Anda di halaman 1dari 24

KEBIJAKAN PEMBIDANGAN ILMU DI PTKI

Muhammad Infithar Al Ahqaf


Pendidikan Bahasa Arab Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin
e-mail: infithar125@uin-antasari.ac.id

Abstrak:
Kebijakan pembidangan ilmu pada Perguruan Tinggi Keagamaan
Islam (PTKI) di Indonesia dapat ditelusuri secara historis dari
semangat pendirian perguruan tinggi Islam di negeri ini dalam
rentang perjalanan waktu yang panjang. Berbagai kebijakan
diterbitkan untuk menemukan format pembidangan ilmu yang sesuai
dan ideal. Pada awal berdirinya Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
dirancang sebagai lembaga perguruan tinggi yang khusus
membidangi kajian keagamaan Islam. Hal ini dapat dilihat dari
penamaan Fakultas, seperti Tarbiyah, Ushuluddin, Syari‟ah, Dakwah
dan lain-lain. Seiring berjalannya waktu, jurusan-jurusan umum non-
keagamaan mulai dimasukkan. Di era reformasi dengan mulus
dilakukan program integrasi ilmu-ilmu keislaman dengan ilmu umum
untuk menepis dikotomi ilmu dalam tubuh PTKI. Masing-masing
PTKI mendesain metafora keilmuan sebagai wujud implementasi
integrasi keilmuan umum dan agama. Seperti UIN Antasari
Banjarmasin yang memiliki metafora keilmuan “Sungai
Pengetahuan”, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang dengan metafora
“Pohon Ilmu”, dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan metafora
“Integrasi-Interkoneksi”.

Kata kunci: Kebijakan, Pembidangan Ilmu, Perguruan Tinggi


Keagamaan Islam

A. Pendahuluan
Sejak awal berdirinya Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) yang
kemudian berubah menjadi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) telah
mengalami dinamika yang sangat kompleks seiring berjalannya waktu.
Perkembangan PTKI sejak awal dibentuk hingga kini dihadapkan dengan dua
persoalan penting, yakni pembidangan ilmu dan gelar akademik.
Pengembangan dan konversi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
ke Institut Agama Islam Negeri (IAIN), lalu ke Universitas Islam Negeri (UIN)
adalah bagian dari proyek keilmuan di lembaga Pendidikan Tinggi Keagamaan
Islam (PTKI). Proyek ini selain usaha membenahi lingkungan fisik, juga di
dalamnya terdapat usaha membenahi dan mengintegrasikan keilmuan sehingga
ada dialog dan kerjasama antara disiplin ilmu umum dan agama yang lebih erat.
Karena bukan waktunya lagi bila Studi Islam menyendiri dengan metodologi yang
cenderung kaku dan bersifat tidak mau berubah. Begitu juga dengan keilmuan
umum tidak lagi hanya terpaku dan menyendiri dari kancah disiplin ilmu agama.
Meski selalu ada dinamika dalam kebijakan pembidangan ilmu, bukan
berarti menjadi sesuatu yang perlu disesalkan, karena memang dalam tradisi
intelektual Islam, persoalan pembidangan ilmu telah dibahas dengan sangat serius
dan umumnya pendapat tentang hal ini juga sangat beragam. Namun, secara
positif, keberagaman ini dapat dimaknai sebagai bagian inheren dari kedinamisan
ilmu itu sendiri. Sehingga adanya kebijakan pembidangan ilmu bisa dipandang
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam rentang sejarah keilmuan lembaga
pendidikan tinggi keagamaan Islam yang sangat panjang.
B. Metode Penelitian
Artikel ini ditulis dengan menggunakan metode kajian pustaka. Data yang
digunakan sebagai sumber penulisan berupa jurnal-jurnal dan buku-buku dari
yang diakses melalui internet, dan beberapa artikel yang berkaitan dengan kajian
ini.
C. Pembahasan
1. Definisi Kebijakan
Secara bahasa, kebijakan berasal dari kata “bijak” yang berarti “selalu
menggunakan akal budidaya, pandai, mahir”.1 Selanjutnya dimasuki imbuhan
“ke-“ dan “-an”, maka kata kebijakan berarti suatu rangkaian konsep dan asas
yang menjadi suatu garis pelaksanaan dalam suatu pekerjaan, kepemimpinan,
maupun cara bertindak.2
Definisi di atas setidaknya memberikan dua poin penting yang perlu
dipahami, yaitu: pertama, pengambilan keputusan harus didasarkan kepada

1
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2002), h. 13.
2
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-kebijakan-dan-macam-macam-kebijakan/,
diakses pada tanggal 27 Mei 2021, pukul 10.17 WITA.
pertimbangan-pertimbangan yang masuk akal sehingga dapat diterima oleh
semua pihak yang menjadi sasaran keputusan tersebut. Kedua, pengambilan
keputusan yang pada akhirnya melahirkan satu atau lebih keputusan dapat
dijadikan sebagai garis-garis besar untuk melakukan suatu tugas atau
kepemimpinan.
Secara istilah, Lasswell dan Kaplan memberikan definisi mengenai
kebijakan yang berarti alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu dimana
kebijakan adalah program yang diproyeksikan berkenaan dengan tujuan, nilai
dan praktek.3 Menurut David Easton, kebijakan merupakan keputusan yang
diambil oleh pemerintah atau pemimpin kelompok atau organisasi sebagai
kekuasaan untuk mengalokasikan nilai-nilai bagi masyarakat atau anggota
kelompoknya secara keseluruhan.4
Dalam suatu lembaga pendidikan tinggi, kebijakan merupakan suatu hal
yang penting. Hal ini dikarenakan kebijakan dapat memberikan dampak bagi
seluruh civitas akademika. Oleh karena itu dalam suatu lembaga pendidikan
tinggi, kebijakan harus mampu berjalan dengan baik. Jika kebijakan tersebut
dapat berjalan sesuai dengan harapan, maka pelaksanaan kegiatan apapun yang
menyangkut lembaga pendidikan maupun civitas akademika pasti akan
terjamin.
2. Landasan Kebijakan Pembidangan Ilmu di PTKI
a. Landasan Sosial-Budaya dan Agama
Pendidikan merupakan proses sosialisasi melalui interaksi insani
menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks ini mahasiswa dihadapkan
dengan budaya manusia, dibina, dan dikembangkan sesuai dengan nilai
budaya dimana mereka tinggal. Realitas sosial-budaya dan agama dalam
kehidupan masyarakat setempat merupakan bahan dasar dalam kajian
pembidangan ilmu di PTKI.5

