Abstrak
Studi hadist sebagai salah satu bagian islamic studies juga mengalami integrasi dengan sains dan
memperoleh atensi yang kuat dikalangan akademisi. Integrasi agama dan sains adalah metode
atau cara untuk menyatukan antara agama dan sains.Integrasi agama dan sains menjadi dua
entitas yang sama-sama telah mewarnai sejarah kehidupan umat manusia. Karena keduanya
berperan penting dalam peradaban umat manusia. Tulisan makalah ini menjelaskan mengenai
bagaimana integrasi agama dan sains sejarah serta contoh penerapannya dalam kehidupan
sehari-hari
A. Pendahuluan
Hadist merupakan sumber kedua bagi umat Islam setelah Al Quran. Hadits juga
merupakan sumber bagi da’wah dan bimbingan bagi seorangmuslim, ia juga merupakan
sumber ilmu pengetahuan religius (keagamaan), dan sosial yang dibutuhkna umat manusia
untuk meluruskan jalan mereka,membetulkan kesalahan mereka ataupun melengkapi
pengetahuan eksperimentalmereka.
tidak juga dapat ditangkap oleh panca indra kita yang lain. Masalah-masalah ini tidak dapat
kita ketahui melainkan dengan bantuan wahyu ilahi.
Kata intergrasi berasal dari bahasa Inggris yaitu integrate kemudia diserap dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai arti pembaharuan hingga menjadi kesatuan
yang utuh atau bulat.
Selanjutnya datanglah masa pencerahan (aufklarung) pada abad XVII yang dirintis oleh
Isaac Newton (1642-1727), dimana pembahasannya lebih luas mencakup segala aspek kehidupan
manusia. Hal tersebut sebagai perkembangan lebih jauh dari Rasionalisme dan Empirisme dari abad
sebelumnya dimana fokus pembahasannya pada pemberian interpretasi baru terhadap dunia,
manusia, dan Tuhan.
Fisika Aristotelian yang menganggap benda-benda pada dasarnya diam, karena itu
memerlukan gaya sebagai penggerak dari luar yang mendorong dan menarik berkorelasi dengan
filsafat Islam tradisional tentang konsep metafisika Tuhan sebagai Prima Causa alias penyebab
pertama (Kartanegara, 2003). Namun Galileo yang diikuti Newton membalikan visi tersebut.
Menurut Newton benda pada dasarnya bergerak lurus dengan kecepatan tetap. Diam dan gerak
adalah hal yang relatif dan gaya merupakan penyebab perubahan kecepatan, berupa percepatan,
perlambatan. Setiap benda baik bergerak atau diam, saling memengaruhi gerak benda lain dalam
bentuk gaya mekanik. Inilah panangan mekanika Newtonian.
Pandangan fisika Aristotelian tak mungkin ada gerakan tanpa digerakan melalui sentuhan,
maka dikonsepsikan adanya Prima Causa untuk alam semesta pada keseluruhan.Prima Causa
inilah yang diidentifikasikan Tuhan oleh filosof seperti Al-Farabi dan Ibnu Sina (Kartanegara,
2003).
Namun pandangan Newtonian tersebut mengalami perkembangan dengan penemuan teori
relativitas Einstein (khusus dan Umum) sampai pada teori kuantum. Teori relativitas khusus
membongkar absolutisme ruang dan waktu Newtonian. Teori kuantum yang digagas oleh
schrodinger, Heisenberg, dan Dirac meninggalkan ruang mutlak dan gerak pasti dalam mekanika
Newton. Artinya kita harus menerima bahwa gambaran realitas fisik sebagai gambar satu substansi
energi kekal yang perwujudannya beragam formasi dan saling bertransformasi membentuk ruang
berhingga, tapi tak terbatas dengan partikel-partikel titik sebagai simpul-simpul energi yang
bergerak secara tak pasti.
D. Contoh Integrasi Hadist dan Sains
Studi hadis sebagai salah satu bagian islamic studies juga mengalami inte-grasi
dengan ilmu pengetahuan, dan memperoleh atensi yang kuat di kalangan akademisi. Ia
kemudian berdialektika dengan ilmu-ilmu alam (natural sciences) dan ilmu-ilmu sosial
(social sciences) sebagai pengembangan atas hasil yang ditorehkan oleh para ulama pada
era klasik dan pertengahan.
Dalam konteks ini, hasil yang didapatkan oleh para ulama bukan untuk disingkirkan
eksistensinya begitu saja, akan tetapi disempurnakan dan diperbaiki dengan munculnya
Studi Al Quran Hadist (Integrasi Hadist dan Sains)
berbagai macam disiplin keilmuan alam dan sosial. Para ulama pada dasarnya telah bekerja
keras dalam meramu hasil-hasil penting dalam studi hadis. Namun, sikap yang
proporsional adalah tetap mendudukannya dalam paradigma historis, sehingga studi hadis
dapat menerima rekonstruksi dan pembaharuan pemikiran.
Hadits di atas menerangkan betapa pentingnya makan dan minum dalam keadaan
tidak berdiri. Hubungan antara hadis dan sains jelas bukan masalah etika, tetapi justifikasi
ilmiah berdasarkan bahaya minum sambil berdiri. Didalam tubuh manusia terdapat suatu
jaringan penyaring (Filter) yang disebut sringer, berupa struktur maskuler (berotot) yang
dapat membuka (sehingga air kemih dapat lewat) dan menutup kembali. Ginjal memiliki
“pos-pos” penyaringan. Saat kita minum, air akan disalurkan menuju “pos-pos” tersebut.
