Oleh:
200211060129
BANJARMASIN
2021
1
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr.wb
Adapun penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah
Filsafat Ilmu. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Dengan demikian, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian
kalimat dan kesalahan.
Wasslamualaikum wr.wb
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………… i
DAFTAR ISI………………………………………………….. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………... 3
B. RUMUSAN MASALAH……………………………... 4
C. TUJUAN PENULISAN……………………………… 4
BAB II PEMBAHASAN
A. RASIONALISME……………………………………. 5
B. EMPIRISME…………………………………………. 10
C. KRITISME…………………………………………… 12
D. INTUISIONISME…………………………………… 13
A. SIMPULAN………………………………………….. 18
DAFTAR PUSTAKA………………………………………… 19
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pernah puas dengan apa yang sudah ada, tetapi selalu mencari kebenaran yang
sesungguhnya, salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan bertanya. Namun,
setiap jawaban belum tentu diterima begitu saja, karena ia harus mengujinya dengan
berlandaskan teori-teori yang sudah ada atau menemukan teori baru dengan
runtuhnya teori lama. Sehingga manusia sekarang lebih giat lagi melakukan
Untuk itulah setiap manusia harus dapat berfikir filosofis dalam menghadapi
segala realitas kehidupan ini yang menjadkan filsafat harus dipelajari. Filsafat
kemanusiaan yang tinggi (actus humanus), bukan asal bertindak sabagaimana yang
3
Dalam memperoleh pengetahuan, ada beberapa cara yang masing-masing
filsafat Barat, sebagai contoh, terdapat beberapa aliran besar yang berkembang,
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
4
BAB II
PEMBAHASAN
objek ilmu. Maka suatu ilmu pada dasarnya terdiri dari tiga unsur, subjek, objek
dan “pertemuan” keduanya. Apa hakikat ketiga hal itu dan bagaimana peran
dasar dari proses keilmuan itu sendiri. Tentang hal ini, ada banyak aliran
intuisionisme. Dua aliran pertama memiliki perbedaan yang cukup ekstrim, yang
ketiga adalah aliran yang berupaya mendamaikan kedua aliran sebelumnya. Sedang
aliran keempat adalah aliran yang sampai saat ini sedang mencari dukungan
A. RASIONALISME
Kata ini berakar dari kata bahasa Latin ratio yang berarti “akal”. A.R. Lacey
pandangan yang berpegangan bahwa akal merupakan sumber bagi pengetahuan dan
pembenaran. Sementara itu, secara terminologis aliran ini dipandang sebagai aliran
yang berpegang pada prinsip bahwa akal harus diberi peranan utama dalam
1
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Lesfi 2016 h.49
5
penjelasan. Ia menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan,
mendahului atau unggul atas, dan bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi.2
akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan. Ini berarti bahwa sumbangan
akal lebih besar daripada sumbangan indra, sehingga dapat diterima adanya struktur
bawaan (ide, kategori). Oleh Rasionalisme, bahwa mustahillah ilmu dibentuk hanya
berdasarkan fakta dan data empiris (pengamatan).3 Berpikir inilah yang membentuk
pengetahuan. Karena hanya manusia yang berpikir, maka hanya manusia yang
Tumbuhan dan binatang tidak berpikir, maka mereka tidak berpengetahuan. Laku-
ditentukan oleh naluri, yang dibawanya sejak lahir. Tumbuhan dan binatang
Laporan indera menurut rasionalisme merupakan bahan yang belum jelas dan
2
M. Ied Al Munir Tinjauan Terhadap Metode Empirisme dan Rasionalisme, h.235
3
Syah Budi, Epistemologi Perspektif Islam dan Barat, h.180
4
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Lesfi 2016 h.54
6
kacau. Bahan ini kemudian dipertimbangkan oleh akal dalam pengalaman berpikir.
Akal mengatur bahan itu sehingga dapatlah terbentuk pengetahuan yang benar.
Akal dapat bekerja dengan bantuan indera, tetapi akal juga dapat menghasilkan
pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama sekali, jadi, akal dapat
1716); Christian Wolff (1679 -1754); dan Blaise Pascal (1623 -1662 M)6
1. Rene Descrates
Oleh Descartes, dikenalkan dengan istilah substansi, yang tak lain adalah ide
bawaan (innate ideas) yang sudah ada dalam jiwa sebagai kebenaran yang clear and
distinct, tidak bisa diragukan lagi. Ada tiga ide bawaan yang diajarkan Descartes,
yaitu: (a). Pemikiran. Saya memahami diri saya sebagai makhluk yang berpikir,
maka harus diterima juga bahwa pemikiran merupakan hakikat saya. (b). Tuhan
sebagai wujud yang sama sekali sempurna. Karena saya mempunyai ide
‘sempurna’, mesti ada sesuatu penyebab sempurna untuk ide itu, karena suatu
akibat tidak bisa melebihi penyebabnya. Wujud yang sempurna itu tidak bisa lain
5
Muliadi, Filsafat Umum, Fakultas Ushuludin UIN Gunung Djati Bandung, 2020 h.70
6
Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Valia Pustaka, 2016 h.242
7
Muliadi, Filsafat Umum, Fakultas Ushuludin UIN Gunung Djati Bandung, 2020 h.73
7
dari pada Tuhan. (c). Keluasaan. Saya mengerti materi sebagai keluasaan atau
ekstensi (extension), sebagaimana hal itu dilukiskan dan dipelajari oleh ahli-ahli
ilmu ukur. 1 Pengakuanya tentang adanya tiga prinsip dasar ini, karena ketiganya
2. B. De Spinoza
Spinoza dilahirkan pada tahun 1632 dan meninggal dunia pada tahun 1677
M. Nama aslinya Baruch Spinoza. De Spinoza memiliki cara berfikir yang sama
pemikiran dan keluasan. Pemikiran adalah jiwa, sedangkan keluasan adalah tubuh,
indrawi atau imajinasi, taraf refleksi yang mengarah pada prinsip-prinsip dan taraf
intuisi. Hanya taraf kedua dan ketigalah yang dianggap pengetahuan sejati. Dengan
atau obyek dan kesesuaian antara idea dan ideatum inilah yang disebut dengan
kebenaran. Dia membedakan idea ke dalam dua macam, yaitu idea yang memiliki
kebenaran intrinsik dan idea yang memiliki kebenaran ekstrinsik. Idea yang benar
secara intrinsik menurutnya memiliki sifat “memadai”, sedangkan idea yang benar
8
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Lesfi 2016 h.50
9
Muliadi, Filsafat Umum, Fakultas Ushuludin UIN Gunung Djati Bandung, 2020 h.74
10
Ibid, h.75
8
3. G. W. Leibniz
Logika Leibniz dimulai dari suatu prinsip rasional, yaitu dasar pikiran yang jika
diterapkan dengan tepat akan cukup menentukan struktur realitas yang mendasar.
Leibniz mengajarkan bahwa ilmu alam adalah perwujudan dunia yang tampil secara
matematis. Dunia yang terlihat dengan nyata ini hanya dapat dikenal melalui
penerapan dasar-dasar pertama pemikiran. Tanpa itu orang tidak dapat melakukan
yakni kebenaran pasti atau kebenaran logis dan kebenaran fakta atau kebenaran
perhatian pada kebenaran eternal (abadi), dalam hal ini, kebenaran logis.
Misalnya, A adalah A, dan selamanya A tidak pernah jadi selain non-A (contoh
kebenaran ini berlaku khusus bagi eksistensi Tuhan). Prinsip ini bukan hasil dari
memberikan pengetahuan tentang dunia fenomenal, tetapi tanpa dasar kedua prinsip
ini, tidak mungkin manusia berpikir secara logis. Memahami kebenaran logis
“kebenaran fakta”. Kebenaran fakta tidak ditentukan oleh proposisi yang self
evident, tetapi kebenarannya ditentukan oleh hubungan antara proposisi yang satu
11
Ibid h.75
9
dengan proposisi yang lain. Jika pengetahuan jenis pertama berkaitan dengan
penalaran yang bersifat analitik, maka pengetahuan jenis kedua ini bersifat sintetis
B. EMPIRISME
Empirisme adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari dalam
berupa pengalaman. 14
Aliran ini muncul di Inggris, yang pada awalnya dipelopori oleh Francis
seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632- 1704), Berkeley (1685-
12
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Lesfi 2016 h.51
13
Syah Budi, Epistemologi Perspektif Islam dan Barat, h.177
14
Muliadi, Filsafat Umum, Fakultas Ushuludin UIN Gunung Djati Bandung, 2020 h.79
15
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Lesfi 2016 h.55
10
1. Thomas Hobbes
cara yang berlainan. Dunia dan manusia sebagai objek pengenalan merupakan
sistem materi dan merupakan suatu proses yang berlangsung dengan tiada henti-
2. John Locke
Ia lahir tahun 1632 di Bristol Inggris dan wafat tahun 1704 di Oates Inggris.
Ia juga ahli politik, ilmu alam, dan kedokteran. Pemikiran John termuat dalam tiga
buku pentingnya yaitu Essay Concerning Human Understanding, terbit tahun 1600;
mengemukakan teori tabula rusa yang secara bahasa berarti meja lilin. Maksudnya
ialah bahwa manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas
Mula- mula tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-lama sulit, lalu
manusia, ia selalu dapat dicari ujungnya pada pengalaman indera. Sesuatu yang
16
Ibid, 55
17
Muhammad Kristiawan, Filsafat Pendidikan, Yogyakarta: Valia Pustaka, 2016 h.212
11
tidak dapat diamati dengan indera bukan pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman
3. David Hume
David Hume lahir di Edinburg Scotland tahun 1711 dan wafat tahun 1776
di kota yang sama. Hume seorang yang menguasai hukum, sastra dan juga filsafat.
tahun 1748 dan An Inquiry into the Principles of Moral yang terbit tahun 1751.19
pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi.” Menurut Hume persepsi itu
terdiri dari dua macam (tingkatan, pen.), yaitu kesan-kesan (impresions) dan
gagasan (ideas). Kesan adalah persepsi yang masuk melalui akal budi, secara
langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedang gagasan adalah persepsi yang berisi
gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan bisa diartikan cerminan dari kesan-
kesan; ‘kerja’ kesan mendahului gagasan. Yang pertama bisa disebut ‘pengalaman
C. KRITISISME
Aliran ini muncul pada abad ke-18 suatu zaman baru dimana seseorang ahli
18
Muliadi, Filsafat Umum, Fakultas Ushuludin UIN Gunung Djati Bandung, 2020 h.79
19
Ibid, h.213
20
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Lesfi 2016 h.58
12
rasionalisme tetapi terpengaruh oleh aliran empirisme. Akhirnya kant mengakui
peranan akal harus dan keharusan empiris, kemudian dicoba mengadakan sintesis.
metode kiritis. Walaupun ia mendasarkan diri dari nilai yang tinggi dari akal, tetapi
ialah ketika ia masih dipengaruhi oleh Leibniz-Wolff, yaitu sampai tahun 1760.
Periode ini sering disebut periode rasionalistik. Periode kedua berlangsung antara
tahun 1760-1770, yang ditandai dengan semangat skeptisisme. Periode ini disebut
periode empiristik. Pada periode ini pengaruh Hume sangat dominan. Karya Kant
Dream of a Spirit Seer ditulis pada periode ini. Periode ketiga dimulai dari inaugural
dissertation-nya pada tahun 1770. Periode ini bisa dikenal sebagai “tahap kritik”.
