1|Page
BAB II
PEMBAHASAN
Ilmu-ilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT,
akan memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi
lingkungannya. Allah berjanji dalam Q.S (Al-Mujadalah):11:
ين هَّللا ُ يَرْ فَ ِع Aَ َد َر َجاتٍ ْال ِع ْل َمُأوتُوا َوالَّ ِذ
َ ين ِم ْن ُك ْمَآ َمنُوا الَّ ِذ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang
diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Integrasi sinergis antara Agama dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan
menghasilkan sumber daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan
diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi
dianggap sebagai Agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan
2|Page
diri di berbagai bidang kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu dan
teknologi.
Agama, dalam hal ini Islam sebagai paradigma, saat ini masih sebagai justifikasi atau
pembenaran terhadap konsep-konsep sains dan belum menjadi paradigma keilmuan yang
menyeluruh (holistik). Orientasi dan sistem pedidikan di sekolah antara ilmu Agama dan
ilmu umum haruslah diintegrasikan secara terpadu dalam sebuah proses pelarutan,
maksudnya antara Agama dan sains dapat disinergikan secara fleksibel, dan link and match.
Integrasi sains dan Agama memiliki nilai penting untuk menghilangkan anggapan antara
Agama dan sains adalah dua hal yang tidak dapat disatukan, dan untuk membuktikan bahwa
Agama (Islam) bukan Agama yang kolot yang tidak menerima kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, melainkan Agama yang terbuka dan wahyu (al-qur’an) merupakan sumber
atau inspirasi dari semua ilmu.
Sebagai seorang muslim yang mesti kita pikirkan bahwa penyebab Islam dalam kondisi
terpuruk dan terbelakang dalam konteks sains adalah “kalau bangsa-bangsa lain sudah
berhasil membangun stasiun luar angkasa dan sudah berpikir tentang bagaimana
mengirimkan pesawat rung angkasa berawak ke Mars, Umat kita (Islam) masih sibuk untuk
menyelesaikan problem-problem yang semestinya sudah tidak perlu dipersoalkan seperti
halnya kunut, bid’ah, do’a jama’ah, zikir ba’da shalat, dan lain sebagainya“.
Melirik sejarah Peradaban Islam (Sains) pada antara abad 8-12M kita dapat mengenal
sejumlah figur intelektual muslim yang menguasai dua disiplin ilmu, baik ilmu Agama
maupun ilmu umum (sekalipun pada hakikatnya dalam pandangan Islam ilmu umum itu
juga merupakan ilmu Agama, merupakan kalam tuhan yang kauniyah/ tersirat) sebut saja
misalnyaIbn Sina (370-428/980-1037), al-Ghazali (450-505/ 1059-1111) Ibn Rusd, Ibn
Thufaildan lain sebagainya. Mereka adalah para figur intelektual muslim yang memiliki
kontribusi besar terhadap kemajuan-kemajuan dunia Barat modern sekarang ini. Jika pada
awalnya kajian-kajian kelslaman hanya berpusat pada Alquran, Hadis, Kalam, Fiqih dan
Bahasa, maka pada periode berikutnya, setelah kemenangan Islam di berbagai wilayah,
kajian tersebut berkembang dalam berbagai disiplin ilmu: fisika, kimia, kedokteran,
astronomi, dan ilmu-ilmu sosial lainnya.
Melihat fenomena sebagaimana diatas Neneng Dara Affiah menyatakan bahwa
munculnya para ilmuan barat adalah merupakan hasil dari karya-karya intelektual muslim
3|Page
yang direbut pada masa kegelapan umat muslimin atau setelah perang salib dan menurut
beliau inilah yang mesti direbut kembali dengan dalih ilmu itu merupakan daur (berputar)
mulai dari Yunai berpindah ke Bangsa Arab (Islam) dan sekarang di kuasai oleh Negara-
negara Barat yang insyaAlloh akan dapat kita raih kembali.
Para ilmuwan muslim juga menggarisbawahi pentingnya mengamalkan ilmu. Dalam
konteks ini, ditemukan ungkapan yang dinilai oleh sementara pakar sebagai hadis Nabi Saw.
Sebagian ulama merujuk kepada al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 282 untuk memperkuat
hadis tersebut:
٢٨٢﴿ ا هّللا َ َويُ َعلِّ ُم ُك ُم هّللا ُ َوهّللا ُ بِ ُك ِّل ش َْي ٍء َعلِي ٌم:ْ…﴾ َواتَّقُو
Terjemahnya: … Dan bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha
Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. al-Baqarah/2: 282).
4|Page
yang dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang
dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman makna.
c) Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan
mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan
disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan
yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai
dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa
terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan,
lingkungan dan sebagainya.
5|Page
tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada
problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai
ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari
ilimu itu untuk ilmu.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pengertian integrasi sains dan teknologi dengan Islam dalam konteks sains modern bisa
dikatakan sebagai profesionalisme atau kompetensi dalam satu keilmuan yang bersifat duniawi
di bidang tertentu dibarengi atau dibangun dengan pondasi kesadaran ketuhanan. Kesadaran
ketuhanan tersebut akan muncul dengan adanya pengetahuan dasar tentang ilmu-ilmu Islam.
Oleh sebab itu, ilmu-ilmu Islam dan kepribadian merupakan dua aspek yang saling menopang
6|Page
satu sama lain dan secara bersama-sama menjadi sebuah fondasi bagi pengembangan sains dan
teknologi. Bisa disimpulkan, integrasi ilmu berarti adanya penguasaan sains dan teknologi
dipadukan dengan ilmu-ilmu Islam dan kepribadian Islam.
Dengan integrasi pendidikan agama Islam dengan sains dan teknologi diharapkan
pembelajaran yang dilaksanakan menjadi lebih bermakna dan mudah dipahami. Sehingga tujuan
pendidikan agama Islam dalam mengarahkan peserta didik untuk mengenal, memahami,
menghayati, hingga mengimani, bertaqwa, dan berakhlak mulia dalam mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya yaitu kitab suci Al-Quran dan Al-Hadits, melalui kegiatan
bimbingan pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman dapat terlaksana.
Selain memberi panduan hidup kepada manusia agar menjadi manusia yang bertaqwa yang
dapat selamat dan menyelamatkan, Al-Qur’an banyak terkandung informasi-informasi ilmiah.
Walaupun Al-Qur’an bukan merupakan kitab sains dan teknologi, ia banyak memuat informasi
sains dan teknologi, tapi ia hanya menyatakan bagian-bagian asas yang sangat penting saja dari
ilmu-ilmu dan teknologi yang dimaksud. Al Qur’an juga mendorong umat Islam untuk belajar,
mengkaji dan menganalisa alam ciptaan Allah ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://inggitanggara.wordpress.com/2012/12/13/integrasi-pendidikan-agama-islam-
dengan-sains-dan-teknologi/
http://muhamad-abdorin.blogspot.com/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html
7|Page