Disusun Oleh:
1. VINA SOPIANINGSIH (2022.8.1.7.0015)
2. MUHAMMAD AJID (2022.8.1.7.0028)
3. ADE MUHAMAD ROSYIDIN (2022.8.1.7.0029)
4. NIZMA ARMILA (2022.8.1.7.0040)
5. NUR HERMAWATI (22-MPI0026)
6. EMIYANTI (22-MPI0122)
Puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala
yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu kami Prof.
Dr. H.Cecep Sumarna, M.Ag atas bimbingannya.
Tim penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini jauh dari sempurna.
Untuk itu tim penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun
guna perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata tim penulis berharap semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi tim penulis sendiri dan pihak-pihak yang terkait, dan bagi pihak
lain untuk masa yang akan datang sebagai bahan acuan atau referensi dalam
pembuatan makalah.
Tim Penulis
VINA SOPIANINGSIH (2022.8.1.7.0015)
MUHAMMAD AJID (2022.8.1.7.0028)
ADE MUHAMAD ROSYIDIN (2022.8.1.7.0029)
NIZMA ARMILA (2022.8.1.7.0040)
NUR HERMAWATI (22-MPI0026)
EMIYANTI (22-MPI0122)
Mencari Makna tanpa Kata dan Mentasbihkan Tuhan dalam Nalar
ISBN: 978-602-446-439-4
Makna Filsafat
Dalam buku ini penulis menjelaskan bahwa filsafat berasal dari kata
philosophia atau philosophos. Keduanya terstruktur dari dua suku kata yakni
philos yang berarti cinta dan Sophia atau sophos yang berarti wisdom atau
bijaksana. Mengutip pendapat Harun Hadiwijono (1980) menyebutkan
bahwa kata filsafat dengan filosofien memiliki arti mencintai kebijaksanaan.
Dalam hal ini menurut Socrates bijaksana merupakan pengetahuan atau
hikmah tertinggi yang menjadi budi luhur manusia. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa keagungan manusia tidak terletak pada kekuasaan dan
pengaruhnya dalam kekuasaan, tapi justru terletak dalam apa yang disebut
dengan penggunaan akal budi dalam menata kehidupan sehari-hari manusia.
Orang bijaksana akan selalu sadar bahwa kebijaksanaan itu hanya
milik Sang idea atau Allah (kebenaran universal). Tidak ada manusia yang
benar-benar layak untuk disebut bijak, sehingga dalam realitas manusia harus
dipandang relatif meski kebenaran mutlak harus tetap ada dan inheren
dengan sendirinya dalam apa yang disebut idea. Seseorang disebut berfilsafat
apabila ucapan dan perilakunya mengandung makna dan ciri sebagai orang
yang cinta terhadap kebijaksanaan, terhadap pengetahuan dan cinta terhadap
hikmah. Berfilsafat dapat diartikan juga sebagai usaha berfikir manusia
secara mendalam.
Filsafat menurut beberapa ahli adalah; 1) Plato (427-438 SM)
mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang berminat mencapai
kebenaran yang genuine. 2) Aristoteles (382-322 SM) mendefinisikan
filsafat sebagai pengetahuan yang meliputi kebenaran. Terkandung
didalamnya adalah ilmu metafisika, logika, retorika,etika, estetika, dan
ekonomi. 3) Al-Farabi (870-950 SM) mendefinisikan filsafat sebagai
pengetahuan tentang alam maujud dan bagaimana hakikat alam yang
sebenarnya. 4) Descartes (1590-1650 SM) mendefinisikan filsafat sebagai
hukum ilmu pengetahuan tentang Tuhan, alam, dan manusia.
Atas asumsi itu, menurut Kant ada 3 persoalan yang dikaji dalam
filsafat. Pertama, apakah yang dapat manusia ketahui? (dijawab ontology).
Kedua, apakah yang seharusnya diketahui manusia? (dijawab etika). Ketiga,
sampai dimana harapan manusia dapat dicapai? (dijawab oleh agama).