Periode keempat berlangsung antara tahun 1790 sampai tahun 1804. Pada periode
sosial. Karya Kant yang terpenting pada periode keempat adalah Religion within
the Limits of Pure Reason (1794) dan sebuah kumpulan esei berjudul Eternal Peace
(1795).22
21
Muliadi, Filsafat Umum, Fakultas Ushuludin UIN Gunung Djati Bandung, 2020 h.82
22
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Lesfi 2016 h.63
13
D. INTUISIONISME
mengenai kebenaran dan hakikat sesuatu objek. Dalam tradisi Islam, para sufi
menyebut pengetahuan ini sebagai rasa yang mendalam (zauq) yang berkaitan
yang dikaruniakan Tuhan kepada seseorang dan dipatrikan pada kalbunya sehingga
dan sarana satu-satunya adalah intuisi.24 Tokoh aliran intusionalisme, antara lain:
secara langsung dan seketika. Analisa, atau pengetahuan yang diperoleh dengan
jalan pelukisan, tidak akan dapat menggantikan hasil pengenalan secara langsung
dari pengetahuan intuitif. (Kattsoff, 2004: 141). Henri Bergson (1859-1941) adalah
tokoh aliran ini. Ia menganggap tidak hanya indera yang terbatasa, akal juga
terbatas. Objek yang selalu berubah, jadi, pengetahuan kita tentangnya tidak pernah
tetap. Intelektual atau akal juga terbatas. Akal hanya dapat memahami suatu objek
23
Ibid, h.80
24
Ibid, h.83
25
Muliadi, Filsafat Umum, Fakultas Ushuludin UIN Gunung Djati Bandung, 2020 h.81
14
bila ia mengonsentrasikan dirinya pada objek itu, untuk itu, manusia tidak
mengetahui keseluruhan (unique), tidak dapat memahami sifat-sifat yang tetap pada
menyadari kekurangan dari indera dan akal maka Bergson mengembangkan satu
karena diperoleh secara langsung. Atas dasar perbedaan ini, Bergson menjelaskan
terjemahan bagi sesuatu itu. Oleh karenanya, ia tergantung kepada pemikiran dari
sudut pandang atau kerangka acuan tertentu yang dipakai dan sebagai akibat
sifat -lahiriah- pengetahuan simbolis yang pada dasarnya bersifat analitis dan
memberikan pengetahuan tentang obyek secara keseluruhan. Maka dari itu menurut
Bergson, intuisi adalah sesuatu sarana untuk mengetahui secara langsung dan
seketika.
26
Ibid, 82
15
Lebih lanjut Bergson menyatakan bahwa intuisi sebenarnya adalah naluri
(instinct) yang menjadi kesadaran diri sendiri dan dapat menuntun kita kepada
kehidupan dalam (batin). Jika intuisi dapat meluas maka ia dapat memberi petunjuk
dalam hal-hal yang vital. Jadi, dengan intuisi kita dapat menemukan “elan vital”
atau dorongan yang vital dari dunia yang berasal dari dalam dan langsung, bukan
dengan intelek.
pengatahuan yang kita peroleh dengan akal dan indera. Mistisisme atau mistik
diberi batasan sebagai kondisi orang yang amat sadar tentang kehadiran yang maha
riil (the condition of being overwhelmingly aware of the presence of the ultimately
real).
Kata Steere pula, intuisi dalam mistik bahkan memiliki implikasi yang lebih
jauh sebab mungkin dijelmakan menjadi persatuan aku dan Tuhan pribadi (al-
hakikat realitas yang baginya merupakan ilham yang bersifat intuitif dan bukan
16
adalah adanya keyakinan atas intuisi (intuition) dan pemahaman batin (insight)
27
Mohammad Muslih, Filsafat ilmu, Yogyakarta: Lesfi 2016 h.81
17
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
intuisi.
18
DAFTAR PUSTAKA
Muliadi. 2020 Filsafat Umum, Fakultas Ushuludin UIN Gunung Djati Bandung
19