Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

EPISTEMOLOGI (CARA MENDAPATKAN PENGETAHUAN DENGAN MITOS,


COMMON SENSE, EMPIRIS,RASIO DAN METODE ILMIAH)
Untuk memenuhi syarat mengikuti mata kuliah pengantar filsafat
Dosen Pengampu : Syahrul Kirom, M.Phil

Disusun Oleh :
Kelompok 4
IBNU MAJAH (2108302020)
CINDRA DEWI (2108302029
CINTA RAVA ZAP (2108302018)

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
Jalan By Pass Sunyaragi Kesambi Cirebon Telp (0231)4891642
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
Epistemology (Cara mendapatkan pengetahuan dengan mitos, common sense, empiris,
rasio dan metoda ilmiah). Penulis berharap dengan adanya makalah ini, dapat menambah
wawasan bagi kita semua tentang Epistemology (Cara mendapatkan pengetahuan dengan
mitos, common sense, empiris, rasio dan metoda ilmiah). Penulis juga berterimakasih
kepada Bp. Syahrul Kirom, M.Phil sebagai dosen penulis dalam mata kuliah ILMU
FILSAFAT , yang telah memberi tugas makalah ini kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran sekiranya
membangun dari para pembaca agar kekurangan dapat diperbaiki dan menjadi lebih
sempurna. Semoga makalah ini dapat memenuhi kebutuhan pembaca dan menambah
wawasan mengenai masalah Epistemology (Cara mendapatkan pengetahuan dengan
mitos, common sense, empiris, rasio dan metoda ilmiah).

Cirebon,29 September 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB 1...........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
BAB II...........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................3
2.1 Pengertian dari epistemologi.......................................................................................................3
2.2 Cara mendapatkan pengetahuan................................................................................................3
2.3 Penyebab Timbulnya Pengetahuan.............................................................................................6
2.4 Pengertian metode ilmiah...........................................................................................................7
BAB III..........................................................................................................................................................9
PENUTUP.....................................................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................................9

ii
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia, manusia selalu dihadapkan pada fenomena alam yang
mengelilinginya, yang menimbulkan rasa ingin tahu untuk mengamati fenomena alam tersebut
dengan cara tertentu atau dengan metode tertentu. Hal ini menimbulkan masalah baru, yaitu
bagaimana mengumpulkan pengetahuan yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah. Masalah ini merupakan inti dari epistemologi. Pada dasarnya, filsafat dan sains saling
terkait, baik yang lahir dari rasa ingin tahu maupun berdasarkan kebenaran. Bagian filsafat yang
secara khusus mempelajari hakikat ilmu adalah filsafat ilmu. Filsafat ilmu merupakan bagian
dari epistemologi (filsafat pengetahuan). Filsafat Ilmu adalah kajian filosofis yang berupaya
merespon hakikat ilmu dalam pengertian ontologi (sifat apa yang dipelajari melalui
pengetahuan), epistemologi (cara memperoleh pengetahuan) dan aksiologi (kegunaan
pengetahuan).

Munculnya diskusi epistemologis karena para pemikir beranggapan bahwa panca indera
manusia, sebagai alat penghubung manusia dengan realitas, terkadang melakukan kesalahan saat
menggenggam objek eksternal, sehingga diperlukan pengetahuan sistematis baru untuk
membahas cara memperoleh pengetahuan lain. Epistemologi adalah pengetahuan yang tidak
hanya membahas bagaimana proses yang memungkinkan untuk memperoleh pengetahuan dalam
bentuk ilmu pengetahuan itu seperti apa, tetapi juga seperti apa prosedurnya, hal-hal apa saja
yang diperlukan dan diperhitungkan untuk memperoleh pengetahuan yang benar, kriteria apa
yang ada, bagaimana caranya, teknik dan sarana apa yang digunakan untuk memperoleh
pengetahuan, pengetahuan berupa ilmu pengetahuan. Cakupan pembahasan epistemologi (filsafat
pengetahuan) sangat luas, sehingga pada makalah ini kita hanya akan membahas bagaimana cara
memperoleh pengetahuan yang benar jika dikaitkan dengan hakikat pengetahuan, metode ilmiah
dan struktur pengetahuan ilmiah.

1.2 Rumusan Masalah

1
1Apa pengertian Epistimologi?
2 Bagaimana cara mendapatkan pengetahuan epistemologi?
3 Apa macam - macam dan penyebab timbulnya Epistemologi ?
4 Apa pengertian dari metode ilmiah?
5 Bagaimana mengetahui langkah langkah dari metode ilmiah?
1.3 Tujuan Penulisan
1Untuk memahami pengertian dari epistemologi di masyarakat,

2. Untuk memahami dasar dasar dari epistemologi


3. Untuk memahami metode dan langkah langkah dari metode ilmiah
4. Mengetahui dan memahami Macam - Macam dan Penyebab timbulnya Epistemologi

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dari epistemologi

Kata epistemologi berasal dari bahasa Yunani terdiri dari dua kata yaitu logia yang
artinya pengetahuan dan episteme artinya tentang pengetahuan. Dengan demikian epistemologi
merupakan pengetahuan mengenai pengetahuan (Hamersma, 1992). Epistemologi menduduki
bagian mempersoalkan sumber dan asal usul ilmu pengetahuan, serta berperan sebagai media
penentuan cara atau metode untuk mencapai suatu ilmu, cara tersebut yaitu berupa kegiatan
penelitian, percobaan, pengungkapan prinsip-prinsip ilmu serta menyatukan kekuatan struktur
antara pikiran subjek dengan objek dalam menemukan ilmu pengetahuan yang benar (Bahrum S.
M., 2013). Dalam hal ini bisa dipastikan bahwa epistemologi berkaitan erat dengan ontologi
sebagai objek kajian ilmu.

Menurut A.M Saefudin menyebutkan, bahwa epistemology mencakup pertanyaan yang


harus dijawab, apakah ilmu itu, dari mana asalnya, apa sumbernya, apa hakikat-nya, bagaimana
membangun ilmu yang tepat dan benar, apakah kebenaran itu,mungkin kah kita mencapai ilmu
yang benar, apa yang dapat kita ketahui, dan sampai dimanakah batasannya. Semua pertanyaan
tersebut dapat di ringkas menjadi dua masalah pokok; masalah sumber ilmu dan masalah
benarnya ilmu. M. Amin Abdullah menjelaskan, bahwa seringkali kajian epistemologi lebih
mengacu pada dataran konsepsi asal-usul atau sumber ilmu pengetahuan secara konseptual-
filosofis. Sedangkan Paul Suparno menjelaskani epistemologi banyak mengacu mengenai apa
yang membentuk dari pengetahuan ilmiah. Sementara itu, aspek-aspek lainnya justru diabaikan
dalam pembahasan epistemologi. Jadi epistemologi adalah cabang filsafat yang mengkaji asal,
sumber, cara serta proses dalam mendapatkan pengetahuan yang benar.

2.2 Cara mendapatkan pengetahuan

3
Pengetahuan pada hakikatnya merupakan suatu kumpulan dari apa yang kita ketahui
tentang suatu objek tertentu, termasuk kedalamnya adalah ilmu.berikut adalah cara mendapatkan
pengetahuan:

1. Mitos

Ilmu mempelajari alam sebagaimana adanya dan terbatas pada lingkup pengalaman kita.
Usaha untuk mengetahui gejala alam sudah dimulai sejak dulu kala melalui mitos.
Fenomenal Paham fenomenal dikemukakan oleh Immanuel Kant, seorang filsufJerman. Dia
berusaha mendamaikan pertentangan antara empirisme danrasionalisme. Menurut Kant,
pengetahuan hanya bisa terjadi oleh kerjasama antara pengalaman indera dan akal, dan tidak
mungkin yang satu bekerja tanpa yang lain.Indera hanya memberikan data yakni warna,cita-
rasa, bau, dan lain-lain. Untukmemperoleh pengetahuan, kita harus keluar atau menembus
pengalaman, pengetahuan terjadi dengan menghubung-hubungkan, dan ini dilakukan oleh
rasio(akal).

