Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

DOSEN PENGAMPU :

HARYONO, M.Pd.I

DISUSUN OLEH :

MUHAMMAD MIFTAHUL FALAKH

2021306301117

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya bisa menyelesaikan makalah tentang “INTEGRASI ISLAM DAN ILMU
PENGETAHUAN”.

Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika
tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan
maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, saya dengan rendah hati
menerima saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Saya berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi
untuk pembaca.

Pringsewu, Maret 2024

Muhammad Miftahul Falakh


BAB I

PEMBAHASAN

1. Integrasi Ilmu

Kuntowijoyo berpendapat bahwa esensi dari integrasi adalah usaha menyatukan bukan
sekedar menggabungkan wahyu Tuhan dan temuan nalar manusia (ilmu ntegral), tidak
mengabaikan sekularisme (tuhan) atau mengabaikan manusia (other worldly asceticisme). Kitab
suci dan Sunnah sebagai mdel integrasi yang menjadi dasar utama ilmu pengetahuan dalm
memahami dan mengaplikasikan ilmu, maka dari itu ayat- ayat qauliyah dan qauniyah dapat
dipakai. Yang dimaksud integrasi di sini adalah terkait dengan upaya menggabungkan keilmuan
umum dengan Islam tanpa harus menghapus perbedaan-perbedaan antara kedua bidang ilmu
tersebut

Amin Abdullah menilai ada kesulitan dalam integrasi keilmuan, yaitu kesulitan dalam
integrasi kajian Islam dan umum, yang terkadang tidak selaras satu sama lain. Kehidupan
manusia yang selalu berkembang dengan zaman, dan setiap bangunan ilmiah, baik itu agama,
humanistik, alam, ataupun sosial, yang saling berhubungan. Oleh karena itu, bekerja sama, saling
menyapa, bergantung, mengoreksi, kolaborasi dan mendisiplinkan dapat menolong individu
dalam kehidupannya dan dapat menyelesaikan masalah dalam kehidupannya. lebih rinci,
Jamaluddin Ancok mengatakan bahwa ada dua perspektif tentang integrasi ilmu pengetahuan
dan agama. Sudut pandang pertama melihat ilmu secara komperhensif dan mencakup integrasi
dengan epistemologi, aksiologi, dan ontologi. Sudut pandang kedua mengatakan bahwa integrasi
hanya terjadi di bidang aksiologi. Sementara kelompok pertama mengharapkan bahwa agama
akan memberikan perspektif dunia, sumber, dan prinsip ilmu pengetahuan, kelompok kedua
menitikberatkann peran keagamaan sebagai pemberi nilai nilai dalam penerapan ilmu
pengetahuan. Karena sebagian besar dokter juga merupakan imam atau pendeta, sejarah
kedokteran di Barat tidak membedakan agama dari ilmu pengetahuan. Dikotomi antara agama
dan ilmu pengetahuan adalah hasil langsung hasil dari enlightenment, yang baru terjadi pada
zaman modern.
Menurut penelitiannya, ahli psikologi dan psikiater lebih cenderung menggabungkan
ilmu pengetahuan dan agama dalam terapi medisnya. Model psikoanalitik modern yang
menerima psikoterapi dapat ditafsirkan sebagai adanya keinginan untuk mengintegrasikan
psikologi dengan agama (Brad D Strawn) .

Terdapat pembahasan menarik menyangkut integrasi ilmu agama dan ilmu pengetahuan:

a. Sebuah integrasi yang sekedar menyelaraskan ayat Al-quran dengan pengetahuan ilmiah
secara dangkal. Integrasi konstruktif di sini berarti bahwa integrasi tersebut membuat partisipasi
inovatif yang tidak dapat dicapai dengan memisahkan kedua ilmu tersebut. Atau bahkan
pengintegrasi diperlukan untuk menghindari dampak buruk yang bisa muncul jika keduanya
bertindak secara terpisah. Tetapi integrasi memiliki sisi negatifnya, karena ada penaklukan
sebagaimana teologi mengalahkan sains.

b. Dalam konteks pembagian ilmu, yaitu alam (qauniyah) dan teologis (qauliyah). Kuntowijoyo
berpendapat bahwa ilmu tidak hanya ilmu qauniyah dan qauliyahtetapi juga ilmu nafsiyah. Jika
ilmu qauniyah berkaitan dengan hukum alam, ilmu qauliyah berkaitan dengan hukum Tuhan, dan
ilmu nafsiyah berkaitan dengan makna, nilai dan kesadaran atau kemanusiaan (humaniora atau
hermeneutika). Dalam proses terbentukan ilmu, Islam tidak menginterpretasikan paham pemisah
(dikotomi) yang membedakan atau memisahkan ilmu islam dengan ilmu sekuler. Meskipun
kebenaran yang terkandung dalam sains adalah kebenaran ilmiah, namun sains dan wahyu tidak
dapat disangkal karena keduanya berasal dari Allah SWT. Paradigma Islam terhadap ayat Allah,
dan ayat qauliyah dan qauniah(Fenomena Alam) mutlak benar dan tidak dapat dibantah. Dalam
konsep Barat ilmu di kelompokan menjadi 3 yaitu ilmu natural sociences, ilmu sosial dan ilmu
humaniora. Ketiga ilmu tersebut bersifat universal, islam sendiripun memiliki ajaran yang
komperhensif, tetap, dan global, karena Islam mencakup berbagai disiplin ilmu, termasuk ilmu
alam (natural sciences) yang terdiri atas ilmu matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi,
arkeologi dan botani. Ilmu sosial (social sciences) seperti sosiologi, pendidikan, politik,
ekonomi, sejarah, hukum, antropologi Serta Humaniora seperti filsafat dan psikologi.
Kelengkapannya ini membuat Islam mampu mengatasi segala masalah dan mengikuti
perkembangan ilmu penetahuan dan teknologiIntegrasi dan Interkoneksitas Ilmu .
1) Islam dan Ilmu Kealama (Natural Science)

Melakukan integrasi antara ilmu alam dan agama selama ini nampaknya dianggap sebagai suatu
yang rumit, namun jika kita memahami keduanya, sebenarnya cara yang dilakukan berbeda
namun saling melengkapi dalam mencari kebenaran. Ilmu alam menggunakan metode observasi,
eksperimen, dan kerja rasio untuk menjelaskan fenomena alam dan mencari pemahaman tentang
bagaimana alam ini berfungsi. Sementara itu, islam menetapkan kitab suci dan sunnah sebagai
dasar kebenaran mutlak dan penuntun kehidupan. Namun, kita harus ingat bahwa ilmu
pengetahuan hanyalah hasil dari penelitian manusia dan oleh karena itu, tingkat kebenarannya
bersifat relative. Kita juga harus menyadari bahwa Al-Qur'an dan Sunnah mempunyai kebenaran
mutlak yang tidak dapat dipertanyakan. Maka kita sebagai manusia penting untuk mengetahui
bahwa kedua jenis pengetahuan ini memiliki fungsi yang sama dalam mencari kebenaran dan
memahami dunia ini. Dengan mengintegrasikan ilmu alam dan agama, kita dapat memperoleh
pengetahuan dunia yang lebih luas dan lengkap. Kita dapat menggunakan pengetahuan ilmiah
untuk menjelaskan fenomena alam dan mencari pemahaman tentang bagaimana alam ini
berfungsi, sementara juga mengacu pada Al-Qur'an dan hadits untuk mendapatkan perspektif
agama yang lebih dalam. Dengan cara ini, kita dapat mengembangkan pemahaman yang lebih
holistik dan menyeluruh.

2) Social Sciences (ilmu-ilmu kemasyarakatan)

