1. LATAR BELAKANG
Di jaman yang modern saat ini, ilmu telah mempengaruhi reproduksi dan
penciptaan dalam manusia. Ilmu itu sendiri telah menciptakan dehumanisasi
yang dapat mengubah hakikat kemanusiaan tersebut. Sehingga, ilmu dapat
menjadi wadah yang membantu manusia dalam menciptakan dan mencapai
tujuan dalam hidupnya.
Agar dapat memahami dengan jelas mengenai hakikat dari ilmu dan nilai.
Serta dapat membedakan ilmu yang dijelaskan dalam paradigma ilmu bebas
nilai ataupun ilmu yang dijelaskan dalam paradigma ilmu tidak bebas nilai.
BAB II PEMBAHASAN
1. PENGERTIAN ILMU
Dalam istilah klasik sendiri, ilmu dapat diartikan sebagai pengetahuan yang
menjelaskan tentang asal-usul suatu hal ataupun sebab akibat dari suatu
peristiwa. Sedangkan menurut Guston Buchelard, ilmu pengetahuan
merupakan produk dari pemikiran manusia yang menyelaraskan antara
hukum pemikiran yang ada dengan dunia luar.
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang
menyatakan bahwa ilmu dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara
otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai dengan nilai. Bebas nilai berarti
semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan pada
hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktro eksternal yang
tidak secara hakiki menentukan ilmu itu sendiri.
Dalam pandanagn ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat
dibenarkan, karena hal tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang
terkadang hal tersebut dapat merugikan lingkungan. Contoh untuk hal ini
adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada pemanasan
global dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat
pendingin ruangan ini semata untuk pengembangan teknologi itu dengan
tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan sekitar.
Dalam ilmu bebas nilai tujuan dari ilimu itu untuk ilmu.
Ilmu yang tidak bebas nilai (value bond) memandang bahwa ilmu itu selalu
terikat dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan
aspek nilai. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis,
sosial, religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
Menurut salah satu filsof yang mengerti teori value bond, yaitu Jurgen
Habermas berpendapat bahwa ilmu, sekalipun ilmu alam tidak mungkin bebas
nilai, karena setiap ilmu selau ada kepentingan-kepentingan. Dia juga
membedakan ilmu menjadi 3 macam, sesuai kepentingan-kepentingan
masing-masing;
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait
dengan nilai dan harus di kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu
jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai kepentingan-kepentingan baik
politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.
Di dunia modern ini, ilmu sangatlah mendominasi. dipandang dari segi masa
depan, ilmu dianggap sebagai sumber nasihat tentang perilaku. Dalam
pandangan Habermas, jelas sekali bahwa ilmu sendiri dikonstruksi untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, yakni nilai relasional antara manusia dan
alam, manusia dan manusia, manusia dan nilai penghormatan terhadap
manusia. Jika lahirnya ilmu itu terkait dengan nilai, maka ilmu itu sendiri tidak
mungkin bekerja terlepas dari nilai.
1. KESIMPULAN
Dalam filsafat terdapat dua pandangan menenai ilmu, yaitu ilmu bebas nilai
dan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai. Ilmu bebas nilai mengemukakan bahwa
antara ilmu dan nilai tidak ada kaitannya, keduanya berdiri sendiri. Menurut
pandangan ilmu bebas nilai, dengan tujuan mengembangkan ilmu
pengetahuan kita boleh mengeksplorasi alam tanpa batas dan tdak harus
memikirkan nilai-nilai yang ada, karena nilai hanya akan menghambat
perkembangan ilmu.
Menurut pandangan ilmu terikat nilai/tidak bebas nilai, ilmu itu selalu terkait
dengan nilai-nilai. Perkembangan ilmu selalu memperhatikan aspek nilai yang
berlaku. Perkembangan nilai tidak lepas dari dari nilai-nilai ekonomis, sosial,
religius, dan nilai-nilai yang lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ghozali Bachri, dkk. 2005. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pokja Akademik UIN
Sunan Kalijaga.
