Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH ILMU BEBAS NILAI ATAU

ILMU TIDAK BEBAS NILAI


Posted on 29 November 2016
BAB I PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Di jaman yang modern saat ini, ilmu telah mempengaruhi reproduksi dan
penciptaan dalam manusia. Ilmu itu sendiri telah menciptakan dehumanisasi
yang dapat mengubah hakikat kemanusiaan tersebut. Sehingga, ilmu dapat
menjadi wadah yang membantu manusia dalam menciptakan dan mencapai
tujuan dalam hidupnya.

Menghadapi pernyataan yang seperti ini, manusia mulai mempertanyakan


sebenarnya untuk apa ilmu itu dipergunakan. Sampai dimana saja batas
tentang keilmuan ini dibahas serta keaarah mana saja ilmu tersebut
dikembangkan.

Sedangkan pada abad ke-20, ilmuwan mencoba menjawab permasalahan ini


dengan mengesampingkan hakikat moral. Sehingga menyebabkan ilmu
berada dalam perspektif yang berbeda-beda. Karena pada saat itu, manusia
mencoba mencari rasional yang jelas tentang alam dan dirinya.

Contohnya dapat dilihat pada tokoh Copernicus (1473-1543) yang


mengajukan pemikirannya mengenai semesta alam serta kenyataan bahwa
bumi berputar mengelilingi matahari. Hal ini berbeda dengan ajaran-ajaran
agama yang terdapat saat itu, sehingga memunculkan interaksi antara ilmu
dan moral yang kontra.

Dalam hal keilmuan, ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya atau


berdasarkan pada kenyataan yang ada. Tetapi pihak agama, menginginkan
agar ilmu tersebut berdasar dari nilai-nilai yang terdapat pada ajaran di luar
bidang keilmuwan yang diantaranya adalah agama.

Dari permasalahan diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi


pertentangan diantara manusia yaitu antara ilmu yang berlandaskan pada
nilai yang terdapat di luar bidang keilmuwan dengan ilmu yang ingin terbebas
dari nilai yang tidak berada dalam bidang keilmuannya.
1. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah-masalah


yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan ilmu?


2. Apa yang dimaksud dengan nilai?
3. Bagaimana penjelasan ilmu dalam paradigma ilmu bebas nilai?
4. Bagaimana penjelasan ilmu dalam paradigma ilmu tidak bebas nilai?
5. Apa kaitan antara ilmu dengan nilai-nilai?
6. TUJUAN

Agar dapat memahami dengan jelas mengenai hakikat dari ilmu dan nilai.
Serta dapat membedakan ilmu yang dijelaskan dalam paradigma ilmu bebas
nilai ataupun ilmu yang dijelaskan dalam paradigma ilmu tidak bebas nilai.

BAB II PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN ILMU

Rasionalisasi daalam ilmu pengetahuan sendiri terjadi sejak Rene Descartes


memunculkan metodisnya dengan meragukan segala hal, kecuali yang
sedang dalam keraguan adalah dirinya. Yang kemudian berlanjut pada era
Auf Klarung yakni era yang berusaha mencapai titik rasional tentang alam dan
dirinya.

Dalam istilah klasik sendiri, ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang
menjelaskan tentang asal-usul suatu hal ataupun sebab akibat dari suatu
peristiwa. Sedangkan menurut Guston Buchelard, ilmu pengetahuan
merupakan produk dari pemikiran manusia yang menyelaraskan antara
hukum pemikiran yang ada dengan dunia luar.

Sedangkan dijelaskan oleh Daoed Joesoef, ilmu pada dasarnya mengacu


pada tiga hal, yakni produk-produk, masyarakat dan proses. Ilmu
pengetahuan sebagai produk diartikan sebagai ilmu yang telah
dikenal/diketahui dan diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan.

Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat diartikan sebagai dunia komunikasi


yang segala tindakan, perilaku dan cara berbicaranya diatur dengan
universalisme, komunalisme, skeptisisme yang teratur dan komunalisme. Ilmu
pengetahuan sebagai proses diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan
masyarakat dalam mencari penemuan dan pemahaman dunia alami apa
adanya bukan sebagaimana yang dikehendaki.

Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu, yaitu :

1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan


yang secara logis koheren
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih karena erat kaitannya dengan
tanggung jawab ilmuan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak di distorsi
oleh prasangka-prasangka subjektif
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah
yang bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat
dikomunikasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah bila
mengandung pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-
problem baru lagi.
7. Kritis, tidak ada teori ilmiah yang difinitif.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan antara
teori dengan praktis.
9. PENGERTIAN NILAI

Filsafat sebagai “phylosophy of life” mempelajari nilai-nilai yang ada dalam


kehidupan dan berfungsi sebagai pengontrol terhadap keilmuan
manusia. Teori nilai berfungsi mirip dengan agama yang menjadi pedoman
kehidupan manusia. Dalam teori nilai terkandung tujuan bagaimana manusia
mengalami kehidupan dan memberi makna terhadap kehidupan ini.

Nilai, bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang sungguh-sungguh


berupa kenyataan, bersembunyi dibalik kenyataan yang tampak, tidak
tergantung pada kenyataan- kenyataan lain, mutlak dan tidak pernah
mengalami perubahan (pembawa nilai bisa berubah).

1. PARADIGMA ILMU BEBAS NILAI

Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara
otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti
semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada
hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktro eksternal yang
tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.

Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor


sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai, yaitu:

1. – Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya


adalah bahwa ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor
ideologis, religious, cultural, dan social.
2. – Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu
terjamin. Kebebasan di sisni menyangkut kemungkinan yang tersedia
dan penentuan diri.
3. – Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering
dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat
universal.

Dalam pandanagn ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat
dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang
terkadang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini
adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada pemanasan
global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat
pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan
tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar.
Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilimu itu untuk ilmu.

Dengan bebas nilai kita maksudkan suatu tuntutan dengan mengajukan


kepada setiap kegiatan ilmiah atas dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri.
Orang yang mendukung bebas nilai ilmu pengetahuan akan melakukan
kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang khusus yang diwujudkan ilmu
pengetahuan. Karena kebenaran dijunjung tinggi sebagai nilai, maka
kebenaran itu dikejar secara murni dan semua nilai lain dikesampingkan.

1. PARADIGMA ILMU TIDAK BEBAS NILAI

Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu
terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan
aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis,
sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen
Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas
nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga
membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan
masing-masing;

1. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja


secara empiris-analitis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara
empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-
kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah
agar dapat diturunkan pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat
teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi sebagai upaya
manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.
2. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang
pertama, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan
sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesamanya,
memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang
dibicarakan adalah hubungan sosial atau interaksi, sedangkan
kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman
makna.
3. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan
dan mendewasakan manusia pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri
amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya adalah
dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan
atau emansipasi manusia.

Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait
dengan nilai dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu
jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik
politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.

1. KAITAN ILMU DENGAN NILAI-NILAI

Di dunia modern ini, ilmu sangatlah mendominasi. dipandang dari segi masa
depan, ilmu dianggap sebagai sumber nasihat tentang perilaku. Dalam
pandangan Habermas, jelas sekali bahwa ilmu sendiri dikonstruksi untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, yakni nilai relasional antara manusia dan
alam, manusia dan manusia, manusia dan nilai penghormatan terhadap
manusia. Jika lahirnya ilmu itu terkait dengan nilai, maka ilmu itu sendiri tidak
mungkin bekerja terlepas dari nilai.

