DOSEN:
1.AFRIYANTI
2.YUNISA
3.DEVI PUTRI
FAKULTAS EKONOMI
PRODI AKUNTANSI
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan karunia-Nya kepada kita. Sehingga pemakalah dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Etika pengembangan dan penerapan
ipteks dalam pandangan Islam “M a k a l a h i n i d i s u s u n u n t u k
m e m e n u h i t u g a s m a t a A i k Shalawat beriring salam untuk Rasul
pemimpin umat yakni Nabi Muhammad SAW,yang telah membawa umatnya dari
alam Jahiliyah ke alam yang Islamiyah dan dari alam kegelapan ke alam yang
terang dan berilmu pengetahuan seperti saat ini.Dalam pembuatan makalah ini,
banyak proses pemakalah lakukan untuk mencari bahan bacaan. Namun
berkat kerja sama anggota kelompok dan kepada semua pihak yang
membantu dari segi moril maupun materi, sehingga makalah ini dapat
diselesaikan penulis sesuai jadwal yang telah ditentukan. Semoga makalah ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Baubau, 24 Maret2024
BAB II
Pendahuluan
A.Latar Belakang
Ilmu dalam prosesnya telah menciptakan peradaban bagi manusia, mengubah wajah
dunia, dan masuk ke setiap lini kehidupan sebagai sarana yang membantu manusia dalam
mencapai tujuan hidupnya. Sehingga manusia berhutang banyak terhadap ilmu. Namun,
ketika ilmu berbalik menjadi musibah bagi manusia, di saat itulah dipertanyakan kembali
untuk apa seharusnya ilmu itu digunakan. Dalam persoalan ini, maka ilmuwan harus
kembali pada persoalan nilai dan etika dalam bingkai ilmu agar ilmu tidak bergerak ke arah
yang membahayakan. Mengadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya
mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai mempertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu
itu dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan dan ke arah mana
perkembangan ilmu yang seharusnya. Pertanyaan yang semacam ini jelas tidak metupakan
urgensi bagi keilmuan. Namun pada abad ke-20 para ilmuwan mencoba menjawab
pertanyaan ini dengan berpaling pada hakikat moral.
B Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksudkan sinergi ilmu dan pengintegrasiannya dengan nilai dan ajaran
Islam?
2.Apa itu paradigma ilmu tidak bebas nilai (value bound)?
C.Tujuan
4.Menjadikan etika Islam sebagai landasan utama dalam penerapan Ilmu Pengetahuan,
terutama dalam menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan yang bersesuaian dengan
fitrah penciptaan manusia.
Bab II
PEMBAHASAN
Integrasi sinergis antara ajaraan Islam dan ilmu pengetahuan secara konsisten akan
menghasilkan sumber daya yang handal dalam mengaplikasikan ilmu yang dimiliki dengan
diperkuat oleh spiritualitas yang kokoh dalam menghadapi kehidupan. Islam tidak lagi
dianggap sebagai agama yang kolot, melaikan sebuah kebutuhan untuk mengaktualisasikan
diri di berbagai bidang kehidupan, dan sebagai fasilitas untuk perkembangan ilmu dan
teknologi (Turmudi, 2006). Islam mementingkan pengembangan dan penguasaan Iptek untuk
menjadi sarana ibadah-pengabdian Muslim kepada Allah SWT dan mengembang amanat
khalifatullah (wakil/mandataris Allah) di muka bumi untuk berkhidmat kepada kemanusiaan
dan menyebarkan rahmat bagi seluruh alam (Rahmatan lil ’Alamin). Ada lebih dari 800 ayat
dalam Al-Qur‟an yang mementingkan proses perenungan, pemikiran dan pengamatan
terhadap berbagai gejala alam, untuk ditafakuri dan menjadi bahan dzikir (ingat) kepada
Allah. Dalam pengertian Islam akal bukanlah otak tetapi daya fikir yang terdapat dalam jiwa
manusia untuk memperoleh pengetahuan dengan memperhatikan alam sekitar. Dalam Al-
quran banyak sekali anjuran terhadap umat Islam untuk memnggunakan akal dalam
menangkap sinyal keagungan Tuhan. Al-quran selain memiliki dimensi yang normatif juga
memiliki dimensi yang menggiring manusia untuk selalu berpikir dengan menggunakan
akalnya. Sebagaimana termaktub dalam QS. Al Mujadillah ayat 11: “Allah akan mengangkat
derajat orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan beberapa derajat.” Dalam Al-
Qur‟an banyak sekali ditemukan idiom-idiom dan anjuran bagi umat Islam untuk berbuat
secara empirik-praktis dengan cara meneliti, mencari data dari alam sekitar semisal
pergantian malam dan siang, proses kehidupan biologis, dan misteri alam semesta.
Penggunaan akal dalam Islam tidak hanya bersifat teoritis tetapi telah dipraktekkan dalam
sejarah pembangunan peradaban Islam. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Alaq ayat
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan.” (Q.S. Al-Alaq [96]: 1
a. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-
analitis.Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil peny
elidikan untuk kepentingan-kepentingan manusia. dari ilmu ini pula disusun teori-teori ya
ng ilmiah agar dapat diturunkan pengentahuan –pengetahuan terapan yang bersifat
teknis .Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia untuk
mengola dunia atau alamnya.
.c. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. aitu membongkar penindasan dan mendewas
akanmanusia pada otonomi dirinya sendiri. sadar diri amat dipentingkan di
sini. Aspek sosial yangmendasarinya adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan
yang dike&ar adalah pembebasan atau
emansipasi manusia.Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu
terkait dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu
&elas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan
politik,ekonomi,sosial,keagamaan,lingkungan dan sebagainya..
d.Izzah. Perasaan mulia yang merupakan fadhilah paling spesifik bagi kau
m muslimin secara umum. Izzah di sini adalah perasaan diri mulia ketika menghadapi
orang-orang yang takabbur atau orang yang berbangga dengan kekayaan, keturunan, k
ekuatan atau kebanggaankebanggaan lain yang bersifat duniawi. Izzah adalah bangga
dengan iman dan bukan dosa dan permusuhan. Suatu perasaan mulia yang bersumber
dari Allah dan tidak mengharapkan apapun dari manusia, tidak menjilat kepada orang
yang berkuasa.
“Barangsiapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semu
anya. Kepada-Nya-lah naik perkataan-perkataan
yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. Dan orang-orang yang merencanakan
kejahatan bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur.” (QS.
Faatir ;10)