3
Said Zainal Abidin, Kebijakan Publik, (Jakarta: Yayasan Pancur Siwa, 2004), h. 21.
4
Ibid, h. 20.
5
Afiful Ikhwan, “Perguruan Tinggi Islam dan Integrasi Keilmuan Islam: Sebuah Realitas
Menghadapi Tantangan Masa Depan”, Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid”, Vol 5, No. 2, 2016, h.
159.
b. Landasan Kebutuhan Masyarakat
Pengembangan paradigma keilmuan juga harus ditekankan pada
pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan
sosial setempat. Lingkungan sosial-budaya merupakan sumber daya yang
mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan
uraian tersebut, maka sangat penting dalam memerhatikan faktor kebutuhan
masyarakat. Ada falsafah hidup yang menegaskan bahwa perubahan sosial-
budaya dan agama, ilmu pengetahuan dan teknologi akan merubah pula
kebutuhan suatu masyarakat. Pada giliranya, perubahan dan perkembangan
tersebut akan memengaruhi kehidupan masyarakat, sehingga meninggalkan
perubahan pada tata kehidupan masyarakat yang juga mempengaruhi sistem
pendidikan, penyusunan dan pengembangan keilmuan di suatu lembaga
pendidikan tinggi. Dengan demikian, kebutuhan suatu masyarakat itu
dipengaruhi oleh kondisi mereka sendiri. Oleh karena itu, pembidangan
ilmu di PTKI harus disertai dengan analisis yang berkaitan dengan berbagai
akibat dari pendekatan-pendekatan sebelumnya. Disamping itu,
pembidangan ilmu juga harus dilandasi nilai-nilai, pengembangan
kebijakan, tujuan, sasaran, jaminan implementasi yang tepat, kesiapan
melakukan revisi, dan peninjauan kembali.6
c. Landasan Perkembangan Masyarakat
Dalam konteks ini, pengembangan ilmu sebagai program pendidikan
di PTKI harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat. Untuk
dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi isi
kurikulumnya saja, tetapi juga dari segi pendekatan dan strategi
pelaksanaannya. Oleh karena itu, dosen, para pembina, dan pelaksana
kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat,
agar apa yang diberikan kepada mahasiswa relevan dan berguna bagi
kehidupan mereka di masyarakat. Salah satu ciri masyarakat adalah selalu
mengalami perkembangan. Perkembangan masyarakat ini pada gilirannya
akan berpengaruh terhadap PTKI, sehingga PTKI harus beradaptasi dengan

6
Ibid, h. 161-162.
perubahan tersebut melalui pengembangan keilmuan dan hal ini
menyangkut pada kurikulum. Pada masyarakat tertentu perkembangannya
sangat lambat, tetapi pada masyarakat yang lain boleh jadi sangat cepat.
Sehingga dengan demikian, adaptasi PTKI terhadap perkembangan
masyarakat itu bukan hanya pada pola dan ragamnya tetapi juga intensitas
perkembangan itu sendiri.7
d. Landasan Yuridis
Pada awal mulanya kebijakan pembidangan ilmu agama di PTAI tidak
terlepas dari semangat awal pembentukan lembaga ini. PTAI semenjak awal
didirikannya memiliki tujuan yang sederhana, sebagaimana dijelaskan
dalam pasal 2 Perpres Nomor 11 tahun 1960 tanggal 9 Mei 1960 tentang
Pembentukan Institut Agama Islam Negeri, bahwa IAIN bertujuan untuk
memberi pengajaran tinggi dan menjadi sentral untuk mengembangkan dan
memperdalam ilmu pengetahuan Agama Islam.8
Dalam sejarah perjalanan panjang keberadaan PTKI di Indonesia,
terdapat beberapa regulasi mengenai kebijakan-kebijakan pembidangan ilmu
maupun gelar akademik, diantaranya:
1) Keputusan Menteri Agama (KMA) Republik Indonesia Nomor 110
Tahun 1982;
2) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009;
3) Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 1429 Tahun
2012;
4) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 3389 Tahun
2013;
5) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2016;
dan
6) Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor 2498 Tahun
2019.

