Anda di halaman 1dari 12

Analisis Artikel mengenai Integrasi Al-Qur’an dan Sains pada Pembelajaran Biologi

serta Model Integrasinya


Neila Adzkia Iftihana
1908106082
IAIN Syekh Nurjati

Neilaadzkia79@gmail.com

Abstrak
Realita pendidikan dikotomi di Indonesia mengenai Integrasi Islam dan Ilmu di lembaga
pendidikan formal masih menjadi wacana. Praktik yang terjadi dalam mewujudkan wacana
penggabungan antara Islam dan ilmu dalam kurikulum pendidikan belum dilakukan secara
maksimal. Padahal, integrasi islam dan ilmu pendidikan, khususnya biologi, dapat diterapkan
dengan baik, terutama dalam bahan ajarnya. Hal itu dapat menumbuhkan kesadaran aspek
spiritual, intelektual maupun emosiaonal peserta didik. Sehingga dapat mencetak generasi yang
memiliki keagungan akhlak dan keluasan intelektual. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis dua artikel mengenai integrasi islam-Al-Quran serta penerapan model integrasi
yang tepat dan efektif dalam pembelajaran biologi. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah studi pustaka. Pada materi kelas XII pelajaran biologi, ditemukan 33 ayat dalam Al-
Qur'an yang membahas tentang pertumbuhan dan perkembangan, hereditas manusia, dan
evolusi. Dalam pembelajaran Biologi, integrasi Sains-Islam dapat dilakukan dengan tiga
macam model pendekatan yaitu; Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Inspirasi,
Konfirmasi dan Dogma-empiris.

Kata Kunci : Integrasi; Islam; Al-Qur’an; Biologi; Model Integrasi

Pendahuluan
Umat islam memiliki kontribusi yang sangat berarti di bidang sains, diantaranya bidang
biologi dan ilmu kedokteran. Fakta sejarah membuktikan bahwa di dalam era kekuasaan islam
telah melahirkan berbagai lmuwan yang diakui oleh dunia. Sejarah mencatat nama nama
seperti; Jabir Ibn Haiyan, al- Kindi, al-Khwarizmi, al-Farghani, al-Razi, Thabit ibn Qurra, al-
Battani, Hunain ibn Ishaq, al-Farabi, Ibrahim ibn Sinan, al-Masudi, al-Tarabi, Abu ibn Wafa,
Ali ibn Abbas, Abu-l-Qasim, Ibn al-Jazzar, al-Biruni, Ibn Sina, Ibn Yunus, al-Karkhi, Ibn al-
Haitham, Ali ibn Isa, al-Ghazzali, al-Zarqali, Omar Khayyam, Ibu Rusyd dan banyk lagi
lainnya yang karyanya tersebar sangat luas (Faruqi, 2006; Sarton, 1927).

Fakta dunia menunjukan bahwa kemajuan teknologi tidak menjamin kemajuan sebuah
peradaban yang menjungjung tinggi etika. Bahkan Para ahli sains menyatakan tentang
pentingnya sistem kepercayaan atau believe dalam sains dan pembelajarannya (Faruqi, 2006).
Ilmuwan muslim di dunia medis, Qutub (2011), seorang ilmuwan islam yang memiliki buku-
buku kedokteran untuk dijadikan sebagai rujukan lebih dari 6 abad di sekolah-sekolah
kedokteran eropa. Hal ini terjadi krena di masa lampau tidak dikenal pemisahan ilmu; agama
dan dunia. Hanya kemudian muncul dikotomi yang membedakan antara ilmu agama dengan
ilmu di luar agama yang kemudian diberi sebutan dengan ilmu umum Ilmu pengetahuan.
Padahal pada hakekatnya semua ilmu berasal dari Allah s.w.t. Manusia hanya bersifat
menemukan, namun pencipta tetap Allah s.w.t. Kalaupun ada pembagian atau segregasi ilmu,
dapat dilakukan dengan cara pembagian skala prioritas, sebagaimana pendapat Al-Ghazzali;
Ilmu yang bersifat Fardhu ‘Ain dan Ilmu yang bersifat Fardhu Kifayah (Fajari, 2016). Di
Indonesia, upaya integrasi terus dikembangkan oleh para ilmuan dan akademisi,
diantaranyaadalah Am. Saefudin (Desekulerisasi ilmu pengetahuan), Kuntowijoyo (Paradigma
Islam sebagai Ilmu), M. Amin Abdullah (jaring laba-laba keilmuan), dan Imam Suprayogo
(pohon ilmu), Azyumiardi Azra (reintegrasi ilmu qauliyah dan kauniyah) (Hidayat, 2014).

