Anda di halaman 1dari 14

Integrasi Islam dan Ilmu: Pemikiran Amin

Abdullah vs Imam Suprayogo

NURUL HIKMAH

Mahasiswi Pascasarjana Pendidikan Bahasa Arab Universitas Islam Negeri


Antasari Banjarmasin

Nim: 200211060133

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu: Dr. Muhammad Zainal Abidin, M. Ag

Dr. Ahmad Muradi, M. Ag

Abstrak

Dikotomi atas ilmu agama dan ilmu umum menegaskan ilmu agama
hanya dimaknai sebagai ilmu ukhrawi dan ilmu ilmiah dimaknai sebagai
ilmu dunyawi sehingga muncul anggapan bahwa Islam adalah ilmu yang
konservatif (tertutup) dan ilmu alam adalah ilmu yang dapat menjawab
segala persoalan kehidupan sosial kemasyarakatan. Keterputusan dari
Teologis dan epistemologis ini akan mengantarkan pada keburukan yang
akan dicapai, mulai dari adanya arogansi kemanfaatan ilmu sampai
menafikkan keilmuan yang berasal dari Tuhan. Paradigma yang dibawa
dalam keilmuan modern dimulai dari gagasan Islamisasi Ilmu Pengetahuan,
namun ternyata penetralan terhadap hasil karya manusia dan kemajuan ilmu
ditolaknya dengan anggapan bahwa hasil pikir manusia adalah netral dan
mengeliminasi kebenaran keilmuan lainnya. Barangkali pemikiran yang
digagas oleh Amin Abdullah dan Imam Suprayogo adalah pemikiran cerdas
yang menjadikan Alquran dan Sunnah sebagai landasan dalam
pengembangan keilmuan. Dari segi epistemologi, corak pemikiran ini
mengakui hasil pikir manusia (antroposentris) juga tidak mengesampingkan
ilmu-ilmu Tuhan (teosentris) sehingga bangunan keilmuan yang dibangun
adalah teoantroposentrikintegralistik. Ilmu agama dan ilmu umum memiliki
tempat sesuai porsi dan tidak saling menyalahkan dan bahkan keduanya
saling mengkritisi secara konstruktif. Menjelma dalam pendidikan Islam
menjadi sebuah kurikulum pendidikan Islam berbasis scientific dan atau
naturistic dengan landasan pada lingkungan sosial dan alam sebagai bahan
pendidikan yang disandingkan dengan nilai Alquran.

Kata Kunci: Integrasi Islam dan Ilmu, Amin Abdullah, Imam Suprayogo

Pendahuluan

Integrasi adalah sebuah sistem yang mengalami pembauran sehingga


menjadi suatu kesatuan yang utuh. Integrasi berasal dari bahasa inggris
"integration" yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Secara istilah
integrasi adalah membuat suatu keseluruhan dan menyatukan unsur-unsur
tertentu.1

Pemikiran tentang integrasi atau islamisasi ilmu pengetahuan dewasa


ini yang dilakukan oleh kalangan intelektual muslim. Tidak lepas dari
kesadaran beragama. Secara totalitas ditengah ramainya dunia global yang
sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan sebuah
konsep bahwa umat islam akan maju dapat menyusul orang-orang barat
apabila mampu mentransformasikan dan menyerap secara actual terhadap
ilmu pengetahuan dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami
wahyu dalam mengembangkann ilmu pengetahuan.

1
Http:/www.Scribd.com/document/83019545/pengertian-integrasi
Integrasi Islam dan Ilmu Pengetahuan

Integrasi ilmu dimaknai sebagai sebuah proses menyempurnakan


atau menyatukan ilmu-ilmu yang selama ini dianggap dikotomis sehingga
menghasilkan satu pola pemahaman integrative tentang konsep ilmu
pengetahuan. Oleh Kuntowijoyo, menyebutkan bahwa pokok dari konsep
integrasi adalah penyatuan (bukan sekedar penggabungan) antara wahyu
Tuhan dengan temuan pikiran manusia.2

Integrasi Islam dan ilmu dalam Praktek di Lembaga Pendidikan


Meliputi:

