Anda di halaman 1dari 22

INTEGRASI ISLAM DENGAN FISIKA DAN KIMIA

Zainal Abidin
Pendamping Desa Kabupaten Indragiri Hilir

Abstrak
Telah jelas bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan
tidak ada pertentangan, bersifat integral, tidak dapat
dipisahkan antara satu dengan lainnya. Hubungan tersebut
menunjukkan betapa positifnya Islam memandang ilmu
pengetahuan (dan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan
ilmiah). Dalam kaitan ini, pendidikan Islam bisa dihayati
dan dipahami secara lengkap dan “kaffah” (utuh dan
menyeluruh tidak dikotomi antara pendidikan agama
dengan pendidikan umum). Sebagai konsekuensi dari tidak
adanya pemisahan antar ilmu dan agama, dapat pula
ditegaskan bahwa tidak ada pemisahan antara apa yang
disebut ilmu agama dan ilmu umum. Munir Mursi
menyatakan bahwa “seluruh ilmu adalah Islami sepanjang
berada di dalam batas-batas yang digariskan Allah kepada
kita”. Dalam konsep Islam (Timur), semua yang dipikirkan,
dikehendaki, dirasakan dan diyakini, membawa manusia
kepada pengetahuan dan secara sadar menyusunnya ke
dalam sistem yang disebut Ilmu.

A. PENDAHULUAN
Allah menegaskan dalam drama kosmisnya yang diantara
dialognya di awal penciptaan nabi Adam yang akan didaulat menjadi
khalifah di muka bumi. Di saat para malaikat menolak dan
mempertanyakan otoritas argumentatif Allah memilih nabi Adam (Al-
Baqarah (2): 30), Allah kemudian mengungkapkan kelebihan Adam
yang telah diberikan semua “nama” (yakni ilmu) (Al-Baqarah (2): 31).
30 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Bahkan di sisi lain, betapa Allah mengungkapkan penghargaan yang


begitu tinggi terhadap orang beriman yang berilmu dengan tanpa
membatasi jenis ilmu tersebut (al-Mujadilah (58): 11) Pada dasarnya
dalam Al-Qur’an dan Hadits tidak membedakan antara ilmu agama dan
ilmu umum. Yang ada dalam Al-Qur’an adalah ilmu holistik-
integralistik, yaitu ilmu yang bentuknya satu kesatuan dan tidak
terpilah-pilah1 pembagian adanya ilmu agama dan ilmu umum adalah
merupakan hasil kesimpulan manusia yang mengidentifikasi ilmu
berdasarkan sumber objek kajiannya.
Jika objek ontologik yang dibahasnya adalah wahyu (al-Qur’an)
termasuk penjelasan atas wahyu yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
SAW, berupa hadis dengan menggunakan metode ijtihad, maka yang
dihasilkannya adalah ilmu-ilmu agama, seperti teologi, fiqh, tafsir,
hadis, tasawuf, dan lain sebagainya. Kemudian jika objek ontologik
yang dibahasnya adalah alam jagad raya, seperti langit, bumi serta isi
yang ada di dalamnya yakni matahari, bulan, bintang, tumbuh-
tumbuhan, binatang, air, api, udara, batu-batuan dan sebagainya dengan
menggunakan metode penelitian eksperimen di laboratorium,
pengukuran, penimbangan dan sebagainya, maka yang dihasilkannya
ialah ilmu alam seperti ilmu fisika, biologi, kimia, astronomi dan lain-
lain. Dalam makalah penulisan memaparkan mengenai intergrasi Islam
dengan sains (fisika dan kimia) secara ilmiah.

1
Baharuddin, et, al, Dikotomi Pendidikan Islam; Historisitas dan implikasi
pada masyarakat Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 226
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 31
Zainal Abidin

B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Integrasi Ilmu
Secara etimologis, integrasi merupakan kata serapan dari
bahasa Inggris integrate; integration yang kemudian diadaptasi ke
dalam bahasa Indonesia menjadi integrasi yang berarti menyatu-
padukan; penggabungan2 atau penyatuan menjadi satu kesatuan
yang utuh; pemaduan.3Adapun secara terminilogis, integrasi ilmu
adalah pemaduan antara ilmu-ilmu yang terpisah menjadi satu
kepaduan ilmu, dalam hal ini penyatuan antara ilmu-ilmu yang
bercorak agama dengan ilmu-ilmu yang bersifat umum. 4
2. Konsepsi Integrasi Ilmu dalam Islam
Telah jelas bahwa antara agama dan ilmu pengetahuan tidak
ada pertentangan, bersifat integral, tidak dapat dipisahkan antara
satu dengan lainnya. Hubungan tersebut menunjukkan betapa
positifnya Islam memandang ilmu pengetahuan (dan hal-hal yang
berkaitan dengan kegiatan ilmiah). Dalam kaitan ini, pendidikan
Islam bisa dihayati dan dipahami secara lengkap dan “kaffah” (utuh
dan menyeluruh tidak dikotomi antara pendidikan agama dengan
pendidikan umum).
Sebagai konsekuensi dari tidak adanya pemisahan antar ilmu
dan agama, dapat pula ditegaskan bahwa tidak ada pemisahan

2
Baca Alim Ruswantoro, “Paradigma Keilmuan UIN Yogyakarta” dalam M.
Yusuf dan Mustofa (ed.), Mengukir Prestasi di Jalur Khusus,(Yogyakarta: Penerbit
Pendi Pontren Depag RI, 2007), h. 39.
3
Lihat John M. Echlos dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003), h. 326.
4
Ibid.,
32 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

antara apa yang disebut ilmu agama dan ilmu umum. Munir Mursi
menyatakan bahwa “seluruh ilmu adalah Islami sepanjang berada di
dalam batas-batas yang digariskan Allah kepada kita”.5
Dalam konsep Islam (Timur), semua yang dipikirkan,
dikehendaki, dirasakan dan diyakini, membawa manusia kepada
pengetahuan dan secara sadar menyusunnya ke dalam sistem yang
disebut Ilmu. Tetapi berbeda dengan konsep Barat, yang
mengelompokkan ilmu itu kepada tiga:
a. Natural Sciences (ilmu-ilmu kealaman, murni, biologi, fisika,
kimia dan lainnya).
b. Social Sciences (ilmu-ilmu kemasyarakatan yang menyangkut
perilaku manusia dalam interaksinya dalam masyarakat, dan
c. The Humanities (humaniora), ialah ilmu-ilmu kemanusiaan
yang menyangkut kesadaran akan perasaan kepribadian dan
nilai- nilai yang menyertainya sebagai manusia. 6
Padahal dalam kenyatannya, Islam mengandung multi-
disipliner ilmu pengetahuan, baik ilmu-ilmu alam (natural sciences)
seperti fisika, kimia, matematika, biologi, astronomi, arkeologi dan
botani. Ilmu-ilmi sosial (social sciences) seperti sosiologi, ekonomi,
hukum, pendidikan, politik, antropologi dan sejarah. Serta
Humaniora seperti psikologi dan filsafat. 7 Dengan demikian, berarti
Islam mempunyai ajaran yang lengkap, integral dan universal.

5
Hasbi Indra, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, (Jakarta: Ridamulia,
2005), h. 49.
6
A. Mattulada, Ilmu-ilmu Kemanusiaan (Humaniora) Tantangan, harapan-
harapan Dalam Pembangunan, (t.k.p: Unhas, 1991), h. 3.
7
Mujamil, Kontribusi Islam Terhadap Peradaban Manusia, (Solo:
Ramadhani, 1993), h. 118.
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 33
Zainal Abidin

Kelengkapan inilah sehingga Islam mampu menampung segala


persoalan dan dapat mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Dalam kaitannya dengan hal tersebut, A.M. Saefuddin dan
M. Zainuddin mengajukan formula pemikiran kreatif untuk dapat
mengintegrasikan secara padu ilmu pengetahuan dalam Islam.
Perpaduan (integrasi) tersebut secara sederhana masing-masing
dapat dilihat dalam skema berikut:
Skema: Bangunan Ilmu yang Integratif.8

Dengan adanya penyatuan ilmu pengetahuan dengan nilai-


nilai agama, dalam hal ini ajaran Islam, maka wawasan ilmu tidak
lagi dipisahkan secara dikotomis dalam pembagian ilmu-ilmu
agama dan non agama, tetapi akan dibedakan (bukan dipisahkan)