Sementara itu, pendidikan Islam di Indonesia masih bersifat dikotomi, dimana materi
pelajaran umum dipisahkan dengan materi keagamaan. Dalam realitas masyarakat, tidak dapat
dipungkiri munculnya kategorisasi ilmu menjadi dua, yaitu ilmu agama dan ilmu umum yang
sering disebut dengan sains. Bahkan, ada anggapan yang kuat dikalangan masyarakat luas yang
mengatakan bahwa agama dan sains adalah dua entitas yang tidak dapat dipertemukan.
Keduanya mempunyai wilayah masing-masing, terpisah antara satu dan lainnya. Hal ini
sependapat dengan Wahidin bahwa ada ungkapan, sains tidak mempedulikan agama dan
agamapun tidak mempedulikan sains (Wahidin, 2015). Ada sebagian orang yang beranggapan
belajar agama adalah wajib, sementara belajara seni, belajar fisika, belajara ilmu sosial tidak
wajib. Hal ini dikarenakan oleh anggapan bahwa sains dan agama memiliki cara yang berbeda
baik dari pendekatan ataupun pengalaman, dan perbedaan-perbedaan ini merupakan sumber
perdebatan. Sains terkait erat dengan pengalaman yang sangat abstrak, misalnya matematika.
Sedangkan agama lebih terkait erat dengan pengalaman biasa kehidupan dan pengalaman
spiritual.

Salah satu kompetensi inti pada kurikulum Pendidikan di Indonesia, yakni kurikulum 2013
adalah kompetensi inti yang pertama, yakni sikap spiritual. Kompetensi ini menjadi acuan
dalam menggabungkan atau memasukkan nilai-nilai ajaran agama dalam setiap mata pelajaran.
Tidak terkecuali pada pelajaran selain agama, seperti Biologi, matematika, sosial dan lain
sebagainya. Pada mata pelajaran biologi misalnya, sikap spiritual yang harus dikembangkan
sesuai dengan yang tertera pada kompetensi intinya pada materi yang diajarkan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk menganalisis kedua artikel yang
berkaitan dengan integrasi Islam-Al-Qur’an dan Sains dalam pembelajaran biologi. Analisis
artikel jurnal ini bertujuan untukmenggali lebih jauh hubungan Islam-Al-Qur’an dengan sains
dalam mata pelajaran biologi di SMA. Juga bertujuan untuk meningkatkan dan menumbuhkan
kesadaran peserta didik pada aspek intelektual, emosional, maupun spiritual. Agar terwujud
generasi yang memiliki kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan intelektual dan
kematangan professional. Hal itu dapat di capai secara utuh jika berpadu/tersinerginya ilmu
Islam dan Sains dalam proses pembelajaran.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah telaah pustaka (literature review) dari;
textbook, jurnal, artikel dan website yang terkait dengan judul tulisan. Hasil telaah pustaka
diolah secara mendalam oleh penulis untuk menemukan model alternatif yang dapat
direkomendasikan dalam pendekatan integrasi islam dan biologi.