7
Ibid, h. 162.
8
Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 Tanggal 9 Mei 1960 Pembentukan Institut
Agama Islam Negeri, PDF, h. 1.
3. Konsep Integrasi Ilmu dan Agama untuk Mengembangkan Keilmuan
Islam Multidisipliner
Ada beberapa model integrasi ilmu dan agama yang dapat dijadikan
panduan dalam mengembangkan keilmuan Islam multidisipiler di PTKIN.
Armahedi Mahzar mengemukakan setidaknya model integrasi yang
menawarkan model dan metodologi integralisme sains dan Islam menjadi tiga,
dengan mendasarkan pada jumlah konsep dasar yang menjadi komponen
utama, diantaranya model monadik, diadik, dan triadik.9
a. Model Monadik
Model ini dianut oleh kalangan fundamentalis, religius, ataupun
sekuler. Kalangan religius menyatakan agama adalah keseluruhan yang
mengandung semua cabang kebudayaan, sedangkan kalangan sekuler
menganggap agama sebagai salah satu cabang kebudayaan. Sementara itu,
dalam pandangan fundamentalisme religius, agama merupakan satu-satunya
kebenaran dan sains hanyalah salah satu cabang kebudayaan, sedangkan
dalam pandangan fundamentalisme sekuler, kebudayaanlah yang dianggap
sebagai ekspresi manusia dalam mewujudkan kehidupan yang berdasarkan
sains sebagai satu-satunya kebenaran.10
b. Model Diadik
Model ini ditawarkan untuk melengkapi kelemahan yang ada pada
model monadik. Model ini memiliki beberapa varian. Varian pertama
disebut model kompartementer atau independen yang menyatakan bahwa
sains dan agama adalah dua kebenaran yang setara. Sains berbicara tentang
fakta alamiah, sedangkan agama berbicara tentang nilai ilahiah. Varian
kedua disebut model diadik komplementer, yang dapat digambarkan seperti
simbol Tao dalam tradisi Cina. Dalam model ini, sains dan agama dianggap
sebagai sebuah kesatuan yang tidak terpisahkan. Varian ketiga dapat

9
Luthfi Hadi Aminuddin, “Integrasi Ilmu dan Agama: Studi Atas Paradigma Integratif-
Interkonektif UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta”, KODIFIKASIA: Jurnal Penelitian Keagamaan
dan Sosial-Budaya, Vol. 4, No. 1, 2010, h. 188.
10
Faishal, “Integrasi Ilmu dalam Pendidikan”, Jurnal Ta‟dibi: Jurnal Prodi Manajemen
Pendidikan Islam, Vol. 6, No. 2, September 2017-Februari 2018, h. 110.
digambarkan dengan dua buah lingkaran sama besar yang saling
berpotongan. Jika salah satu dari lingkaran tersebut merupakan sains, dan
lingkaran lainnya merupakan agama, maka dapat dikatakan bahwa
kesamaan di antara kedua lingkaran itulah yang menjadi bahan bagi dialog
antara sains dan agama.11
c. Model Triadik
Model ini merupakan koreksi atas model diadik independen. Model
ini memunculkan filsafat sebagai unsur ketiga yang dapat menjembatani
sains dan agama. Model ini juga dapat dimodifikasi dengan menggantikan
filsafat dengan humaniora atau ilmu-ilmu kebudayaan, sehingga
kebudayaaanlah yang menjembatani sains dan agama.12
4. Implementasi Kebijakan Integrasi Keilmuan dan Pembidangan Ilmu di
Beberapa PTKI di Indonesia
Berikut akan dijelaskan beberapa bentuk integrasi yang telah dilakukan
oleh PTKIN khususnya UIN di Indonesia.
a. UIN Antasari Banjarmasin
Filosofi yang digunakan dalam menggambarkan integrasi ilmu di UIN
Antasari Banjarmasin adalah metafora “Sungai Pengetahuan” sebagai
berikut:

Gambar 1.Metafora “Sungai Pengetahuan” UIN Antasari Banjarmasin

11
Ibid, h. 110-111
12
Ibid, h. 112.
Seperti beberapa UIN yang sudah lebih dahulu bertransformasi, UIN
Antasari juga memiliki semangat integrasi keilmuan. Konsep integrasi
keilmuan yang diusung memiliki beberapa ciri-ciri yang membedakan
dengan integrasi-integrasi yang lain. Ciri-ciri tersebut mencakup empat pilar
keilmuan diantaranya: (1) Integrasi dinamis ilmu-ilmu keislaman, ilmu-ilmu
sosial, dan Humaniora; (2) Integrasi Islam dan kebangsaan; (3) Berbasis
Lokal; dan (4) berwawasan global. Juga ditambah dengan adaya
implementasi metafora “Sungai Pengetahuan”.13
Berikut penjelasan mengenai pilar keilmuan tersebut:
1) Integrasi Dinamis
Integrasi ilmu yang akan dikembangkan di UIN Antasari adalah
integrasi dinamis sehingga ilmu-ilmu alam, sosial, dan humaniora di satu
sisi, dan ilmu-ilmu keislaman di sisi lain, bukan saja menyatu dalam
perbedaan, tetapi juga berhubungan dan berinteraksi satu sama lain,
sehingga saling memperkaya (mutually enriching), saling memperbarui
(mutually renewing), saling mencerahkan (mutually illuminating) dan
tidak mustahil akan melahirkan ilmu-ilmu baru.
Gagasan integrasi ilmu yang dinamis ini kiranya sesuai dengan
pandangan Islam bahwa ilmu bisa dipelajari dari alam semesta
(makrokosmos) dan manusia (mikrokosmos), bisa pula didapat dari kitab
suci (wahyu).14
2) Integrasi Islam dan Kebangsaan
UIN Antasari menekankan pentingnya integrasi Islam dan
kebangsaan dalam orientasi kajian-kajian ilmiahnya agar mampu
menyingkirkan paham radikalisme. Hingga sekarang gerakan-gerakan
Islam radikal yang anti-Pancasila dan anti-demokrasi masih berkembang.
Mereka terutama berkembang di kampus-kampus umum, di kalangan

