Anda di halaman 1dari 11

Aku, kamu, dan Mereka

Hamba Sejati; Tak mengharap kecuali pada Rabbnya; tak


mengkhawatirkan kecuali dosanya. - Ali Bin Abi Thalib-
Minggu, 14 April 2013

Makalah Filsafat Ilmu : Ilmu yang bebas nilai dan tanggung jawab
sosial

KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta karunia-Nya kepada saya sehingga, saya berhasil menyelesaikan Makalah ini

yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang bertema “ILMU YANG BEBAS NILAI

DAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL

Makalah ini disusun untuk melengkapi tugas Filsafat. Dalam Penulisan makalah

ini Kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan

maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki penyusun.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat berguna untuk para pembaca.


Jakarta, November 2012

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

Sekarang ini ilmu sudah berada di ambang kemajuan yang mempengaruhi


reproduksi dan penciptaan manusia itu sendiri. Ilmu tidak hanya menimbulkan
gejala dehumanisasi namun bahkan dapat mengubah hakiki kemanusiaan itu
sendiri, dengan kata lain ilmu bukan lagi merupakan sarana ynag membantu
manusia mencapai tujuan hidupnya tetapi dapat juga menciptakan tujuan hidupnya.
Mengadapi kenyataan seperti ini, ilmu yang pada hakikatnya mempelajari
alam sebagaimana adanya, mulai mempertanyakan untuk apa sebenarnya ilmu
itu dipergunakan? Dimana batas wewenang penjelajahan keilmuan dan ke arah
mana perkembangan ilmu yang seharusnya. Pertanyaan yang semacam ini jelas
tidak metupakan urgensi bagi keilmuan. Namun pada abad ke-20 para ilmuwan
mencoba menjawab pertanyaan ini dengan berpaling pada hakikat moral.
Sejak saat itu, ilmu sudah terkait dengan masalah- masalah moral dalam
perspektif yang berbeda. Contoh : Ketika Copernicus ( 1473-1543) mengajukan
teorinya tentang kesemestaan alam dan menemukan bahwa bumi yang berputar
mengelilingi matahari. Berbeda dengan pendapat ajaran agama, sehingga terjadi
interaksi anatara ilmu dan moral (yang bersumber pada ajaran agama) yang
berkonotasi metafisik. Secara metafisik, ilmu ingin mempelajari alam sebagaimana
adanya, sedangkan pihak lain terdapat keinginan agar ilmu mendasarkan pada
kenyataan- kenyataan (nilai- nilai ) yang terdapat dalam ajaran- ajaran di luar
bidang keilmuan, diantaranya yaitu agama.
Dari kasus Copernicus tersebut, pada dasarnya mencerminkan suatu
pertentangan antara ilmu yang ingin terbebas dari nilai- nilai diluar bidang
keilmuan dengan ilmu yang berlandaskan pada nilai- nilai di luar bidang keilmuan.
Pada makalah ini, akan dijelaskan mengenai paradigma tentang ilmu.

BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian Ilmu
Rasionalisasi limu pengetahuan terjadi sejak Rene Descartes dengan sikap
skeptic-metodisnya meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya yang sedang ragu-
ragu (cogito ergo sum). Sikap ini berlanjut pada Auf Klarung, suatu era yang
merupakan suatu usaha manusia untuk mencapai rasional tentang dirinya dan alam.
Istilah ilmu dalam pengertian klasik diartikan sebagai pengetahuan tentang
sebab – akibat atau asal usul. Guston Buchelard menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan adalah suatu produk pemikiran manusia yang sekaligus menyesuaikan
antara hukum-hukum pemikiran dengan dunia luar.
Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal,
yakni produk-produk, proses dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk,
artinya pengetahuan yang telah diketahui serta diakui kebenarannya oleh
masyarakat ilmuwan. Ilmu pengetahuan sebagai poses, artinya kegiatan
kemasyarakatan yang di lakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami
sebagaimana adanya bukan sebagaimana yang dikehendaki.
Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat, artinya dunia pergaulan yang tindak
tanduknya, perilaku dan sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan
yaitu: universalisme, komunalisme, tanpa pamrih dan skeptisisme yang teratur.
1.Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu, yaitu : Ilmu
pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis
koheren.
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih karena erat kaitannya dengan tanggung jawab
ilmuan.
3.Universalitas ilmu pengetahuan.
4.Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak di distorsi oleh
prasangka-prasangka subjektif.
5.Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah bila
mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru
lagi.
7. Kritis, tidak ada teori ilmiah yang difinitif.
8.Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan antara teori
dengan praktis ( dalam Rizal Mustansyir,dan Misnal Munir, Filsafat Ilmu, hlm.
140-141).
Dalam pembahasan tentang lmu seringkali kita dihadapkan dengan
paradigma bebas nilai dalam ilmu. Dalam bahasa Inggris paradigma bebas nilai
disebut denganvalue free, mengatakan bahwa ilmu dan juga tekhnologi bersifat
otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama sekali denga nilai.
Pembatasan-pembatasan etis hanya akan menghalangi eksplorasi pengembangan
ilmu. Bebas nilai berarti semua kegiatan yang terkait dengan penyelidikan ilmiah
harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu dikatakan bernilai karena
menghasilkan pengetahuan yang dapat dipercaya kebenarannya, yang obyektif,
yang terkaji secara kritik.
B.Pengertian Nilai
Filsafat sebagai “phylosophy of life” mempelajari nilai-nilai yang ada dalam
kehidupan dan berfungsi sebagai pengontrol terhadap keilmuan manusia. Teori
nilaiberfungsi mirip dengan agama yang menjadi pedoman kehidupan manusia.
Dalam teori nilai terkandung tujuan bagaimana manusia mengalami kehidupan dan
memberi makna terhadap kehidupan ini.

Nilai, bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang sungguh-sungguh berupa
kenyataan, bersembunyi dibalik kenyataan yang tampak, tidak tergantung pada
kenyataan- kenyataan lain, mutlak dan tidak pernah mengalami perubahan
(pembawa nilai bisa berubah).
C. Paradigma Ilmu
Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free) dan
ilmu terikat nilai/ ilmu tak bebas nilai (value bound). Berikut penjelasan

1. Paradigma Ilmu Bebas Nilai


Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom
tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti semua
kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada hakikat ilmu
itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktro eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu itu sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor
sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:
1. a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai.
Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti
faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
2. b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu
terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia dan
penentuan diri.
3. c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering
dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat
universal.

Dalam pandanagn ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat
dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang
hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini adalah teknologi air
condition, yang ternyata berpengaruh pada pemansan global dan lubang ozon
semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk
pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang
ditimbulakan pada lingkungan sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis
dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap nilai ekologis tersebut
menghambat perkembangan ilmu. Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilimu itu
untuk ilmu.
2. Paradigma Ilmu Tidak Bebas Nilai
Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu
terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek
nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial, religius,
dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen
Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas
nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga membedakan
ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-masing;
1. a. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja
secara empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara
empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-kepentingan
manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah agar dapat
diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis.
Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya manusia
untuk mengelola dunia atau alamnya.
2. b. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana
yang pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan
sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya, memperlancar
hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah
hubungan sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh
pengetahuana ini adalah pemahaman makna.
3. c. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar
penindasan dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri.
Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya
adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah
pembebasan atau emansipasi manusia.
4. Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu
terkait dengan nilai dan harus di kembangkan dengan
mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-
nilai kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan,
lingkungan dan sebagainya.
5.
6. D. Kaitan Ilmu
7. Di dunia modern ini, ilmu sangatlah mendominasi. dipandang dari
segi masa depan, ilmu dianggap sebagai sumber nasihat tentang
perilaku. Dalam pandangan Habermas, jelas sekali bahwa ilmu sendiri
dikonstruksi untuk kepentingan-kepentingan tertentu, yakni nilai relasional
antara manusia dan alam, manusia dan manusia, manusia dan nilai
penghormatan terhadap manusia. Jika lahirnya ilmu itu terkait dengan nilai,
maka ilmu itu sendiri tidak mungkin bekerja terlepas dari nilai.
8. Tanggungjawab ilmu pengetahuan dan tekhnologi menyangkut
tanggungjawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi di masa-masa lalu. Tanggung jawab etis tidak
hanya menyangkut mengupayakan penerapan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi secara tepat dalam kehidupan manusia. Kaitan ilmu terhadap
nilai-nilai membuatnya tak terpisahkan dengan nilai

E. Ciri Bebas Nilai beserta Contoh


Dikatakan bebas nilai jika kolompok kajiannya itu ilmu eksata. Karena ilmu
eksakta itu bersifat ilmiah dan selalu bisa berubah definisinya terhadap sesuatu jika
sesuatu tersebut bisa dibuktikan definisinya secara ilmiah. Serta pokok kajiannya
tidak terbatas “ bebas nilai”
Contohnya : zaman dahulu orang beranggapan bahwa bumi itu pusat tata surya,
tetapi setelah ditemukannya teropong, anggapan tersebut musnah dan digantikan
dengan matahari sebagai pusat tata surya
Dikatakan tidak bebas nilai jika kelompok kajiannya itu ilmu sosial, karena ilmu
sosial memiliki bahan kajian yang sempit, oleh katena itu dikatakan tidak bebas
nilai.
Contohnya: jika seorang ahli dibidang sosial mengatakan bahwa manusia itu
adalah mahluk sosial, maka hanya sebatas itu kajiannya tidak menyebar ke kajian
yang lain.

F. Contoh Tanggung Jawab Sosial


Dikatakan bebas nilai jika kolompok kajiannya itu ilmu eksata. Karena ilmu
eksakta itu bersifat ilmiah dan selalu bisa berubah definisinya terhadap sesuatu jika
sesuatu tersebut bisa dibuktikan definisinya secara ilmiah. Serta pokok kajiannya
tidak terbatas “ bebas nilai”
Contohnya : zaman dahulu orang beranggapan bahwa bumi itu pusat tata surya,
tetapi setelah ditemukannya teropong, anggapan tersebut musnah dan digantikan
dengan matahari sebagai pusat tata surya
Dikatakan tidak bebas nilai jika kelompok kajiannya itu ilmu sosial, karena ilmu
sosial memiliki bahan kajian yang sempit, oleh katena itu dikatakan tidak bebas
nilai.
Contohnya: jika seorang ahli dibidang sosial mengatakan bahwa manusia itu
adalah mahluk sosial, maka hanya sebatas itu kajiannya tidak menyebar ke kajian
yang lain.

BAB III
KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari, niali berfungsi mirip dengan agama


yang menjadi pedoman kehidupan manusia. Dalam teori nilai terkandung tujuan
bagaimana manusia mengalami kehidupan dan memberi makna terhadap
kehidupan ini. Nilai bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang sungguh-
sungguh berupa kenyataan, bersembunyi dibalik kenyataan yang tampak, tidak
tergantung pada kenyataan- kenyataan lain, mutlak dan tidak pernah mengalami
perubahan.

Dalam filsafat terdapat dua pandangan menenai ilmu, yaitu ilmu bebas nilai
dan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai. Ilmu bebas nilai mengemukakan bahwa
antara ilmu dan nilai tidak ada kaitannya, keduanya berdiri sendiri. Menurut
pandangan ilmu bebas nilai, dengan tujuan mengembangkan ilmu pengetahuan kita
boleh mengeksplorasi alam tanpa batas dan tdak harus memikirkan nilai-nilai yang
ada, karena nilai hanya akan menghambat perkembangan ilmu.
Menurut pandangan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai, ilmu itu selalu terkait
dengan nilai-nilai. Perkembangan ilmu selalu memperhatikan aspek nilai yang
berlaku. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial,
religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA
Ghozali Bachri, dkk. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga.
Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta : Tiara
Wacana
Surajiyo. 2007. Suatu pengantar Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia.Jakarta : Bumi aksara.
Beerling, Kwee, Mooij Van Peursen. 1986. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta :
Tiara wacana.
http : blogpendidikan.com/info/ilmu_bebas_nilai
www.magri.undip.ac.id/images/stories/prof_soedharsono.ppt
http://muhamad-abdorin.blogspot.com/2012/05/ilmu-bebas-nilai.html

Diposkan oleh Fitria Cahya Ningrum di 06.13

http://apaitupelangiharapan.blogspot.com/2013/04/makalah-filsafat-ilmu-ilmu-yang-bebas.html

Anda mungkin juga menyukai