Integrasi Islam dan Ilmu : Pendidikan Keluarga

Pendidikan keluarga yang mengintegrasikan Islam dan Ilmu, terlihat


ketika pendidikan anak dimulai dari penguasaan Al-Qur‟an dulu. Kuasai
dahulu Al-Qur‟an baru kemudian penguasaan ilmu lain. Keluarga bisa
menekankan hal ini sehingga anak terbiasa bahwa dalam Al-Qur‟an tidak
hanya membahas masalah „ubudiyah dengan Tuhan saja. Ilustrasi yang
dapat digambarkan sebagai berikut: Perbandingan antara
ayat muamalah (ibadah sosial) dengan ayat berkaitan ibadah ritual (ibadah
vertikal dengan Allah) dalam Al-Qur‟an adalah 100 berbanding. Sedangkan
dalam Hadis dari sekitar 50 pokok bahasannya tidak lebih dari tiga atau
empat yang berbicara tentang ibadah ritual, selainnya adalah berkaitan
dengan mu’amalah (ibadah sosial)”. Dua pernyataan tersebut menunjukkan
bahwa Islam (tercermin dalam Qur‟an maupun Hadits) lebih banyak
mengatur masalah manusia dan kemanusiaan.

Integrasi Islam dan Ilmu: Pendidikan Masyarakat

Pendidikan Masyarakat melalui tempat ibadah seringkali tidak


tertata secara sistematis, sehingga kesannya diulang-ulang dan tidak pernah
berubah temanya. Temanya berputar pada hal-hal yang kadang kurang
“kompatibel‟ dengan masalah yang dihadapi oleh masyarakat. Kondisi
2
Maidar Darwis dan Mena Rantika, Konsep Integrasi Keilmuan dalam Perspektif
Pemikiran Imam Suprayogo, Fitra: Kampus STAI Tapaktuan, Vol. 4, No. 1, Hlm. 4-5.
semacam ini berakibat banyak Jama‟ah Jum‟at lebih banyak mengantuk
daripada mendengarkan khutbah Jum‟at. Begitu pula iklim Ramadhan isi
materi dari kuliah tujuh menit (Kultum) sampai dengan kuliah shubuh berisi
hal yang sama dari tahun ke tahun. Keadaan ini perlu ada pembenahan
minimal oleh lembaga pendidikan keagamaan seperti Perguruan Tinggi
Keagamaan Islam (PTKI) baik negeri maupun swasta. Lembaga perguruan
tinggi ini harus memberikan tambahan asupan pada tiap masjid
dengan materi yang sesuai dengan kebutuhan/ masalah yang dihadapi
masyarakat kepada pengelola masjid/ mushola maupun majelis ta’lim.

Integrasi Islam dan Ilmu: Pendidikan Sekolah/Madrasah

Integrasi Islam dan ilmu di lembaga pendidikan formal masih


dominan wacana. Praksisnya ternyata sama rumitnya dengan wacana yang
dikembangkan. Operasionalisasi dalam konteks kurikulum masih
menyisakan persoalan yang banyak, sehingga kadang-kadang
memunculkan skeptisisme di kalangan pelaku integtasi Islam dan Ilmu di
berbagai Universitas Islam Negeri (UIN) khususnya.

Integrasi Islam dan Ilmu: Praksis Dua SMA Trensains

Upaya eksperimen dilakukan pada jenjang pendidikan menengah


seperti yang terjadi di SMA Trensain Sragen di bawah Muhammadiyah dan
SMA Trensain Tebu Ireng Jombang di bawah naungan Jam‟iyah
NU. Kedua lembaga ini lebih menekankan pada sains kealaman (natural
science), bukan sains humaniora.3

Secara umum kurikulum kedua lembaga ini terbagi menjadi tiga


komponen pokok:

