Anda di halaman 1dari 3

Resume Materi Pertemuan II : Sejarah Perkembangan Sosiologi

1. Auguste Comte (1798-1853)


 Pertama kali memakai istilah Sosiologi
 Tiga tahap perkembangan intelektual, yaitu : tahap teologis/ fiktif, tahap
metefisik, tahap positif
 Membedakan sosiologi antara sosiologi statis dengan sosiologi dinamis
didasarkan pada pengamatan, perbandingan, eksperimen, dan metode historis
secara sistematik. Objek yang dikaji harus berupa fakta, objektif, bermanfaat,
serta mengarah pada kepastian dan kecermatan
2. Edward Buckle (1821-1862)
Pengaruh keadaan alam terhadap masyarakat. Seperti terjadinya bunuh diri akibat
rendahya penghasilan dan rendahnya penghasilan tergantung pada keadaan alam
(iklim dan tanah). Taraf kemakmuran masyarakat tergantung pada keadaan alam
dimana masyarakat hidup.
3. Le Play (1806-1888)
Organisai keluarga ditentukan oleh cara-cara mempertahankan kehidupannya yaitu
cara mereka bermata pencaharian. Hal tersebut ditentukan pada lingkungan timabal
balik antara faktor-faktor tempat, pekerjaan, dan manusia (atau masyarakat). Atas
dasar faktor-fator tersebut, maka dapatlah diketemukan unsur-unsur yang menjadi
dasar adanya kelompok-kelompok yang lebih besar, yang memerlukan analisis
terhadap semua lembaga-lembaga politik dan sosial suatu masyarakat tertentu.
4. Herbert Spencer (1820-1903)
 Masyarakat atas dasar data empiris yang konkret
 Suatu organisme akan bertambah sempurna apabila bertambah kompleks
dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya.
 Masyarakat tanpa diferensiasi pada tahap pra industri secara intern tidak stabil
karena tertlibat dalam pertentangan-pertentangan di antara mereka sendiri.
Bahwa masyarakat industri yang telah terdiferensiasi dengan mantap, akan ada
stabilitas yang menuju pada keadaan hidup yang damai (Principles of
Sociology ,3 jilid.
 Menerapkan teori evolisi organik pada masyarakat manusia dan
mengembangkan teori besar tentang evolusi sosial yang diterima secara luas
beberapa puluh tahun kemudian.
5. W.G. Summer (1840-1910)
 Hasil karyanya yaitu Folkways yaitu kebiasaan-kebiasaan sosial yang timbul
secara tidak sadar dalam masyarakat, yang merupakan bagian dari tradisi.
Kaidah-kaidah tersebut dinamakan tata kelakuan (mores)
 Membedakan masyarakat antara kelempok sendiri (in-groups) dengan
kelompok luar (out-groups).
6. Emile Durkheim (1855-1917)
 Hasil karyanya yang berjudul Divison of Labor (Pembagian Kerja)
 Membedakan masyarakat antara masyarakat yang berciriakan solidaritas
mekanis (masyarakat pedesaan) dan solidaritas organis (masyarakat
perkotaan).
 Apabila solidaritas mengalami kemunduran maka mungkin timbul anomie,
dimana para warga masyarakat tidak lagi mempunyai pedoman untuk
mengukur kegiatan-kegiatannya dengan nilai dan norma yang ada.
 Didalam masyarakat terdapat kaidah-kaidah hukum dalam bentuk sanksi yang
represif (solidaritas mekanis) dan sanksi yang restitutif (solidaritas organis).
7. Ferdinand Tonnies (1855-1936)
 Bagaimana warga suatu kelompok mengadakan hubungan dengan sesamanya.
 Dasar hubungan tersebut disatu pihak adalah faktor perasaan, simpati pribadi,
dan kepentingan bersama. Dilain pihak dasarnya adalah kepentingan-
kepentingan rasional dan ikatan-ikatan yang tidak permanen sifatnya.
 Bentuk kehidupan sosial yang pertama dinamakannya paguyuban
(gemeinschaft), sedangkan yang kedua adalah patembayan (gesellschaft).
8. Georg Simmel (1858-1918)
 Elemen-elemen masyarakat mencapai esatuan melalui bentuk-bentuk yang
mengatur hubungan antara elemen-elemen tersebut.