Pembahasan

A. Analisis Hasil Penelitian Kedua Artikel


 Hasil Penelitian Artikel Utama : Kunci Tadabbbur dan Integrasi Al-Qur’an dalam
Pembelajaran Biologi
Hasil kajian pustaka menunjukkan bahwa upaya integrasi dan islamisasi ilmu
pengetahuan yang telah dilakukan oleh para pakar, baik dalam tataran konsep atau aplikatif.
Dalam tataran aplikatif diantaranya dikembangan di 4 perguruan tinggi islam di indonesia
yaitu: Konsep Pohon Ilmu UIN Maulana Malik Ibrahim Malang oleh Imam Suprayogo
(2005), konsep jaring laba-laba UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Paradigma Integrasi-
Interkoneksi oleh Amin Abdullah (2006), Konsep Menara Kembar tersambung (Integrated
Twin Tower) UIN Sunan Ampel Surabaya (Syaifuddin, 2013), dan Konsep Wahyu
Memandu Ilmu UIN Sunan Gunungjati Bandung (Athoilallah dan Irawan, 2016). Dari
berbagai macam merek atau label yang ada dalam upaya integrasi ilmu islam dan sains
diatas sesungguhnya memiliki core atau muatan yang sama dalam memandang integrasi itu
sendiri. Yaitu keinginan dan spirit yang sama untuk menunjukkan adanya interrelasi,
interkoneksi dan sinergi berbagai bidang dan disiplin ilmu. Tujuannya adalah membangun
paradigma keilmuan yang saling mendekat dan menunjang. Sehingga pada akhirnya nanti
dapat terwujud pemahaman keilmuan yang lebih holistik atau menyeluruh.
Upaya pendekatan dan integrasi antar kelimuan yang telah dipaparkan dalam uraian
diatas lebih mengarah pada aspek metodologis-filosofis, yang tentunya masih sangat umum
atau general dalam berbagai bidang keilmuan. Tentu dalam tataran aplikatif masih
dibutuhkan pendekatan model baru yang lebih praktis dan mudah dicerna, khususnya bagi
pelajar atau mahasiswa. Hal itu mendorong penulis untuk menawarkan atau
merekomendasikan model pendekatan integrasi islam dan biologi, yaitu model “Segitiga
Ilmu” (lihat gambar 1) sebagai kunci tadabbur Al-Qur’an dalam bidang Biologi.

Gambar 1. Segitiga Ilmu

Segitiga Ilmu itu mencakup; Al-Qur’an sebagai inspirasi, konfirmasi dan


dogmaempiris. Adapun uraian dan aplikasi dari ketiga model adalah sebagaimana berikut;
1. Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Payung (Sumber Inspirasi) dalam
Pembelajaran Biologi
Seringkali orang mengemukakan bahwa Sains seperti Biologi adalah sebagai
pembukti kebenaran ayat Al-Qur’an. Pernyataan ini sebenarnya berbahaya, sebab
apabila ternyata melalui penelitian Biologi atau Sains menghasilkan ketidakterbuktian,
maka yang terjadi adalah membuat kesimpulan bahwasannya Al-Qur’an itu keliru
karena tidak ilmiah dan tidak terbukti kebenarannya. Padahal sebenarnya adalah bisa
jadi ilmu yang terbatas, sehingga sains tidak menjangkau apa yang dikemukakan dalam
Al-Qur’an. Oleh karena itu pernyataan bahwa Sains adalah Pembukti Al-Qur’an
haruslah diralat dengan Sains Adalah Penjelas Al-Qur’an. Jadi kedudukannya hanya
sebagai penjelas apa yang ada dalam Al-Qur’an. Sebagai sumber inspirasi, dalam model
pendekatan ini, Al-Qur’an harus diletakkan di awal dalam kajian, dan bukan
diposisikan sebagai pembenar pernyataan dalam Sains. Sehingga integrasi instan yaitu
dengan menempel-nempelkan ayat Al-Qur’an ke dalam penjelasan Sains akan
dihindari.
Beberapa uraian berikut menjelaskan hal ini. a. Al-Qur’an Surat Ali Imron 191
sebagai Sumber Inspirasi Lahirnya Hukum Struktur Mengikuti Fungsi dalam Biologi.

‫ّللا يذْكُ ُرون الَّذِين‬ ِ ‫ت خ ْل‬


َّ ‫ق فِي ويتف َّك ُرون ُجنُوبِ ِه ْم وعلى وقُعُودًا قِيا ًما‬ ِ ‫ض السَّماوا‬ ِ ‫هذا خل ْقت ما ربَّنا و ْاْل ْر‬
‫ار عذاب فقِنا سُبْحانك باطِ ًل‬ ِ َّ‫الن‬

Artinya: (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. Satu di antara hukum
dalam Biologi adalah Hukum Struktur Mengikuti Fungsi, yang intinya tidak ada
struktur dalam makhluk hidup yang tidak memiliki fungsi. Suatu struktur tidak perlu
ada dalam makhluk hidup kalau memang tidak ada fungsinya. Dengan demikian maka
tidak ada struktur yang tidak memiliki fungsi yang jelas. Sebagai contoh ekor hewan
antara lain sebagai alat keseimbangan. Sedangkan manusia tidak perlu lagi ekor, karena
sudah seimbang dan berdiri tegak (Gambar 2). Demikian pula bentuk paruh dan kaki
burung tidak pernah terlepas dari fungsinya. Paruh burung pemakan daging berbeda
dengan paruh burung pemakan ikan atau serangga (Gambar 3). Kaki unggas yang sering
hidup di perairan seperti itik misalnya memiliki selaput renang yang berguna sebagai
bidang sentuh yang dengan luasnya tersebut dapat memperkecil tekanan oleh kaki. Kaki
burung predator juga memiliki ciri khas (Gambar 4).
Gambar 2. Kanguru dan Kucing sebagai alat keseimbangan