1. Materi Al-Quran (kurikulum Al-Quran)


2. Materi sains (kurikulum sains)
3. Materi bahasa (kurikulum bahasa)

3
https://iain-surakarta.ac.id/integrasi-islam-dan-ilmu-dalam-praktek-di-lembaga-
pendidikan/
Biodata Amin Abdullah dan Pemikirannya
M. Amin Abdullah, lahir di Margomulyo, Tayu Pati, Jawa Tengah,
28 juli 1953. menamatkan Kulliyat al-Muallimin al- Islamiyyah (KMI),
Pesantern Gontor Ponorogo 1972 dan Program Sarjana Muda (Bakalaureat)
pada Pendidikan Darussalam (IPD) 1977 di pesantern yang sama.
Menyelesaikan program sarjana pada Fakultas Usuluddin, Jurusan
Perbandingan Agama IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 1982 atas
Sponsor Departemen Agama dan Pemerintahan Republik Turki. Mulai
tahun 1985 mengambil program Ph.D. bidang Filsafat Islam di Department
of Philosophy, Faculty of Art and Sciences, Middle East Technical
University (METU) Ankara Turki (1900). Mengikuti program Post-doctoral
di McGill University, Kanada (1997-1998). Karyakarya ilmiahnya yang
diterbitkan antara lain: Filsafat Kalam di Era Post Modernisme (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 1995), Studi Agama: Normativitas atau Historisitas
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Dinamika Islam Kultural: Pemetaan
atas Wacana Keislaman Kontemporer, (Bandung: Mizan, 2000) Antara
AlGhazali dan Kant: Filasafat Etika Islam (Bandung: Mizan, 2002) serta
Pendidikan Agama Era Multikultural Multi Relegius, Jakarta: PSAP,
Muhammadiyyah, 2005).

M. Amin Abdullah, Rektor UIN Yogyakarta memang dikenal sangat


gigih dalam memperjuangkan, penggunaan hermeneutika dalam penafsiran
Al Qur‟an. Ia bahkan menyebut sebagai kebenaran yang harus disampaikan
kepada umat Islam, meskipun banyak yang mengkritikntya. Ia pun menjadi
begitu kritis terhadap metode tafsir klasik, meskipun dia sendiri belum
pernah menulis sebuah tafsir berdasarkan hermeneuika. Amin Abdullah
menulis banyak kata pengantar untuk buku-buku yang membahas tentang
hermeneutika al-Qur‟an. Dalam satu tulisan pengantar untuk hermeneutika
pembebasan, dia menulis:
“Metode penafsiran Al Qur‟an selama ini senantiasa hanya
memperhatikan hubungan penafsiran dan teks Al Qur‟an tanpa pernah
mengeksplisitkan kepentingan audiens terhaap teks. Hal ini mengkin dapat
dimaklumi sebab para mufasir klasik lebih menganggap tafsir Al Qur‟an
sebagai hasil kerja-kerja kesalehan yang demikian harus bersih dari
kepentingan mufasirnya. Atau barangkali juga karena trauma mereka pada
penafsiran-penafsiran teologis yang pernah melahirkan pertarungan politik
yang maha dahsyat pada masa-masa awal Islam. Terlepas dari alasan-alasan
tersebut, tafsir-tafsir klasik Al Qur‟an tidak lagi memberi makna dan fungsi
yang jelas dalam kehidupan umat Islam.4

Bangunan Keilmuan Teoantroposentris-Integralistik

Gagasan besar Amin Abdullah terpusat pada bangunan keilmuan


yang berwatak teoantroposentris-integralistik. Bangunan keilmuan semacam
ini erat kaitannya dengan paradigma filosofis. Menurut Amin Abdullah,
ilmu apapun yang disusun tidak bisa tidak mempunyai paradigma
kefilsafatan. Asumsi dasar seorang ilmuan merupakan hal pokok yang
terkait dengan struktur fundamental yang melekat pada bangunan sebuah
bangunan keilmuan, tanpa terkecuali, baik ilmu-ilmu kealaman, ilmu-ilmu
sosial, humaniora, ilmuilmu agama („Ulûm ad-Dîn), studi agama (religious
studies) maupun ilmu-ilmu keislaman. Dengan demikian, tidak ada sebuah
ilmu pun-lebih-lebih yang telah tersistimatisasikan sedemikian rupa-yang
tidak memiliki struktur fundamental yang dapat mengarahkan dan
menggerakkan kerangka kerja teoritik maupun praksis keilmuan serta
membimbing arah penelitian dan pengembangan lebih lanjut. Struktur
fundamental yang mendasari, melatarbelakangi dan mendorong kegiatan
praksis keilmuan adalah yang dimaksud dengan filsafat ilmu.