 Lembaga di dalam masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas,
subordinasi dan konflik.
 Semua hubungan-hubungan sosial, keluarga, agama, peperangan,
perdagangan, kelas-kelas dapat diberi karaktersitik menrurt salah satu bentuk
diatas atau ketiga-tiganya.
 Seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses individualisasi
dan sosialisasi.
9. Leopold von Wiese (1876-1961)
 Sosiologi harus memusatkan perhatian pada hubungan-hubungan antar
manusia tanpa mengkaitkannya dengan tujuan-tujuan maupun kaidah-kaidah.
 Sosiologi harus mulai dengan pengamatan terhadap perilaku kongkret tertentu.
 Ajarannya bersifat empiris dan berusaha untuk mengadakan kuantifikasi
terhadap proses-proses sosial yang terjadi.
 Proses-proses sosial merupakan hasil perkalian dari sikap dan keadaan, yang
masing-masing dapat diuraikan ke dalam unsur-unsurnya secara sistematis.
10. Alfred Vierkandt (1867-1953)
 Sosiologi menyoroti situasi-situasi mental. Situasi tersebut tak dapat dianalisis
secara tersendiri, tetapi merupakan hasil perilaku yang timbul sebagai akibat
interaksi antar individu dan kelompok dalam masyarakat.
 Sosiologi harus memusatkan perhatiannya terhadap kelompok-kelompok
sosial.
11. Gabriel Tarde (1843-1904)
Gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari interaksi antara jiwa-jiwa
individu, di mana jiwa tersebut terdiri dari kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-
keinginan. Atau dengan kata lain menjelaskan gejala-gejala sosial di dalam kerangka
rekasi-rekasi psikis seseorang.
12. Richard Horton Cooley (1864-1924)
 Individu dan masyarakat saling melengkapi, di mana individu hanya akan
menemukan bentuknya di dalam masyarakat.
 Karyanya Social Organization.
 Mengembangkan konsep kelompok utama (primary group), yang ditandai
dengan hubungan antarapribadi yang dekat sekali.
13. L.T. Hobhouse (1864-1929)
 Menolak penerapan prinsip-prinsip biologis terhadap studi masyarakat
manusia, psikologi dan etika merupakan kriteria yang diperlukan untuk
mengukur perubahan sosial.
 Memusatkan perhatiannya terhadap kondisi-kondisi psikologis kehidupan
sosial.
14. Karl Marx (1818-1883)
 Mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu
teori tentang perubahan yang menunjukkan perkembangan masyarakat menuju
suatu keadaan di mana ada keadilan sosial.
 Masyarakat terbagi atas kelas borjuis (kelas atas) dan kelas proletar (kelas
bawah)
15. Max Weber (1864-1920)
 Mengembangkan meteode penelitian kualitatif
 Tipe ideal aksi sosial :
a. Aksi yang bertujuan, yakni tingkah laku yang ditujukan untuk
mendapatkan hasil-hasil yang efisien.
b. Aksi yang berisikan nilai yang telah ditentukan, yang diartikan sebagai
perbuatan untuk merealisasikan dan mencapai tujuan.
c. Aksi tradisional yang menyangkut tingkah laku yang melaksanakan suatu
aturan yang bersanksi.
d. Aksi yang emosional, yaitu yang menyangkut perasaan seseorang
 Tipe Ideal Hukum
a. Hukum irasional dan materiil, yaitu dimana pembentuk undang-undang
dan hakim mendasarkan keputusan-keputusannya semata-mata pada nilai-
nilai emosional tanpa menunjuk pada suatu kaidahpun.
b. Hukum irasional dan formal, yaitu dimana pembentuk undang-undang dan
hakim berpedoman pada kaidah-kaidah di lauar akal karenadidasarkan
pada wahyu atau ramalan.
c. Hukum rasional dan materiil, dimana keputusan-keputusan para
pembentuk undang-undang dan hakim menunjuk pada suatu kitab suci,
kebijaksanaan-kebijaksanaan penguasa dan ideologi.
d. Hukum rasional dan formal, yaitu dimana hukum dibentuk semata-mata
atas dasar konsep-konsep abstrak dari ilmu hukum.

Anda mungkin juga menyukai