Gambar 3. Berbagai Bentuk Paruh Sesuai Fungsi

Gambar 4. Berbagai Bentuk Kaki Aves

Sangat banyak fenomena dalam Biologi yang bersumber dari Al-Qur’an Surat Ali
Imran 191 yang bukan hanya berbagai hal yang berhubungan dengan morfologi, namun
juga fisiologi antara lain:
1) Enzim-enzim pencernaan dalam hewan karnivora, sangat dominan dengan enzim
proteolitik dibandingkan dengan hewan Herbivora.
2) Reaksi fiksasi karbon dalam proses Fotosintesis dikatalisis oleh enzim yang
disebut Rubisco, protein yang sangat melimpah pada tanaman. Enzim Rubisco
tidak ada pada hewan karena kalau ada tidak akan ada gunanya karena hewan
tidak berfotosintesis.
2. Model Integrasi Al-Qur’an sebagai Sumber Konfirmasi dalam Pembelajaran
Biologi
Pada model ini, setelah pada awal pembelajaran Al-Qur’an ditempatkan sebagai
payung atau sumber inspirasi yang menaungi berbagai fenomena dalam Biologi, maka
pada model ini pembahasan dalam suatu temuan dalam Biologi atau riset Biologi,
“dikembalikan” atau dikonfirmasikan dengan Al-Qur’an. Dengan demikian, analisis
dan sintesis dalam Biologi, tidak pernah lepas dengan apa yang sudah terwahyukan
dalam Al-Qur’an.
Sebagai contoh adalah perolehan data tentang Trikoma (rambut pada epidermis
daun, misal daun kedelai) yang memiliki kerapatan berbeda-beda (Gambar 5). Daun
yang memiliki kerapatan trikoma tinggi, maka akan memiliki ketahanan yang tinggi
terhadap serangan hama ulat grayak (Spodoptera sp.) (Gambar 6) dibandingkan dengan
daun dengan kerapatan trikoma rendah. Bagaimana seandainya Allah s.w.t
menciptakan semua daun kedelai dengan kerapatan trikoma semuanya tinggi? Maka
dapat dipastikan tidak ada ulat grayak yang dapat hidup karena semuanya tidak dapat
makan akibat terganggu oleh Trikoma. Sebaliknya apabila semua daun kedelai
memiliki Trikoma dengan kerapatan rendah, maka habislah semua daun kedelai oleh
ulat grayak. Berdasarkan perolehan data ini, kemudian dilakukan analisis hubungan
dengan Q.S. Al-Mulk ayat 3-4 atau ayat Qur’an yang lainnya. Inilah model integrasi
dengan konfirmasi (“dikembalikan”) kepada Al-Qur’an.

Gambar 5. Trikoma pada Epidermis Daun

Gambar 6. Ulat Grayak (Spodoptera litura)


Perbedaan yang dimiliki daun kedelai dalam hal kerapatan trikoma,
mengisyaratkan kepada hadits (walaupun lemah) yakni perbedaan itu adalah rahmat,
dengan berbeda ini dapat digunakan untuk melakukan seleksi galur kedelai yang akan
ditanam sekaligus sebagai tindakan pengendalian hayati.

3. Model Integrasi Al-Qur’an sebagai sumber Deskripsi-Referensi yang akurat


Al-Qur’an sebagai sumber deskripsi-referensi adalah pendekatan pemahaman Al-
Qur’an dengan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Setiap masa akan terus lahir
teori-terori baru sesuai dengan kemajuan zaman. Secanggih apapun temuan itu pasti
akan tetap memiliki celah dalam akurasi kebenarannya. Celah dalam temuan ilmiah itu
dikarenakan belum finalnya teori tersebut atau kurangnya informasi yang memadai
sehingga temuan ilmiah masih menyisakan pertanyaan. Al Quran hadir untuk menuntun
dan menjelaskan temuan ilmiah itu dengan lebih gamblang dengan sangat akurat. Inilah
yang kami sebut bahwa Al-Qur’an bisa menjadi DeskripsiReferensi penemuan ilmiah
dimasa yang akan datang. Tentu saja penjelasan disini sifatnya tidak detail. Al-Quran
sering menjelaskan penjelasan ilmiah dengan simbolsimbol dan analogi yang paling
mendekati dan mudah dicerna oleh akal manusia dari berbagai latar belakang keilmuan.
Justru dengan simbol-simbol itulah seharusnya memicu manusia untuk terus berfikir
dan merenung. Di antara ayat yang berbicara tentang hal tersebut adalah firman Allah
yaitu Surat Yasin ayat 36 dan AdzDzariyat 49 tentang Segala Sesuatu diciptakan
berpasangan;