Daoed Joesoef menunjukkan bahwa pengertian ilmu mengacu pada tiga hal, yakni produk-produk,
proses dan masyarakat. Ilmu pengetahuan sebagai produk, artinya pengetahuan yang telah diketahui
serta diakui kebenarannya oleh masyarakat ilmuwan. Ilmu pengetahuan sebagai poses, artinya kegiatan
kemasyarakatan yang di lakukan demi penemuan dan pemahaman dunia alami sebagaimana adanya
bukan sebagaimana yang dikehendaki.
Ilmu pengetahuan sebagai masyarakat, artinya dunia pergaulan yang tindak tanduknya, perilaku dan
sikap serta tutur katanya diatur oleh empat ketentuan yaitu: universalisme, komunalisme, tanpa pamrih
dan skeptisisme yang teratur.
1. Ilmu pengetahuan secara metodis harus mencapai suatu keseluruhan yang secara logis
koheren
2. Ilmu pengetahuan tanpa pamrih karena erat kaitannya dengan tanggung jawab ilmuan.
3. Universalitas ilmu pengetahuan
4. Objektivitas, artinya setiap ilmu terpimpin oleh objek dan tidak di distorsi oleh
prasangka-prasangka subjektif
5. Ilmu pengetahuan harus dapat diverifikasi oleh semua peneliti ilmiah yang
bersangkutan, karena itu ilmu pengetahuan harus dapat dikomunikasikan.
6. Progresivitas, artinya suatu jawaban ilmiah baru bersifat ilmiah bila mengandung
pertanyaan-pertanyaan baru dan menimbulkan problem-problem baru lagi.
7. Kritis, tidak ada teori ilmiah yang difinitif.
8. Ilmu pengetahuan harus dapat digunakan sebagai perwujudan antara teori dengan
praktis.
b. Pengertian nilai
Filsafat sebagai “phylosophy of life” mempelajari nilai-nilai yang ada dalam kehidupan dan berfungsi
sebagai pengontrol terhadap keilmuan manusia. Teori nilai berfungsi mirip dengan agama yang menjadi
pedoman kehidupan manusia. Dalam teori nilai terkandung tujuan bagaimana manusia mengalami
kehidupan dan memberi makna terhadap kehidupan ini.
Nilai, bukan sesuatu yang tidak eksis, sesuatu yang sungguh-sungguh berupa kenyataan, bersembunyi
dibalik kenyataan yang tampak, tidak tergantung pada kenyataan- kenyataan lain, mutlak dan tidak
pernah mengalami perubahan (pembawa nilai bisa berubah).
c. Paradigma ilmu
Ilmu terbagi menjadi dua pandangan yaitu ilmu bebas nilai (value free) dan ilmu terikat nilai/ ilmu tak
bebas nilai (value bound)
Paradigma ilmu bebas nilai
Ilmu bebas nilai dalam bahasa Inggris sering disebut dengan value free, yang menyatakan bahwa ilmu
dan teknologi adalah bersifat otonom. Ilmu secara otonom tidak memiliki keterkaitan sama seklai
dengan nilai. Bebas nilai berarti semua kegiatan terkait dengan penyelidikan ilmiah harus disandarkan
pada hakikat ilmu itu sendiri. Ilmu menolak campur tangan faktor eksternal yang tidak secara hakiki
menentukan ilmu itu sendiri.
Josep Situmorang menyatakan bahwa sekurang-kurangnya ada 3 faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu
bebas nilai, yaitu:
a. Ilmu harus bebas dari pengendalian-pengendalian nilai. Maksudnya adalah bahwa ilmu harus bebas
dari pengaruh eksternal seperti faktor ideologis, religious, cultural, dan social.
b. Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonom ilmu terjamin. Kebebasan di sisni
menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penentuan diri.
c. Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan
ilmu, karena nilai etis sendiri itu bersifat universal.
Dalam pandangan ilmu yang bebas nilai, eksplorasi alam tanpa batas dapat dibenarkan, karena hal
tersebut untuk kepentingan ilmu itu sendiri, yang terkdang hal tersebut dapat merugikan lingkungan.