13
Mujiburrahman, M. Rusydi, dan Musyarraf, Integrasi Ilmu: Kebijakan dan Penerapannya
dalam Pembelajaran dan Penelitian di Beberapa Universitas Islam Negeri, (Banjarmasin:
Antasari Press, 2018), h. 26.
14
https://idr.uin-antasari.ac.id/63/1/Filosofi%20Keilmuan.pdf, h. 3-4, diakses pada tanggal
25 Mei 2021, pukul 18.58 WITA.
mahasiswa yang memiliki gairah keislaman yang tinggi, tetapi tidak
memiliki latar belakang ilmu keislaman yang kuat. Belakangan disinyalir
gerakan Islam radikal juga berkembang di UIN-UIN, terutama di prodi-
prodi umum.
Oleh karena itu, semua kajian ilmiah yang dilaksanakan harus
sejalan dengan amanat Pembukaan UUD 1945, yang memiliki cita-cita
mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum dan
menjaga perdamaian dunia. Semua kegiatan pendidikan juga harus
mengacu kepada Undang Undang Sisdiknas, dan peraturan-peraturan
pemerintah lainnya. Semua ini dilakukan dengan penuh kesadaran bahwa
nilai-nilai Islam adalah sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, yang menjadi
dasar bagi semua undang undang dan peraturan yang dibuat DPR dan
pemerintah.15
3) Berbasis Lokal
Sejalan dengan integrasi Islam dan kebangsaan, maka kajian
keilmuan di UIN Antasari juga terintegrasi dengan konteks lokal, yakni
daerah Kalimantan Selatan, bahkan wilayah Kalimantan secara
keseluruhan. Sekurang-kurangnya ada dua hal yang dimaksud dalam
konteks berbasis lokal di sini, yaitu berbasis pada kebutuhan dan tuntutan
lingkungan alam dan sosial, dan berbasis pada kearifan lokal yang telah
diwariskan dari generasi ke generasi.
Kondisi alam dan berbagai kebutuhan sosial di tingkat lokal harus
menjadi pertimbangan dalam pembukaan berbagai program studi di UIN
Antasari. Misalnya, fakta bahwa daerah Kalsel memiliki banyak sungai
yang kurang terawat, banyaknya pertambangan batubara yang dalam
jangka panjang akan menimbulkan dampak-dampak buruk sebagai akibat
dari perusakan lingkungan. Dari segi kebutuh sosial masih tingginya
angka buta huruf di daerah tertentu, dan masih rendahnya tingkat
keselamatan dan kesehatan ibu dan anak merupakan problematika yang
harus menjadi perhatian UIN dalam menyusun berbagai program studi

15
Ibid, h. 9.
yang diperlukan. Contoh-contoh ini bukan bersifat mutlak, melainkan
sekadar ingin menunjukkan bahwa pertimbangan kebutuhan lokal sangat
penting dalam pengembangan kajian keilmuan di UIN nanti.
Selain kondisi lingkungan dan sosial di tingkat lokal, yang tidak
kalah penting lagi adalah apresiasi dan internalisasi nilai-nilai kearifan
lokal yang telah diwariskan generasi terdahulu, khususnya yang tertanam
dalam budaya Islam Banjar. Dalam hal ini, UIN Antasari akan
melakukan kajian-kajian mendalam terhadap berbagai kearifan lokal
tersebut, baik yang digali dari sumber-sumber sejarah, ataupun dari
karya-karya para ulama dan cendekiawan Banjar dari masa ke masa.
Kajian-kajian filologis terhadap manuskrip-manuskrip yang ditulis para
ulama Banjar di masa lampau, patut digiatkan. Termasuk di dalamnya
pula kajian-kajian terhadap kesenian daerah, sastra lisan dan tulisan yang
pada umumnya sangat bernuansa Islam.16
4) Berwawasan Global
Walaupun berbasis lokal, bukan berarti bahwa kajian-kajian ilmiah
di UIN Antasari menjadi sempit hanya sebatas lokal. Namun sebaliknya
kajian-kajian yang berbasis lokal tersebut justru diperkaya dan diperkuat
dengan wawasan global, suatu pandangan menyeluruh dan mendunia.
Sebagaimana watak dari setiap hal di dunia ini, globalisasi memiliki sisi
positif dan negatif, sisi terang dan sisi gelap. Kajian-kajian keilmuan di
UIN Antasari akan berusaha mengambil, mengembangkan, dan turut
serta menyumbangkan hal-hal yang positif dari globalisasi, dan pada saat
yang sama, juga berusaha mencegah dan menghindari hal-hal yang
negatif. Dari sudut pandang positif, globalisasi berarti terbukanya pintu
yang sangat lebar bagi kesadaran akan kesamaan umat manusia, terlepas
dari perbedaan agama, warna kulit, etnis, bangsa dan sebagainya. Dari
sisi negatif, globalisasi bisa berarti dominasi negara-negara yang kuat
secara politik, ekonomi dan budaya terhadap negara-negara yang lemah.

16
Ibid, h. 10-11.
Dua sisi ini, akan direspons melalui kajiankajian ilmiah secara arif dan
bijaksana.17
5) Metafora Sungai Pengetahuan
Penjelasan singkat mengenai metafora Sungai Pengetahuan ini
ialah sungai melambangkan integrasi ilmu, karena air sungai berasal dari
langit, yaitu air hujan yang melambangkan wahyu Tuhan, sumber dari
ilmu-ilmu keislaman. Ketika air hujan itu turun ke bumi, ia terintegrasi
dengan seluruh partikel yang ada di bumi yang melambangkan ilmu
alam. Aliran sungai juga dimanfaatkan oleh masyarakat dari berbagai
latar belakang sosial-budaya yang melambangkan ilmu sosial dan
humaniora. Air hujan melambangkan ayat-ayat qauliyah, sedang bumi
melambangkan ayat-ayat kauniyah. Keduanya berpadu dalam sungai.
Integrasi sungai ini bersifat dinamis karena air sungai selalu bergerak dan
mengalir dalam keterpaduan unsur-unsur yang ada didalamnya.
Sungai adalah juga simbol dari pemahaman Islam yang beragam di
Indonesia, jika dilihat dari keragaman budaya, etnis dan geografis para
pemeluknya. Air hujan turun dan mengalir di sungai Barito, Martapura,
Balangan dan lain-lain di Kalimantan Selatan, sebagaimana juga
mengalir di Sungai Mahakam di Kalimantan Timur, Sungai Kahayan di
Kalimantan Tengah dan sungai-sungai lainnya di Indonesia. Demikianlah
sungai-sungai itu melambangkan varian-varian dari mozaik Islam
Nusantara yang berbeda sekaligus sama.18
Secara kelembagaan, UIN Antasari Banjarmasin saat ini memiliki 5
fakultas untuk program S1, Pascasarjana dengan 6 Program Magister, dan 2
Program Doktor. Berikut pembagian jurusan-jurusannya:
Tabel 1. Program Studi dan Jurusan-Jurusan di UIN Antasari Banjarmasin
No. Fakultas Jurusan
 Prodi Pendidikan Agama Islam
1. Tarbiyah dan Keguruan
 Prodi Pendidikan Bahasa Arab

17
Ibid, h. 12-13
18
Ibid, h. 16-17.
 Prodi Pendidikan Matematika
 Prodi Manajemen Pendidikan Islam
 Prodi Bimbingan dan Konseling
Pendidikan Islam
 Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
 Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini
 Prodi Ilmu Perpustakaan dan Informasi
Islam
 Prodi Tadris Bahasa Inggris
 Prodi Tadris Biologi
 Prodi Tadris Fisika
 Prodi Tadris Kimia
 Prodi Hukum Keluarga (Akhwal
Syakhshiyyah)
 Prodi Hukum Tata Negara (Siyasah
2. Syari‟ah Syariyyah)
 Prodi Hukum Ekonomi Syari‟ah
(Muamalah)
 Prodi Perbandingan Madzhab
 Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
Ushuluddin dan  Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
3.
Humaniora  Prodi Psikologi Islam
 Studi Agama-Agama
 Prodi Ekonomi Syari‟ah
Ekonomi dan Bisnis
4.  Prodi Perbankan Syari‟ah
Islam
 Prodi D3 Asuransi Syari‟ah
 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
5. Dakwah dan Komunikasi
 Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam
 Manajemen Dakwah
 Magister Pendidikan Agama Islam
 Magister Pendidikan Bahasa Arab
 Magister Akhlak dan Tasawuf
 Magister Manajemen Pendidikan Islam
6. Pascasarjana
 Magister Hukum Ekonomi Syari‟ah
 Magister Hukum Keluarga
 Program Doktor Pendidikan Agama Islam
 Program Doktor Ilmu Syari‟ah

b. UIN Maulana Malik Ibrahim Malang


Metafora yang digunakan dalam menggambarkan integrasi ilmu di
UIN Maulana Malik Ibrahim Malang adalah model “Pohon Ilmu”. Pohon
yang digunakan sebagai metafora untuk menjelaskan bangunan keilmuan
dapat dijelaskan sebagi berikut:19

Gambar 2. Metafora “Pohon Ilmu” UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

1) Akar yang kukuh menghujam ke bumi, digunakan untuk


menggambarkan ilmu alat yang harus dikuasai secara baik oleh setiap

19
Faishal, “Integrasi Ilmu ….”, h. 118-119.
mahasiswa, yaitu bahasa Arab dan bahasa Inggris, filsafat, ilmu
alamiah dasar, dan ilmu sosial dasar.
2) Batang pohon yang kuat digunakan untuk menggambarkan kajian dari
sumber ajaran islam, yaitu Al-Qur‟an dan hadits, pemikiran islam,
sirah nabawiyah, dan sejarah islam.
3) Dahan yang jumlahnya cukup banyak digunakan untuk
menggambarkan sejumlah ilmu pada umumnya dengan berbagai
cabangnya, seperti ilmu alam, ilmu sosial dan humaniora.
Sebagai sebuah pohon, masing-masing memiliki peran yang beragam,
namun keberagaman tersebut menjadi satu kesatuan yang tidak bisa
dipisahkan untuk menghasilkan buah yang akan dimanfaatkan bagi
kehidupan manusia pada umumnya.
Akar bertugas mencari sari pati makanan dari tanah, selain berperan
sebagai penyangga tegaknya pohon itu secara kokoh. Jika akar itu kokoh
maka pohon akan berdiri tegak meskipun diterpa angin yang kencang.
Demikian juga seorang mahasiswa yang mempelajari ilmu pengetahuan,
dengan kemampuan berbahasa secara baik, memiliki pengetahuan ilmu
alam, ilmu sosial, filsafat, maka akan digunakan sebagai alat untuk
menggali sumber-sumber ilmu, baik berupa ayat qauliyah maupun ayat
kauniyah.20
Batang yang dalam hal itu digunakan untuk menggambarkan ilmu
yang bersumber dari kitab suci Al-Qur‟an dan hadits, digunakan sebagai
penyangga dahan-dahan yang rindang. Demikian pula Al-Qur‟an dan hadits
digunakan sebagai dasar dan bahkan sumber rujukan utama bagi seluruh
pengembangan ilmu pengetahuan.21
Sedangkan dahan dan ranting yang berjumlah cukup banyak
menggambarkan bahwa ilmu pengetahuan di muka bumi ini jumlahnya
selalu bertambah sesuai perkembangan dan kebutuhan umat manusia.
Kemampuan bahasa, ilmu alam, sosial, dan filsafat kesemuanya adalah

20
Mujiburrahman, M. Rusydi, dan Musyarraf, Integrasi Ilmu ...., h. 151.
21
Ibid, h. 151.
sangat penting untuk dijadikan sebagai alat dalam memahami sumber ajaran
Al-Qur‟an dan hadits. Ayat-ayat Al-Qur‟an dan hadits selanjutnya dijadikan
sebagai sumber inspirasi untuk mengembangkan ilmu pengetahuan modern.
Sebaliknya, ilmu pengetahuan modern juga besar artinya bagi siapa saja
untuk memahami Al-Qur‟an dan hadits secara lebih mendalam dan akhirnya
menghasilkan buah yang sehat dan segar. Buah yang dihasilkan oleh pohon
digunakan untuk menggambarkan produk pendidikan islam, yaiu iman,
amal sholeh dan akhlaqul karimah.22
Lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim Malang diharapkan menjadi
seorang sarjana yang layak menyandang identitas sebagai Ulul Albab, yaitu
orang yang banyak berdzikir, berpikir tentang ciptaan Allah baik yang ada
di bumi dan di langit, beramal sholeh serta berakhlakul karimah.
Pembidangan Ilmu pengetahuan atas dasar jenis yakni umum dan agama
tidak dilakukan. Fakultas Tarbiyah dan Syari‟ah adalah merupakan Fakultas
Agama, sedangkan lainnya bukan agama tidaklah demikian. Pembidangan
ilmu dilakukan atas dasar obyek yang dikaji, sebagaimana pembidangan
ilmu pada umumnya, yaitu dengan memisahkan antara Ilmu-Ilmu Alam,
Ilmu Sosial dan Humaniora. Perbedaan ilmu yang dikembangkan oleh
perguruan tinggi di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional dengan di
UIN Maulana Malik Ibrahim, bukan terletak pada jenis keilmuannya,
melainkan pada sumber ilmu yang digunakan. Jika pengembangan ilmu
pengetahuan di lingkungan Departemen Pendidikan Nasional bersumber
dari hasil-hasil observasi, eksperimen dan penalaran logis, maka
pengembangan keilmuan di lingkungan UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang selain bersumber dari hasil-hasil observasi, eksperimen dan
penalaran logis, juga bersumber dari Al-Qur‟an dan Hadist. Hasil observasi,
eksperimen dan penalaran logis disebut sebagai ayat-ayat kauniyah, adapun
Al-Qur‟an dan hadits disebut sebagai ayat-ayat kouliyah. Perguruan tinggi
Islam dalam hal mencari kebenaran ilmu pengetahuan selalu mendasarkan

22
Ibid, h. 151-152.
pada kedua sumber sekaligus, yakni ayat-ayat qauliyah dan sekaligus ayat-
ayat kauniyah.23
Secara kelembagaan, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang saat ini
memiliki 7 fakultas untuk program S1, pascasarjana dengan 7 Program
Magister, dan 3 Program Doktor. Berikut pembagian jurusan-jurusannya:24
Tabel 2. Program Studi dan Jurusan-Jurusan di UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang
No. Fakultas Jurusan
 Prodi Pendidikan Agama Islam
 Prodi Pendidikan Bahasa Arab
 Prodi Manajemen Pendidikan Islam
 Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ilmu Tarbiyah dan
1. Ibtidaiyah
Keguruan
 Prodi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal
 Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
 Prodi Tadris Bahasa Inggris
 Prodi Tadris Matematika
 Prodi al-Ahwal al-Syakhshiyyah
 Prodi Hukum Bisnis Syari‟ah
2. Syari‟ah
 Prodi Hukum Tata Negara
 Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
 Prodi Bahasa dan Sastra Arab
3. Humaniora
 Prodi Sastra Inggris
 Prodi Manajemen
4. Ekonomi  Prodi Akuntansi
 Prodi Perbankan Syari‟ah

23
http://imamsuprayogo.lecturer.uin-malang.ac.id/2009/03/31/31-03-2009/, diakses pada
tanggal 24 Mei 2021, pukul 20.26 WITA.
24
Muhammad Zainal Abidin dan Muhammad Sabirin, Dinamika Kebijakan Pembidangan
Ilmu pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) di Indonesia, (Banjarmasin: Antasari
Press, 2019), h. 161-162.
 Prodi D3 Perbankan Syari‟ah
5. Psikologi  Prodi Psikologi
 Prodi Matematika
 Prodi Fisika
 Prodi Kimia
6. Sains dan Teknologi  Prodi Biologi
 Prodi Teknik Arsitektur
 Prodi Teknik Informatika
 Prodi Perpustakaan dan Ilmu Informasi
 Prodi Pendidikan Dokter
Kedokteran dan Ilmu
7.  Prodi Profesi Dokter
Kesehatan
 Prodi Farmasi
 Magister Manajemen Pendidikan Islam
 Magister Pendidikan Bahasa Arab
 Magister Studi Ilmu Agama-Agama
 Magister Pendidikan Agama Islam
 Magister Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
 Magister Al-Ahwal al-Syakhshiyyah
8. Pascasarjana
 Magister Ekonomi Syari‟ah
 Magister Pendidikan Matematika
 Program Doktor Manajemen Pendidikan
Islam
 Program Doktor Pendidikan Bahasa Arab
 Program Doktor Pendidikan Agama Islam
Berbasis Studi Interdisipliner
c. UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Metafora yang digunakan dalam menggambarkan integrasi ilmu di
UIN Sunan Kalijaga adalah sarang laba-laba dengan model integrasi-
interkoneksi sebagai berikut:

Gambar 3. Metafora “Sarang Laba-Laba” Integrasi-Interkoneksi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Dalam konteks UIN Sunan Kalijaga mengenai maksud integrasi ini


adalah menghubungkan dan sekaligus menyatukan antara dua hal atau lebih
(materi, pemikiran, atau pendekatan), adapun interkoneksi adalah
mempertemukan atau menghubungkan dua hal atau lebih (materi,
pemikiran, atau pendekatan) karena tidak mungkinnya untuk dilakukan
penyatuan atau integrasi. Setiap kajian di UIN Sunan Kalijaga akan
menghubungkan, mengaitkan, bahkan jika memungkinkan menyatukan
antara apa yang selama ini dikenal dengan ilmu keislaman dengan ilmu
umum, melalui dialektika segitiga: tradisi teks (hadarah al-nash), tradisi
akademik-ilmiah (hadarah al-„ilm), dan tradisi etik-kritis (hadarah al-
falsafah). Dalam konteks UIN Sunan Kalijaga mengenai integrasi-
interkoneksi ini telah menjadi kebijakan yang terus-menerus
dikumandangkan, diimplementasikan, dan dikembangkan dalam semua
ranah keilmuan. Sejumlah jurnal dan materi penelitian dari lembaga
penelitian juga diarahkan pada kajian dan implementasi kebijakan
tersebut.25
Dari sudut pandang teknis-metodologis, integrasi-interkoneksi ini
memperkenalkan beberapa model kajian, diantaranya:
1) Informatif, yaitu suatu disiplin ilmu yang perlu diperkaya dengan
informasi yang dimiliki oleh disiplin ilmu lain sehingga wawasan
civitas akademika semakin luas. Misalnya agama yang bersifat
normatif perlu diperkaya dengan teori ilmu sosial-historis begitu
sebaliknya.
2) Konfirmatif, yaitu suatu disiplin ilmu tertentu untuk dapat
membangun teori yang kokoh perlu memeroleh penegasan dari ilmu
lainnya.
3) Korektif, yakni suatu teori ilmu tertentu perlu dipertemukan dengan
ilmu agama atau sebaliknya sehingga yang satu dapat mengoreksi
yang lain untuk maksud menghasilkan disiplin ilmu yang lebih
dinamis.26
Model implementasi integrasi-interkoneksi di UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta dapat dilihat pada pembagian program studi dan jurusan-jurusan
sebagai berikut:27
Tabel 3. Program Studi dan Jurusan-Jurusan di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
No. Fakultas Jurusan
 Prodi Pendidikan Agama Islam
 Prodi Pendidikan Bahasa Arab
Ilmu Tarbiyah dan  Prodi Manajemen Pendidikan Islam
1.
Keguruan  Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
 Prodi Pendidikan Islam Anak Usia Dini

25
Mohammad Muslih, “Tren Pengembangan Ilmu di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta”,
Jurnal Episteme, Vol. 12, No. 1, 2017, h. 111.
26
Ibid, h. 112.
27
Muhammad Zainal Abidin dan Muhammad Sabirin, Dinamika Kebijakan ...., h. 155-158.
 Program Pendidikan Profesi Guru
 Magister Pendidikan Agama Islam
 Magister Pendidikan Bahasa Arab
 Magister Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah
 Magister Pendidikan Guru Raudhatul
Athfal
 Magister Manajemen Pendidikan Islam
 Program Doktor Pendidikan Agama Islam
 Prodi Hukum Keluarga Islam
 Prodi Hukum Tata Negara
 Prodi Perbandingan Madzhab
2. Syari‟ah dan Hukum
 Prodi Hukum Ekonomi Syari‟ah
 Prodi Ilmu Hukum
 Magister Hukum Islam
 Prodi Aqidah dan Filsafat Islam
 Prodi Agama-Agama
Ushuluddin dan  Prodi Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir
3.
Pemikiran Islam  Prodi Ilmu Hadis
 Prodi Sosiologi Agama
 Magister Aqidah dan Filsafat Islam
 Prodi Komunikasi dan Penyiaran Islam
 Prodi Bimbingan dan Konseling Islam
 Prodi Pengembangan Masyarakat Islam
4. Dakwah dan Komunikasi
 Prodi Manajemen Dakwah
 Prodi Ilmu Kesejahteraan Sosial
 Magister Komunikasi dan Penyiaran Islam
 Prodi Bahasa dan Sastra Arab
5. Adab dan Ilmu Budaya
 Prodi Sejarah dan Kebudayaan Islam
 Prodi Ilmu Perpustakaan
 Prodi D3 Ilmu Perpustakaan
 Prodi Sastra Inggris
 Magister Bahasa dan Sastra Arab
 Magister Sejarah dan Peradaban Islam
 Prodi Matematika
 Prodi Pendidikan Matematika
 Prodi Fisika
 Prodi Pendidikan Fisika
 Prodi Kimia
6. Sains dan Teknologi  Prodi Pendidikan Kimia
 Prodi Biologi
 Prodi Pendidikan Biologi
 Prodi Teknik Industri
 Prodi Teknik Informatika
 Magister Teknik Informatika
 Prodi Psikologi
Ilmu Sosial dan
7.  Prodi Sosiologi
Humaniora
 Prodi Ilmu Komunikasi
 Prodi Ekonomi Syari‟ah
 Prodi Perbankan Syari‟ah
Ekonomi dan Bisnis
8.  Prodi Manajemen Keuangan Syari‟ah
Islam
 Prodi Akuntansi Syari‟ah
 Magister Ekonomi Syari‟ah
 Magister Interdisciplinary Islamic Studies
(IIS)/Studi Islam Interdisipliner, dengan
9. Program Pascasarjana konsentrasi:
 Konsentrasi Islam Nusantara
 Konsentrasi Islam, Pembangunan dan
Kebijakan Publik
 Konsentrasi Kajian Komunikasi dan
Masyarakat Islam
 Konsentrasi Hermeneutika Al-Qur‟an
 Konsentrasi Psikologi Pendiidkan
Islam
 Konsentrasi Islam dan Kajian Gender
 Konsentrasi Kajian Timur Tengah
 Konsentrasi Studi Disabilitas dan
Pendidikan Inklusif
 Konsentrasi Kajian Maqasih dan
Analisis Strategik
 Konsentrasi Pekerjaan Sosial
 Konsentrasi Ilmu Perpustakaan dan
Informasi Islam
 Konsentrasi Bimbingan dan
Konseling Islam
 Program Doktor Studi Islam, terdiri dari
kelas reguler dan kelas internasional.
Kelas Reguler dengan konsentrasi:
 Studi Islam
 Ekonomi Islam
 Sejarah Kebudayaan Islam
 Kependidikan Islam
 Studi Al-Qur‟an dan Hadis
 Ilmu Hukum dan Pranata Sosial
 Pendidikan Anak Usia Dini Islam
 Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam
 Kajian Timur Tengah
 Studi Antar Iman
 Kelas Internasional dengan konsentrasi
 Islamic Thought and Moslem Societies
 Al-Dirasat al-Islamiyyah wa al-
„Arabiyyah

