Oleh:
Naila Fahriyani Fathur (20190720050)
PAI B 2019
METODE
Maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kepustakaan atau library
research yaitu metode yang bersifat teoritis dengan judul penelitian “Integrasi-interkoneksi Nilai
Pendidikan Islam di Madrasah”. Berdasarkan judul tsb penelitian ini akan mengkaji konsep, dan
teori seperti jurnal-jurnal terdahulu terkait dengan judul ini. studi pustaka bertujuan untuk
menghimpun data yang bersifat kepustakaan dan ditelaah sedemikian rupa agar dapat menjadi
jalan keluar atau problem solving bagi masalah yanag diangkat dalam tulisan ini (Suwarjeni, 201
4).
Studi kepustakaan adalah penelitian yang menekankan pada telaah sumber bacaan yang
termasuk pada kategori penelitian kualitatif deskriptif yang menekankan pada deskripsi hasil
analisis tentang integrasi-interkoneksi nilai pendidikan Islam di Madrasah dengan menggunakan
sumber seperti buku dan jurnal-jurnal penelitian terkait (Watson, 2016).
PEMBAHASAN
1. Kajian Integrasi-Interkoneksi
Saya menemukan banyak sekali jurnal yang membahas tentang kajian ilmu integrasi-
interkoneksi dengan berbagai macam bahasan yang diangkat, dan saya menemukan 2 tokoh
yang sering dibahas dalam jurnal-jurnal tsb, diantaranya adalah; Muhammad Amin Abdullah
dan Muhammad Abid Al-Jabari.
Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah merupakan seorang filsuf sekaligus guru
besar studi islam pada Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang sampai saat
ini masih aktif mengajar di fakultas pascasarjana yang dalam kiprahnya aktif dalam dunia
filsafat islam baik melalui karya-karya nya maupun melalui pengabdiannya di masyarakat.
Konsep integrasi-interkoneksi pada UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dikenalkan oleh Prof.
Dr. H. Muhammad Amin Abdullah dengan tujuan merombak kajiam akademik, khususnya
pada studi pendekatan Islam (Lukman, 2016).
Sedangkan Muhammad Abid Al-Jabari sendiri adalah filsuf asal Maroko yang
mencetuskan 3 epistemologi nalar arab, yaitu burhani (akal), bayani (teks) dan irfani
(pengalaman). Hal ini didasari oleh keresahannya sebagai muslim, khususnya ia sebagai
bangsa Arab yang dimana saat itu bahkan belum optimal dalam persaingan global. Maka ia
mencoba untuk melakukan kajian epistemology ini secara tersusun dengan metode yang
dibuatnya, karena ia yakin dengan kajian inilah jauh lebih efektif daripada membangun
angan-angan yang tidak jelas (Abbas, 2007) Dan dalam salah satu jurnal, yaitu Jurnal Zulfata
vol. 15 no. 2 membahas bahwa pemikiran Muhammad Abid Al-Jabiri merupakan salah satu
landasan yang dapat digunakan untuk membentuk peradaban masyarakat Aceh di masa
depan.
Paradigma integrasi-interkoneksi yang dilahirkan oleh Prof. Dr. H. Muhammad Amin
Abdullah sangat dipengaruhi oleh bahasan epistemology nalar Arab yang dicetuskan oleh
Muhammad Abid Al-Jabari. Yang dengan paradigma ini diharapkan dapat menjadi ‘jalan
keluar’ bagi persoalan-persoalan dikotom (pemisahan) ilmuyang terjadi di masyarakat. (202
0)
Yang dengan gagasan inilah Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah dapat
menggunakan integrasi-interkoneksi sebagai basis dalam perubahan Institut Agama Islam Ne
geri (IAIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalij
agaYogyakarta. Sesuai dengan Putusan Presiden Nomor 50 Tahun 2004. Ia juga menyatakan
bahwa ilmu agama juga harus dibarengi dengan ilmu social yang apabila tidak diindahkan
maka akan terjadi pergeseran pemahaman terhadap pola yang akan dicapai kedepannya.
Tokoh dibalik layar integrasi-interkoneksi bukan hanya nama-nama diatas, ada pula S
yekh Muhammad Naquib al-Attas, Seyyed Hossein Nasr, Ziauddin Sardar, Ismail Raji` al-Fa
ruqi, Fazlur Rahman dan ada Kuntowijoyo ilmuwan muslim yang berasal dari Indonesia dan
telah menerbitakan buku yang berjudul “Islam sebagai Ilmu; Epistemologi, Metodologi, dan
Estetika” yang didalamnya membahas tentang integralisasi kekayaan keilmuan antara
manusia dengan wahyu. (Al-Madani, 2020)
Adapula Mulyadi Kartanegara dalam karyanya yang berjudul “Integrasi Ilmu: Sebuah
Rekonstruksi Holistik” yang menyatakan bahwa Al-Ghazali melaksanakan pengklasifikasian
bidang ilmu berdasar pada cakupan dan kandungan disiplin ilmu itu sendiri. (Izudin, 2017)
Sedangkan interkoneksi menurut Prof. Dr. H. Muhammad Amin Abdullah adalah
pemahaman dalam bidang keilmuan apapun (baik ilmu agama dan ilmu social) merupakan
suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya, semua harus
dijalankan selaras sesuai dengan porsi nya masing-masing.
Hakikatnya integrasi-interkoneksi merupakan suatu pendekatan yang dapat
menghargai antara satu disiplin ilmu dengan disiplin ilmu lainnya; ilmu agama dan social
dapat mengetahui keterebatasan apa yang mereka miliki sehingga dapat melahirkan
kerjasama antar keduanya yang paling tidak dapat saling memahami satu dengan yang
lainnya.
Selayaknya pemahaman lain, integrasi-interkoneksi hanyalah sebuah kata, yang
dalam pengucapannya sangatlah mudah akan tetapi dalam pengaplikasiannya dapat dikatakan
sulit. Karena menyatukan beberapa disiplin ilmu yang memiliki karakteristik berbeda satu
dengan yang lainnya dan menjadikannya sebagai multidisipliner ilmu. Pelaksanaan konsep
integrasi-interkoneksi sangat diperlukan untuk mengurangi ruang dualisme atau dikotomi
ilmu antara pembentukan umum pendidikan agama yang oleh karena itu mempengaruhi
pemisahan dan penyortiran kesadaran akan keagamaan (Machali, 2015).
Maka, dapat dikatakan bahwa konsep integrasi-interkoneksi adalah sebuah upaya
pendekatan antara keilmuan agama dan social yang pada hakikatnya dua hal ini sama-sama
memiliki kekurangannya masing-masing dan dengan kekurangan ini mereka dapat saling
menghargai dan diharapkan dapat menjadi sebuah pemecah masalah atau problem solving
pada manusia yang nantinya akan menimbulkan kerjasama dikemudian hari.
KESIMPULAN
Usaha pengimplementasian konsep integrasi-interkoneksi harus selalu dilakukan untuk
mengurangi dikotomi ilmu yang dengankeberadaanya telah memisahkan kajian ilmu alam,
social dengan kajian ilmu keagamaan yang nantinya dapat memengaruhi pemahaman akan
sesuatu karena didalamnya telah terjadi pemilahan dan pemisahan.
Pengadaan integrasi-interkoneksi dalam nilai pendidikan Islam di madrasah dapat menjadi
suatu pedoman bagi dunia pendidikan di kemudian hari. Pendekatan secara integrasi-
interkoneksi sangatlah cocok digunakan dalam nilai pendidikan Islam. Karena ada sebagian
yang sudah mendikotomi kajian ilmu ini, maka tulisan ini dapat digunakan dalam mengtahui
apa yang sebenarnya harus kita lakukan dan dapat menjadi suatu bahan dalam melihat
mengkaji apabila kedepannya kita ditemui pada diktotom ilmu. Di madrasah sendiri proses
internalisasi nilai Islam sudah dilakukan dengan baik dari segi kuantitas nya hanya perlu
ditingkatkan lagi pada kualitas nya pada setiap peserta didik, agar potensi yang mereka miliki
dapat digunakan dengan optimal dikemudian hari. dapat saya katakana bahwa urusan ini
sangatlah krusial bagi pendidik. maka dalam tulisan ini saya mencoba untuk membuat materi
dengan judul “Integrasi-Interkoneksi Nilai Pendidikan Islam di Madrasah” dengan segala
kemampuan yang saya miliki