4
Amin Nasir, Sintesis Pemikiran M. Amin Abdullah dan Adian Husain
(Pendekatan dalam Pengkajian Islam), Fikrah: Jurnal Sintesis Pemikiran M. Amin
Abdullah dan Adian Husaini, Vol. 2, No. 1,. (STAIN Kudus: Juni 2014), Hlm. 143-144.
Kedudukan filsafat ilmu begitu urgen dalam pemikiran Amin
Abdullah, sehingga ia menjadikannya sebagai obyek kajian dan
pembahasannya selama tujuh tahun. Hasilnya ia menerbitkan buku Islamic
Studies di Perguruan Tinggi Pendekatan Integratif-Interkonektif. Buku ini
menawarkan paradigma interkoneksitas ilmu, suatu pemikiran yang lebih
modest (mampu mengukur kemampuan diri sendiri), humbility (rendah hati)
dan humanity (manusiawi). Paradigma interkoneksitas berasumsi bahwa
untuk memahami kompleksitas kehidupan yang dihadapi dan dijalani
manusia, setiap bangunan keilmuan apapun, tidak dapat berdiri sendiri.

Ide integrasi ilmu muncul pada diri Amin Abdullah setelah menelaah
pikiran Richard C. Martin, seorang ahli studi keislaman dari Arizona
University, dalam bukunya Approaches to Islam in Religious Studies dan
pemikiran Muhammed Arkoun –dari Sorbonne, Paris– dalam bukunya
Tarikhikhiyyah al-Fikr al-‟Araby aI-Islâmy juga Nasr Hamid Abu Zaid dari
Mesir dalam bukunya Naqd al-Khitab al-Diniy. Ketiga sarjana ini dengan
tegas ingin membuka kemungkinan kontak dan pertemuan langsung antara
tradisi berpikir keilmuan dalam Islamic Studies secara konvensional atau
apa yang disebut oleh Imam Abu Hamid al-Ghazzali sebagai „Ulûm ad-Dîn
pada abad ke-10-11 dan tradisi berpikir keilmuan dalam Religious Studies
kontemporer yang telah memanfaatkan kerangka teori dan metodologi yang
digunakan oleh ilmu-ilmu sosial dan humanities yang berkembang sekitar
abad ke18 dan 19. Dialog dan pertemuan antara keduanya telah mulai
dirintis oleh ilmuan-ilmuan muslim kontemporer.

Berikut ini akan dianalisis horison jaring laba-laba keilmuan yang


digagas oleh Amin Abdullah dilihat dari makna skema, konten dan
hubungan antara satu-sama lain. Dengan paparan ini diharapkan ada
pemahaman yang tepat mengenai gagasan Amin Abdullah tentang bangunan
keilmuan yang diharapkan pada saat ini dan masa akan datang.
Horizon Jaring Laba-laba Keilmuan Teoantroposentris-Integralistik

Menurut Amin Abdullah, gambar jaring laba-laba keilmuan di atas


mengilustrasikan hubungan yang bercorak teoantroposentris-integralistik.
Di situ tergambar bahwa jarak pandang dan horizon keilmuan integralistik
begitu luas (tidak myopic) sekaligus terampil dalam perikehidupan sektor
tradisional maupun modern lantaran dikuasainya salah satu ilmu dasar dan
keterampilan yang dapat menopang kehidupan era informasi-globalisasi. Di
samping itu tergambar sosok yang terampil dalam menangani dan
menganalisis isuisu yang menyentuh kemanusiaan dan keagamaan era
modern dan pasca modern dengan dikuasainya berbagai pendekatan baru
yang diberikan oleh ilmu-ilmu alam, ilmu-ilmu sosial dan humaniora
kontemporer. Di atas segalanya, dalam setiap langkah yang ditempuh, selalu
dibarengi landasan etika-moral keagamaan yang objektif dan kokoh, karena
keberadaan al-Qur‟an dan Sunnah yang dimaknai secara baru (hermeneutis)
selalu menjadi landasan pijak pandangan hidup (weltanschauung)
keagamaan manusia yang menyatu dalam satu tarikan nafas keilmuan dan
keagamaan. Kesemuanya diabdikan untuk kesejahteraan manusia secara
bersama-sama tanpa pandang latar belakang etnisitas, agama, ras maupun
golongan.5

Biodata Imam Suprayogo dan Pemikirannya

Prof. Dr. Imam Suprayogo adalah Salah satu tokoh pendidikan,


khususnya pendidikan Islam. Beliau merupakan Sosok yang dari awal
karirnya sudah menekuni dunia pendidikan ini telah menghasilkan karya-
karya besar yang monumental dan bermanfaat, sekaligus menginspirasi dan
memotivasi orang lain untuk mencontohnya.

Salah satu hasil kerja keras beliau yang monumental adalah ikut
mengantarkan Universitas Muhammadiyah Malang sebagai kampus yang
tidak hanya membanggakan di tanah air tetapi juga bereputasi internasional.
Karya besar ini memang tidak seperti Roro Jonggrang menyulap Candi
Sewu dalam satu malam, tetapi membutuhkan waktu bertahun-tahun yang
penuh pengorbanan. Bersama tokoh-tokoh yang lebih senior seperti Prof.
Malik Fajar yang diamanati sebagai rektor, Imam Suprayogo dengan penuh
setia dan kesungguhan mengawal ide-ide besar untuk mewujudkan
Universitas Muhammadiyah Malang sebagai universitas unggulan yang
membanggakan.6

Dalam upaya merekonstruksi pendidikan Islam, kita perlu


memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan Islam, yang meliputi:

a. Pendidikan Islam merupakan bagian dari sistem kehidupan Islam, yaitu


suatu proses internalisasi dan sosialisasi nilainilai moral Islam melalui
sejumlah informasi, pengetahuan, sikap, perilaku dan budaya,
b. Pendidikan Islam merupakan sesuatu yang integrated artinya
mempunyai kaitan yang membentuk suatu kesatuan yang integral
dengan ilmu-ilmu yang lain,

5
Parluhutan Siregar, Integrasi Ilmu-Ilmu Keisaman dalam Perspektif M. Amin
Abdullah, Miqot: Jurnal Integrasi Ilmu-ilmu Keislaman, Vol . XXXVIII, No. 2 (Fakultas
Ushuluddin IAIN Sumatera Utara: Medan, 2014), 341-445.
6
https://kemenag.go.id/read/mengenal-prof-imam-suprayogo-inspirator-
pengembangan-ptki-3-5v7mp
c. Pendidikan Islam merupakan life long process sejak dini kehidupan
manusia,
d. Pendidikan Islam berlangsung melalui suatu proses yang dinamis, yakni
harus mampu menciptakan iklim dialogis dan interaktif antara pendidik
dan peserta didik,
e. Pendidikan Islam dilakukan dengan memberi lebih banyak mengenai
pesan-pesan moral pada peserta didik. Prinsip-prinsip di atas akan
membuka jalan dan menjadi fondasi bagi terciptanya konsep
pendidikan Islam.

Imam Suprayogo, mengidentifikasi bahwa pendidikan Islam masih


terjebak pada pemikiran-pemikiran klasik yang sudah ketinggalan zaman.
Para pemikir muslim masih segan untuk melakukan reformulasi dan
modernisasi pemikiran. Padahal sejarah peradaban Islam selalu
menghadapi dan berhadap-hadapan dengan perubahan, karena perubahan
merupakan keniscayaan bagi kehidupan manusia. Munculnya perdebatan
panjang antara kaum modernis dan tradisionalis adalah bukti nyata bahwa
sebagian para pemikir muslim masih takut untuk melakukan pembaharuan
pemikiran. Selain itu, umat Islam juga masih mengidap syndrom of
inferiority complex, sikap pesimistis dan kurang percaya diri. Hal ini
menjadikan umat Islam cenderung untuk meniru dan mengambil tradisi
Barat dan meninggalkan tradisi Islam sendiri.