E. Simpulan
Dari pemaparan di atas, dapat diambil simpulan bahwa dalam mengambil
suatu kebijakan pembidangan ilmu di PTKI, perlu memerhatikan beberapa aspek
sebagai landasan pengembangan dan pembidangan ilmu di PTKI. Minimal
diantaranya aspek sosial-budaya dan agama, kebutuhan masyarakat,
perkembangan masyarakat, dan aspek yuridis.
Ada beberapa model integrasi ilmu dan agama yang dapat dijadikan
pedoman dalam mengembangkan keilmuan Islam multidisipiler di PTKIN.
diantaranya model monadik, diadik, dan triadik.
Sebagai wujud implementasi dari integrasi ilmu keagamaan dan umum,
terdapat beberapa PTKI di Indonesia diantaranya seperti UIN Antasari yang
mengembangkan konsep empat pilar keilmuan diantaranya: Integrasi dinamis
ilmu-ilmu keislaman, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora; integrasi Islam dan
kebangsaan; berbasis lokal; dan berwawasan global. Ditambah dengan adaya
implementasi metafora “Sungai Pengetahuan”. UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang dengan metafora “Pohon Ilmu”, dan lulusan UIN Maulana Malik Ibrahim
Malang diharapkan menjadi seorang sarjana yang layak menyandang identitas
sebagai Ulul Albab. UIN Sunan Kalijaga dengan metafora “Integrasi-
Interkoneksi”, yang mana kajian di UIN Sunan Kalijaga akan menghubungkan,
mengaitkan, dan menyatukan antara apa yang selama ini dikenal dengan ilmu
keislaman dengan ilmu umum, melalui dialektika segitiga diantaranya tradisi teks
(hadarah al-nash), tradisi akademik-ilmiah (hadarah al-„ilm), dan tradisi etik-
kritis (hadarah al-falsafah).
F. Daftar Pustaka
Abidin, Muhammad Zainal. & Sabirim, Muhammad. 2019. Dinamika
Kebijakan Pembidangan Ilmu pada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam
(PTKI) di Indonesia. Banjarmasin: Antasari Press.

Abidin, Said Zainal. 2004. Kebijakan Publik. Jakarta: Yayasan Pancur Siwa.

Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka.

Mujiburrahman. Rusydi, M. & Musyarraf. 2018. Integrasi Ilmu: Kebijakan dan


Penerapannya dalam Pembelajaran dan Penelitian di Beberapa
Universitas Islam Negeri, Banjarmasin: Antasari Press.

Aminuddin, Luthfi Hadi. 2010. “Integrasi Ilmu dan Agama: Studi Atas
Paradigma Integratif-Interkonektif UIN Sunan Kalijaga Yogjakarta”.
KODIFIKASIA: Jurnal Penelitian Keagamaan dan Sosial-Budaya. Vol.
4. No. 1.

Faishal. 2017-2018. “Integrasi Ilmu dalam Pendidikan”. Jurnal Ta‟dibi. Vol. 6.


No. 2.

Ikhwan, Afiful. 2016. “Perguruan Tinggi Islam dan Integrasi Keilmuan Islam:
Sebuah Realitas Menghadapi Tantangan Masa Depan”. Jurnal Ilmu
Tarbiyah “At-Tajdid”. Vol. 5. No. 2.

Muslih, Mohammad. 2017. “Tren Pengembangan Ilmu di UIN Sunan Kalijaga


Yogyakarta”. Jurnal Episteme. Vol. 12. No. 1.

https://idr.uin-antasari.ac.id/63/1/Filosofi%20Keilmuan.pdf.

http://imamsuprayogo.lecturer.uin-malang.ac.id/2009/03/31/31-03-2009/.

https://pengertiandefinisi.com/pengertian-kebijakan-dan-macam-macam-
kebijakan/.

Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 1960 Tanggal 9 Mei 1960 Pembentukan


Institut Agama Islam Negeri.

Anda mungkin juga menyukai