‫ض ت ُ ۢنبِتُ ِم َّما كُلَّها ٱ ْْل ْزوج خلق ٱلَّذِى سُبْحن‬


ُ ‫ي ْعل ُمون ل و ِم َّما أنفُ ِس ِه ْم وم ِْن ٱ ْْل ْر‬

Artinya: Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya,


baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang
tidak mereka ketahui (Yasin ayat 36).

‫تذ َّك ُرون لعلَّكُ ْم ز ْوجي ِْن خل ْقنا ش ْيء كُ ِل وم ِْن‬

Artinya: Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu


mengingat kebesaran Allah (Adz-Dzariyat 49)
Ayat diatas menegaskan bahwa segala ciptaan Allah berpasangan, 'Pasangan' yang
diindikasikan ada 3 macam, yaitu tumbuhan (apa-apa yang hidup di bumi), manusia
dan apa-apa yang tidak atau belum diketahui manusia. Frase: “apa yang tidak mereka
ketahui” menunjukkan bahwa akan ada penemuan-penemun lanjutan dan banyak hal
yang nantinya terus menjadi misteri. Sebagaimana disebutkan: dalam menafsirkan ayat
diatas: Mahasuci Allah lagi Mahatinggi yang telah menciptakan berbagai jenis tanaman
dan buah-buahan, yang telah menciptakan manusia laki-laki dan perempuan dan yang
telah menciptakan makhluk-makhluk lainnya yang tidak manusia ketahui di darat, laut
dan lainnya.
Dalam kasus tanaman misalnya: ada tanaman yang bereproduksi seksual atau
seksual, generatif atau vegetatif, ada spesies tumbuhan dioecious artinya, organ jantan
dan betina ditemukan pada tanaman terpisah. Ada juga spesies monoecious di baik
organ jantan maupun betina ditemukan pada tumbuhan yang sama. Meskipun sebagian
besar tanaman bereproduksi secara seksual, ada juga yang spesies yang berkembang
biak dengan cara aseksual. Misalnya lumut dan pakis berkembang biak melalui spora.
Oleh karena itu Alquran meenggunakan kata pilihan “berpasangan” tidak selalu dalam
konteks reproduksi, namun juga dalam konteks yang lain. Selanjutnya implikasi dari
wahyu Al-Quran tidak terbatas pada tanaman saja; itu mencakup segalanya yang
diciptakan Allah. Pada Hewan; jantan-betina, habitat airdarat, sperma-ovum,
spermatozoa x dan y (lihat gambar 7) dan masih banyak lagi. Bahkan benda mati,
keberadaan 'pasangan' diantaranya; panas-dingin, basah-kering, materi-nonmateri,
elektron-positron dan lainnya.
Bagaimanapun juga para ilmuwan masih membutuhkan lebih banyak informasi
ilmiah untuk memahami dengan jelas implikasi dari wahyu penciptaan benda-benda
yang berpasangan dan makhluk hidup yang belum diketahui oleh manusia. Kemajuan
ilmu pengetahuan akan memberikan jawabannya di masa depan.