Keberadaan islam sangat dipengaruhi oleh konteks sosial dimana ia tumbuh dan berkembang.
Oleh karena itu, dalam menghadapi perubahan sosial yang semakin cepat dewasa ini, umat Islam
perlu melengkapi diri dengan berbagai pendekatan untuk memahami teks al-Qur'an. Pendekatan
teologis haruslah diimbangi dengan pendekatan sosiologis, antropologis, maupun psikologis.
Pendekatan yuridis haruslah diimbangi dengan pendekatan historis, demografis, geografis
maupun ekologis, dan seterusnya Social Sciences (ilmu-ilmu kemasyarakatan) adalah bidang
studi yang luas dan meliputi banyak disiplin ilmu, termasuk sosiologi, antropologi, ilmu politik,
ekonomi, dan psikologi sosial. Dalam bidang ilmu sosial ini, kita mempelajari tingkah laku
manusia dalam interaksi sosialnya, serta memahami struktur dan fungsi masyarakat. Muhammad
‘Imaduddin’ Abdurrahim mendefinisika manusia sebagai hamba yang dikaruniai keerdasan,
perasaan, kesadaran spiritual, keinginan, dan naluri. Sedangkan Mujtahid Agung Al-Ghazali
memberikan menggambaran manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani atau tubuh dan jiwa.
Terjadi interaksi yang kuat antara keduanya. Jiwa merupakan sumber kehidupan dan energi yang
menggerakkan tubuh, sedangkan tubuh merupakan wadah yang memungkinkan jiwa untuk
berinteraksi dengan fisik. Keduanya tidak dapat dipisahkan dan saling mempengaruhi satu sama
lain. Jiwa memberikan makna dan tujuan bagi kehidupan manusia,sementara tubuh menjadi
media untuk mengalami dan menjalani kehidupan ini. Keduanya tidak berhubungan secara
spesifik tetapi sebagai satu kesatuan, meskipun jiwa memiliki hubungan khusus dengan hati.
Terdapat empat elemen spiritual manusia yaitu: Hati (qalb), roh dan jiwa (ruh), nafsu (nafs); dan
pikiran atau kecerdasan (‘aql).

3) Islam dan Ilmu humaniora

Humanioran adalah studi tentang kehidupan manusia. Ilmu ini menekankan pada unsur
kreativitas, inovasi, orisinalitas, keunikan. Ilmu humaniora berusaha untuk menemukan nilai dan
makna yang terkandung di dalamnya, sehingga sifat dari ilmu humaniora ini normatif. Dalam hal
ini, nalar berarti tidak hanya memikirkan suatu objek yang didasarkan pada alasan logis saja
tetapi juga yang bersifat imajinatif.Ilmu-ilmu Humaniora yang fokus pada aspek-aspek kreasi
manusia (humanities aspects) baik secara metafisik maupun fisik, meliputi: kepercayaan,
gagasan, keindahan, moralitas, hukum, bahasa, pengalaman hidup, dan tradisi. Jadi, objek
studinya meliputi hal-hal yang tak kasat mata (software), "realitas yang tersembunyi", dan
fenomena budaya yang terwujud dalam sistem bahasa, tradisi, hukum, seni, dan sebagainya.
Berbagai fenomena kebudayaan tersebut membutuhkan pemahaman dan penafsiran sesuai
dengan masyarakat yang menjalankan budaya tersebut.
Kesimpulan

Islam tidak mengenal pemisahan (dikotomi) esensial antara "pengetahuan agama" dan
"pengetahuan umum". Berbagai disiplin ilmu dan sudut pandang intelektual yang dikembangkan
dalam Islam memang mengandung struktur hierarki tertentu, tetapi struktur hierarki tersebut.
Secara tegas antara ilmu agama dan pengetahuan umum islam tidak memisahkan (dikotomi)
Islam mengakui bahwa pengetahuan agama dan pengetahuan umum saling melengkapi dan tidak
dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam Islam, pengetahuan dianggap sebagai anugerah Allah
yang harus diperoleh dan dipelajari oleh umat manusia dalam segala aspek kehidupan mereka.
Oleh karena itu, Islam, tidak ada pemisahan yang esensial antara pengetahuan agama dan
pengetahuan umum Integrasi Ilmu merupakan kesatuan yang nyata antara prinsip atau nilai
agama dengan ilmu atau pengetahuan umum dengan firman Allah mencakup segala sesuatu yang
ada di alam semesta ini yang menunjukkan dan mengungkapkan eksistensi dan sifat-sifat Allah.
Pada dasarnya semua pengetahuan berasal dari Tuhan yang mahakuasa, itu sebabnyaAl-Qur'an
dan Sunnah sebagai sumber inspirasi bagi para cendikiawan muslim dalam mempelajari
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai