Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

TASAWUF AKHLAKI HASAN AL-BASHARI DAN AL-GHAZALI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Drs. Abdul Basith M.Ag

Disusun Oleh :

Mirna Tri Kartika (2108302016)

Cinta Rava Zaskia Arkadewi Pratista (2108302018)

Arya Putra Athailah Bagaskara (2108302034)

KELAS 2A

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON

TAHUN AJARAN 2022


Jalan By Pass Sunyaragi Kesambi Cirebon Telp (0231) 4891642

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur marilah kita panjatkan kepada Allah SWT yang sudah memberikan
kesehatan lahiriah ataupun rohani sehingga kita masih dapat merasakan nikmatnya alam
cipataan-Nya. Sholawat dan salam tetaplah kita curahkan terhadap baginda Nabi
Muhammad Saw yang sudah menuntun kita selaku umatnya ke zaman jahiliah ke zaman
yang terang benderang

Penyusun materi disini akhirnya dapat merasa sangat bersyukur karena telah menyelesaikan
makalah yang kami beri judul Tasawuf Akhlaki Hasan Al-Bashri Dan Al-Ghazali sebagai
tugas mata kuliah Akhak Tasawuf. Dalam makalah ini kami mencoba untuk menjelaskan
tentang Ajaran dan pemikiran Hasan Al-Bashri dan Al-Ghazali Dalam Tasawuf Akhlaki.
Penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini. Dan Penyusun memahami jika makalah ini tentu jauh
dari kesempurnaan maka kritik dan saran sangat kami butuhkan guna memperbaiki Makalah
kami dilain waktu.

Cirebon, 28 Maret 2022

Penyusun
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................i

DAFTAR ISI .................................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.............................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tasawuf Akhlaqi............................................................................3

2.2 Biografi Hasan Al-Bashri.............................................................................4

2.3 Pemiķiran Tasawuf Hasan Al-Bashri..........................................................4

2.4 Biografi Al-Ghazali......................................................................................5

2.5 Pemiķiran Tasawuf Al-Ghazali....................................................................6

2.6 Karya Al-Ghazali Dalam Bidang Tasawuf...................................................7

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................................8

3.2 Saran.............................................................................................................8

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................9
ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1

1.1 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari tasawuf akhlaki?
2. Bagaimana pemikiran dan ajaran tasawuf akhlaki dari Hasan Al-Bashri?
3. Bagaimana pemikiran dan ajaran tasawuf akhlaki dari Al-Ghazali?

1.2 Tujuan Penulisan


1. Dapat menjelaskan pada definisi tasawuf akhlaki
2. Menjelaskan tentang pemikiran dan ajaran tasawuf akhlaki dari Hasan Al-Bashri
3. Menjelaskan tentang pemikiran dan ajaran tasawuf akhlaki dari Al-Ghazali
2

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Tasawuf Akhlaki


Definisi Tasawuf Akhlaqi merupakan tasawuf yang cenderung berfokus pada
perbaikan akhlak, dan untuk menemukan hakikat kebenaran dan juga mewujudkan
umat manusia yang dapat ma'rifat pada Allah Swt. Untuk bisa ke tujuan itu maka
perlu adanya metode-metode khusus yang telah dirumuskan. Tasawuf Akhlaqi atau
biasa disebut pada istilah sunni, model tasawuf ini bertujuan untuk dapat mewujudkan
akhlak yang mulia dalam diri seorang sufi, sekaligus untuk menghindari diri dari
akhlak mazmumah atau akhlak tercela, tasawuf akhlaqi telah dikembangkan oleh
ulama-ulama salad as-salih. Oleh sebab itu tasawuf akhlaqi ini ialah kajian ilmu yang
memerlukan praktik untuk dapat menguasainya dan tidak hanya berupa teori sebagai
sebuah pengetahuan tetapi harus diterapkan pada aktifitas kehidupan umat manusia.

Akhlak dan tasawuf ini merupakan dua dari disiplin ilmu Islam lalu kemudian
dikembangkan oleh para ulama Islam dari dasar keIslamannya seperti pada Al-Qur'an
dan juga Al-Hadist. Dan diperkaya pada aktifitas dari Rasulullah Saw dan juga
sahabatnya. Akhlak dan juga tasawuf sama hal nya dengan ilmu keIslaman yang
lainnya seperti, Tajwid, Fiqh, dan juga Tauhid, dan lain sebagainya. Pada tasawuf
akhlaqi ini bermakna untuk membersihkan tingkah laku seseorang atau saling untuk
membersihkan tingkah laku seseorang. Dalam tasawuf akhlaqi ini konteksnya ialah
manusia maka tingkah laku dari manusia ini akan menjadi objek sasarannya. Tasawuf
Akhlaqi ini dapat kita pandang untuk sebuah tatanan dasar dalam menjaga akhlak
umat manusia, atau dalam sosialnya, yaitu moralitas manusia.
3
2.2 Tokoh Pemikiran Hasan Al-Bashri
A. Biografi Hasan Al-Bashri
Hasan Al-Bashri yang memiliki nama lengkap Abu Sa'id Al Hasan bin Yasar,
ia adalah seorang zahid yang sangat masyhur di para kalangan tabi'in. Ia
dilahirkan di kota Madinah pada tahun 21 H (623 M). Ia dilahirkan dua malam
sebelum wafatnya Khalifah Umar bin Khattab, hasan al-bashri lahir dari
seorang ibu yang bernama Khairah, ibu dari hasan al-bashri ini merupakan
seorang hamba sahaya milik Ummu Salamah, istri dari Rasulullah Saw.
Kemudian ayahnya hasan al-bashri bernama Yasar keturunan Persi yang
beragama Nasrani, ayahnya ini ialah seorang budak yang ditangkap di Maisan
yang setelah itu telah dimerdekakan pada Zaid bin Tsabit, zaid bin tsabit ini
merupakan sekertaris dari Rasulullah Saw, yang sekaligus menjadi juru tulis
wahyu Rasulullah Saw. Oleh sebab itu Yasar atau biasa disebut Yasar Maula
Zaid bin Tsabit. Pada kelahiran Hasan Al-Bashri ini membawa keberuntungan
pada kedua orang tuanya karena itu kedua orang tua hasan al-bashri terbebas
pada status hamba sahaya kemudian bebas menjadi merdeka.
pada malam Jum’at awal bulan Rajab Tahun 110 Hijriah, Hasan Al Bashri
memenuhi panggilan Rabb-nya. Pada pagi hari, tersebarlah berita wafatnya di
tengah orang-orang sehingga Bashrah bersedih karena kematiannya. Hasan
wafat pada usia lanjut 86 tahun dan dimakamkan di Bashrah.

2.3 Pemikiran Tasawuf Hasan Al-Bashri


Hasan Al-Bashri merupakan seorang sufi dari angkatan para tabi’in, beliau
yang sosok yang sangat takwa, wara’ serta zuhud pada kehidupan dunia, yang
di kala masanya, banyak dari golongan masyarakat yang terkhusus dari
golongan atas yang hidupnya sangat berfoya- foya. Yang mana kezuhudan itu
masih menempel ajarannya dari para ulama-ulama yang lain pada masa
sahabat. Dimana ajaran dari Hasan Al-Bashri ini masih kental atau masih
bersumber pada Alquran serta hadis Nabi, maka dari itu Hasan Al-Bashri
termasuk pada kalangan Tasawuf Sunni. Abu Na’ im Al- Ashbahani telah
mengungkapan pada pandangan tasawuf Hasan Al-Bashri sebagai berikut,“
Sahabat takut ( Khauf) serta pengharapan( Raja’) tidak hendak dirundung
kemuraman serta keluhan, tidak sempat tidur dan tidak senang tidur karena
senantiasa mengingat Allah Swt.”
4
Pemikiran tasawufnya yang lain merupakan anjuran kepada tiap orang untuk
dalam keadaan tetap bersedih hati dan tetap takut jika tidak sanggup
melakukan seluruh perintah dari Allah Swt. serta menghindari segala
larangan-Nya. Sya’rani sempat mengatakan,“ Demikian takutnya sehingga
seolah-olah beliau merasa kalau neraka itu cuma dijadikan buat dia”.
Khauf (takut) merupakan ibadah hati. Tidak dibenarkan khauf (takut) ini
kecuali kepada-Nya yaitu Allah Swt. Khauf (takut) merupakan syarat dari
pembuktian keimanan seseorang. Apabila seseorang itu khauf (takut) kepada
Allah Swt. Dan jika khauf itu berkurang dalam diri seseorang, maka hal ini
sebagai tanda mulai berkurangnya pengetahuan dirinya terhadap Rabb-nya,
sebab orang yang paling tahu tentang Allah swt adalah orang yang paling takut
kepada-Nya.
Adapun salah satu ayat Al-Quran yang menerangkan tentang Khauf
diantaranya ada dalam surah Az-zumar : 13 dan Al-Insan : 10.

َ ‫ْت َرب ِّْي َع َذ‬


‫اب يَوْ ٍم َع ِظي ٍْم‬ َ ‫قُلْ اِنِّ ْٓي اَخَافُ اِ ْن َع‬
ُ ‫صي‬

Artinya : Katakanlah, “Sesungguhnya aku takut akan azab pada hari yang
besar jika aku durhaka kepada Tuhanku.” ( Q.S Az-Zumar : 13 )

‫اِنَّا نَ َخافُ ِم ْن َّربِّنَا يَوْ ًما َعبُوْ سًا قَ ْمطَ ِر ْيرًا‬

Artinya : Sungguh, kami takut akan (azab) Tuhan pada hari (ketika) orang-
orang berwajah masam penuh kesulitan.” (Q.S Al-Insan : 10)
Raja’ merupakan tergantungnya hati untuk dapat meraih sesuatu di kemudian
hari. Raja’ ialah kegiatan ibadah yang berpacu dalam kerendahan dan
ketundukan hati, tidak boleh selain dari kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dan
memalingkan kepada selain Allah Swt. adalah sebuah perbuatan kesyirikan,
bisa tergolong pada syirik besar ataupun syirik kecil tergantung terhadap apa
yang ada dalam hati orang yang tengah mengharap. Raja’ tidaklah menjadikan
pelakunya terpuji kecuali bila disertai amalan.

4
2.4 Tokoh Pemikiran Al-Ghazali
A. Biografi Al-Ghazali
Al-Ghazali yang memiliki nama lengkap Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin
Ahmad Al-Ghazali. Dan lahir di Jadi pada tahun 450 550 H. yang sesuai dengan tahun
1034-1111 M. Al-Ghazali kemudian dikenal dengan julukan Hujjatul Islam. Julukan
tersebut didasarkan pada keluasan ilmu dan amalnya, dan masa hidupnya yang penuh
akan perjuangan dan juga pengorbanan untuk mempertahankan ajaran agama Islam,
dari berbagai baik yang datang dari luar maupun dari dalam Islam itu sendiri. Dalam
bidang tasawuf Al-Ghazali membawa paham pada al-Ma'rifah. Akan tetapi paham al-
Ma'rifahnya ini berbeda dengan al-Ma'rifah yang disampaikan pada Dzun Nun Al-
Misri, di bidang tasawuf Al-Ghazali banyak memiliki jasa yang dengan hal itu ajaran
tasawufnya Al-Ghazali dapat diterima di kalangan para ahli syari'at.

Ayah dari Al-Ghazali sendiri memilki pekerjaan sebagai pengrajin dari kain shuf
yaitu kain yang dibuat dari kulit domba. Setelah kain itu selesai maka ia pun
menjualkannya di Kota Jadi. Ayah dari Al-Ghazali ini merupakan orang yang taat
pada agama dan sangat mencintai pada para kalangan kaum ulama, lebih utama pada
kalangan kaum sufi. Dengan kecintaannya pada kalangan kaum ulama dan
ketaatannya pada agama maka ia mempunyai cita-cita yang tinggi yaitu ingin menjadi
orang yang alim dan juga sholeh. Salin cintanya pada golongan kaum ulama, al-
ghazali seringkali di ajak untuk sowan atau bersilaturahmi ke para golongan kaum
alim ulama yang berada di Such.
Al-Ghazali dikenal bukan hanya sebagai seorang ahli fiqih saja, akan tetapi sebagai
tokoh fiqih, pemikir dan seorang filosof hebat yang banyak dalam memberikan
sumbangan pada perkembangan pemikiran dan juga ilmu pengetahuan khusus pada
dunia Agama Islam. Dengan kompetensi dan juga kepintaran pada ilmu yang
dimilikinya, al-ghazali bahkan pernah menjabat sebagai rektorat di Kampus
Nizhamiyah, Baghdad dan beberpa jabatan-jabatan penting lainnya. Sebelum dia
memilih sebagai seorang sufi, dan yang terlebih lagi berkat dari keluasan ilmunya itu
al-ghazali banyak menciptakan karya-karya besar dalam sejarah kehidupannya, yang
hingga saat ini karya nya masih dikaji di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia.

2.5 Pemikiran Tasawuf Al-Ghazali

Pemikiran Tasawuf dari imam Al-Ghazali ini memiliki 4 pokok pemikiran


diantaranya; Pada pokok pemikiran yang pertama ialah tentang Maqmat menurut
pendapat al-ghazali tentang hal ini bahwa calon seorang sufi, diantaranya ialah ; tobat,
sabar,kefakiran, zuhud,tawakal,dan juga makrifat. Dengan makrifat ini maka timbulah
mahhabah, arti mahhabah ini ialah esensi taqarrub (pendekatan pada tuhan).
Kemudian Ma'rifah merupakan hasil dari penyerapan jiwa seseorang yang kemudian
mempengaruhi kondisi jiwa dari seseorang tersebut, yang kemudian pada akhirnya
dapat berpengaruh pada semua aktifitas ragawi.

Lalu yang kedua, sarana ma'rifat dalam hal ini seorang sufi menurut pandangan al-
ghazali ialah kalbu bukan halnya perasaan dan juga bukan juga akal budi. Kalbu
menurut pandangannya ialah bukan sebagian dari bagian tubuh yang dikenal terletak
pada bagian tubuh yang terletak pada bagian kiri dada manusia, akan tetapi percikan
dari rohaniah kepada Tuhannya yang merupakan hakikat dari realitas manusia, namun
akal dan budi belum memahami perkaitan dari keduanya.

Ketiga, mengenai manusia al-ghazali membagi manusia dalam tiga golongan


diantaranya yaitu, kaum awam atau kaum yang masih belum mengetahui apapun yang
cara dalam berfikirnya masih sangat sederhana, lalu kaum pilihan (khawas elect) yang
memiliki akal tajam dan berfikirnya secara mendalam, ketiga kaum dari ahli debat
(ahl al-jadl). Dan adapun tentang kebahagian beliau mengatakan bahwa kebahagian
ini akhir dari perjalanan para kaum sufi.

Keempat, melalui pendekatan sufistik al-ghazali berusaha untuk mengembalikan


Islam pada sumber yang fundamental dan historis serta memberikan tempat pada
kehidupan emosional keagamaan seseorang (esoterik) dalam sistemnya.

2. 6 Karya Al-Ghazali Dalam Bidang Tasawuf

A. Ihya Ulumuddin, merupakan salah satu masterpiece-nya yang terkenal. Kitab ini
merupakan pencapaian yang terbesar. Ditulis selama beberapa tahun, dalam keadaan
berpindah-pindah antara Damakus, Yerusalem, Hijaz, dan Jadi yang berisi panduan fiqh,
tasawuf dan filsafat. Kitabnya ini terdiri dari empat jilid. Meski dikenal sebagai tasawuf,
kitab Ihya' sesungguhnya kitab yang berisi fikih dan tasawuf. Lewat kemampuan ini, al-
ghazali berusaha memadukan dan mempertemukan antara fikih dan tasawuf.

B. Kimiya as-Sa'adah (Kimia Kebahagiaan).

C. Misykat al-Anwar (Relung Cahaya) kitab ini berisi pembahasan tentang akhlak dan
tasawuf.

D. Minhaj al-Abidin (Jalan bagi orang-orang yang beribadah)

E. Akhlak al-Abras wa an-Najah min al-Asyhar (akhlak orang-orang baik dan kesalamatan
dari kejahatan).

F. Al-Washit (Moderatisme).

G. Al-Wajiz. (Ringkasan)
H. Az-Zariyah ila Makarim asy-Syariah (jalan menuju syariat yang mulia)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Zulkifli, M.Ag Dr. H. Jamaluddin, M.Us. (2018). AKHLAK TASAWUF Jalan Lurus Mensucikan Diri.
Yogyakarta.
Dr. H. Badrudin, M. Ag. (2015). AKHLAK TASAWUF . Serang.
Suteja Ibnu Pakar. (2012). Tokoh-tokoh Tasawuf dan Ajarannya. Yogyakarta .

Anda mungkin juga menyukai