima darah dari golongan A dan AB
b. Resipien yang memiliki golongan darah B dapat menerima darah dari golongan B dan AB
c. Resipien yang memiliki golongan darah AB dapat menerima darah dari semua golongan
d. Resipien yang memiliki golongan darah O dapat menerima darah dari golongan O dan AB
6. Ruangan di dalam jantung yang berfungsi untuk mencegah terjadinya aliran balik darah
saat dipompa adalah….
a. Tempat pembuluh arteri agak tersembunyi, sedangkan pembuluh vena dekat dengan tubuh
b. Dinding pembuluh nadi tipis dan tidak elastis, sedangkan pembuluh vena tebal, kuat dan elastis
c. Denyut pembuluh nadi tidak terasa, sedangkan pembuluh vena terasa
d. Darah pada pembuluh nadi tidak memancar, sedangkan pada pembuluh vena memancar
9. Detak jantung pada janin dapat mencapai 140-160 denyutan/menit. Semakin bertambah
10. Penyataan dibawah ini yang benar mengenai faktor-fakdetor yang mempengaruhi
frekuensi detak jantung adalah…
a. Semakin rendah suhu tubuh, maka semakin cepat frekuensi detak jantungnya
b. Semakin muda umur seseorang, maka semakin lemah detak jantungnya
c. Umumnya, detak jantung perempuan lebih cepat disbanding laki-laki
d. Orang yang banyak beraktivitas berat, memiliki detak jantung lebih cepat
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)
Kompetensi Inti
C. Langkah-langkah Pembelajaran
SUB MATERI : GANGGUAN ATAU KELAINAN PADA SISTEM PEREDARAN DARAH DAN
UPAYA MENCEGAH DAN MENGATASINYA
3. Varises : Varises adalah pelebaran atau pembengkakan pembuluh darah vena akibat penumpukan darah
di dalam pembuluh tersebut.
4. Gagal Jantung : Gagal jantung adalah kondisi ketika jantung melemah sehingga tidak mampu
memompa darah yang cukup ke seluruh tubuh. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, tetapi lebih sering
terjadi pada orang berusia di atas 65 tahun.
5. Anemia : Anemia yang disebabkan oleh kurangnya sel darah merah atau sel darah merah yang tidak
berfungsi di dalam tubuh. Ini menyebabkan aliran oksigen berkurang ke organ tubuh.
Bagi kamu yang perempuan, anemia dapat terjadi pada saat kamu sedang mengalami menstruasi. Setiap
terjadi menstruasi tubuh akan kehilangan darah dalam jumlah cukup banyak, yaitu sebanyak 50 – 80 mL
dan zat besi sebesar 30 – 50 mg. Oleh karena itu, agar tidak mengalami anemia, sebaiknya selama masa
menstruasi kamu mengonsumsi makanan yang mengandung zat besi, mengonsumsi makanan bergizi, dan
jika diperlukan mengonsumsi suplemen penambah zat besi.
6. Hipotensi
Hipotensi terjadi apabila tekanan darah kurang dari 120/80 mm Hg. Hipotensi disebut juga dengan
tekanan darah rendah. Orang yang mengalami tekanan darah rendah umumnya akan mengeluhkan keadaan
sering pusing, seringng menguap, dan mata berkunang-kunang, terutama sehabis duduk lama lalu berjalan,
keringat dingin, merasa cepat lelah tak bertenaga, detak/denyut nadi lemah, dan tampak pucat. Cara
mengatasi hipotensi yaitu minum air putih dalam jumlah yang cukup banyak antara 8 hingga 10 gelas per
hari, mengonsumsi minuman yang dapat meningkatkan tekanan darah, misalnya kopi, mengonsumsi
makanan yang cukup mengandung garam, dan berolahraga dengan teratur.
