Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PENGERTIAN DAN SEJARAH AHLUSUNNAH WAL


JAMAAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah: Ahlusunnah wal Jamaah (ASWAJA)

Dosen Pengampu: Amak Fadholi, M.Pd

Oleh:

Kelompok 1

1. Ahmad Zaini (20221282010525)

2. Nor Azizah (20221282010538)

JURUSAN TARBIYAH

PRODI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM BUSTANUL ULUM

YOSOWILANGUN – LUMAJANG

2022
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua yang berupa ilmu dan
amal. Dan berkat rahmat dan hidayah-Nya pula, kami dapat menyelesaikan
makalah “Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah” ini dengan penuh
tanggung jawab.
Kemudian shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada
Nabi Muhammad SAW yang merupakan pendorong kemajuan agama Islam ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak akan tuntas tanpa
adanya bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, khususnya
kepada :
1. Amak Fadholi, M.Pd selaku dosen pengampu matakuliah Ahlusunnah wal
Jamaah (ASWAJA)

2. Untuk teman-teman seperjuangan, prodi Managemen Pendidikan Islam (MPI)


yang telah memberikan dorongan semangat kepada kami untuk
menyelesaikan tugas ini.

Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak diselimuti


kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Dengan demikian kritik, saran, dan
masukan yang membangun merupakan kebutuhan kami, sehingga bisa dijadikan
pedoman dalam penulisan makalah ke arah yang lebih baik lagi. Semoga makalah
ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Wassalamualaikum Wr. Wb.


Lumajang, 16 September 2022

Penulis

ii
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

DAFTAR ISI

COVER ............................................................................................................... i

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................... 2

C. Tujuan Masalah ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Napak Tilas Munculnya Istilah Ahlusunnah wal Jama'ah ...................... 3

B. Arti Ahlusunnah wal Jama'ah ................................................................. 8

C. Definisi Para Ulama Tentang Ahlusunnah wal Jama'ah....................... 11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ........................................................................................... 13

B. Saran ...................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 14

iii
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ahlussunnah wal jama'ah adalah istilah yang paling populer dalam dunia
Islam sekaligus paling ampuh digunakan untuk menyerang golongan lain yang
sesat dan tidak selamat (ghair an-najiah). Dalam cerita silat, Ahlussunnah
Wal Jama'ah mungkin bisa diibaratkan sebagai senjata pusaka peninggalan
seorang pendekar agung sakti mandraguna. Masing-masing pihak mengklaim
dirinya sebagai pewaris paling sah atas senjata itu. Mereka kemudian saling
bertempur mengeluarkan kemampuan masing-masing untuk membuktikan
klaimnya adalah yang benar, sedang yang lain keliru. Agar tidak menimbulkan
pertentangan di kemudian, tentu saja sang pendekar itu menyebutkan ciri-ciri
tertentu pewarisnya. Orang orang yang sesuai dengan kriteria-keriteria yang
diberikan sang pendekar itulah tentunya yang layak mewarisi senjata pusaka
itu.
Tak berbeda dengan itu, kita mungkin sepakat bahwa Ahlussunnah Wal
Jama'ah adalah ajaran-ajaran warisan Rasulullah saw. kepada umatnya.
Rasulullah saw. sendiri telah menyebutkan beberapa kriteria pengikut
pengikut sejatinya yang disinyalir oleh beliau sebagai golongan yang selamat
dari siksa neraka. Sejarah menginformasikan, pertentangan demi pertentangan
antarsesama muslim mengiringi perjalanan sejarah umat Islam sejak dahulu
hingga kini hanya gara-gara saling mengklaim sebagai pewaris paling sah
peninggalan Rasulullah saw. Dalam setiap pertentangan yang terjadi, vonis
kafir dan sesat meluncur dari masing-masing pihak. Pertentangan tidak hanya
terjadi dalam wilayah inteletual, melainkan berlanjut menjadi pertentangan
fisik hingga menimbulkan pertumpahan darah.
Tidak mudah mendefinisikan istilah ini secara konkret. Untuk
mendapatkan pemahaman yang komprehensif tentang istilah yang sudah
menyejarah ini, kita harus mengkajinya dari berbagai sudut pandang. Di sini,
kami berusaha untuk merumuskan pengertian ahlussunnah wal jama'ah
melalui beberapa tinjauan, yaitu kemunculan sejarah kemunculan istilah,

1
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

makna masing-masing kata pembentuk istilah, definisi para ulama, dan sejarah
perkembangan aliran ini.
B. Rumusan Masalah
1. Napak tilas munculnya istilah Ahlusunnah wal Jama'ah?
2. Arti Ahlusunnah wal Jama'ah?
3. Definisi para ulama tentang Ahlusunnah wal Jama'ah?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui kapan munculnya istilah Ahlusunnah wal Jama'ah
2. Untuk mengetahui arti Ahlusunnah wal Jama'ah
3. Untuk mengetahui definisi para ulama tentang Ahlusunnah wal Jama'ah

2
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

BAB II
PEMBAHASAN

A. Napak Tilas Munculnya Istilah Ahlusunnah wal Jama'ah?

Apakah Rasulullah saw. pernah menyebutkan istilah Ahlussunnah Wal


Jama'ah? Kami secara gamblang tidak menemukan adanya riwayat shahih
yang menerangkan bahwa Nabi saw. pernah menyebutkan teks Ahlusunnah
wal Jama'ah. Ada sebuah hadis yang secara langsung menggunakan redaksi
Ahlusunnah wal Jama'ah, yaitu,

،‫ٍ فزقت‬ٛ‫ٍ ٔسبع‬ُٛ‫ٍ فزقت ٔانُصبرٖ عهٗ اث‬ٛ‫ٕٓد عهٗ إحدٖ ٔسبع‬ٛ‫ ملسو هيلع هللا ىلص افتزقج ان‬ٙ‫قبل انُب‬
. ‫ت‬ٛ‫ ٔيٍ انُبج‬. ‫م‬ٛ‫ق‬.ٗ‫ت يُٓب ٔاحدة ٔانببقٌٕ عهٗ ْهك‬ٛ‫ٍ فزقت انُبج‬ٛ‫ عهٗ ثال ث ٔسبع‬ٙ‫ٔستفتزق أيت‬
ٙ‫ٕو ٔأصحبب‬ٛ‫ّ ان‬ٛ‫ يب أَب عه‬، ‫ قبل‬،‫ ٔيب انسُت ٔانجًبعت‬. ‫م‬ٛ‫ ق‬، ‫ أْم انسُت ٔانجًبعت‬، ‫قبل‬

Nabi saw bersabda, "Umat Yahudi terpecah menjadi 71 golongan Umat


Narani menjadi 72 golongan. Sedang umatku akan terpecah menjadi 73
golongan. Yang selamat dari 73 golongan itu hanya satu. Sedang lainnya
celaka. Ditanyakan (kepada Nabi), "Siapakah golongan yang selamat itu?"
Beliau bersabda, "Ahlussunnah wal Jama'ah." Ditanyakan (kepada Nabi),
"Siapakab Ahlussunnah wal Jama'ah itu?" Rasul saw bersabda, "apa yang aku
berada di atasnya saat ini dan para sababatku."
Hadis ini, menurut pengakuan Masduqi Mahfudz, disebutkan oleh Al-
Hafidz Ibnu Hajar dalam al-Qoul al-Musaddad fi al-Dzabbi an Minadi
Ahmad. Kemudian, asy-Syahrastani juga menyebutkannya dalam al-Milal
wan-Nihal. Juga Al-Ghazali dalam Ihya' Ulumuddin. Tapi, dalam kitab-kitab
tersebut, hadis ini tidak disebutkan sanadnya. Dengan demikian, sulit untuk
dibuat pijakan. Hadis shahih yang senada dengan itu hanya menyebutkan kata
al-jama'ah, bukan Ahlussunnah wal Jama'ah, seperti hadis berikut ini:

ٖ‫ انُبر ٔافتزقج انُصبر‬ٙ‫ انجُت ٔسبعٌٕ ف‬ٙ‫ٍ فزقت فٕاحدة ف‬ٛ‫ٕٓد عهٗ إحدٖ ٔسبع‬ٛ‫افتزقج ان‬
ٙ‫دِ نتفتزقٍ أيت‬ٛ‫ انجُت ٔانذ٘ َفس دمحم ب‬ٙ‫ انُبر ٔٔاحدة ف‬ٙ‫ٍ فزقت فبحدٖ ٔسبعٌٕ ف‬ٛ‫ٍ ٔسبع‬ٛ‫عهٗ ثُت‬

3
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

‫ب رسٕل هللا يٍ ْى قبل‬ٚ ‫م‬ٛ‫ انُبر ق‬ٙ‫ انجُت ٔثُتبٌ ٔسبعٌٕ ف‬ٙ‫ٍ فزقت ٔاحدة ف‬ٛ‫عهٗ ثالث ٔسبع‬
)‫زْى‬ٛ‫ ٔغ‬َٙ‫انجًبعت ( رٔاِ ابٍ يبجّ ٔأحًد ٔانطبزا‬

Karena tak ditemukan adanya riwayat shahih yang menyebutkan istilah


Ahlussunnah wal Jama'ah, maka banyak kalangan menilai istilah itu baru
muncul setelah masa Rasulullah saw. Dalam hal ini, komentar Ibnu Abbas ra.
ketika menafsirkan Q.S. Ali Imran: 106, "Adapun orang yang putih wajahnya
mereka adalah Ahlussunnah wal Jama'ah. Adapun orang yang hitam wajahnya
mereka adalah ahlul-bid'ah dan sesat. Hal ini bisa menjadi petunjuk.
Ibnu Abbas adalah sahabat yang berusia panjang. la hidup hingga masa
khalifah kedua Bani Umayah, Yazid Ibn Mu'awiyah. Ibnu Abbas wafat pada
tahun 68 H dalam usia 74 tahun. Ibnu Abbas, sebagaimana ditulis Abu Zahrah
bersama Hasan al-Bashri adalah beberapa tokoh yang menentang pemikiran-
pemikiran jabbariyah. Jadi, kemungkinan kuat istilah Ahlussunnah wal
Jama'ah itu digunakan untuk membedakan antara golongan pengikut sunah
dengan pelaku bid'ah.
Menurut sebagian sejarawan, istilah Ahlussunnah wal Jama'ah itu
digunakan sejak abad III H. Mereka menyebutkan satu bukti yang ditemukan
pada lembaran surat Al-Ma'mun (khalifah Dinasti Abbasiyyah ke-6). Di sana,
tercantum kata-kata, "wa nassaba nafsahum ila as-sunnah (mereka
menisbatkan diri pada Sunnah)."
Abad III H adalah periode tabi' tabi'in atau periode imam-imam mujtahid.
Pada abad ini, pemikiran pemikiran bid'ah sudah menjalar terutama bid'ah dari
kaum Mu'tazilah. Sebagaimana diakui sejarah, Al-Ma'mun adalah khalifah
Abbasiyah yang mengambil Mu'tazilah sebagai akidah resmi negara kemudian
memaksakan doktrin-doktrin Mu'tazilah kepada kaum muslimin.
Istilah Ahlussunnah wal Jama'ah juga pernah disebut oleh Al-Asy'ari
(260-320 H) dalam Makalah al-Islamiyyin, di sini ia menggunakan istilah ahl
as-sunnah Kemudian, dalam al-Ibanah, ia menggunakan istilah ahl al-haq wa
as-sunnah.
Imam asy-Syatibi mengatakan, setelah terjadinya perpecahan dan
tersebarnya berbagai perilaku dan pemikiran bid'ah, sunah telah menjadi

4
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

identitas pembeda antara ahl as sunnah dan ahl bid'ah. Jika dikatakan si fulan
ahli sunnah atau mengikuti sunah, maka ia adalah kebalikan apa-apa yang
terdapat dalam Al-Quran, ataupun sesuatu yang berasal dari Nabi saw., atau
berbeda dengan ijtihadnya ahli bid'ah. Disebutkan si Fulan itu mengikuti
sunah bila ia beramal sesuai dengan yang diamalkan Nabi saw.
Lebih rinci, Abu Fadlal as-Senori, penulis al-Kawakib al-Lama'ah ulama
kelahiran Tuban, Jawa Timur, mengungkapkan, setelah umat Islam terpecah
menjadi beberapa golongan, ternyata masih ada diantara mereka orang-orang
yang tetap berada dalam kebenaran dan memegang teguh sunah Nabi saw.
Munculnya istilah Ahlussunnah wal Jama'ah merupakan perwujudan atau
bukti dari sabda Rasulullah saw., "Selalu segolongan dari umatku
mendapatkan pertolongan. Mereka tidak tergoyahkan oleh siapa pun yang
akan menjerumuskannya sampai hari kiamat (H.R. Ibnu Majah). Untuk orang-
orang inilah, istilah Ahlussunnah wal Jama'ah ditujukan. Dengan kata lain,
Ahlussunnah wal Jama'ah adalah orang-orang yang memegang teguh sunah
Nabi saw. dan ajaran para sahabat, baik dalam masalah akidah, ibadah,
maupun etika batiniyah (tasawuf).
Di antara mereka (orang-orang yang tetap berada dalam kebenaran dan
memegang teguh sunnah Nabi saw.), ada yang bergelut dalam menegakkan
hujjah-hujjah naqliyah dan aqliyah. Mereka ini disebut mutakallimin (ahli
ilmu kalam). Yang bergelut dalam bidang ilmu peribadatan fisik, hukum dan
peradilan, mu'amalah dan lain-lain disebut fuqaha (ahli fiqh). Yang bergelut
dalam bidang pengumpulan hadis dan menentukan kualitas hadis (shahih dan
tidak) disebut muhadditsin (ahli hadis). Yang bergelut dengan memperbanyak
amal ibadah, pembersihan hati dari akhlak-akhlak tercela, dan menghiasi hati
dengan akhlak-akhlak terpuji, disebut shufiyah (ahli tasawuf). Empat golongan
ini pada masa perpecahan itu menjadi rujukan masyarakat guna menyelesaikan
masalah yang mereka hadapi. Selain itu, pada masa ini, umat Islam belum
terikat kepada sosok-sosok tertentu seperti pada masa sesudahnya yang hanya
terikat pada empat mazhab. Mereka bebas memilih tokoh-tokoh yang mereka
sukai. Masa kebebasan memilih ini adalah periode tabi'in dan tabi' tabiin.

5
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

Meski sudah mengetahui sebab kemunculan istilah itu, namun Abu Fadhl
sendiri merasa kesulitan untuk menentukan secara pasti munculnya istilah
Ahlussunnah wal Jama'ah itu. Namun, jika kurun waktu yang bisa
menghilangkan kekaburan sejarah tentang kemunculan istilah itu terpaksa
harus dijelaskan, ia menyatakan barangkali periode tabi’in bisa dijadikan
pedoman. Sebab, kata Abu Fadhl, pada periode tabi'in lah umat Islam
terpecah-pecah menjadi berbagai golongan,
Beberapa pandangan di atas memberikan kesimpulan bahwa Ahlussunnah
wal Jama'ah merupakan istilah yang terbentuk dari kondisi keagamaan kaum
muslimin yang saat itu tengah dikelilingi berbagai macam paham
menyimpang (bid'ah). Adapun penggunaan istilah itu, menjadi semacam
identitas atau pembeda antara golongan pengikut sunah Nabi Muhammad saw.
dan golongan pelaku bid'ah.
Namun demikian, pada awal-awal kemunculannya, istilah Ahlussunnah
wal Jama'ah belum begitu populer dan mengakar di tengah tengah kaum
muslimin. Karena, wabah bid'ah belum begitu menjalar di tengah-tengah
masyarakat Islam. Belum meluasnya wabah bid'ah pada masa itu disebabkan
masyarakat waktu itu lebih mengikuti tabi'in para sebagai murid langsung dari
sahabat-sahabat Nabi saw. yang tentunya lebih terpercaya karena secara
keilmuan dan perilaku memiliki jalur yang lurus kepada Nabi saw. Selain itu,
sebagaimana telah kita ketahui dari sebelumnya, golongan Syi'ah dan
Khawarij tidak mengakui pemerintahan Bani Umayah. Bahkan, selalu ingin
memberontak kepada dinasti yang didirikan oleh Mu'awiyah ibn Abi Sufyan
ini. Karena itu, Bani Umayah memerangi dua kelompok ini yang membuat
keduanya selalu terkejar-kejar. Karena selalu diburu oleh penguasa Bani
Umayah, golongan Syi'ah dan Khawarij hampir tidak memiliki kesempatan
untuk mengembangkan pahamnya.
Ketika pemerintahan Islam berada di tangan Bani Abbasiyah, wabah
bid'ah semakin meluas di tengah masyarakat, terutama bid'ah dari kaum
Mu'tazilah. Sebagian khalifah dinasti ini begitu menggandrungi pemikiran
rasionalisme Yunani. Saking gandrungnya, Khalifah Al-Ma'mun sampai
mendirikan lembaga penerjemahan yang diberi nama Baitul Hikmah untuk

6
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

menerjemahkan karya-karya pemikir Yunani ke dalam bahasa Arab.


Kegandrungan sebagian khalifah Abbasiyah dengan rasionalisme Yunani tentu
membawa angin segar bagi kaum Mu'tazilah yang sangat besar dipengaruhi
oleh rasionalisme Yunani. Mu'tazilah kemudian diambil menjadi akidah resmi
negara oleh Al-Ma'mun dan berakhir pada masa Khalifah Al-Mutawakkil.
Akibat persentuhan Islam dengan filsafat Yunani muncul pula filosof-filosof
muslim yang banyak dalam pendapat mereka bertentangan dengan ajaran Nabi
saw. Seperti, alam itu qadim, alam bekerja sendiri mengikuti hukum-
hukumnya, kebangkitan jasmani tidak ada, dan lain-lain.
Ketika Mu'tazilah menjadi mazhab resmi negara, maka berlangsunglah
malapetaka akidah itu. Penguasa Abbasiyah memaksakan ajaran-ajaran
Mu'tazilah kepada umat Islam waktu itu. Di antaranya adalah memaksakan
ajaran "Al-Quran makhluk" kepada masyarakat dan ulama-ulama pembela
sunnah. Tapi, masyarakat dan ulama-ulama pembela sunah, seperti imam-
imam mazhab empat, sangat menentang keras ajaran itu. Karena, bertolak
belakang dengan ajaran Rasulullah saw. Mereka tetap berkeyakinan bahwa
bahwa Al-Quran sebagai kalamullah adalah qadim, bukanlah makhluk seperti
keyakinan kaum Mu'tazilah. Konsistensi mayoritas umat Islam dan ulama-
ulama sunnah demikian menyebabkan penguasa Bani Abbasiyah
menggunakan kekerasan terhadap mereka yang memakan ribuan korban.
Pemaksaan dengan kekerasan itu berlangsung dalam waktu lama dan baru
berakhir pada penghujung abad III H, yakni sejak Al-Mutawakkil memegang
tampuk kekuasaan Bani Abbasiyah. Para sejarawan menyebut masa
pemaksaan ini dengan masa mihnah. Istilah Ahlussunnah wal Jama'ah yang
pada masa sebelumnya belum begitu populer dan mengakar, pada masa
mihnah ini menjadi semakin populer dan mengakar kuat ke dalam jantung
umat Islam. Ahlusunnah wal jama'ah pada waktu itu betul-betul menjadi
identitas pembeda antara pengikut sunah dan pelaku bid'ah.
Manakala para imam mujtahid pembela sunah Rasulullah saw. sudah tiada,
sedang wabah bid'ah masih terus menjajahi kaum muslimin. Bahkan, semakin
meluas ke seluruh wilayah Islam. Para pengikut imam-imam mazhab tampil
menggantikan mereka untuk menegakkan kembali akidah-akidah para sahabat,

7
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

tabi'in dan tabi' tabi'in. Di antara para penerus itu adalah Imam Abu Al-Hasan
Al-Asy'ari dan Imam Abu Manshur Al-Maturidi.
Untuk menegakkan kembali akidah salafus-shalih, kedua imam ini
menyusun pokok-pokok akidah salafus-shalih yang sebelumnya tidak pernah
dilakukan oleh mereka. Dalam menyusun ilmu akidah, Al-Asy'ari dan Al
Maturidi menyertakan argumen-argumen rasional untuk medukung dan
memperkuat pemahaman akidah salafus-shalih. Abu Al-Hasan Al-Asy'ari dan
Abu Manshur Al-Maturidi sangat memahami bahwa kaum Mu'tazilah yang
rasionalis harus dihadapi dengan pemahaman rasional pula. Dalil-dalil
naqliyah yang menjadi landasan akidah ulama salafus-shalih harus didukung
dengan dalil-dalil aqliyah untuk melawan pemikiran-pemikiran rasional
Mu'tazilah. Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Manshur Al-Maturidi kemudian
mengajarkan akidah salafus-shalih yang telah mereka rumuskan kepada
khalayak umum guna membentengi akidah umat Islam dari bid'ah yang
merajalela pada waktu itu. Berawal dari sinilah, kemudian lahir istilah
Asy'ariyah (pengikut Imam Al-Asy'ari) dan Maturidiyah (para pengikut Imam
Al-Maturidi).
Jika pada masa imam-imam mazhab, kaum muslimin menyandarkan setiap
permasalahan kepada mereka, baik permasalahan hukum syaiat, etika, maupun
akidah. Maka, setelah masa imam-imam mazhab lewat sedang wabah bid'ah
masih terus menjalar di tengah-tengah masyarakat, maka mayoritas kaum
muslimin menjadikan Al-Asy'ari dan Al-Maturidi sebagai wakil dari salafus-
shalih sebagai rujukan kebenaran dalam akidah. Oleh sebab itu, mayoritas
umat Islam menisbatkan Ahlusunnah wal jama'ah kepada golongan pengikut
Imam Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Manshur Al-Maturidi.

B. Arti Ahlusunnah wal Jama'ah


Ahlussunnah wal Jama'ah terbentuk dari tiga kata, ahl, sunnah, dan
jama'ah. Ahlu bermakna golongan. Sedang as-sunnah, menurut Imam as-
Syatibi, ialah segala sesuatu yang dinukil dari Nabi Muhammad saw. secara
khusus dan tidak terdapat dalam Al Quran, tapi dinyatakan oleh Nabi. Jadi,
beliau sekaligus merupakan penjelasan isi Al Quran. Sannah dalam pengertian

8
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

ini, lanjut as-Syathibi, merupakan antonim (lawan kata) dari bid'ah. Si fulan
disebut ahli sunah bila ia beramal sesuai dengan amal Rasulullah saw. yang
menjadi penjelas pertama dari Al Quran. Kebalikan dari itu, si fulan disebut
ahli bid'ah, bila ia beramal bertentangan dengan Rasulullah saw.

Masih merujuk as-Syatibi, kata "sunnah" juga digunakan untuk menyebut


apa yang dilakukan para sahabat, baik ditemukan dalam Al Quran dan sunah
Nabi saw. maupun tidak. Mengapa demikian? Karena, apa yang mereka
lakukan itu berdasarkan sunah Nabi saw. yang mereka ketahui, tapi tidak
sampai kepada kita. Atau berdasarkan ijtihad yang telah disepakati oleh
mereka atau para khalifah karena kesepakatan di antara mereka merupakan
ijma’.
Berdasarkan keterangan dari as-Syatibi dalam Al-Muwafaqat ini, maka
makna ahlussunnah tidak lain merupakan golongan yang mengikuti sunah
Rasulullah saw. dalam segala hal, yakni mencakup akidah, hukum syariat, dan
etika (tasawuf) sebagai trilogi ajaran Islam.
Kata yang kedua adalah al-jama'ah. Kata ini diambil dari sabda Rasulullah
saw. yang menyatakan bahwa umat Islam kelak akan terpecah menjadi 73
golongan. Rasulullah saw bersabda,

ٖ‫ انُبر ٔافتزقج انُصبر‬ٙ‫ انجُت ٔسبعٌٕ ف‬ٙ‫ٍ فزقت فٕاحدة ف‬ٛ‫ٕٓد عهٗ إحدٖ ٔسبع‬ٛ‫افتزقج ان‬
ٙ‫دِ نتفتزقٍ أيت‬ٛ‫ انجُت ٔانذ٘ َفس دمحم ب‬ٙ‫ انُبر ٔٔاحدة ف‬ٙ‫ٍ فزقت فبحدٖ ٔسبعٌٕ ف‬ٛ‫ٍ ٔسبع‬ٛ‫عهٗ ثُت‬
‫ب رسٕل هللا يٍ ْى قبل‬ٚ ‫م‬ٛ‫ انُبر ق‬ٙ‫ انجُت ٔثُتبٌ ٔسبعٌٕ ف‬ٙ‫ٍ فزقت ٔاحدة ف‬ٛ‫عهٗ ثالث ٔسبع‬
)‫زْى‬ٛ‫ ٔغ‬َٙ‫انجًبعت ( رٔاِ ابٍ يبجّ ٔأحًد ٔانطبزا‬

Dalam riwayat Tirmidzi hadis ini tidak menggunakan redaksi al-jama'ah,


tapi maa ana 'alaihi wa ashhabi

‫لتأتٌن على أمتً ما أتى على بنً إسرائٌل حذو النعل بالنعل على إن كان منهم من أتى أمه‬
‫عالنٌة لكان فً أمتً من ٌصنع ذلك وإن بنً إسرائٌل تفرقت على ثنتٌن وسبعٌن ملة ملة وتفترق‬
‫أمتً على ثالث وسبعٌن ملة كلهم فً النار إال ملة واحدة قالوا ومن هً ٌا رسول هللا قال ما أنا علٌه‬
)‫وأصحابً (رواه الترمذي‬

9
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

Kata ‫ الجماعة‬pada hadis pertama bila ditemukan dengan hadis kedua yang
menggunakan redaksi ً‫ما أنا علٌه وأصحاب‬. Dengan demikian pengertian al-
jamaah tak lain adalah glngan yang mengikuti Rasulullah dan sahabatnya.
Tapi tidak sesederhana itu kita memahami pengertian al-jamaah, kata Imam
asy-Syaitibi. Menurutnya, tidak cukup hanya mengandalkan hadis ‫ما أنا علٌه‬
ً‫ وأصحاب‬untuk memahami penegertian al-jamaah karena banyak hadis lain
yang menyebutkan kata al-jamaah seperti hadis Hadis sahih dari Ibnu Abbas.

‫ت‬ٛ‫تت جبْه‬ٛ‫ئب فًبث يبث ي‬ٛ‫ّ فإَّ يٍ فبرق انجًبعت ش‬ٛ‫صبز عه‬ٛ‫كزّْ فه‬ٚ ‫ئب‬ٛ‫زِ ش‬ٛ‫يٍ رأٖ يٍ أي‬

"Barangsiapa melihat sesuatu yang dibenci dari pemimpinnya, maka


hendaklah ia bersabar. Karena, barangsiapa memisahkan diri dari jama'ah,
maka ia mati dalam keadaan jahiliyah."
Dari hadis diatas, menurut as-Syatibi, maksud dari al-jama’ah adalah as-
sawadul a’dzam. Pendapat ini berasal dari ungkapan Abi Ghalib yang
mengatakan, "as-sawadul a’dzam ialah orang-orang yang selamat dari
perpecahan”. Maka, urusan agama yang mereka sepakati itulah kebenaran.
Barangsiapa menentang mereka, baik dalam masalah syariat maupun
kepemimpinan, maka ia menentang kebenaran. Dan barangsiapa yang
menentang mereka, maka mati dalam keadaan jahiliyah, baik menentang
mereka atas satu syariat atau menentang kepemimpinan mereka (atas kaum
muslimin). Hal itu sama saja dengan menentang kebenaran.
As-Syatibi menulis bahwa termasuk dalam pengertian ini adalah para
mujtahid dan ulama-ulama umat, juga pelaku-pelaku syariat yang
mengamalkan pendapat mereka dan setiap orang yang selalu mengikuti
mujtahid-mujtahid dan ulama-ulama umat.
Al hasil, kata as-Syatibi, bisa ditarik benang merah bahwa yang dimaksud
al-jama'ah ialah bersepakat atas imam yang berpegang teguh pada al-Quran
dan as-sunnah. Dengan demikian, bersepakat tanpa berlandaskan al-Quran dan
sunnah telah keluar dari makna al-jama'ah, seperti halnya kaum Khawarij dan
kelompok-kelompok bid'ah lainnya.

10
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

Setelah mendengarkan penjelasan panjang dari Imam As-Syatibi, maka


sampailah pada pengertian Ahlussunnah wal Jama'ah yaitu, golongan yang
berpegang teguh pada Al-Quran, sunah Rasulullah saw, dan kesepakatan para
mujtahid. Namun, rumusan ini belum cukup untuk mendapatkan rumusan
yang lengkap tentang definisi Ahlusunnah wal Jama’ah sebelum kita melihat
definisi para ulama tentang definisi istilah yang sudah menyejarah ini.

C. Definisi Para Ulama Tentang Ahlusunnah wal Jama’ah


Penulis Ittihafu as-Sadah al-Muttaqin, Syarh Ihya’ Ulumiddin,
Muhammad Al-Husain Az-Zabidi di awal Syarh ar-Risalah Al-Qudsiyyah
menyatakan, Ahlusunnah wal Jama’ah meliputi empat golongan, golongan
ahli hadis, golongan sufi, golongan pengikut Imam Al-Asy'ari dan Imam Al-
Maturidi. Thahir bin Muhammad Al-Isfirayini menisbatkan Ahlusunnah wal
Jama’ah kepada ashabul hadis, ahlu ar-ra’yi, dan golongan ahl- fiqh yang
berbeda dalam cabang-cabang hukum syariat namun tidak saling mengafirkan
dan tidak terkungkung oleh fanatisme di antara mereka. Mereka, adalah orang-
orang yang disinggung oleh Rasulullah saw dalam hadisnya, "Perbedaan
pendapat di antara umatku adalah rahmat.
Senada dengan itu, Abd al-Qahir Al-Bagdadi menyebut Ahlusunnah wal
Jama’ah sebagai golongan ahl ar-ra’yi dan ahl al-hadis. Al Bagdadi
memaksudkan ahl ar-ra’yi dan ahl al-hadis sebagai ahli fiqh, ahli qura, ahli
hadis, dan mutakallimin (ahli kalam) yang mana mereka sepakat atas akidah-
akidah pokok tentang keesaan Tuhan, keadilan-Nya, kebijaksanaan-Nya,
nama-nama dan sifat-sifat Nya, kenabian dan kepemimpinan, hari pembalasan
dan pokok-pokok akidah yang lain. Perbedaan yang terjadi diantara mereka,
menurut Al Baghdadi, hanyalah berkisar pada persoalan-persoalan cabang
agama (fura'iyah). Seperti, hukum halal dan haram sesuatu yang tidak terdapat
dalam Al-Quran. Meski mereka berbeda pendapat dalam permasalahan furu’,
namun diantara mereka tidak ada yang saling mengafirkan dan saling
menyesatkan.
Syah Waliyullah Ad-Dahlawi menyatakan bahwa Ahlusunnah wal
Jama’ah adalah, "orang-orang yang berpegang teguh kepada Al-Quran dan

11
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

sunah serta mengikuti para sahabat dan tabi'in, baik dalam akidah maupun
amaliyah, meskipun mereka berbeda dalam permasalahan-permasalahan
ijtihadi (permasalahan yang tidak ada nash yang jelas dalam Al-Quran dan
hadis),
Ibnu Taimiyah mengartikan Ahlusunnah wal Jama’ah sebagai golongan
mayoritas umat Islam dan Sawadu Al A'zham. Menurutnya, barangsiapa yang
berbicara dengan berlandaskan pada Al-Quran, sannah, dan ijma', maka dia
termasuk golongan Ahlusunnah wal Jamaah
Berikutnya, Al Jarjani menisbatkan Ahlusunnah wal Jama’ah kepada
golongan ahl al-haq atau golongan yang selalu menyandarkan dirinya kepada
kebenaran menurut Tuhan mereka dengan hujjah- hujjah dan dalil-dalil yang
jelas. Selain itu, ahlu al-haq, menurut Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-'Asqalani,
adalah golongan ahli ilmu. Maksudnya, golongan para mujtahid yang menjadi
panutan umat dalam urusan agama.
Mencermati seluruh definisi yang diberikan para ulama itu, nampaknya
seluruhnya sepakat bahwa Ahlusunnah wal Jama’ah adalah golongan yang
berpegang teguh kepada al-Quran, as-sunnah, dan ijma’ para mujtahid. Hanya
saja terdapat perbedaan tentang golongan yang menyandang predikat
Ahlusunnah wal Jama’ah. Ada yang menyebut golongan Asy’ariyah,
Maturidiyah, dan golongan ahli hadis dan ahlu- ra'yi yang sepakat dalam
pokok-pokok akidah dan tidak saling mengafirkan dan menyesatkan tatkala
terjadi perbedaan dalam permasalahan-permasalahan ijtihadi.

12
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Mengkaji Ahlusunnah wal Jama’ah melalui tiga sudut pandang di atas
menghasilkan ketetapan bahwa Ahlusunnah wal Jama’ah merupakan ajaran
Rasulullah saw. yang diwarisi secara turun-temurun dari generasi ke generasi
yang meliputi tiga pokok ajaran Islam, iman (akidah), Islam (fiqh), dan ihsan
(tasawuf). Penelusuran di atas sentralnya berada di generasi salafus-shalih.
Maka, yang dikehendaki dengan "hanya satu golongan yang selamat (Al firqah
an-najah)" dalam hadis Rasulullah saw. tentang perpecahan umat menjadi 73
golongan adalah golongan Ahlusunnah wal Jama’ah ini.
Menghimpun seluruh pembahasan di atas, maka rumusan kita tentang
Ahlusunnah wal Jama’ah ialah ajaran yang dalam seluruh aspek agama Islam
memiliki beberapa karakter. Pertama, berpegang teguh kepada Al-Quran dan
sunah Rasulullah saw. Kedua, mengikuti kesepakatan para mujtahid. Ketiga,
mengikuti salafus-shalih. Keempat, tidak mengakafirkan perbedaan dalam
persoalan ijtihadi. Kelima, sepakat dalam pokok-pokok akidah.
Inilah lima karakter Ahlusunnah wal Jama’ah. Barangsiapa yang tidak
memiliki lima karakter ini, maka dalam pandangan kami tidak bisa dikatakan
sebagai kaum Ahlusunnah wal Jama’ah.
B. Saran
Dari makalah kami ini, kami berharap para pembaca mampu
memanfaatkannya sebagai sumber belajar untuk menambah wawasan dan
pengetahuan. Dan tak lupa kritik, masukan, saran, dalam bentuk apapun
sangat kami hargai agar kedepannya penulisan makalah kami menjadi lebih
baik.

13
Pengertian dan Sejarah Ahlusunnah wal Jamaah

DAFTAR PUSTAKA

Imamuddin, M, dkk. 2017. Aliran-Aliran Teologi Islam. Mojokerto: Zam-Zam.

Ismail, Qusyairi, dkk. 2015. Trilogi Ahlusunah. Pasuruan: Sidogiri Penerbit.

Ahmad, Achyat. 2020. Aswaja Untuk Pemula. Pasuruan: Sidogiri Penerbit.

14

Anda mungkin juga menyukai