Contoh untuk hal ini adalah teknologi air condition, yang ternyata berpengaruh pada pemansan global
dan lubang ozon semakin melebar, tetapi ilmu pembuatan alat pendingin ruangan ini semata untuk
pengembangan teknologi itu dengan tanpa memperdulikan dampak yang ditimbulakan pada lingkungan
sekitar. Setidaknya, ada problem nilai ekologis dalam ilmu tersebut, tetapi ilmu bebas nilai menganggap
nilai ekologis tersebut menghambat perkembangan ilmu.
Ilmu pengetahuan tidak boleh terpengaruh oleh nilai – nilai yang letaknya di luar ilmu pengetahuan, hal
ini dapat juga di ungkapkan dengan rumusan singkat bahwa ilmu pengetahuan itu seharusnya bebas.
Maksud dari kata kebebasan adalah kemungkinan untuk memilih dan kemampuan atau hak subyek
bersangkutan untuk memilih sendiri. Supaya terdapat kebebasan, harus ada penentuan diri dan bukan
penentuan dari luar. Jika dalam suatu ilmu tertentu terdapat situasi bahwa ada berbagai hipotesa atau
teori yang semuanya tidak seluruhnya memadai, maka sudah jelas akan di anggap suatu pelanggaran
kebebasan ilmu pengetahuan, bila suatu instansi dari luar memberi petunjuk teori mana harus di terima.
Menerima teori berarti menentukan diri berdasarkan satu – satunya alasan yang penting dalam bidang
ilmiah, yaitu wawasan akan benarnya teori. Apa yang menjadi tujuan seluruh kegiatan ilmiah disini
mecapai pemenuhannya. Dengan demikian penentuan diri terwujud sunguh – sungguh.Walaupun
terlihat dipaksakan, namun penentuan diri ini sungguh bebas, karena dilakukan bukan berdasarkan
alasan – alasan yang kurang dimengerti subyek sendiri melainkan berdasarkan wawasan sepenuhnya
tentang kebenaran.
Tokoh sosiologi, Weber menyatakan bahwa ilmu sosial harus bebas nilai, tetapi ilmu-ilmu sosial harus
menjadi nilai yang relevan. Weber tidak yakin ketika para ilmuwan sosial melakukan aktivitasnya seperti
mengajar dan menulis mengenai bidang ilmu sosial mereka tidak terpengaruh oleh kepentingan
tertentu. Nilai-nilai itu harus diimplikasikan oleh bagian-bagian praktis ilmu sosial jika praktik itu
mengandung tujuan atau rasional. Tanpa keinginan melayani kepentingan segelintir orang, budaya,
maka ilmuawan sosial tidak beralasan mengajarkan atau menuliskan itu semua. Suatu sikap moral yang
sedemikian itu tidak mempunyai hubungan objektivitas ilmiah.
Dengan bebas nilai kita maksudkan suatu tuntutan dengan mengajukan kepada setiap kegiatan ilmiah
atas dasar hakikat ilmu pengetahuan itu sendiri. Orang yang mendukung bebas nilai ilmu pengetahuan
akan melakukan kegiatan ilmiah berdasarkan nilai yang khusus yang diwujudkan ilmu pengetahuan.
Karena kebenaran dijunjung tinggi sebagai nilai, maka kebenaran itu dikejar secara murni dan semua
nilai lain dikesampingkan.
b. Pengetahuan yang kedua, berlawanan dengan pengetahuana yang pertama, karena tidak
menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai
sesamanya, memperlancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang dibicarakan adalah hubungan
sosial atau interaksi, sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuana ini adalah pemahaman
makna.
c. Pengetahuan yang ketiga, teori kritis. Yaitu membongkar penindasan dan mendewasakan manusia
pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat dipentingkan disini. Aspek sosial yang mendasarinya
adalah dominasi kekuasaan dan kepentingan yang dikejar adalah pembebasan atau emansipasi manusia.
Ilmu yang tidak bebas nilai ini memandang bahwa ilmu itu selalu terkait dengan nilai dan harus di
kembangkan dengan mempertimbangkan nilai. Ilmu jelas tidak mungkin bisa terlepas dari nilai-nilai
kepentingan-kepentingan baik politik, ekonomi, sosial, keagamaan, lingkungan dan sebagainya.
https://asbarsalim009.blogspot.co.id/2015/03/paradigma-ilmu-bebas-nilai-dan-
ilmu.html?m=1