Dari berbagai problema pendidikan Islam, oleh Imam Suprayogo


menawarkan sebuah konsep pendidikan berparadigma alQur‟ān dalam
memimpin sebuah lembaga pendidikan Islam dengan semboyan “tarbiyah
ūlūl albāb.” Tarbiyah ūlūl albāb sekarang ini menjadi konsep pendidikan
Islam yang diterapkan di UIN Maliki Malang dan dalam pengembangan
kampus pada masa yang akan datang.
Ūlūl albāb berarti orang-orang yang memiliki akal, yaitu daya rohani
yang dapat memahami kebenaran baik yang fisik maupun yang metafisik.
Sedangkan menurut terminologi, ūlūl albāb adalah orang-orang yang
memiliki ciri-ciri pokok seperti: beriman, berpengetahuan tinggi, berakhlak
mulia, tekun beribadah, berjiwa sosial dan bertakwa. Kata ūlūl albāb sendiri
diambil dari al-Qur‟ān. Tidak kurang dari 16 ayat alQur‟ān menyebutkan
kata ini.

Pemikiran Integrasi Islam dan Ilmu dalam dunia pendidikan Oleh


Imam Suprayogo adalah metafora pohon ilmu yaitu sebuah pohon yang
kokoh, bercabang rindang, berdaun subur, dan berbuah lebat karena

ditopang oleh akar yang kuat . UIN Maliki Malang merupakan salah satu

lembaga pendidikan tinggi Islam yang menerapkan proses akademiknya


memadu sains dan agama. UIN tersebut untuk mengintegrasikan agama dan
sains: bahwa pertama-tama bangunan struktur keilmuannya didasarkan
pada universalitas ajaran Islam.

Batang dengan cabang yang rindang dalam metafora yang digunakan


Imam Suprayogo adalah kelompok tumbuhan yang memiliki batang yang
kuat, kokoh dan berkayu. Batang yang kukuh digunakan untuk
menggambarkan ilmu-ilmu yang terkait dan bersumber langsung dari al-
Qur‟ān dan alḤadīst Nabi. Yaitu, studi al-Qur‟ān, studi alḤadits, pemikiran
Islam, dan Sirah Nabawiyah. Ilmu semacam ini hanya dapat dikaji dan
dipahami secara baik oleh mereka yang telah memiliki kemahiran bahasa
Arab, logika, ilmu alam dan ilmu sosial.
Akar yang kukuh menghunjam ke bumi itu digunakan untuk
menggambarkan kemampuan berbahasa asing (Arab dan Inggris), logika
dan filsafat, ilmu-ilmu alam dan ilmu-ilmu sosial. Bahasa Asing yaitu
„Arab dan Inggris, harus dikuasai oleh setiap mahasiswa. Bahasa „Arab
digunakan sebagai piranti mendalami ilmu-ilmu yang bersumber dari al-
Qur‟ān dan al-Ḥadīst nabi serta kitabkitab berbahasa Arab lainnya.
Penggunaan bahasa Inggris dipandang penting sebagai bahasa ilmu
pengetahuan dan teknologi dan bahasa pergaulan internasional.7

Penutup

Khazanah keilmuan yang luas dan terus berkembang menuntut


manusia untuk senantiasa membangun paradigmanya agar mampu
menghadapi dan menyelesaikan persoalan social masyarakat yang terus
berkembang. Hadirnya paradigma pendidikan integrasi-interkoneksi
memberikan nafas segar dalam kehidupan keilmuan Islam maupun ilmu
pengetahuan umum. Konsepsi yang dikembalikan kepada Alquran dan
Sunnah sebagai dua entitas yang melandasi berkembangnya keilmuan
memberikan isyarat bahwa tujuan pendidikan Islam maupun pendidikan
umum akan mencapai puncak kemajuan. Mengakhiri dikotomi pendidikan

7
Maidar Darwis dan Mena Rantika, Konsep Integrasi Keilmuan dalam Perspektif
Pemikiran Imam Suprayogo……Hlm. 6-7.
berarti menyatu padukan dan mendialogkan antara keilmuan agama dan
umum, yang mana dalam praktik lapangan kedua keilmuan ini bukan hanya
sebatas memberikan pengetahuan (transfer of knowledge) namun juga
memberikan nilai (transfer of value). Kaidah yang termuat didalamnya
memberikan gambaran yang jelas dalam menerapkan pendidikan Islam yang
diitinjau dari unsur-unsur filsafat, pendekatan dan metode, materi dan
strategi dan evaluasi.