Gambar 7. Spermatozoa membawa kromosom x dan y, sebagai penentu


jenis kelamin embrio

 Hasil Penelitian Artikel Pendukung : Integrasi Islam dan Sains pada Mata
Pelajaran Biologi Kelas XII Madrasah ‘Aliyah Kurikulum 2013
Setelah semua tahap penelitian dilakukan, mulai dari fokus masalah, kajian teori,
pengumpulan data, analisis data dan pembahasan dalam penelitian yang mengangkat judul
Integrasi Islam dan Sains pada Mata Pelajaran Biologi kelas XII Madrasah ‘Aliyah
kurikulum 2013 maka peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian tersebut yakni:
1. Ayat-ayat biologi dalam al-Qur’an sesuai materi yang diambil ada 33, yakni Q.S.
al-Baqarah ayat 22, 261 dan 265; Q.S. an-Nisa’ ayat 1; Q.S. al-An’am ayat 98, 99 dan
133; Q.S. al-A’raf ayat 54, 57 dan 58; Q.S. ar-Ra’d ayat 4 dan 17; Q.S. Al-Hijr ayat 22;
Q.S. an-Nahl ayat 10 dan 16; Q.S. al-Kahfi ayat 45; Q.S. Thahaa ayat 53; Q.S. al-
Anbiya’ ayat 30; Q.S. al-Hlajj ayat 5; Q.S. alMu’minun ayat 14; Q.S. an- Nur ayat 45:
Q.S. Al-Furqan ayat 48 dan 49; Q.S. ar-Rum ayat 54; Q.S. as-Sajadah ayat 9; Q.S. az-
Zumar ayat 6; Q.S. Ghafir ayat 67; Q.S. al-Hujurat ayat 13; Q.S. Ibrahim ayat 32; Q.S.
Qaf ayat 9; Q.S. Nuh ayat 14 dan 26-27; Q.S. Al-Qiyamah ayat 39; Q.S. Al-Insan ayat
2.
2. Pengelompokan ayat berdasarkan tema yang diambil sebagai berikut:
a. Pertumbuhan dan perkembangan yakni: Q.S. al-Mu’minun ayat 14; Q.S. al- Hajj
ayat 5; Q.S. Al-Insan ayat 2; Q.S. as-Sajadah ayat 9; Q.S. ar-Rum ayat 54; Q.S. al-
Baqarah ayat 22, 261 dan 265; Q.S. al-A’raf ayat 57; Q.S. al-An’am ayat 99; Q.S.
Ibrahim ayat 32; Q.S. an-Nahl ayat 10 dan 16; Q.S. al-Kahfi ayat 45; Q.S. Al-Furqan
ayat 48 dan 49; Q.S. Thahaa ayat 53; Q.S. al-A’raf ayat 58; Q.S. ar-Ra’d ayat 4; Q.S.
Al-Hijr ayat 22; Q.S. Thahaa ayat 53;
b. Hereditas pada manusia yakni Q.S. al-An’am ayat 98; Q.S. al-Hujurat ayat 13; Q.S.
Al-Insan ayat 2; Q.S. Al-Qiyamah ayat 39; Q.S. Nuh ayat 26-27;
c. Evolusi yakni Q.S. an-Nisa’ ayat 1; Q.S. al-An’am ayat 133; Q.S. ar-Ra’d ayat 17;
Q.S. al-Hajj ayat 5; Q.S. al-A’raf ayat 54; Q.S. an-Nur ayat 45: Q.S. Nuh ayat 14.
3. Pembahasan dalam al-Qur’an tentang materi biologi pertumbuhan dan
perkembangan manusia sebagai berikut:
a. Al-Qur’an telah menjelaskan perkembangan manusia periode pranatal (sebelum
lahir) mulai dari setetes air mani (nuthfah) hingga menjadi bayi yang siap dilahirkan.
b. Setelah periode prenatal, al-Qur’an juga menyebutkan periode neonatal dengan
istilah thifl
c. Tahapan perkembangan indra manusia yang diawali dengan mendengar, kemudian
melihat dan kemudian disusul dengan perkembangan kemampuan intuisi manusia.
d. Teori tentang anatomi tubuh manusia mengenai pertumbuhannya dari kondisi
lemah menjadi kuat dan menjadi lemah kembali.
4. Pembahasan dalam al-Qur’an tentang materi biologi pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan sebagai berikut:
a. Air sebagai faktor penting dalam pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan. b.
Kelebihan air hujan untuk tumbuhan dibanding air lain.
b. Ilmu tentang reproduksi tumbuhan menggunakan biji.
c. Pengaruh ekologi (tanah, suhu dan udara) terhadap tumbuhan.
d. Faktor internal yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
e. Peran angin dalam penyerbukan tumbuhan.
f. Tumbuhan diciptakan juga memiliki jenis kelamin.
5. Pembahasan dalam al-Qur’an tentang materi biologi hereditas pada manusia sebagai
berikut:
a. Seluruh manusia diciptakan berasal dari satu jiwa (nabi Adam).
b. Penciptaan manusia berasal dari sel laki-laki (ayah) dan sel perempuan (ibu)
c. Kromosom yang berada dalam air mani laki-laki dan air mani perempuan yang
menentukan jenis kelamin dan kemiripan anak terhadap salah satu atau kedua orang
tuanya.
d. Salah satu yang diturunkan orang tua terhadap anak adalah kecondongan dalam
beragama.
e. Selain dari hereditas, lingkungan memiliki peranan penting dalam pembentukan
karakter anak.
f. Pembahasan dalam al-Qur’an tentang materi biologi evolusi sebagai berikut:
1) Evolusi tentang penciptaan manusia, perbedaan cara penciptaan manusia
pertama (Adam) dengan cara diciptakan langsung dari tanah tanpa dilahirkan,
manusia kedua (Hawa) diciptakan dari tulang rusuk Adam dan manusia
setelahnya dengan cara dilahirkan.
2) Teori evolusi seleksi alam, struggle for existence. Bahwa manusia yang
dikehendaki Allah akan memiliki kekuatan untuk bertahan hidup, dan manusia
yang tidak dikehendaki Allah akan tergantikan dengan manusia lain.
3) Apapun yang tidak bermanfaat untuk manusia akan hilang sedangkan yang
bermanfaat akan di tetapkan di bumi.
4) Manusia mengalami evolusi bentuk ketika dalam kandungan atau fase embrio.
5) Evolusi perubahan bentuk bumi pada awal penciptaan selama 6 hari penciptaan.
6) Teori evolusi tentang semua makhluk berasal dari air.

B. Perbandingan Struktur kedua Artikel

Aspek
Artikel 1 (Utama) Artikel 2 (Pendukung)
Perbandingan
Judul Artikel Kunci Tadabbbur dan Integrasi Integrasi Islam dan Sains pada Mata
Al-Qur’an dalam Pembelajaran Pelajaran Biologi Kelas XII Madrasah
Biologi ‘Aliyah Kurikulum 2013
Identitas Penulis : Mujahidin Ahmad, Eko Penulis 1
Penulis Budi Minarno, dan Suyono Nama : Fajar Mahfiroh dan
Jurusan : Biologi Muhammad Munadi
Perguruan Tinggi : Universitas Perguruan Tinggi : Institut Agama
Islam Negeri Maulana Malik Islam Negeri Surakarta
Ibrahim Malang Alamat : Jl. Pandawa, Dusun IV,
Email : mujahidin@bio.uin- Pucangan, Kec. Kartasura, Kabupaten
malang.ac.id Sukoharjo, Jawa Tengah 57168
Email :
Vyraelfajry103@gmail.com
Munadimahdiputra@gmail.com

Jurnal dan Bioeduca: Journal of Biology Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan


Tanggal Terbit Education, Vol. 2, No. 2, Hal. 101 Keislaman, Vol. IV. No. 2. Juli–
– 114. Tahun 2020, Desember 2021
Pendahuluan Islam sebagai agama yang Dilihat dari ulumul Qur'an, ayat-allah
sempurna (din-al kamil) dan sebenarnya terbagi menjadi dua, yaitu
universal (din-asy syamil) selalu ayat kauniyah dan ayat qauliyah. Ayat
menarik dijadikan sebagai sumber qauliyah adalah ayat Tuhan yang
inspirasi pemikiran. Hal ini terdapat dalam Al-Qur'an sedangkan
karena Al-Qur’an tidak hanya ayat kauniyah adalah Tuhan yang
mengatur aspek hubungan berwujud alam semesta. Dalam ayat
manusia dengan tuhannya namun Qauliyah Allah juga banyak bercerita
juga termasuk mengatur tentang alam semesta. Untuk
hubungannya dengan sesama menjawab permasalahan tersebut,
makhluk. Upaya pendekatan diperlukan konsep integrasi antara
hubungan antara sains dan al- agama dan sains dalam dunia
quran khusunya biologi adalah pendidikan Islam.
sebuah upaya implementasi sains
dalam kehidupan sehari hari
terutama sebagai masyarakat
yang religius.
Kata Kunci Al-qur’an; dogma empiris; model Integrasi; sains; islam; biologi
integrasi; inspirasi; konfirmasi.
Tujuan Mengenalkan dan menawarkan Menawarkan konsep integrasi Islam
Penelitian model baru untuk memudahkan dan sains khususnya pada mata
upaya integrasi Al-Qur’an dalam pelajaran Biologi kelas XII Madrasah
pembelajaran biologi. 'Aliyah Kurikulum 2013
Metode Telaah Pustaka Studi pustaka (pendekatan deskriptif)
Penelitian
Hasil Dalam pembelajaran Biologi, Terdapat 33 ayat dalam Al-Qur'an
Penelitian integrasi Sains-Islam dapat yang membahas biologi dengan materi
dilakukan dengan tiga macam tentang pertumbuhan dan
model pendekatan yaitu; Model perkembangan, hereditas manusia,
Integrasi Al-Qur’an sebagai dan evolusi. Pendekatan Integrasi
Sumber Inspirasi, Konfirmasi dan islam dan sains dapat menggunakan
Dogma-empiris. Ketiga model pendekatan multi-disipliner dan inter-
pendekatan dapat dijalankan disipliner.
secara simultan dalam proses
pembelajaran Biologi.

Kesimpulan :
Integrasi sains dan agama merupakan suatu kajian ilmu yang mampu melahirkan keilmuan
yang tidak hanya melihat sisi ilmu saja, tetapi juga mampu menambah keimanan seseorang
terhadap Dzat yang menciptakan dan menghendaki segala sesuatu. Pada materi kelas XII
pelajaran biologi, ditemukan 33 ayat dalam Al-Qur'an yang membahas mengenai pertumbuhan
dan perkembangan, hereditas manusia, dan evolusi. Berbagai upaya integrasi ilmu islam dan
sains dalam pembelajaran biologi yang telah diterapkan, sesungguhnya memiliki core atau
muatan yang sama dalam memandang integrasi itu sendiri. Muatan itu berupa keinginan dan
spirit yang sama untuk menunjukkan adanya interrelasi, interkoneksi dan sinergi di berbagai
bidang dan disiplin ilmu. Tujuannya adalah untuk membangun paradigma keilmuan yang
saling mendekat dan menunjang. Sehingga pada akhirnya dapat terwujud pemahaman
keilmuan yang lebih holistik atau menyeluruh. Dari model integrasi islam dan sains yang telah
umum digunakan, maka dibutuhkan pendekatan model baru yang lebih praktis dan mudah
dicerna, yaitu model “Segitiga Ilmu”. Model “Segitiga Ilmu” tersebut terdiri dari : Integrasi
Al-Qur’an sebagai Sumber Inspirasi, Konfirmasi dan Dogma-empiris.
Daftar Pustaka :
Abdullah, M. Amin. (2006). Islamic Studies Di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-
Interkonektif. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Ahmad, Mujahidin, dkk. 2020. Kunci Tadabbbur dan Integrasi Al-Qur’an dalam Pembelajaran
Biologi. Bioeduca: Journal of Biology Education, 2(2).
Fajari, I. A. (2016). Klasifikasi Ilmu Pengetahuan Menurut Imām Al-Ghazālī. Kontemplasi:
Jural Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 4(2). https://doi.org/10.21274/kontem.2016.4.2.299-316

Faruqi, Y. M. 2006. Contributions of Islamic scholars to the scientific enterprise. International


Education Journal, 7(4), 391–399.
Hidayat, M. 2014. Pendekatan integratif-interkonektif: tinjauan paradigmatik dan
implementatif dalam pembelajaran pendidikan agama islam. TA’DIB, XIX(2), Edisi
November 2014. XIX (02), 276–287.
Mahfiroh, M dan Munadi, M. 2021. Integrasi Islam dan Sains pada Mata Pelajaran Biologi
Kelas XII Madrasah ‘Aliyah Kurikulum 2013. Al-Fatih: Jurnal Pendidikan dan
Keislaman, 4(2).

Qutub, S. 2011. Sumber-Sumber Ilmu Pengetahuan Dalam Al Qur’an Dan Hadits. Humaniora,
2(9), 1339–1350.
Sarton, G. 1927. Introduction to the History of Science, Volume 1. Washington: Carnegie
Institution of Washington.

Suprayogo, I. 2005. Membangun Integrasi Ilmu dan Agama: Pengalaman UIN Malang. Zainal
Abidin Bagir (ed)., Integrasi Ilmu dan Agama: Interpretasi dan Aksi. Bandung: Mizan.
Syaifuddin. 2013. Integrated Twin Towers dan Islamisasi Ilmu. Jurnal PAI, No1. Hal 2-20

Wahidin. 2015. Sains dan Agama: Rekontruksi Integrasi Keduanya. Yogyakarta: Penerbit
Ombak.

Anda mungkin juga menyukai