Sringer ini akan terbuka pada saat kita duduk dan menutup saat kita berdiri. Karena
itu, air yang kamu minum pada saat posisi berdiri, akan langsung masuk hingga ke kantong
kemih tanpa melalui proses penyaringan dan berakibat pada pengendapan di saluran ureter.
Hal ini dapat memicu gangguang ginjal.
Maka sebaliknya, pada posisi duduk, sfringer akan terbuka dan memproses lebih
dulu sebelum disalurkan ke berbagai organ lainnya. Kemudian diolah lagi hingga air masuk
ke kantong kemih.
Dalam buku Makan dan Minum Sambil Berdiri Haramkah, Syafri Muhammad
Noor menjelaskan hikmah dan manfaat kesehatan makan dan minum sambik duduk.
Pertama, menurut dia, kebiasaan minum sambil duduk bermanfaat dalam membantu
menyehatkan ginjal. Kedua, orang yang memiliki kebiasaan minum sambil duduk juga
akan terhindar dari dehidrasi. Dan ketiga, kebiasaan ini juga dapat menghidarkan diri dari
penyakit lambung. Menurut Ana Budi Rahayu, refluks asam lambung dapat disebabkan
salah satunya dari kebiasaan minum dan makan sambil berdiri.
3. Sayap lalat
“Rasulullah saw. bersabda: apabila seekor lalat jatuh di wadah minuman salah
satu dari kalian, maka benamkanlah dan kemudian buanglah, karena sesungguhnya di
salah satu sayapnya ada obat dan di sayap satunya lagi ada penyakit” (HR. Bukhari)
Setelah meneliti hadis-hadis lalat, sebagian ulama menyatakan bahwa obatnya ada
di sayap sebelah kanan dan penyakit ada di sayap sebelah kiri. Pemahaman seperti
ini memang cukup rasional bila dipandang dengan pe-mahaman etis, sebab secara
simbolis, “kanan” merepresentasikan sesuatu yang baik dan “kiri” adalah sesuatu yang
tidak baik. Oleh sebab itu, sayap kanan di-pahami sebagai sayap yang membawa penawar
dan sayap kiri dimaknai sebagai sayap yang mengandung penyakit.
Menurut penuturan al-Najjār, lalat biasa hidup di sampah dan limbah bahan organik
yang mengandung banyak bakteri, virus, dan berbagai mikroba lainnya. Untuk bisa
bertahan hidup, lalat membawa kuman di satu sayap akan tetapi juga membawa
penawar di sayap lainnya. Kebenaran pernyataan Nabi menganai lalat juga telah
dibuktikan oleh eksperimen sekelompok peneliti muslim di Mesir yang membenarkan
Studi Al Quran Hadist (Integrasi Hadist dan Sains)
hal tersebut. Mereka melakukan eksperimen pada wadah berbeda yang berisi air,
madu, dan jus. Jenis cairan itu di-biarkan untuk dihinggapi lalat. Kemudian lalat itu
pun ditenggelamkan di beberapa wadah tersebut. Pemeriksaan mikrospkopis
menunjukkan bahwa cairan yang tidak ada lalat yang ditenggelamkan mengandung
banyak bakteri dan virus, sedangkan yang ditenggelamkan tidak terdapat bakteri dan virus.
E. Kesimpulan
1. Integrasi intrkoneksi sebagai suatu penggabungan dan penyambungan dari berbagai
ilmu umum khususnya ilmu alam dengan ilmu-ilmu agama dalam hal ini yaitu dengan
firman-firman ALLAH (al-qur’an)dan sunah(hadits) nabi Muhammad SAW.
2. Menurut Al-Attas tentang integrasi sains muncul karena tidak adanya landasan pengetahuan
yang bersifat netral, sehingga sains pun tidak dapat berdiri bebas nilai. Menurutnya, ilmu tidak
bebas nilai (value free) akan tetapi syarat nilai (value laden).
3. Contoh intgrasi hadist dan sains seperti larangan minum sambil berdiri, larangan bernafas atau
minum wadah air minum serta obat yang ada di sayap lalat.
Daftar Pustaka
Arifudin, I. (2016). Integrasi Sains dan Agama serta Implikasinya terhadap Pendidikan Islam.
Edukasia Islamika, 161–180.
Benny Afwadzi. (2017). Integrasi Ilmu-Ilmu Alam Dan Ilmu-Ilmu Sosial Dengan Pemahaman
Hadis Nabi: Telaah Atas Konsepsi, Aplikasi, Dan Implikas. Theologia, 28, 351–390.
Faizin, F. (2017). Integrasi Agama dan Sains dalam Tafsir Ilmi Kementerian Agama RI. Jurnal
Ushuluddin, 25(1), 19–33.
Purwaningrum, S. (2015). Elaborasi ayat-ayat sains dalam Al-Quran: Langkah menuju integrasi
agama dan sains dalam pendidikan. Inovatif: Jurnal Penelitian Pendidikan, Agama, Dan
Studi Al Quran Hadist (Integrasi Hadist dan Sains)
Ridwan, I. M. (2020). Harmoni, Disharmoni, dan Integrasi Antara Sains dan Agama. Jurnal
Filsafat Indonesia, 3(1), 8–13.
https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JFI/article/view/22472
Rumondor, P., & Putra, A. (2020). Integrasi Interkoneksi Esensi Pendidikan Islam dalam
Pembelajaran Sains. Prosiding Konferensi Integrasi Interkoneksi Islam Dan Sains, 2(1),
331–341.