Corak pemikiran Amin Abdullah dan Imam Suprayogo yang kritis


dalam keilmuan dan membuka cakrawala pendidikan Islam. Rekonstruksi
yang dibangun keduanya menjadi pilar kokoh dalam keilmuan Islam dan
pengembangan pendidikan Islam, sehingga bukan hanya kuantitas
pendidikan Islam yang bertambah namun juga kualitas yang bertambah.

Titik temu pada pemikiran keduanya terletak pada sumber ilmu yang
diambil adalah Alquran dan Hadits. Alquran dan Hadits menjadi dualism
yang tidak dapat dipisahkan secara garis besar keilmuan, karena berasal dari
keduanya menghasilkan ilmu-ilmu umum yang lahir dan berkembang. Alur
pemikiran Amin Abdullah yang terilhami oleh nalar filsafat mengkaji
persoalan mendasar dan begitu inklusif. Dari Alquran muncul entitas natural
sciences, sosial science dan humanities. Sebagai bahan kajian Amin
Abdullah mengangkat pentingnya dialog antar keilmuan dan membaurkan
batas keilmuan yang tercermin dalam jaring laba-laba. Tujuan
pendidikannya masih bersifat tertutup karena tujuan pendidikan dimasukkan
dalam konsep wahyu dan Sunnah sebagai bentuk pengamalannya. Imam
Suprayogo terilhami dari pemikiran al Ghazali yang membagi wilayah
keilmuan menjadi dua hukum yakni „ayn dan kifayah. Konsep pendidikan
yang diangkat berdasarkan metafora pohon keilmuan menyakini bahwa
Alquran, Sunnah yang disertai dengan ilmu kebahasaan menjadi dua hal
yang tidak dapat dipisahkan untuk dapat menurunkan dan mempelajari
ranah wilayah keilmuan umum. Tujuan dari bangunan keilmuan tersebut
adalah amal sholih yang menjadi buahnya, sehingga khazanah keilmuannya
berdiri diatas dzikr, fikr dan amal yang dijadikan sebagai metode telaah
keilmuan. Kedua pemikiran tersebut bukan saling menegasikan namun
begitu memperkaya khazanah keilmuan dalam mengembangkan pendidikan
Islam dalam lembaga pendidikan umum maupun pendidikan Islam secara
khusus.

Daftar Pustaka

Darwis, Maidar dan Mena Rantika, Konsep Integrasi Keilmuan dalam


Perspektif Pemikiran Imam Suprayogo, Fitra: Kampus STAI
Tapaktuan, Vol. 4, No. 1.

Nasir, Amin, Sintesis Pemikiran M. Amin Abdullah dan Adian Husain


(Pendekatan dalam Pengkajian Islam), Fikrah: Jurnal Sintesis
Pemikiran M. Amin Abdullah dan Adian Husaini, Vol. 2, No. 1,
STAIN Kudus: Juni 2014.

Parluhutan Siregar, Integrasi Ilmu-Ilmu Keisaman dalam Perspektif M.


Amin Abdullah, Miqot: Jurnal Integrasi Ilmu-ilmu Keislaman, Vol .
XXXVIII, No. 2 Fakultas Ushuluddin IAIN Sumatera Utara: Medan,
2014.

https://iain-surakarta.ac.id/integrasi-islam-dan-ilmu-dalam-praktek-di-
lembaga-pendidikan/ https://iain-surakarta.ac.id/integrasi-islam-dan-
ilmu-dalam-praktek-di-lembaga-pendidikan/

https://kemenag.go.id/read/mengenal-prof-imam-suprayogo-inspirator-
pengembangan-ptki-3-5v7mp

Http:/www.Scribd.com/document/83019545/pengertian-integrasi

Anda mungkin juga menyukai