Tanggungjawab ilmu pengetahuan dan tekhnologi menyangkut


tanggungjawab terhadap hal-hal yang akan dan telah diakibatkan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi di masa-masa lalu. Tanggung jawab etis tidak
hanya menyangkut mengupayakan penerapan ilmu pengetahuan dan
tekhnologi secara tepat dalam kehidupan manusia. Kaitan ilmu terhadap nilai-
nilai membuatnya tak terpisahkan dengan nilai

BAB III PENUTUP

1. KESIMPULAN

Dalam kehidupan sehari-hari, niali berfungsi mirip dengan agama


yang menjadi pedoman kehidupan manusia. Dalam teori nilai terkandung
tujuan bagaimana manusia mengalami kehidupan dan memberi makna
terhadap kehidupan ini. Nilai bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang
sungguh-sungguh berupa kenyataan, bersembunyi dibalik kenyataan yang
tampak, tidak tergantung pada kenyataan- kenyataan lain, mutlak dan tidak
pernah mengalami perubahan.

Dalam filsafat terdapat dua pandangan menenai ilmu, yaitu ilmu bebas nilai
dan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai. Ilmu bebas nilai mengemukakan bahwa
antara ilmu dan nilai tidak ada kaitannya, keduanya berdiri sendiri. Menurut
pandangan ilmu bebas nilai, dengan tujuan mengembangkan ilmu
pengetahuan kita boleh mengeksplorasi alam tanpa batas dan tdak harus
memikirkan nilai-nilai yang ada, karena nilai hanya akan menghambat
perkembangan ilmu.

Menurut pandangan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai, ilmu itu selalu terkait
dengan nilai-nilai. Perkembangan ilmu selalu memperhatikan aspek nilai yang
berlaku. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial,
religius, dan nilai-nilai yang lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ghozali Bachri, dkk. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga.

Rizal Mustansyir dan Misnal Munir, Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta :


Tiara Wacana

Surajiyo. 2007. Suatu pengantar Filsafat Ilmu dan Perkembangannya di


Indonesia.Jakarta : Bumi aksara.
Paradigma ilmu bebas nilai dan ilmu tidak bebas nilai
B. Paradigma ilmu bebas nilai dan ilmu tidak bebas nilai
a. Pengertian ilmu
Rasionalisasi limu pengetahuan terjadi sejak Rene Descartes dengan sikap skeptic-metodisnya
meragukan segala sesuatu, kecuali dirinya yang sedang ragu-ragu. Sikap ini berlanjut pada Auf Klarung,
suatu era yang merupakan suatu usaha manusia untuk mencapai rasional tentang dirinya dan alam.
Istilah ilmu dalam pengertian klasik diartikan sebagai pengetahuan tentang sebab akibat atau asal usul.
Guston Buchelard menyatakan bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu produk pemikiran manusia yang
sekaligus menyesuaikan antara hukum-hukum pemikiran dengan dunia luar.

Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yakni produk-produk,
proses dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk, artinya pengetahuan yang telah diketahui
serta diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Ilmu pengetahuan sebagai poses, artinya kegiatan
kemasyarakatan yang di lakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya
bukan sebagaimana yang dikehendaki.

Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat, artinya dunia pergaulan yang tindak tanduknya, perilaku dan
sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan yaitu: universalisme, komunalisme, tanpa pamrih
dan skeptisisme yang teratur.

Van Melsen mengemukakan beberapa ciri yang menandai ilmu, yaitu :

1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis
koheren
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih karena erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak di distorsi oleh
prasangka-prasangka subjektif
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah bila mengandung
pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
7. Kritis, tidak ada teori ilmiah yang difinitif.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan antara teori dengan
praktis.
b. Pengertian nilai
Filsafat sebagai “phylosophy of life” mempelajari nilai-nilai yang ada dalam kehidupan dan berfungsi
sebagai pengontrol terhadap keilmuan manusia. Teori nilai berfungsi mirip dengan agama yang menjadi
pedoman kehidupan manusia. Dalam teori nilai terkandung tujuan bagaimana manusia mengalami
kehidupan dan memberi makna terhadap kehidupan ini.
Nilai, bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang sungguh-sungguh berupa kenyataan, bersembunyi
dibalik kenyataan yang tampak, tidak tergantung pada kenyataan- kenyataan lain, mutlak dan tidak
pernah mengalami perubahan (pembawa nilai bisa berubah).

c. Paradigma ilmu
Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free) dan ilmu terikat nilai/ ilmu tak
bebas nilai (value bound)
 Paradigma ilmu bebas nilai
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang menyatakan bahwa ilmu
dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai
dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan
pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu itu sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu
bebas nilai, yaitu:

a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas
dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.

b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.

c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan
ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.

Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal
tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat merugikan lingkungan.
Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada pemansan global
dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk
pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan
sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap
nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu.
Ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai – nilai yang letaknya di luar ilmu pengetahuan, hal
ini dapat juga di ungkapkan dengan rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan itu seharusnya bebas.
Maksud dari kata kebebasan adalah kemungkinan untuk memilih dan kemampuan atau hak subyek
bersangkutan untuk memilih sendiri. Supaya terdapat kebebasan, harus ada penentuan diri dan bukan
penentuan dari luar. Jika dalam suatu ilmu tertentu terdapat situasi bahwa ada berbagai hipotesa atau
teori yang semuanya tidak seluruhnya memadai, maka sudah jelas akan di anggap suatu pelanggaran
kebebasan ilmu pengetahuan, bila suatu instansi dari luar memberi petunjuk teori mana harus di terima.
Menerima teori berarti menentukan diri berdasarkan satu – satunya alasan yang penting dalam bidang
ilmiah, yaitu wawasan akan benarnya teori. Apa yang menjadi tujuan seluruh kegiatan ilmiah disini
mecapai pemenuhannya. Dengan demikian penentuan diri terwujud sunguh – sungguh.Walaupun
terlihat dipaksakan, namun penentuan diri ini sungguh bebas, karena dilakukan bukan berdasarkan
alasan – alasan yang kurang dimengerti subyek sendiri melainkan berdasarkan wawasan sepenuhnya
tentang kebenaran.

Tokoh sosiologi, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai, tetapi ilmu-ilmu sosial harus
menjadi nilai yang relevan. Weber tidak yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya seperti
mengajar dan menulis mengenai bidang ilmu sosial mereka tidak terpengaruh oleh kepentingan
tertentu. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu sosial jika praktik itu
mengandung tujuan atau rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan segelintir orang, budaya,
maka ilmuawan sosial tidak beralasan mengajarkan atau menuliskan itu semua. Suatu sikap moral yang
sedemikian itu tidak mempunyai hubungan objektivitas ilmiah.

Dengan bebas nilai kita maksudkan suatu tuntutan dengan mengajukan kepada setiap kegiatan ilmiah
atas dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Orang yang mendukung bebas nilai ilmu pengetahuan
akan melakukan kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang khusus yang diwujudkan ilmu pengetahuan.
Karena kebenaran dijunjung tinggi sebagai nilai, maka kebenaran itu dikejar secara murni dan semua
nilai lain dikesampingkan.

 Paradigma ilmu tidak bebas nilai


Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu terikat dengan nilai dan
harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari
nilai-nilai ekonomis, sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen Habermas berpendapat bahwa
ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-
kepentingan. Dia juga membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan masing-
masing;
a. Pengetahuan yang pertama, berupa ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris-analitis. Ilmu ini
menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasil penyelidikan untuk kepentingan-
kepentingan manusia. Dari ilmu ini pula disusun teori-teori yang ilmiah agar dapat diturunkan
pengetahuan-pengetahuan terapan yang besifat teknis. Pengetahuan teknis ini menghasilkan teknologi
sebagai upaya manusia untuk mengelola dunia atau alamnya.

b. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak
menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai
sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan
sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman
makna.

c. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan manusia
pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya
adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.

Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus di
kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai
kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.

https://asbarsalim009.blogspot.co.id/2015/03/paradigma-ilmu-bebas-nilai-dan-
ilmu.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai