BKPI-2
KELOMPOK 2
TA 2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
Hingga kini, masih kuat anggapan dalam masyarakat luas yang mengatakan
“Agama” dan “Sains” adalah dua hal yang tidak bisa di pertemukan. Keduanya
memiliki wilayah sendiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek
formal-material, metode penelitian, kriteria kebenaran, peran yang dimainkan oleh
ilmuan maupun status teori masing-masing bahkan sampai ke institusi
penyelenggaranya.1
Perbedaan ini semakin hari semakin jauh ketika aktivitas pendidikan dan
keilmuan di Perguruan Tinggi Umum dan Perguruan Tinggi Agama di tanah air mirip
seperti pola kerja ilmuan awal abad Renaissance hingga Era Revolusi Informasi.
Perkembangan ilmu-ilmu sekuler sebagai simbol Keberhasilan Perguruan Tinggi Umum
di satu pihak, sementara di lain pihak, perkembangan dan pertumbuhan Perguruan
Tinggi Agama yang hanya menekankan ilmu-ilmu agama dan teks-teks keislaman
normatif. Hal ini berdampak pada persoalan penciptaan tenaga kerja terampil dalam
dunia ketenagakerjaan, serta membawa dampak negatif bagi pertumbuhan dan
perkembangan kehidupan sosial-budaya, sosial-ekonomi, sosial politik, dan sosial
keagamaan di tanah air.
Pada makalah ini akan di bahas tujuan dan manfaat mempelajari wahdatul ulum
dimana ilmu ini sangat diperlukan pada zaman modern saat ini untuk meluruskan
keyakinan bahwa semua yang terjadi di dunia dari dulu,sekarang hingga yang akan
datang bersumber dari Allah SWT.
1
Lutfiyatul hikmah, wahdatul ulum sebagai konsep integrasi islam dan sains di UIN walisongo
2
Syahrin harahap, wahdatul ulum, h. 13 dan 14
3
Lutfiyatul hikmah, wahdatul ulum sebagai konsep integrasi islam dan sains di UIN walisongo
BAB II
PEMBAHASAN
Oleh karena itu ilmu sesungguhnya sudah duduk dikalangan umat Muslim, hanya
bagaimana mengaplikasikan ke dalam keilmuan praktis, misalnya Perbankan Islam,
fashion Islam, dan Ekonomi Islam (Rektor UIN SU, Saidurrahman, Medan, 2017).Prof.
Dr. Syahrin Harahap, MA dalam Grup Whatsapp Pusditrans menjelaskan bahwa
Wahdatul „Ulûm merupakan landasan filosofi dalam memandang kesatuan gugusan
ilmu pengetahuan. Integrasi sebagai strategi reaktualisasi Wahdatul „Ulum yang sempat
terdistorsi karena terjadinya dikotomi. Sementara Transdisipliner adalah pendekatan
untuk memahami dan aktualisasi pengembangan ilmu, peradaban dan kesejahteraan
umat manusia.Paradigma Wahdatul „Ulum menurut penjelasan Parluhutan bahwa pada
dasarnya ilmu satu, oleh karena itu terma “integrasi”.
Ilmu yang berangkat dari agama terkesan tidak ada hubungannya dengan ilmu
science. Masing-masing ilmu berdiri sendiri dan tidak saling terkait. Padahal sebenarnya
ilmu itu satu. Maka dari itu diperlukan Wahdatul Ulum atau Unity Of Science agar
ilmu-ilmu itu terpadu dan saling melengkapi. Sehingga semua ilmu science dan
teknologi dilandasi dengan agama. Jika ilmu berlandaskan agama maka manusia tidak
akan melupakan tujuan utama ilmu, yaitu untuk keadilan dan kesejahteraan manusia
bersama, bukan untuk kesejahtraan diri sendiri.5
4
Maharani sartika dan salminawati, implementasi paradime wahdatul ulum dengan pendekatan transdisipliner untuk
menghasilkan ulul albab pada lululusan uinsu, h. 745
5
Lutfiyatul hikmah, wahdatul ulum sebagai konsep integrasi islam dan sains di UIN walisongo
Islam merupakan pemahaman bukan sekedar informasi. Keyakinan terhadap
islam, bukanlah pemahaman seperti kepasturan, bukan pula informasi-informasi
kegaiban tanpa dasar. Pemahaman islam tidak lain adalah pemikiran-pemikiran yang
memiliki penunjukan-penunjukan nyata, yang dapat ditangkap akal secara langsung,
selama masih berada dalam batas jangkauan akalnya. Namun, bila halhal tersebut
berada di luar jangkauan akalnya, maka hal itu akan ditunjukkan secara pasti oleh
sesuatu yang dapat diindera, tanpa rasa keraguan sedikitpun.
Dengan demikian, peranan akal bagi seorang manusia sangatlah penting dan
mendasar bahkan akan menentukan kehidupannya, apakah dia akan menjadi seorang
beriman atau sebaliknya. Imam Syafi‟I dalam kitabnya Fiqhul Akbar mengatakan:“
Ketahuilah bahwa kewajiban pertama bagi seseorang adalah berpikir dan mencari bukti
untuk mengetahui keberadaan Allah Ta‟ala. Arti berpikir adalah melakukan penalaran
dan perenungan kalbu. Dalam kondisi demikian orang yang berpikir tersebut dituntut
untuk ma‟rifat kepada Allah. Dengan cara seperti ini, ia bisa sampai kepada ma‟rifat
terhadap hal-hal yang ghaib dari pengamatannya dengan indera dan ini merupakan suatu
keharusan. Hal ini sudah tentu merupakan kewajiban dalam bidang dasar agama.”
Dari sinilah kita memahami sebagai mana yang pernah disampaikan Rasulullah
SAW, bahwa tidak ada agama (islam) tanpa aktivitas akal. Artinya, bagi seorang
muslim keyakinannya tentang islam haruslah dibangun berdasarkan akal sehat dan
penalarannya, bukan hanya sekedar dogma yang dipaksakan atau informasiinformasi
tanpa kenyataan. Namun, menggunakan akal disini tidak seperti pemahaman banyak
orang, yakni agama itu harus selalu masuk akal. Akan tetapi, akal harus difungsikan
sebagaimana mestinya, termasuk menyadari keterbatasan.
Tidak dapat di pungkiri bahwa agama dan sains dua hal yang semakin
memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia. Perkembangan sains di dunia
modern tidak berarti menurunnya pengaruh agama dalam kehidupan manusia.
Kecenderungan semakin menguatnya agama dan sains menarik perhatian banyak
kalangan, terutama berkenaan dengan hubungan antara keduanya. Kubu konfirmasi atau
integrasi menyarankan agama dan sains agar saling mengukuhkan, terutama dalam
berbagai pandangan tentang anggapan dasar tentang realitas, tanpa harus kehilangan
identitas masing-masing. Dalam hal ini sains diharapkan mampu memberikan
konfirmasi baik yang memperkuat atau mendukung keyakinan tentang Tuhan sebagai
pencipta alam semesta.
Ilmu yang tidak di integrasikan akan mempunyai dampak yang kurang baik,
karena ilmu dipandang sebagai kekuatan atau kekuasaan. Orang yang hanya mengerti
ilmu dari kacamata sekuler saja biasanya menggunakan ilmu yang dimiliki untuk
keuntungan diri semata. Contoh dari masalah ini adalah politisi yang melakukan
korupsi, mereka hanya menginginkan keuntungan individu tanpa takut merugikan
banyak orang dan menghiraukan ancaman agama dari agama. Para koruptor ini tidak
ada bedanya dengan drakula.6
6
Lutfiyatul hikmah, wahdatul ulum sebagai konsep integrasi islam dan sains di UIN walisongo
Untuk yang di integrasikan ilmu di pandang sebagai tanggung jawab. Selain
mengerti ilmu yang bersal dari pemikiran manusia juga mengerti ilmu agama karena
antara ilmu dan kesholehan itu menyatu. Semakin orang itu berilmu maka harus
semakin sholeh. Ilmu di gunakan untuk kesejahteraan bersama dan agar orang yang
berilmu dapat menjadi wakil Tuhan di bumi.
Hingga kini, masih kuat anggapan dalam masyarakat luas yang mengatakan
“Agama” dan “Sains” adalah dua hal yang tidak bisa di pertemukan. Keduanya
memiliiki wilayah sendiri-sendiri, terpisah antara satu dan lainnya, baik dari segi objek
formal-material, metode penelitian, kriteria kebenaranperan yang dimainkan oleh
ilmuan maupun status teori masing-masing bahkan sampai ke institusi
penyelenggaranya.
Sebenarnya terdapat beberapa hal yang mempertemukan agama dan sains, namun
banyak hal, keduanya saling di pertentangkan. Perkembangan ilmu-ilmu sekuler sebagai
simbol Keberhasilan Perguruan Tinggi Umum di satu pihak, sementara di lain pihak,
perkembangan dan pertumbuhan Perguruan Tinggi Agama yang hanya menekankan
ilmu-ilmu agama dan teks-teks keislaman normatif berdampak pada persoalan
penciptaan tenaga kerja terampil dalam dunia ketenagakerjaan, menjadikan kedua
mengalami proses pertumbuhan tidak sehat serta membawa dampak negatif bagi
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan sosial-budaya, sosial-ekonomi, sosial
politik, dan sosial keagamaan di tanah air. Bangunan ilmu pengetehuan yang Dikotomik
antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetehuan agama harus di ubah menjadi
bangunanan keilmuan baru, menjadi kesatuan ilmu (Wahdatul Ulum) paling tidak
bersifat komplementer.
Agama dalam arti luas merupakan wahyu Tuhan, yang mengatur hubungan
manusia dengan tuhan, dan lingkungan hidup baik fisik, sosial maupun budaya secara
global. Seperangkat aaturan-aturan, nilai-nilai umum dan prinsip-prinsip dasar inilah
yang disebut syariat. Kitab suci Al Qur‟an merupakan petunjuk etika, moral, akhlak,
kebijaksanaan dan dapat menjadi teologi ilmu. Agama memang mengklaim sebagai
sumber kebenaran. Namun, agama tidak pernah menjadikan wahyu sebagai satu-satunya
sumber pengetehuan. Menurut pandangan ini, sumber pengetahuan ada dua macam,
yaitu pengetahuan yang berasal dari Tuhan dan pengetahuan yang berasal dari manusia.
Meyakini latar belakang agama yang menjadi sumber ilmu atau tidak, tidak
menjadi masalah. Ilmu yang berlatar belakang agama adalah ilmu yang objektif, bukan
agama yang normatif. Maka objektifitas ilmu adalah ilmu dari orang yang beriman
untuk seluruh manusia, tidak hanya orang beriman saja, lebih-lebih bukan untuk
pengikut agama tertentu saja. Contoh objektivikasi ilmu antara lain: Optik dan aljabar
(tanpa harus dikaitkan dengan budaya islam era Al Haitami, Al Khawarizmi),
maekanika dan astropisika (tanpa dikaitkan budaya Yudeo-kristiani).
Wahdatul ulum sebagai paradigma keilmuan baru yang menyatukan bukan hanya
sekedar menggabungkan wahyu Tuhan dan temuan pikiran manusia, itu tidak akan
berakibat mengecilkan peran Tuhan atau mengucilkan manusia.7 Dalam wahdatul
„Ulum kegunaan ilmu, selain untuk tujuan ilmu, juga sebagai upaya pengenalan Tuhan
secara lebih maksimal, sebagaimana disiratkan dalam alQur‟an surat Ali Imran/3: 190-
191:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang
terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal, (yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata), Ya Tuhan kami,
tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Maha Suci Engkau, lindungilah kami
dari azab neraka”.
Jadi, dalam wahdatul ulum, ada dua media yang bisa dilakukan dalam mengenal
Allah, yaitu ayat-ayat al-Qur‟an (ayat al-Qur‟aniyat) sebanyak 6.666 ayat dan ayatayat
kawniyat (ayat al-kawniyat), yaitu alam semesta yang jumlahnya tidak terhingga.8
Karena Allah adalah Zat Yang Maha Suci dan hanya dapat dihampiri melalui
dimensi suci, maka ilmu yang merupakan salah satu sifat-Nya juga memiliki aspek
kesucian atau berada dalam wilayah sakral. Begitu sucinya ilmu Allah tersebut hingga
tidak ada sesuatu pun yang mampu berhubungan dengan ilmu ini kecuali atas izin dan
hidayah-Nya.
Selain sifatnya yang suci, ilmu Allah tersebut juga bersifat progresif, sejalan
dengan sifat-sifat-Nya yang lain. Karenanya ilmu dalam wilayah uluhiyah tidak hanya
pembicaraan teoritis atau konseptual, lebih dari itu ia telah bergerak menuju aktualitas
sempurna dan sifatnya yang hadir di alam semesta.
7
Lutfiyatul hikmah, wahdatul ulum sebagai konsep integrasi islam dan sains di UIN walisongo
8
WASPADA.id, wahdatul itu apa?
Sifat Allah tersebut secara eksplisit menunjukkan bahwa Dia adalah Yang Maha
Berilmu („âlimun). Ilmu pengetahuan bersifat integral di sisi-Nya. Kemahakuasaan
Allah (qâdirun) integratif dengan Kemahatahuan-Nya. Pada saat yang sama keilmuan-
Nya integratif dengan kebenaranan, kasih sayang, keadilan, dan lain-lain yang dimiliki
Allah Swt. Sampai disini dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuaan bersifat integral
di hadirat Allah Swt.
Seiring ilmu pengetahuan kian berkembang, semakin banyak fakta sains di dalam
Al Quran terbukti. Fenomena-fenomena alam yang terjadi tertulis di dalam Al Quran.
Isi Al Quran tak hanya berisi tata cara ibadah dan Ketuhanan, melainkan terkandung
banyak ilmu dan hikmah di dalamnya yang hingga kini belum seluruhnya terungkap.
Hal ini menunjukkan Al Quran bukan karangan manusia, melainkan firman Allah yang
kebenarannya tak diragukan10. Contoh hubungan ilmu sains dengan Al-Quran.
9
Dikutip langsung dari dekan fakultas ekonomi UII dalam sambutannya
10
Detikinet, 7 fenomena sains yang dijelaskan dalam Al-Quran
11
Al-quran surat Ar-rahman 19-20
2. Api di dasar laut
Seorang ahli geologi asal Rusia Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov seorang ilmuwan
asal AS, menemukan fenomena api di dasar laut. Mereka meneliti kerak Bumi dan
patahannya di dasar laut lepas pantai Miami. Mereka kemudian menemukan lava cair
yang mengalir disertai abu vulkanik yang suhunya mencapai 231 derajat celcius. Fakta
sains ini disebutkan dalam Al Quran surah At-Tur ayat 6.
"Dan laut yang di dalam tanahnya ada api." (QS. At-Tur: 6)12
12
Al-Quran surat at-tur:6
13
Al-quran surat al-anbiya:33
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
14
Syahrin harahap, wahdatul ulum,h. vi