2. Common Sence
common sense, sering diartikan dengan Good sense karena seseorang mempunyai sesuatu
dimana ia menerima dengan baik. Epistemologi Common Sense adalah epistemologi spesifik
Moore yang memisahkan peran antara subjek dan objek secara tegas. Subjek memperhatikan
objek faktual melalui penginderaan secara langsung sehingga diperoleh data indera.
Ilmu dapat merupakan suatu metode berpikir secara objektif (objective thinking),
tujuannya untuk menggambarkan dan memberi makna terhadap dunia faktual. Pengetahuan yang
diperoleh dengan ilmu, diperoleh melalui observasi, eksperimen, dan klasifikasi. Analisis ilmu
itu objektif dan menyampingkan unsur pribadi, pemikiran logika diutamakan, netral dalam artian
tidak dipengaruhi oleh sesuatu yang bersifat kedirian karena dimulai melalui fakta.
Kelahiran filsafat Moore dilatarbelakangi oleh pemikiran filsafat Idealisme Bradley ,
Filsafat Bradley yang Hegelianistik dan pemikiran Immaterialisme Berkeley. Moore berusaha
untuk mengembalikan tradisi pemikiran Realisme Inggris yang telah berkembang jauh sebelum
Bradley. Filsafat Moore bertumpu pada Common Sense (pengetahuan biasa). Bahan penelitian

4
adalah seluruh filsafat Inggris yang berbicara tentang Common Sense, baik yang mempengaruhi
filsafat Moore maupun yang dipengaruhinya.

1. Metode Historis Faktual, metode ini digunakan untuk menelusuri alur pikir
perkembangan makna Common Sense dalam filsafat Inggris.
2. Metode analisis-sintesis, metode ini digunakan untuk menemukan makna
spesifik term Common Sense. 
3. Metode Hermeneutik. metode ini digunakan agar proses memperantarai dan
menyampaikan pesan yang termuat dalam realitas (objek) agar bisa dipahami secara
jelas. Hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :  Secara historis
konsep Common Sense telah digunakan oleh filsuf sebelum Moore. Para filsuf
menggunakan Istilah Common Sense dengan term dan makna yang lain pula.

Secara analitis-sintetis, makna Common Sense menunjukkan perbedaan yang berarti antara
satu filsuf dengan filsuf yang lain. Sebab mereka mengunakan pendekatan pemahaman yang
berbeda. Secara Hermeneutik, makna Common Sense dalam filsafat Moore adalah suatu
kemampuan terpadu antara aktivitas indera dan aktivitas kesadaran yang menghasilkan suatu
keyakinan untuk memahami objek secara langsung.

3. Rasional

Pengetahuan rasional atau pengetahuan yang bersumber dari akal (rasio) adalah suatu
pengetahuan yang dihasilkan dari proses belajar dan mengajar, diskusi ilmiah, pengkajian
buku, pengajaran seorang guru, dan diperoleh dari kegiatan sekolah. Hal ini berbeda dengan
pengetahuan intuitif atau pengetahuan yang berasal dari hati. Pengetahuan ini tidak akan
didapatkan dari suatu proses pengajaran dan pembelajaran resmi, akan tetapi jenis
pengetahuan ini akan terwujud dalam bentuk-bentuk “kehadiran” dan “anggapan”.

Tokoh-tokoh paham rasionalisme diantaranya adalah: Agustinus, Johanes Scotus,


Avicena, Rene Descrates, Spinoza, Leibniz, Fichte, Hegel, Plato, Galileo, Leonardo da Vinci.

4. Empiris (Emperikal)
Panca indera manusia merupakan alat dan sumber pengetahuan, dan manusia dapat
mengenal objek-objek fisik dengan perantaraanya. Jika orang kehilangan salah satu dari
inderanya, maka kemampuannya dalam mengetahui suatu realitas menjadi particular atau
sebagian. Misalnya seorang yang kehilangan indera penglihatannya maka dia tidak akan dapat
menggambarkan warna dan bentuk sesuatu secara langsung, dan lebih jauh lagi orang itu tidak
akan mempunyai suatu konsepsi universal tentang warna dan bentuk. Begitu pula orang yang

5
tidak memiliki kekuatan mendengar maka dapat dipastikan bahwa dia tidak mampu
mengkonstruksi suatu pemahaman tentang suara dan bunyi dalam pikirannya. Atas dasar inilah,
Ibnu Sina dengan menutip ungkapan filosof terkenal. Aristoteles menyatakan bahwa barang
siapa yang kehilangan indera-inderanya maka dia tidak mempunyai makrifat dan pengetahuan.
Dengan demikian menunjukkan bahwa indera merupakan sumber dan alat makrifat dan
pengetahuan merupakan hal yang sama sekali tidak disangsikan.
Hal ini bertolak belakang dengan perspektif Plato yang berkeyakinan bahwa sumber
pengetahuan hanyalah akal dan rasionalitas, indera-indera lahiriah dan objek-objek fisik sama
sekali tidak bernilai dalam konteks pengetahuan. Dia menyatakan bahwa hal-hal fisikal hanya
bernuansa lahiriah. Akan tetapi, filosof-filosof Islam beranggapan bahwa indera-indera lahiriah
tetap bernilai sebagai sumber dan alat pengetahuan. Mereka memandang bahwa peran indera-
indera itu hanyalah berkisar seputar konsep-konsep yang berhubungan dengan objek-objek fisik
seperti manusia, benda, warna, bentuk, dan kuantitas.
Konsep-konsep atas realitas-realitas fisikal dan material yang terserap lewat indera-indera
secara tidak langsung, berada di alam pikiran, namun juga tidak terwujud dalam akal dan pikiran
kita secara mandiri. Melainkan setelah mendapatkan beberapa konsepsi-konsepsi inderawi maka
secara bertahap akan memperoleh pemahaman-pemahaman yang lain. Awal mulanya pikiran
manusia sama sekali tidak mempunyai konsep-konsep sesuatu, dia seperti kertas putih yang
hanya memiliki potensi-potensi untuk menerima coretan, goresan, dan gambar. Dan aktivitas
persepsi pikiran dimulai dari indera-indera lahiriah. Jiwa itu secara esensial tak mempu
menggambarkan objek-objek fisikal tanpa indera-indera tersebut. Tokoh-tokoh paham
Empirisme diantaranya adalah : John Locke, Berkeley, David Hume, Gothe, August Comte.

2.3 Penyebab Timbulnya Pengetahuan

Menurut beberapa ahli, terdapat berbagai penyebab timbulnya pengetahuan, antara lain :
a. Georgy Berkeley
Menurut Georgy Berkeley, segala pengetahuan kita bersandarkan pada pengamatan. Pengamatan
adalah identik dengan gagasan yang diamati.
b. Baruch Spinoza
Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau mengalami
pengalaman, baik pengalaman indera ataupun pengalaman bathin.

6
Pengetahuan a posteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman
c. Locke
Menurut Locke, segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Semua akal
serupa dengan secarik kertas yang tanpa tulisan, yang menerima segala sesuatu yang datang dari
pengalaman
d. Thomas Hobbes
Menurut Thomas, pengenalan atau pengetahuan diperoleh karena pengalaman. Pengalaman
adalah awal segala pengetahuan. Juga awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan
diteguhkan oleh pengalaman.

2.4 Pengertian metode ilmiah

secara bahasa metode berasal dari “methodos” yang artinya jalan, cara, atau arah. Fungsi
dari suatu metode ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan atau bagaimana cara melakukan dan
membuat sesuatu. Metode metodologi, memiliki pengertian yang berbeda dimana metodologi
merupakan termasuk suatu pengkajian yang mempelajari peraturan-peraturan dalam suatu
metode tersebut. Secara sederhana, metode merupakan bagian dari metodologi atau metode
hanya bersifat teknis dari keseluruhan yang dibahas dalam metodologi.Beberapa contoh yang
termasuk metode meliputi survey, wawancara, studi kasus,observasi dan lain-lain sedangkan
contoh untuk metodologi yang dapat dilakukan dalam penelitian dan pelaksanaan tes,
eksperimen, survey,dan dalam studi kasus.

metode dibagi menjadi dua, yaitu metode ilmiah danmetode non ilmiah. Metode ilmiah
yaitu prosedur dalam mendapatkan beberapa pengetahuan yang disebut ilmu sedangkan metode
non ilmiah yaitu suatu cara yang digunakan untuk memecahkan masalah. Tetapi
dalam pemecahan masalah tersebut hanya berdasarkan pada pendapat atau anggapan dari para
ahli pikir atau dari para penguasa yang dianggap benar. Padahal anggapan itu belumtentu dapat
dibuktikan kebenarannya. Metode non ilmiah dapat bersumber pendapat otoritas, pengalaman,
trial and error, dan apriori (intuisi)
Secara sederhana, maka dalam suatu teori ilmiah yang dihasilkan dari metode ilmiah
harus memenuhi syarat-syarat diantaranya:

1. Konsisten dengan teori sebelumnya supaya memungkinkan tidak terjadinya kontradiksi


dalam teori ilmuwan secara keseluruhan
2. Sesuai dengan fakta-fakta empiris, sebab teori ilmiah yang konsistenapabila tidak
didukung dengan pengujian empiris maka kebenarannya tidakdapat diterima secara
ilmiah.
Semua dalam penjelasan rasional sebelum dibuktikan secara empiris yang seringkali disebut
dengan hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah yang dihadapi dan

7
hanya bersifat sementara. Dalam ha lini metode ilmiah mencoba menggabungan antara logika
deduktif dan induktif dimana empirisme dan rasionalisme saling terkait satu dengan yang lain.
Alur berfikir yang tercakup dalam metode ilmiah memiliki inti proses logico-hypothetico-
verifikatif atau perpaduan antara deduksi dan induksi

8
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Secara bahasa metode berasal dari “methodos” yang artinya jalan, cara, atau arah. Fungsi
dari suatu metode ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan atau bagaimana cara melakukan dan
membuat sesuatu. Metode ilmiah yaitu prosedur dalam mendapatkan beberapa pengetahuan yang
disebut ilmu sedangkan metode non ilmiah yaitu suatucara yang digunakan untuk memecahkan
masalah. Secara sederhana dalam teori ilmiah yang diperoleh dari metode ilmiah sesuai dengan
syarat-syarat itu harus konsisten dengan teori sebelumnya dan fakta-fakta empiris harus sesuai
dengan kebenaran teori ilmiah.

9
DAFTAR PUSTAKA
Surajio. 2012. Ilmu Filsafat Sebagai Pengantar .Jakarta: Bumi AksaraSuriasumantri, Jujun S.
2007.
  Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer . Jakarta:Pustaka Sinar HarapanSyam, Nina W. 2010.
  Filsafat Sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Bandung:Simbiosa Rekatama Media.The Liang Gie.
2010.
  Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta
Abdullah, Assyari. 2008. Defenisi dan Jenis Jenis Pengetahuan.

10

Anda mungkin juga menyukai