Anda di halaman 1dari 24

Inisiasi Tuton ke – 5

Mata Kuliah : Kriminologi


Program Studi : Ilmu Hukum
Fakultas : HISIP
Penulis : Elizabeth Ghozali
Email : ibethghoz@gmail.com
Penelaah : ------
Emai : ------
PENGGOLONGAN AJARAN
TENTANG ETIOLOGI KRIMINAL

 Etiologi Kriminal  usaha secara ilmiah untuk mencari sebab-sebab kejahatan.

 Dalam Sejarah Kriminologi Terdapat 2 (Dua) Teori Dasar tentang Kejahatan


1. Spiritual Explanation (Spiritistik/Demonologik)  bencana/crime sebagai akibat dari
kekuatan spiritual
Pemikiran Klasik

2. Natural Explanation Determinisme Biologis

Determinisme Kebudayaan
Natural Explanation
Penjelasan

Pemikiran Klasik
 Kecerdasan & rasionalitas adalah ciri fundamental manusia dan dasar untuk menerangkan
tingkah laku manusia.
 Kejahatan dipandang sebagai hasil pilihan bebas dari individu dalam menilai untung ruginya
melakukan kejahatan.
 Kata-kata yang mengambil artinya dari konsep ini adalah: rationalisme, hedonisme,
utilirianisme, kontrak sosial dalam hubungannya dengan indeterminisme, dan free will atau
kehendak bebas.
Natural Explanation
Penjelasan

Determinisme Biologis

 Manusia merupakan suatu organisme-biologis, suatu bagian dari dunia makhluk biologis.
Oleh karena itu, manusia tunduk pada pembatasan-pembatasan dan pengontrolan dari hukum
biologis (determinisme biologis).
 Manusia bukanlah suatu makhluk yang dapat bebas menentukan segala sesuatunya
berdasarkan kemauan dan kepandaiannya, namun manusia adalah makhluk yang dibatasi
tindakannya, oleh organisme biologisnya.
 Kejahatan harus dicari dalam sifat-sifat individu, yaitu dengan mencari kelainan-kelainan
pokok yang membedakan antara penjahat dengan yang bukan penjahat.
Natural Explanation
Penjelasan

Determinisme Kebudayaan

 Tindakan manusia selalu berkaitan dengan dunia kebudayaan sosialnya dimana ia hidup
(determinisme kebudayaan).
 Dunia kebudayaan itu relatif dan terpisah dari dunia biologi
 Perubahan dalam dunia kebudayaan tidak menimbulkan perubahan langsung dan segera
pada dunia biologi. Demikian juga sebaliknya.
 Kejahatan dilihat sebagai suatu aspek dari pertumbuhan dan pertentangan untuk memperoleh
kekuasaan, di antara kelompok dan kekuatan dalam masyarakat.
 Perbedaan individual tidak begitu penting dalam menjelaskan kejahatan.
Penggolongan (Tipologi) Ajaran Tentang Etiologi Krimina
(menurut beberapa ahli)

1. Penggolongan Sutherland
2. Penggolongan Barnes & Teeters
3. Pengolongan Bonger
Penggolongan (Tipologi) Ajaran Tentang Etiologi Krimina
(menurut beberapa ahli)
Sutherland

Ajaran Kartografis Ajaran Ajaran


Ajaran Klasik Ajaran Sosialis
(Geografis) Tipologis Sosiologis

Ajaran Statistik
Lombroso Demografi

Ajaran Mental
Patologi Sosial
Tester

Ajaran Psikiatri
Penggolongan Etiologi Kriminal
Penjelasan (menurut Sutherland)

1. Ajaran Klasik
• Seseorang melakukan tindakan atau perbuatan berdasarkan pertimbangan untuk
memilih kesenangan (pleasure) atau sebaliknya yaitu penderitaan.
• Pelaku memiliki kehendak bebas
• Persoalan sebab kejahatan telah dijawab secara sempurna sehingga tidak
diperlukan lagi penelitian untuk menggali sebab musabab kejahatan.
• Tokohnya adalah Becaria

2. Ajaran Kartografis (Geografis)


• Mula-mula memikirkan distribusi kejahatan di dalam lingkungan tertentu pada
wilayah-wilayah geografis dan sosiologis.
• Kemudian penganut mazhab ini berpendapat bahwa segala kejahatan sebagai
ekspresi kondisi sosial tertentu
• Melakukan penyusunan statistik kriminal
• Penganut ajaran ini: Quetelet, Guerry.
Penggolongan Etiologi Kriminal
Penjelasan (menurut Sutherland)

3. Ajaran Sosialis
• Mengacu pada ajaran Karl Marx dan Friedrich Engels (1850) yang berdasarkan
pada determinisme ekonomi.
• Kriminalitas adalah konsekuensi dari masyarakat kapitalis akibat sistem
ekonomi yang diwarnai penindasan terhadap buruh, sehingga menciptakan
faktor-faktor yang mendorong berbagai penyimpangan terhadap kejahatan.

4. Ajaran Tipologis
• Meliputi tiga kelompok yang berpendapat bahwa perbedaan antara penjahat dan
bukan penjahat terletak pada sifat tertentu pada kepribadian, yang mengakibatkan
seseorang tertentu dalam suatu keadaan tertentu berbuat kejahatan dan seseorang
yang lain tidak.
 Ajaran Lombroso : Penjahat memiliki tipe tersendiri/ born criminal
 Mental Tester : Penjahat adalah mereka yang mengidap kelemahan otak
 Ajaran Psikiatrik : Kejahatan umumnya dilakukan oleh mereka yang
mengalami hambatan kedewasaan emosionalnya.
Penggolongan Etiologi Kriminal
Penjelasan (menurut Sutherland)

5. Ajaran Sosilogis
• Menekankan pada a function of environment
• Bahwa kejahatan terjadi karena faktor sosial
Penggolongan Etiologi Kriminal
Penjelasan (menurut Barnes & Teeters)

1. Ajaran Pre Klasik, membagi sebab musabab kejahatan atas 4 tahap:


a) Tahun 400 SM, sebab musabab kejahatan diperkirakan adalah kehendak bebas.
Aliran Hedonisme  sebab musabab kejahatan adalah “suka” dan “duka”.
b) Tahun 30 M, penyebab terjadinya kejahatan dicari pada setan.
c) Tahun 1215 M, sebab kejahatan adalah mengaitkan kehendak bebas (free will)
dengan pengaruh-pengaruh negatif dari kelemahan sistem feodal.
d) Tahun 1500 – 1700 M, sebab kejahatan dihubungkan dengan adanya asosiasi
jahat, kebiasaan buruk dan kemalasan.

2. Ajaran Klasik, membagi sebab musabab kejahatan atas 2 tahap:


a) Tahun 1700, kejahatan dianggap sebagai hasil dari pergaulan jahat, kebiasaan-
kebiasaan jelek dan kemalasan.
b) Tahun 1771, berkembang pengaruh Beccaria. Bentham juga mengemukakan
ajaran free will dengan menonjolkan asas hedonisme dimana konsep suka vs duka
dijadikan dasar penentuan hukuman yang utama.
Penggolongan Etiologi Kriminal
Penjelasan (menurut Barnes & Teeters)
3. Ajaran Neo Klasik (Tahun 1800 -1876.400 SM)
Kejahatan disebabkan oleh adanya free choice of evil, namun anak-anak, orang gila dan orang
yang lemah ingatannya dibebaskan dari tanggung jawab atas perbuatannya termasuk perbuatan
jahat yang dilakukannya.

4. Ajaran Positif atau Italia (1876-1913)


Kejahatan dikaitkan dengan pandangan mengenai dosa dan penyelewengan yang memang
dikehendaki oleh manusia.

