Abstrak
Artikel ini membahas tentang kajian teori pendidikan Islam dalam
perspektif integrasi-interkoneksi. Penelitian ini dilatarbelakangi karena Saat ini di
sekolah/madrasah hanya mempersiapkan anak didiknya pada ranah kognitif saja.
Sedangkan ranah agama, sosial, dan susila masih kurang diperhatikan. Lembaga
pendidikan Islam belum mampu mentransfermasikan nilai-nilai agama secara
konstekstual dengan berbagai problematika yang berkembang di tengah-tengah
masyarakat. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kepustakaan dengan
pendekatan kualitatif. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menemukan dan menjelaskan teori pendidikan Islam yang ideal efektif dan efisien.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Upaya menggali teori dari perspektif Islam
harus dilakukan bersamaan dengan upaya pelaksanaan dari teori-teori yang telah
dikembangkan tersebut. Pendidikan integratif bisa dimaknai sebagai pendidikan
yang menyatu antara teori dan praktik, pendidikan yang tidak dikotomis, dan
pendidikan yang mementaskan proses menuju kebaikan dan kebahagian hidup di
dunia dan di akhirat sekaligus. Pemahaman tentang konsep atau teori pendidikan
Islam dan aplikasinya dalam proses pendidikan yang dijalankan di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat secara integratif akan memberikan hasil yang
maksimal dan dapat menjadi acuan utama dalam pengambilan keputusan
kependidikan ke depan. Masing-masing lembaga dapat berdiri secara otonom,
namun tetap harus saling sapa dan melengkapi. Problem apapun dalam hidup ini,
seperti problem sosial, politik, ekonomi, dan hukum, harus dikaitkan dengan
pendidikan sehingga solusinya akan lebih komprehensif dan humanis.
Pendahuluan
4
M. Amin Abdullah, “Visi Keindonesian Pembaharuan Pemikiran Islam Hermeneutik”,
Epistema, No. 02 (1999), hal. 3
5
Fahrudin Faiz, “Mengawal Perjalanan Sebuah Paradigma” dalam Fahrudin Faiz (ed.), Islamic
Studies dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi, (Yogyakarta: SUKA Press, 2007), hal. x-xii
6
M. Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan Tinggi: Pendekatan Integratif-Interkonektif,
Adib Abdushomad (ed.) (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2006), hal. 404-405
Nur Khamid Al Mi’roj
4 Pengembangan Teori Pendidikan Islam dalam Perspektif Integrasi-Interkoneksi
Apa yang terjadi selama ini adalah dikotomi yang cukup tajam antara
keilmuan sekuler dan keilmuan agama (ilmu keislaman). Keduanya seolah
mempunyai wilayah yang terpisah antara satu dengan yang lain. Hal ini juga
berimplikasi pada model pendidikan di Indonesia yang memisahkan antara
kedua jenis keilmuan ini. Ilmu-ilmu sekuler dikembangkan di perguruan tinggi
umum sementara ilmu-ilmu agama dikembangkan di perguruan tinggi agama.
Perkembangan ilmu-ilmu sekuler yang dikembangkan oleh perguruan tinggi
umum berjalan seolah tercerabut dari nilai-nilai moral dan etis kehidupan
manusia, sementara itu perkembangan ilmu agama yang dikembangkan oleh
perguruan tinggi agama hanya menekankan pada teks-teks Islam normatif,
sehingga dirasa kurang menjawab tantangan zaman.
Paradigma integrasi-interkoneksi yang ditawarkan oleh Amin Abdullah ini
merupakan jawaban dari persoalan di atas. Integrasi dan interkoneksi antar
disiplin ilmu, baik dari keilmuan sekuler maupun keilmuan agama, akan
menjadikan keduanya saling terkait satu sama lain, bertegur sapa, saling mengisi
kekurangan dan kelebihan satu sama lain. Dengan demikian, ilmu agama (ilmu
keislaman) tidak lagi berkutat pada teks-teks klasik tetapi juga menyentuh pada
ilmu-ilmu sosial kontemporer.
Hadarah al-‘ilm (peradaban ilmu), yaitu ilmu-ilmu empiris seperti sains,
teknologi, dan ilmu-ilmu yang terkait dengan realitas tidak lagi berdiri sendiri
tetapi juga bersentuhan dengan hadarah al-falsafah (peradaban filsafat) sehingga
tetap memperhatikan etika emansipatoris. Begitu juga sebaliknya, hadarah al-
falsafah akan terasa kering dan gersang jika tidak terkait dengan isu-isu
keagamaan yang termuat dalam budaya teks dan lebih-lebih jika menjauh dari
problem-problem yang ditimbulkan dan dihadapi oleh hadarah al-‘ilm.7
7
Siswanto, Perspektif Amin Abdullah tentang Integrasi-Interkoneksi dalam Kajian Islam, (Jurnal
Tasawuf Dan Pemikiran Islam Vol. 3. No. 2. Desember 2013), hal. 15
Nur Khamid Al Mi’roj
Pengembangan Teori Pendidikan Islam dalam Perspektif Integrasi-Interkoneksi 5
10
http//konsep.integrasi.keilmuan.dalam.islam//hefni.zein diakses tanggal 25 April 2019
Nur Khamid Al Mi’roj
8 Pengembangan Teori Pendidikan Islam dalam Perspektif Integrasi-Interkoneksi
11
Zainal Abidin Bagir, Integrasi Ilmu dan Agama (Interprestasi dan Aksi), (Yogyakarta: Suka
Press, 2005), hal. 62-73
12
M. Amin Abdullah, Studi Agama: Normativitas atau Historisitas? (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2002), hal. vi
Nur Khamid Al Mi’roj
Pengembangan Teori Pendidikan Islam dalam Perspektif Integrasi-Interkoneksi 9
13
M. Amin Abdullah, Islamic Studies,… hal. vii
14
Muhammad Abd. Alim, Al-Tarbiyah wa al-Tanmiyah.. fi al-Islam, (Riyadh: KSA, 1992), hal.
44-45.
Nur Khamid Al Mi’roj
10 Pengembangan Teori Pendidikan Islam dalam Perspektif Integrasi-Interkoneksi
pribadi individu dalam kehidupan. Dan yang turut berperan dalam pembinaan
kepribadian dan pendidikan anak adalah orang tua, masyarakat dan sekolah.
Pendidikan sebagai usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia aspek
rohani dan jasmani, juga harus berlangsung secara bertahap. Sebab tidak ada
satupun makhluk ciptaan Allah yang secara langsung tercipta dengan sempurna
tanpa melalui suatu proses.15
Muhammad Fadhil al-Jamaly mendefinisikan pendidikan Islam sebagai
upaya mengembangkan, mendorong serta mengajak peserta didik hidup dinamis
dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan kehidupan yang mulia. Dengan
proses tersebut, diharapkan akan terbentuk pribadi peserta didik yang lebih
sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan, maupun
perbuatannya.16 Dengan demikian maka dapat disimpulkan pendidikan Islam
adalah bimbingan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani
dan rohani peserta didik menuju terbentuknya kepribadian insan kamil sesuai
dengan ajaran Islam.
Penerapan pendidikan Islam yang berusaha untuk mengembangkan
kepentingan dunia dan akhirat adalah pendidikan yang mementingkan Akidah,
Akhlak mulia, Budi pekerti luhur serta amal shalih, dengan menguasai ilmu
pengetahuan dan keahlian teknologi yang fungsional bagi pembangunan bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. 17
Dan untuk memajukan pendidikan Islam di Indonesia khususnya suatu lembaga
atau sekolah yang berlabel Islam harus memiliki sistem pendidikan agama yang
dikombain dengan pendidikan umum yaitu diantaranya memiliki pendidikan
agama, pendidikan bahasa Inggris aktif, pendidikan keilmuan dan pendidikan
keterampilan kerja sekurang-kurangnya satu macam, agar kedepannya
pendidikan Islam tidak meniru sistem pendidikan barat karena pendidikan Islam
15
Abdul Rahman, PAI dan PI Tinjauan Epistemologi dan Isi-Materi, (Jurnal Eksis Vol. 8. No. 1.