7. Hipertensi
Hipertensi disebut juga tekanan darah tinggi, terjadi jika tekanan darah di atas 120/80 mmHg. Gejala
penderita hipertensi antara lain sakit kepala, kelelahan, pusing, pendarahan dari hidung, mual, muntah, dan
sesak napas. Hipertensi dapat disebabkan karena arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah), obesitas
(kegemukan), kurang olahraga, stres, mengonsumsi minuman beralkohol atau yang banyak mengandung
garam, lemak, dan kolesterol. Cara pencegahan yaitu dengan menghindari mengonsumsi minuman
beralkohol dan makanan berlemak dan mengandung kolesterol tinggi, berolahragalah secara teratur, hindari
kebiasaan merokok, dan hindari faktor-faktor yang dapat menyebabkan stres.
B. Beberapa makanan yang tidak boleh dikonsumsi penderita penyakit sistem peredaran darah
seperti penyakit jantung yaitu :
1. Gorengan : Gorengan adalah makanan yang banyak mengandung minyak jahat. Sehingga tidak baik
jika dikonsumsi dalam jumlah yang banyak.
2. Mie Instan : Kandungan lemak dalam mie instan yang tidak baik bagi kesehatan jantung.
3. Bakso : Bakso mengandung garam yang tinggi, lemak serta kalori. Beberapa kandung tersebut risiko
terkena serangan jantung semakin tinggi.
4. Keju : Keju mengandung lemak yang cukup tinggi sehingga tidak dianjurkan untuk dikonsumsi.
Pada intinya, makanan-makanan yang tidak boleh dikonsumsi oleh penderita penyakit jantung dan adalah
makanan yang berlemak tinggi dan mengandung banyak garam.
SUB MATERI : GANGGUAN PADA SISTEM PEREDARAN DARAH SERTA UPAYA MENJAGA KESEHATAN
KELAS/SEMESTER : VIII/GANJIL
1.Penyakit jantung koroner terjadi pada…. a. Rokok membuat jumlah eritrosit berlebih
b. Rokok membuat jumlah leukosit berkurang
a. Vena kava
c. Rokok menyebabkan otot jantung membengkak
b. Vena pulmonalis
d. Rokok menyebabkan elastisitas pembuluh darah
c. Arteri pulmonalis
berkurang
d. Arteri coroner
7. Upaya apa yang harus dilakukan perempuan ketika
2.Perilaku yang tidak boleh dilakukan bagi penderita
menstruasi agar tidak terkena anemia...
penyakit jantung adalah..
a. Mengonsumsi makanan bergizi dan mengandung zat
a. Tidur siang setiap hari besi
b. Makan keju berlebihan b.Mengonsumsi minuman tinggi kalsium
c. Berenang setiap pagi c. Mengonsumsi makanan tinggi natrium
d. Tidur telentang tanpa bantal d.Mengkonsumsi Minuman Mengandung Glukosa
3. Pak Fulan menderita penyakit stroke. Sewaktu muda, 8.Mengapa penderita hipertensi harus berolahraga...
pak Fulan sering mengonsumsi mi instan dan minuman
kemasan. Dari peristiwa itu, yang menjadi penyebab a. Agar tidak kelebihan karbohidrat
d. Kandungan pewarna pada minuman kemasan menguap, dan mata berkunang-kunang, terutama sehabis
duduk lama lalu berjalan, keringat dingin, mecfrasa cepat
4. Pak Irwan mengeluhkan seiring sakit kepala, kelelahan, lelah tak bertenaga, detak/denyut nadi lemah, dan tampak
pusing, pendarahan dari hidung, mual, muntah, dan sesak pucat. Dari ciri-cirinya, Fulanah menderita penyakit...
napas. Dari gejalanya, pak Irwan menderita penyakit...
a. Gagal jantung
a. Hipertensi b. Hipertensi
b. Hipotensi c. Hipotensi
c. Anemia d. Stroke
d. Varises
10. Kondisi seseorang ketika jantung melemah sehingga
5.Apa yang menyebabkan otot jantung tidak bisa tidak mampu memompa darah yang cukup ke seluruh
berkontraksi pada penderita jantung koroner... tubuh, dan umumnya terjadi pada orang usia diatas 65
a. Otot jantung tidak mendapat suplai darah tahun, dengan gejala yaitu sesak napas, kelelahan, kaki
b. Otot jantung tidak mendapatkan nutrisi dan oksigen bengkak, dan denyut jantung yang cepat adalah...