8
M. Zainuddin, Paradigma Pendidikan Terpadu: Menyiapkan Generasi Ulul
Albab, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 164
34 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

menjadi ilmu yang menyangkut ayat-ayat qauliyah (ayat-ayat yang


tersurat dalam Al-Qur’an dan Hadis) dan ilmu-ilmu tentang ayat
kauniyah (ilmu-ilmu tentang kealaman).
Berangkat dari pemikiran di atas, maka dalam pembahasan
materi integrasi ini, ilmu pengetahuan yang akan diintegrasikan
dengan agama (baca: Islam) adalah ilmu kealaman (Fisika dan
Kimia), karena sejauh ini masih dianggap sebagai ilmu-ilmu non
agama.
3. Islam dan Ilmu Kealaman (Natural Science)
Dalam pandangan Islam, kriteria keterpujian suatu bidang
ilmu adalah kebergunaannya, dan ini berarti bidang ilmu tersebut
mampu membawa manusia kepada Tuhan. Bidang ilmu apapun
yang memiliki ciri semacam ini adalah terpuji, dan usaha untuk
memperolehnya adalah sebentuk ibadah. Dalam hal ini tidak ada
perbedaan antara ilmu-ilmu yang secara fisik bersifat keagaman dan
ilmu-ilmu kealaman. 9 Soejati menyatakan bahwa, sebenarnya alam
semesta setingkat dengan Al-Qur’an sebagai sumber ilmu dan
hukum Islam yang tak terpisahkan dengan Al-Qur’an berkaitan dan
saling menguatkan. 10
Para ilmuan dewasa ini, baik ahli sejarah atau filsafat sains
mengakui, bahwa sejumlah gejala yang dipilih untuk dikaji oleh
ilmuan adalah alam materi. Ilmu pengetahuan ke-alam-an ini,

9
Mehdi Golshani, Melacak Jejak Tuhan dalam Sains: Tafsir Islami atas Sains,
(Bandung: Mizan, 2004), h. 1
10
Zanzawi Soejati, Sains dan Teknologi dalam Perspektif Al-Qur’an, dalam
Yunahar Ilyas (ed.), Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam), h. 120
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 35
Zainal Abidin

menurut A. Mattulada, yang utama menghasilkan peralatan-


peralatan kehidupan manusia yang disebut teknologi.11
Dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 750 ayat yang
menunjuk kepada fenomena alam dan memerintahkan manusia
untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan penciptaan
alam dan merenungkan isinya.12 Pemahaman terhadap tanda-tanda
kekuasaan Allah dan pemahaman terhadap alam merupakan
pemahaman tanda-tanda yang membawa pada ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Kemajuan dan perkembangan IPTEK yang dicapai manusia
dari masa ke masa tentu tidak lepas dari penyelidikan manusia
terhadap alam semesta beserta isinya. Pasalnya, IPTEK menggali
sumber pengetahuannya dari alam. Dan Islam sebagai agama yang
diturunkan Allah yang menyeru manusia untuk melakukan
penyelidikan dan eksperimen tentang alam adalah menjadi faktor
kemajuan itu.
Secara tegas Allah memerintahkan manusia untuk belajar
terhadap sesuatu, membawa dan menulis hal-hal yang ada
disekitarnya, serta memahami tanda-tanda kekuasaan dan petunjuk
dari-Nya. Hanya orang yang beriman dan berilmu pengetahuan
sajalah yang oleh Allah sajalah yang diangkat derajatnya, sehingga
hidup di dunia bahagia dan sejahtera, serta di akhirat sentosa
stimulus untuk manusia dalam mengembangkan IPTEK telah

11
A. Mattulada, Ilmu-ilmu Kemanusiaan (Humaniora) Tantangan, harapan-
harapan Dalam Pembangunan… h. 4
12
Imam Syafi’i, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an: Telaah
Pendekatan Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 85
36 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

diberikan oleh Tuhan sejak dahulu, yang terlihat dalam firman-Nya


bahwa manusia diberi tantangan untuk melintasi langit dan bumi:
“Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus
(melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu
tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS.
Ar-Rahman: 33)13

Maurice Bucaille berkata “sungguh teknologi yang dalam hal


ini merupakan jawaban atas sulthan (kekuatan) sebagai kunci dari
Tuhan untuk menggapai langit dan bumi mulai terungkap sudah. 14
Allah memberikan bimbingan-Nya lebih lanjut dalam Al-
Qur’an sebagaimana cara memahami ayat-ayat yang berkaitan
dengan alam semesta, dan bagaimana caranya untuk memperoleh
teknologi yang dijanjikan itu. Firman Allah:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan
apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-
Nya.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang
berfikir.”(QS. Al-Jaatsiyah: 13)15

Ayat ini menyatakan bahwa seluruh isi langit dan bumi akan
ditundukkan al-khaliq bagi umat manusia dengan teknologi, yang
akan diberikan kepada mereka yang mau menggunakan akal
pikirannya.16

13
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya Juz
1 - Juz 30, (Bandung: Gema Risalah Press, 1989), h. 887
14
Maurice Bucaille, Bibel, Al-Qur’an dan Sains Modern, terj. Rasjidi, (Jakarta:
Bulan Bintang, 2001), h. 199
15
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya
Juz 1 - Juz 30… h. 816
16
Ahmad Baiquni, Sains dan Teknologi dalam Perspektif Al-Qur’an, dalam
Yunahar Ilyas (ed.), Pendidikan dalam Perspektif Al-Qur’an, (Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam, 1999), h. 109
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 37
Zainal Abidin

Istilah “alam” digunakan untuk menunjuk lingkungan obyek-


obyek yang dapat dalam ruang dan waktu. Dalam arti yang sangat
luas “alam” ialah hal-hal yang ada disekitar kita yang dapat kita
serap secara inderawi. 17Sedangkan ilmu alam atau yang biasa
disebut kosmologi adalah ilmu yang membicarakan realitas jagat
raya, yakni keseluruhan sistem alam semesta. Kosmologi terbatas
pada realitas yang lebih nyata, yakni alam fisik yang sifatnya
material. 18
J.J.G.M. Drost S.J dalam buknya “Agama Ilmu Pengetauan
Alam” sebagaimana dikutip Rosyidi, bahwa Ilmu Pengetahuan
Alam adalah ilmu tentang semesta alam sejauh berada dalam waktu
dan ruang. Tetapi waktu dan ruang baru ada pada waktu alam ada.
Maka titik dan saat terjadinya sendiri terletak di luar sudut
pandangan ilmu pengetahuan alam. 19
Dalam Al-Qur’an, kata ‘ilm atau pengetahuan digunakan
baik untuk ilmu-ilmu kealaman maupun jenis ilmu yang lain. Al-
Qur’an telah mendorong kita memikirkan keagungan alam semesta
ini, serta telah memberikan dasar penelitian ilmiah. Ilmu alam
merupakan pengetahuan yang diperoleh atau diambil melalui
observasi, penelitian ilmiah terhadap apa yang diteliti.

17
Lorens Bagus, Kamus Filsafat, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1996), h. 307
18
Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam Integratif: Upaya
Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam, (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2005), h. 66
19
Khoiron Rosyidi, Pendidikan Profetik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004),
h. 84
38 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Seperti yang dikatakan oleh A. Baiquni bahwa ciri khas dari


sains natural, ialah disusun atas dasar intizhar terhadap gejala-
gejala alamiyah yang dapat diteliti ulang oleh orang lain, dan
merupakan hasil konsensus masyarakat ilmuan yang
bersangkutan.20
Para sarjana muslim pada era gemilang peradaban Islam
menekankan bahwa motivasi dibalik upaya pencarian ilmu-ilmu
kealaman dan matematis adalah mengetahui ayat-ayat Tuhan di
alam semesta. Mehdi Golshani mengatakan bahwa:
Para sarjana muslim ini tidak memisahkan kajian tentang alam
dari pandangan dunia mereka yang religius, dan mereka
mencari kerangka kerja inklusif yang memungkinkan mereka
menjelaskan keseluruhan alam semesta. Gagasan ketunggalan
Pencipta dan keserasian penciptaan merupakan prinsip dasar
yang mengatur semua ranah ilmu pengetahuan. Seni Islam
memperlihatkan kembalinya semua kejamakan kepada
kesatuan, sedangkan sains Islam memperlihatkan ketunggalan
(uncity) rancangan di alam semesta.21

Berkaitan dengan hal tersebut, Muthahhari menjelaskan


bahwa menurut konsepsi Islam tentang kosmos, alam merupakan
agregat (satuan yang terbentuk dari) segala yang kasat mata
(syahadah) dan yang tidak kasat mata (ghaib). Sedangkan
mempercayai yang gaib merupakan rukun iman bagi setiap

20
A. Baiquni, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, (Jakarta: Penerbit Pustaka,
1983), h. 2.
21
Mehdi Golshani, Melacak Jejak Tuhan dalam Sains: Tafsir Islami atas
Sains… h. 3-4
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 39
Zainal Abidin

muslim. 22 Jadi mempelajari ilmu alam jelas akan membawa


keimanan kita kepada Sang Pencipta.
Penciptaan Allah atas alam semesta merupakan bukti terang
tentang kepemilikan-Nya atasnya dan hak-Nya untuk mengaturnya.
Tidak ada seorangpun yang menjadi sekutunya dalam kepemilikan.
Tidak ada satupun yang dapat menentang pengaturan-Nya. 23
Orang-orang yang beriman tentu saja menerima semua
isyarat yang ada dengan penuh penyerahan, meskipun mereka tidak
mengetahui apa-apa tentangnya, tetapi mereka mempercayai dan
membenarkan bahwa isyarat itu berasal dari Tuhan. Dengan
mengetahui rahasia dari isyarat yang ilmiah yang ada, akan
menambah keimanan manusia walaupun sebelumnya mereka
memang telah beriman.
Sebagaimana dikatakan oleh ilmuan muslim termasyhur Al-
Bairuni, “Penglihatan mengatakan apa yang kita lihat dengan tanda-
tanda kebijaksanaan Ilahi dalam penciptaan dan menyimpulkan
adanya Sang Pencipta”.24 Sejalan dengan hal tersebut, filosof Ibnu
Sina juga mengatakan:
Pada dirinya alam adalah mumkin al-wujud artinya wujud-
wujud yang mungkin, dan dengan itu dia maksudkan sebagai
wujud potensial. Jadi dalam pandangannya bahwa alam
hanyalah sebuah potensi bukan aktualitas, dan karena itu
belum lagi memiliki realitas seperti yang kita lihat sekarang.

22
Murtadha Muthahhari, Manusia dan Alam Semesta: Konsepsi Islam tentang
Jagat Raya, (Jakarta: Lentera Basritama, 2002), h. 102. lihat juga di Abd. Rachman
Assegaf, Studi Islam Kontekstual: Elaborasi Paradigma Baru Muslim Kaffah,
(Yogyakarta: Gama Media, 2005), h. 199
23
Muhammad Ahmad Khalafalah, Masyarakat Muslim Ideal: Tafsir Ayat-ayat
Sosial, terj. Hasbullah Syamsuddin, (Yogyakarta: Insan Madani, 2008), h. 130
24
Ibid., h. 9
40 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Sebagai potensi, alam tidak bisa mewujudkan dirinya sendiri


oleh dirinya. Ia membutuhkan wujud lain yang senantiasa
aktual, yaitu Tuhan yang mandiri (al-ghani), untuk
keberadaannya.25

Pada masa modern ini, ketika wilayah ilmu pengetahuan


meluas dan banyak rahasia alam tersingkap, manusia mulai
mengenal banyak hakikat terkait dengan isyarat-isyarat Al-Qur’an
yang sebelumnya tidak ia ketahui. Manusia menjadi bertambah
dekat dengan isyarat-isyarat tersebut.26
Jadi, jika seorang ilmuan mendekati alam dengan iman
kepada Tuhan, imannya akan diperkuat oleh kegiatan ilmiahnya.
Jika tidak demikian, kajian alam tidak dengan sendirinya akan
membawa kepada Tuhan. Keyakinan religius bisa memberikan
motivasi yang baik dengan kerja ilmiah.
Dengan pengetahuan ilmiah dapat memperluas cakrawala
keyakinan religius dan bahwa perspektif keyakinan religius dapat
memperdalam pemahaman kita tentang alam semesta.27
Kajian tentang alam direkomendasikan untuk menemukan
pola-pola Tuhan di alam semesta dan memanfaatkannya demi
kemaslahatan umat manusia. Intizharakan melahirkan teori-teori
baru, kemudian menghasilkan teknologi sebagai penerapan sains
secara sistematis untuk mengubah / rnempengaruhi alam materi di

25
Mulyadi Kartanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik,
(Bandung: Arasy Mizan Pustaka bekerjasama dengan UIN Jakarta Press, 2005), h. 34-
35
26
Muhammad Quthb, Fenomena Kalam Ilahi: Bukti Kemukjizatan Al-Qur’an,
(Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2005), h. 222
27
John F. Haught, Perjumpaan Sains dan Agama: Dari Konflik ke Dialog,
(Bandung: Mizan, 2004), h. 19
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 41
Zainal Abidin

sekeliling kita dalam suatu proses produktif ekonomis untuk


menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi umat manusia.
Teknologi pembuatan mesin, pembuatan obat-obatan, pembuatan
beraneka ragam bahan, termasuk bahan makanan, dan sebagainya
adalah hasil penerapan ilmu fisika, kimia, biologi, dan lain-lain ilmu
kealaman yang sesuai.
Muhammad Iqbal pernah mengungkapkan, ketika ia
menyadari dampak negatif perkembangan ilmu dan teknologi.
Katanya; kemanusiaan saat ini membutuhkan tiga hal, yaitu
penafsiran spritual atas alam raya, emansipasi spritual atas individu,
dan satu himpunan asas yang dianut secara universal yang akan
menjelaskan evolusi masyarakat manusia atas dasar spiritual.
Dengan demikian pendidikan Islam, untuk menetralkan
pengaruh teknologi yang menghilangkan kepribadian, harus
menggali nilai- nilai keagamaan dan spiritual. Dan dengan
mengintegrasikan agama dengan ilmu kealaman merupakan cara
yang tepat menuju kemudahan dan kesejahteraan bagi umat
manusia.
Selanjutnya, dari beberapa pembahasan di atas, terdapat
beberapa pernyataan yang bisa disimpulkan. Antara lain:
a. Ajaran Islam sangat menghargai ilmu pengetahuan. Ayat-
ayat Al-Quran banyak sekali memberi motivasi untuk
intizhar/ meneliti, baik secara tersurat atau tersirat.
b. Pengembangan ilmu pengetahuan secara umum dan ilmu
alam secara khusus, sejalan dengan ajaran Islam yang
42 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

menginginkan kemudahan dan kesejahteraan bagi umat


manusia.
c. Pengembangan ilmu pengetahuan dan ilmu alam yang
bertujuan untuk kepentingan pribadi atau kelompok, tanpa
menghiraukan kepentingan orang lain, bertentangan dengan
tujuan ajaran Islam.
4. Integrasi Islam dengan Fisika
Fisika adalah ilmu yang menyelidiki fenomena-fenomena
benda tak bernyawa. Diantara filosof muslim yang berjasa dalam
bidang ini adalah al-Kindi, al-Biruni, al-Nazzam, al-Baqillani,
Mulla Shadra, dan masih banyak lagi. Beberapa ayat yang berkaitan
dengan materi fisika diantaranya: Listrik (QS. Nur: 35); Atmosfer
(QS.Fushshilat: 12); energy panas (QS. Yasin: 80; QS. Waqi'ah: 71-
73; QS. Thaha: 10; QS. al-Naml: 7); neraca dan pengukuran (QS.
al-An'am: 152; QS. al-A'raf: 85; QS. alSyura: 17); gelombang suara
(QS. al-Kahfi: 26; QS. Saba': 50); dunia warna (QS. Fathir: 27-28;
QS. al-An'am: 99).
Sebagai suatu contoh elaborasi integrasi Islam dengan Fisika
seperti dalam menjelaskan gerakan matahari, bulan, serta bumi
terus berlangsung tanpa sedikitpun bersinggungan dengan
kehidupan kita. Semua fenomena ini terjadi untuk memberikan
kehidupan di muka bumi dan aneka kemungkinan yang terjadi.
Bumi mengitari matahari pada sudut kemiringan 23 derajat dan 27
menit. Musim silih berganti di bumi berkat kemiringan ini yang
padanya bergantung pula sistem pertumbuhan tanaman. Kecepatan
rotasi bumi di sumbunya mencapai 1.670 km/jam. Apabila bumi
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 43
Zainal Abidin

tidak melakukan rotasi, permukaannya yang menghadap matahari


akan terus-menerus terpapar cahaya matahari, sementara bagian
belakangnya akan selalu berada pada kegelapan. Jika keadaannya
semacam itu, maka kehidupan makhluk hidup di dunia ini tidak
akan ada. Telah disebutkan dalam QS. Al-Anbiya': 33 dan QS.
Yasin: 40 dengan terjemah sebagai berikut:
“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang,
matahari dan bulan. Masing-masing beredar pada garis
edarnya”. QS. Al-Anbiya': 33

“Tidaklah mungkin matahari mengejar bulan, dan malam pun


tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada
garis edarnya. QS. Yasin:40”

Semua gerakan matahari, bulan, dan bumi, terus berlangsung


dalam keselarasan yang sempurna. Segala sesuatunya diatur dengan
demikian hebatnya. Bahkan Yupiter, planet terbesar dalam tata
surya, menyumbang manfaat untuk kehidupan ini. Astronom
George Wetherill dalam artikelnya tentang Yupiter, mengatakan
bahwa andai di sana tidak ada planet yang besarnya sama dengan
Yupiter, bumi akan mendapatkan ribuan kali paparan meteor dan
komet. Kemanapun menghadap, kita melihat penghitungan luar
biasa yang demikian terperinci dan merupakan karya seni. Sang
Pencipta menyajikan bukti, betapa Dia Maha kuasa, Maha
mengetahui, serta Maha Penyayang di alam semesta. 28
5. Integrasi Islam dengan Kimia

28
Caner Taslaman, Miracle of The Quran: Keajaiban al-Quran Mengungkap
Penemuan Penemuan Ilmiah Modern (Bandung: Mizan, 2010), h. 74.
44 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Dalam al-Qur’an ada beberapa ayat yang berhubungan


dengan kimia diantaranya Air/Hidrogen (QS. al-Anbiya': 30);
Partikel atom & subatom (QS. Saba':3; QS. al-Furqan: 2); reaksi
kimiawi pada fenomena batubatuan (QS. al-Baqarah: 74; QS. al-
A'raf: 58); logam mulia (QS. aliImran: 14; QS. al-Taubah: 34); besi
(QS. al-Hadid: 25; QS. al-Isra': 51, QS. Saba': 10-11; QS. Ibrahim:
50).
Sebagai suatu contoh elaborasi integrasi Islam dengan Kimia
seperti Air (atom H) ternyata makhluk pertama yang muncul
bersama Helium (atom He) di jagad raya ini. Air memiliki banyak
fungsi bagi manusia untuk kelangsungan hidupnya. Sebagian besar
tubuh manusia juga tersusun oleh air. Hal ini sebagai mana yang
telah disebutkan Allah dalam QS. al-Anbiya': 30,
“dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan
dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka
Mengapakah mereka tiada juga beriman?”.

Air adalah pelarut yang mengagumkan, senyawa yang sangat


mantap dan sumber energi yang dahsyat. Air memiliki sifat harus
bersatu dengan sesamanya. Air juga memiliki sifat yang unik, yang
disebut anomali air.29 Keajaiban lain yang dimiliki air adalah daya
kapiler. Air juga dapat merespon semua pesan manusia, baik pesan

29
Anomali air contohnya, ketika benda lain mengerut saat dibekukan, air justru
mengembang dan menjadi lebih ringan serta mengapung dengan sesamanya. Daya
kapiler dicontohkan bahwa air dapat memanjat dari tanah hingga ke pucuk dedaunan.
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 45
Zainal Abidin

positif maupun negatif. 30Getaran air merambat ke 75% molekul air


di tubuh manusia, sehingga mempengaruhi perilakunya. Pantaslah
jika seorang kyai dengan medium air putih yang didoakan dapat
menyembuhkan penyakit kronis seperti kanker. Air yang bermuatan
doa bisa menyembuhkan tubuh dan jiwa dari penyakit. Air di otak
dan tubuh manusia akan beresonansi atas pesan-pesan positif.
Pikiran dan ucapan melahirkan getaran (vibrasi) yang bisa
mengubah susunan molekul-molekul benda. Doa dan dzikir yang
khusyuk dan terfokus, akan mempunyai kekuatan dahsyat untuk
mengubah apapun dengan izin Allah.31

C. Penutup
Berbagai penjelasan di atas dapat kita petik pemahanan bahwa
Al-Qur'an adalah bersifat Universal. Kalam Allah (Al-Qur'an) dalam
pandangan Islam dibagi menjadi dua. Pertama, yang menjelaslakan
langsung dengan kitab-Nya disebut kalam Qauliyyah dankedua tanda-
tanda yang ditemukan dengan cara penalaran logis (akal), empiris dan
lain sebagainya dinamakan dengan kalam kauniyyah.
Dikotomi ilmu yang selama ini selalu diperdebatkan dikalangan
yang berbeda pandangan tentang ilmu, ilmu Islam dan ilmu umum

30
Seorang nonmuslim bernama Masaru Emoto dari Yokohama Municipal
University Jepang, telah mengadakan penelitian mendalam tentang air. Dalam buku
pertamanya yang berjudul The Hidden Messages of Water, dia melakukan beberapa
percobaan dan memberinya rangsang dengan berbagai jenis pesan dan perasaan.
Setelah dibekukan dan membentuk Kristal, air kemudian difoto dengan teknologi
tinggi. Hasilnya sangat mengagumkan. Air dapat merespon semua pesan manusia,
dengan wujud Kristal-kristal dalam air. Lihat Agus Haryo Sudarmojo, Menyibak
Rahasia Sains Bumi dalam al-Quran (Bandung: Mizania,2008), h. 133.
31
Ibid., h. 138.
46 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

sebenarnya dapat kita selesaikan dengan menempatkan dan


memposisikan Al-Qur'an dan Hadis sebagai sumber ilmu bukan sebagai
ilmu.
Adapun bentuk formulasi integrasi sains dan Islam dapat kita
wujudkan dengan cara: menjadikan kitab suci sebagai basis atau
sumber utama ilmu, memperluas batas materi kajian Islam &
menghindari dikotomi ilmu, dan menelusuri ayat-ayat dalam al-Qur’an
yang berbicara tentang sains (fisika dan Kimia).
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 47
Zainal Abidin

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Mattulada, A., 1991, Ilmu-ilmu Kemanusiaan (Humaniora) Tantangan,


harapan-harapan Dalam Pembangunan, t.k.p: Unhas.

Assegaf, Abd. Rachman, 2005, Studi Islam Kontekstual: Elaborasi


Paradigma Baru Muslim Kaffah, Yogyakarta: Gama Media.

Baiquni, A., 1983, Islam dan Ilmu Pengetahuan Modern, Jakarta:


Penerbit Pustaka.

Ruswantoro, Alim, 2017, Paradigma Keilmuan UIN Yogyakarta”


dalam M. Yusuf dan Mustofa (ed.), Mengukir Prestasi di Jalur
Khusus, Yogyakarta: Penerbit Pendi Pontren Depag RI,

Baharuddin, et, al, 2011, Dikotomi Pendidikan Islam; Historisitas dan


implikasi pada masyarakat Islam,Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.

Taslaman, Caner, 2010, Miracle of The Quran: Keajaiban al-Quran


Mengungkap PenemuanPenemuan Ilmiah Modern, Bandung:
Mizan.

Departemen Agama Republik Indonesia, 1989, Al-Qur’an dan


Terjemahannya Bandung: Gema Risalah Press.

Hasbi Indra, 2005, Pendidikan Islam Melawan Globalisasi, Jakarta:


Ridamulia.

Imam Syafi’i, 2000, Konsep Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an:


Telaah Pendekatan Filsafat Ilmu, Yogyakarta: UII Press.
48 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Jasa Ungguh Muliawan, 2005, Pendidikan Islam Integratif: Upaya


Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan Pendidikan
Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

John M. Echlos dan Hassan Shadily, 2003, Kamus Inggris-Indonesia,


Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

John F. Haught, 2004, Perjumpaan Sains dan Agama: Dari Konflik ke


Dialog, Bandung: Mizan.

Khoiron Rosyidi, 2004, Pendidikan Profetik, Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Lorens Bagus, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka


Utama.

Maurice Bucaille, 2001, Bibel, Al-Qur’an dan Sains Modern, terj.


Rasjidi, Jakarta: Bulan Bintang.

M. Zainuddin, 2008, Paradigma Pendidikan Terpadu: Menyiapkan


Generasi Ulul Albab, Malang: UIN Malang Press.

Mehdi Golshani, 2004, Melacak Jejak Tuhan dalam Sains: Tafsir Islami
atas Sains, Bandung: Mizan.

Muhammad Ahmad Khalafalah, 2008, Masyarakat Muslim Ideal:


Tafsir Ayat-ayat Sosial, terj. Hasbullah Syamsuddin,
Yogyakarta: Insan Madani.

Muhammad Quthb, 2005, Fenomena Kalam Ilahi: Bukti Kemukjizatan


Al-Qur’an, Jakarta: Pena Pundi Aksara.

Mujamil, 1993, Kontribusi Islam Terhadap Peradaban Manusia, Solo:


Ramadhani.
Integrasi Islam dengan Fisika dan Kimia | 49
Zainal Abidin

Mulyadi Kartanegara, 2005, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi


Holistik, (Bandung: Arasy Mizan Pustaka bekerjasama dengan
UIN Jakarta Press.

Murtadha Muthahhari, 2002, Manusia dan Alam Semesta: Konsepsi


Islam tentang Jagat Raya, Jakarta: Lentera Basritama.

Zanzawi Soejati, Sains dan Teknologi dalam Perspektif Al-Qur’an,


dalam Yunahar Ilyas (ed.), Pendidikan dalam Perspektif Al-
Qur’an, Yogyakarta: Lembaga Pengkajian dan Pengamalan
Islam.
50 | Jurnal Al-Afkar
Vol. V, No. 2, Oktober 2017

Anda mungkin juga menyukai