5. Ajaran Analitis atau Individualustis (1913-1936)


Sebab musabab kejahatan diletakkan pada hal yang khas, seperti cacat fisik, cacat mental,
keadaan psikopatis dan keanehan-keanehan pada tabiat atau tingkah laku lain.

6. Ajaran Multiple Causation (1936 - .....)


Sebab musabab timbulnya kejahatan disebabkan oleh berbagai faktor dan pengaruh antara faktor
yang satu terhadap faktor yang lain.
Pada tahun 1951-an sebab musabab timbulnya kejahatan adalah frustrasi individual.
Penggolongan Etiologi Kriminal
(menurut Bonger)

1. Zaman mulai dikenalnya ajaran kriminologi. Tokohnya: Plato dan Aristotels


2. Zaman Abad Pertengahan (Abad ke 13). Tokohnya: Thomas Aquinas
3. Permulaan Seharah Baru (Abad ke 16). Tokohnya Thomas More dengan bukunya Utopia
4. Sebelum Revolusi Perancis (Abad ke 18)  zaman yang penting, karena timbul beberapa
pemikiran yang berarti bagi perkembangan kriminologi:
a. Timbulnya oposisi terhadap hukum Pidana dan Hukum Acara Pidana yang berlaku waktu
itu.
b. Sebab-sebab Sosial dari Kejahatan
c. Sebab-sebab Antropologis dari kejahatan.
5. Sesudah Revolusi Perancis (Abad ke 19)  zaman ini terjadi 3 hal penting:
a. Perubahan dalam Hukum Pidana, Hukum Acara Pidana dan Hukuman-hukuman
b. Sebab-sebab sosial dari kejahatan
c. Sebab-sebab psikiatris dari kejahatan
d. Statitstik kriminal
Penggolongan Etiologi Kriminal
(menurut Bonger)
Lanjutan

6. Mazhab Italia atau Mazhan Antropologi (sekitar tahun 1870)


7. Mazhab Perancis (Lingkungan), sekitar tahun 1975
a. Mazhab Perancis dalam arti sempit
b. Mazhab Lingkungan Ekonomis
c. Sosiologi Kriminal
d. Lingkaran Fisik
6. Mazhab Bio Sosiologis
7. Mazhab Spiritualitas.
MAZHAB ANTHROPOLOGI / MAZHAB ITALIA

Tokoh:
Franz Joseph Gall;
John Gazpar Spurzheim;
Cesare Lombroso

Gall & Spurzheim (Frenolog), menjelaskan


 Hubungan antara bentuk tengkorak (otak) dengan perilaku, mendasarkan
pendapat aristoteles
 cara berfikir seseorang dipengaruhi oleh bentuk otak
POKOK-POKOK AJARAN LOMBROSO

 Penjahat adalah orang yang


mempunyai bakat jahat

 Bakat jahat diperoleh karena kelahiran


(born criminal) yaitu diwarisi dari
nenek moyang.

 Bakat jahat dapat dilihat dari ciri-ciri


biologis tertentu seperti muka yang
tidak simetris, bibir tebal, hidung pesek,
dll (menyerupai bentuk manusia
primitif).

 Bakat jahat tidak dapat dirubah, artinya


bakat jahat tidak dapat dipengaruhi.
KONSTRUKSI TEORI LOMBROSO

 Dalam mengajukan teorinya, Lombroso mengadopsi Teori Evolusi


milik Charles Darwin serta menggunakan Hipotesa Atavisme.

 Hipotesa Atavisme: seseorang sekonyong-konyong mendapat kembali


sifat-sifat yang sudah tidak dimiliki oleh nenek moyangnya yang
terdekat, tetapi dimiliki oleh nenek moyangnya yang lebih jauh (yang
dinamakan pewarisan sifat jahat secara jauh kembali)
MAZHAB PERANCIS (MAZHAB LINGKUNGAN)

Tokoh:
A. Lacassagne,
L. manouvrier,
Gabriel Tarde

ie Welt ist mehr Schuld an mir, als ich’


(dunia adalah lebih bertanggung jawab terhadap bagaimana jadinya saya,
daripada diri saya sendiri)
 
Hal yang penting adalah keadaan sosial sekeliling kita! keadaan sosial
sekeliling kita adalah suatu pembenihan untuk kejahatan; kuman adalah si
penjahat, suatu unsur yang baru mempunyai arti apabila menemukan
pembenihan yang membuatnya berkembang. (Lacassagne)
MAZHAB PERANCIS (MAZHAB LINGKUNGAN)

 Manouvrier menentang ajaran Lombroso, dengan membandingkan secara


anthropologis 100 orang penjahat dengan 100 orang bukan penjahat.

 G. Tarde : kejahatan bukan suatu gejala yang anthropologis tetapi


sosiologis yaitu seperti kejadian-kejadian masyarakat lainnya dikuasai
oleh peniruan (imitasi).
MAZHAB BIO-SOSIOLOGIS

Tokoh:
Enrico Ferri (1856-1928)

 “Tiap-tiap kejahatan adalah hasil dari unsur-unsur yang terdapat dalam


individu-individu, masyarakat dan keadaaan fisik”

KEJAHATAN = INDIVIDU + SOSIAL + FISIK


TEORI DIFFERENTIAL ASSOCIATION

Tokoh:
E. SUTHERLAND

 Teori ini berdasarkan pada proses belajar, yaitu bahwa perilaku kejahatan
adalah perilaku yang dipelajari

 Perilaku kejahatan adalah perilaku manusia yang sama dengan perilaku


manusia pada umumnya yang bukan kejahatan
TEORI DIFFERENTIAL ASSOCIATION

9 Preposisi yang dikemukakan E. Sutherland:


1) Perilaku kejahatan adalah perilaku yang dipelajari. secara negatif berarti
bahwa kejahatan tidak diwarisi
2) Perilaku kejahatan dipelajari dalam interaksi dengan orang lain dalam
suatu proses komunikasi. komunikasi terutama bersifat lisan maupun
dengan bahasa isyarat
3) Bagian yang terpenting dalam proses mempelajari tingkah laku
kejahatan terjadi dalam kelompok personal yang intim. secara negatif
bahwa komunikasi yang bersifat nirpersonal seperti film, surat kabar,
secara relatif tidak mempunyai peranan yang penting dalam terjadinya
perilaku kejahatan.
4) Apabila perilaku kejahatan dipelajari, maka yang dipelajari meliputi:
a) Teknik melakukan kejahatan,
b) Motif-motif, dorongan, alasan pembenar dan sikap.
TEORI DIFFERENTIAL ASSOCIATION

Lanjutan
5) Arah dari motif dan dorongan dipelajari melalui batasan (definisi) aturan
hukum baik sebagai hal yang menguntungkan maupun yang tidak.
6) Seseorang menjadi delinkuen karena lebih banyak berhubungan dengan
pola-pola tingkah laku jahat daripada yang tidak jahat
7) Differential association dapat bervariasi dalam frekuensinya, lamanya,
prioritasnya dan intesitasnya. dalam hubungan ini maka differential
association bisa dimulai sejak anak-anak dan berlangsung sepanjang hidup
8) Proses mempelajari perilaku kejahatan diperoleh melalui hubungan dengan
pola-pola kejahatan dan anti kejahatan yang menyangkut seluruh mekanisme
yang melibatkan pada setiap proses belajar pada umumnya.
9) Sementara itu perilaku kejahatan merupakan pernyataan kebutuhan dan
nilai-nilai umum, akan tetapi hal tersebut tidak dijelaskan oleh kebutuhan
nilai-nilai, sebab perilaku yang bukan kejahatan juga merupakan pernyataan
dari nilai yang sama.

Anda mungkin juga menyukai