Maret 2012), hal. 3
16
Al-Rasyidin dan H. Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 1995),
hal. 31-32
17
Marwan Saridjo, Mereka Bicara Pendidikan Islam: Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2009) hal. 171-172
Nur Khamid Al Mi’roj
Pengembangan Teori Pendidikan Islam dalam Perspektif Integrasi-Interkoneksi 11
18
Rudi Mahfudin, Firdaus Wajdi, Yusuf Ismail, Konsep Pendidikan Islam KH Abdullah bin Nuh
dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam Modern, (Jurnal Studi Al-Qur’an Vol. 13, No. 2 , Tahun.
2017), hal. 4
Nur Khamid Al Mi’roj
12 Pengembangan Teori Pendidikan Islam dalam Perspektif Integrasi-Interkoneksi
Simpulan
Integrasi yaitu penyatuan untuk menjadi satu kesatuan yang utuh atau
bisa juga diartikan dengan proses memadukan nilai-nilai tertentu terhadap
sebuah konsep lain yang berbeda sehingga menjadi kesatuan dan tidak bisa
dipisahkan. Interkoneksi adalah suatu paradigma yang mempertemukan ilmu
agama (Islam), dengan ilmu umum dengan filsafat. Agama (nash), ilmu (alam dan
sosial), dan falsafah (etika) sejatinya mempunyai nilai-nilai yang dapat
dipertemukan. Dalam implementasinya, integrasi ilmu umum dan agama dapat
dipilah menjadi empat tataran, antara lain konseptual (tujuan harus
dikembalikan lagi dalam konteks Islam, yakni mengarahkan peserta didik
menjadi insan kamil yang memahami agama Islam secara sempurna),
institusional (bidang ilmu alam, kemanusiaan, dan agama semuanya
diintegrasikan secara terpadu), operasional (kurikulum pendidikan harus
memasukkan konsep-konsep fundamental aqidah dan syari’at dan tidak boleh
bertentangan dengan tujuan pendidikan serta cara pengabdian masyarakat pada
Yang Maha Pencipta), arsitektural (setiap sekolah harus mempunyai tempat
beribadah sebagai pusat kehidupan masyarakat, berbudaya, dan beragama. Serta
buku-buku perpustakaan harus meliputi ilmu-ilmu kealaman, kemanusiaan, dan
keagamaan).
19
Moh. Roqib, Ilmu Pendidikan Islam (Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah,
Keluarga, dan Masyarakat), (Yogyakarta: LkiS Yogyakarta, 2009), hal. 5-7
Nur Khamid Al Mi’roj
14 Pengembangan Teori Pendidikan Islam dalam Perspektif Integrasi-Interkoneksi
Daftar Pustaka
Abdul Rahman, PAI dan PI Tinjauan Epistemologi dan Isi-Materi, Jurnal Eksis Vol. 8.
No. 1. Maret 2012
Abidin Bagir, Zainal, 2005, Integrasi Ilmu dan Agama (Interprestasi dan Aksi),
Yogyakarta: Suka Press
Ashraf, Ali, 1989, Horison Baru Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka Firdaus
Faiz, Fahrudin, 2007, “Mengawal Perjalanan Sebuah Paradigma” dalam Fahrudin Faiz
(ed.), Islamic Studies dalam Paradigma Integrasi-Interkoneksi, Yogyakarta:
SUKA Press
Nata, Abuddin, 2001, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta : Raja Grafindo Persada
Nizar, Samsul Nizar, dan Al-Rasyidin, 1995, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Press
Rudi Mahfudin, Firdaus Wajdi, Yusuf Ismail, Konsep Pendidikan Islam KH Abdullah
bin Nuh dan Relevansinya dengan Pendidikan Islam Modern, Jurnal Studi Al-
Qur’an Vol. 13, No. 2 , Tahun. 2017
Saridjo, Marwan, 2009, Mereka Bicara Pendidikan Islam: Sebuah Bunga Rampai,
Jakarta: PT. Raja Grafindo