Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

ILMU ASBABUL WURUD HADIST


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadits
Dosen Pengampu : Drs. H. Khairul Anam, M.S.I

Disusun Oleh :
Nur Khaidaroh

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM


ISLAMIC CENTRE DEMAK
TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunia, serta hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas
makalah dengan judul “Ilmu Asbabul Wurud Hadits” ini sebatas pengetahuan dan
kemampuan yang dimiliki. Dan juga saya berterima kasih pada Bapak Drs. H.
Khairul Anam, M.S.I selaku Dosen mata kuliah Hadits yang telah memberikan
tugas ini.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Ilmu tentang Asbabul Wurud Hadits.
Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-
kekurangan. Untuk itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi
perbaikan di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa sarana yang membangun.

Demak, 21 Maret 2020

Penyusun

ii
  DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1


A. Latar Belakang ....................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 2


A. Pengertian Asbabul Wurud .................................................................... 2
B. Macam-macam Asbabul Wurud ............................................................ 3
C. Manfaat Mengetahui Asbabul Wurud..................................................... 5
D. Kitab-kitab yang Berbicara tentang Asbabul Wurud.............................. 6

BAB III PENUTUP ...................................................................................... 7


A. Kesimpulan ............................................................................................ 7
B. Saran ....................................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 8

         

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hadits atau as-Sunnah merupakan salah satu sumber ajaran Islam yang
menduduki posisi sangat signifikan, baik secara struktural maupun
fungsional. Secara struktural, hadits menduduki posisi kedua setelah
alQur’an, namun jika dilihat secara fungsional, hadits merupakan bayan
(menjelaskan) terhadap ayat-ayat al-Qur’an yang bersifat ‘am (umum),
mujmal (global) atau mutlaq.
Disamping sebagai bayan terhadap al-Qur’an, hadits dapat menetapkan
suatu ketetapan yang belum diatur dalam al-Qur’an. Namun, dalam
memahami suatu hadits itu tidaklah mudah. Ketika mencoba memahami
hadits, tidak cukup hanya melihat teks haditsnya saja, maka perlu mengetahui
asbabul wurudnya. Dan perlu dicatat bahwa hadits ada yang mempunyai
asbabul wurud dan juga tidak mempunyai asbabul wurud. Oleh karena itu,
kita perlu mempelajari asbabul wurud untuk dapat memahami suatu hadits.
Sedangkan untuk hadits yang tidak mempunyai asbabul wurud, kita mungkin
dapat menggunakan pendekatan historis, sosiologis, dan lainnya sebagai
analisis dalam memahami hadits.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari asbabul wurud?
2. Apa saja macam-macam dari asbabul wurud?
3. Apa manfaat dari mengetahui asbabul wurud?
4. Apa saja kitab-kitab yang berbicara tentang asbabul wurud?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian dari asbabul wurud.
2. Mengetahui macam-macam asbabul wurud.
3. Mengetahui manfaat mengetahui asbabul wurud.
4. Mengetahui kitab-kitab yang berbicara tentang asbabul wurud.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Asbabul Wurud
Secara etimologis, “asbabul wurud” merupakan gabungan (idhafah) dari
dua suku kata yaitu dari kata asbab dan al-wurud. Kata “asbab” adalah bentuk
jamak dari kata “sabab”, yang berarti sebab atau segala sesuatu yang dapat
menghubungkan kepada sesuatu yang lain. Sedangkan kata “al-wurud”
merupakan bentuk isim masdar dari kata warada-yaridu-wurudan yang berarti
datang atau sampai.
Menurut as-Suyuthi, secara terminologi asbabul wurud diartikan
sebagai berikut:
‫أنه مايكون طريقا لتحديد المراد من الحديث من عموم أو خص وص أو إطالق أو تقييد أو‬
‫نسخ أو نحوذلك‬
“Sesuatu yang menjadi thariq (metode) untuk menentukan maksud suatu
hadits yang bersifat umum atau khusus, mutlak atau muqayyad, dan untuk
menentukan ada tidaknya naskh (pembatalan) dalam suatu hadits.”
Menurut Hasbi ash-Shiddiqie asbabul wurud sebagai berikut:
‫علم يعرف به السبب الذى وردالجله الحديث والزمان الذى جاءبه‬
“Ilmu yang menerangkan sebab-sebab Nabi SAW. menuturkan sabdanya dan
masa-masa Nabi SAW. menuturkannya.”
Sementara itu, ada pula ulama yang memberikan definisi asbabul
wurud, agak mirip dengan pengertian asbabun nuzul, yaitu:
‫ماورد الحديث أيام وقوعه‬
“Sesuatu (baik berupa peristiwa-peristiwa atau pertaanyaan-pertanyaan) yang
terjadi pada waktu hadits itu disampaikan oleh Nabi SAW.
Dengan demikian, secara sederhana dapat diartikan bahwa asbabul
wurud adalah sebab-sebab datangnya sebuaah hadits. Artinya ilmu ini
membahas mengenai sebab mengapa suatu hal itu disabdakan, dilakukan atau
ditetapkan Nabi Muhammad SAW. Maka, asbabul wurud sangat erat
kaitannya dengan waktu dan tempat terjadinya peristiwa yang
melatarbelakangi lahirnya suatu hadits.

2
B. Macam-Macam Asbabul Wurud
Menurut Imam as-Suyuthi, asbabul wurud itu dapat dikategorikan
menjadi tiga macam yaitu:
1. Sebab yang berupa ayat al-Qur’an.
Artinya disini ayat al-Qur’an itu menjadi penyebab Nabi SAW
mengeluarkan sabdanya. Contohnya antara lain adalah firman Allah SWT
yang berbunyi:

‫الذين أمنوا ولم يلبسوا إيمانهم بظلم أولئك لهم األمن وهم مهتدون‬

“Orang- orang yang beriman, dan mereka tidak mencampuradukkan iman


mereka dengan kezhaliman, mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-
An’am:82)
Ketika itu sebagian sahabat memahami kata “azh-zhulmu” dengan
pengertian al-jaur yang berarti berbuat aniaya atau melanggar aturan.
Nabi SAW kemudian memberikan penjelasan bahwa yang dimaksud
azhzhulmu dalam firman tersebut adalah asy-syirku yakni perbuatan syirk,
sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Luqman:
‫إن الشرك لظلم عظيم‬

“Sesungguhnya syirk itu merupakan kezhaliman yang besar.”

(QS. Al-Luqman:13)

2. Sebab yang berupa hadis.


Artinya pada saat saat itu Nabi menyampaikan sebuah hadis, namun
sebagian sahabat merasa kesulitan memahami apa yang dikehendaki Nabi,
maka kemudian muncul hadis lain yang memberikan penjelasan terhadap
hadits tersebut. Misalnya pada saat Nabi bersabda:
‫إن هلل تعالى مالئكة في األرض ينطق على ألسنة بني أدم بما في المرء من خير أو شر‬

“Sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di bumi, yang dapat


berbicara melalui mulut manusia mengenai kebaikan dan keburukan
seseorang.” (HR. Hakim)
Dalam memahami hadits tersebut, para sahabat merasa kesulitan,
maka mereka bertanya: Ya Rasul, bagaimana hal itu dapat terjadi? Maka

3
nabi SAW menjelaskan lewat sabdanya yang lain, sebagaimana hadits
yang diriwayatkan Anas bin Malik. Suatu ketika Nabi SAW bertemu
dengan rombongan yang membawa jenazah. Para sahabat kemudian
memberikan pujian terhadap jenazah tersebut, seraya berkata: “Jenazah itu
baik”. Mendengar pujian tersebut, maka Nabi berkata: “wajabat” (pasti
masuk surga) tiga kali. Kemudian Nabi SAW bertemu lagi dengan
rombongan yang membawa jenazah lain. Ternyata para sahabat
mencelanya, seraya berkata: “ Dia itu orang jahat”. Mendengar pernyataan
itu, maka Nabi berkata: “Wajabat”. (pasti masuk neraka).
Ketika mendengar komentar Nabi SAW yang demikian, maka para
sahabat bertanya: ‘Ya Rasul! Mengapa terhadap jenazah pertama engkau
ikut memuji, sedangkan terhadap jenazah ke dua tuan ikut mencelanya.
Engkau katakan kepada kedua jenazah tersebut: “wajabat” sampai tiga
kali. Nabi menjawab: Ya benar. Lalu Nabi berkata kepada Abu Bakar:
“Wahai Abu Bakar, sesungguhnya Allah SWT memiliki para malaikat di
bumi. Melalui mulut merekalah, malaikat akan menyatakan tentang
kebaikan dan keburukan seseorang”. (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi). Yang
dimaksud dengan para malaikat Allah di bumi yang menceritakan tentang
kebaikan keburukan seseorang adalah para sahabat atau orang-orang yang
mengatakan bahwa jenazah ini baik dan jenazah itu jahat.
3. Sebab yang berupa perkara yang berkaitan dengan para pendengar di
kalangan sahabat.
Sebagai contoh adalah persoalan yang berkaitan dengan sahabat
Syuraid bin Suwaid ats-Tsaqafi. Pada waktu Fath Makkah (pembukaan
kota Mekah) beliau pernah datang kepada Nabi SAW seraya berkata:
“Saya bernazar akan shalat di Baitul Maqdis”. Mendengar pernyataan
sahabat tersebut, lalu Nabi bersabda: “Shalat disini, yakni Masjidil Haram
itu lebih utama”. Nabi SAW lalu bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku
berada dalam kekuasaan-Nya, seandainya kamu shalat disini (masjid al-
Haram Makah), maka sudah mencukupi bagimu untuk memenuhi
nazarmu”. Kemudian Nabi SAW, bersabda lagi: “Shalat di masjid ini,
yaitu Masjid al-Haram itu lebih utama dari pada 100 000 kali shalat di

4
selain masjid al-Haram”. (H.R. Abdurrazzaq dalam kitab al-
Mushannafnya).

C. Manfaat Mengetahui Asbabul Wurud


Asbabul wurud mempunyai peranan yang sangat peting dalam rangka
memahami suatu hadits. Adapun urgensi dan signifikansi asbabul wurud
menurut Imam as-Suyuthi antara lain untuk:
1. Menentukan adanya takhshish (pengkhususan) hadits yang bersifat umum
(‘am).
Contoh hadits:
‫صالة القاعد على النصف من صالة القائم‬
“Shalat orang yang sambil duduk pahalanya separoh dari orang yang
shalat sambil berdiri.” (HR.Ahmad)
Pengertian “shalat” dalam hadits tersebut masih bersifat umum, bisa
shalat fardhu bisa juga shalat sunnah. Jika ditelusuri melalui asbabul
wurudnya, maka akan dapat dipahami bahwa yang dimaksud “shalat”
dalam hadis itu adalah shalat sunnah, bukan shalat fardhu. Pada waktu itu
penduduk Madinah sedang terjangkit suatu wabah penyakit. Maka
kebanyakan para sahabat lalu melakukan shalat sunnah sambil duduk.
Pada waktu itu, Nabi kebetulaan datang dan tahu bahwa mereka suka
melakukan shalat sunnah dengan sambil duduk. Inilah yang dimaksud
dengan takhshish, yaitu menentukan kekhususan suatu hadits yang bersifat
umum, dengan memperhatikan konteks asbabul wurud.
2. Membatasi pengertian hadits yang masih mutlak.
3. Mentafshil (memerinci) hadits yang masih bersifat global.
4. Menentukan ada atau tidak adanya naskh-mansukh dalam suatu hadits.
Contoh:
‫أفطر الحاجم والمحجوم‬
“Batal puasanya orang yang membekam dan dibekam,”
(HR. Imam Ahmad)

5
Namun dalam hadits lain disebutkan bahwa orang yang berbekam
tidak batal, karena Rasulullah SAW juga pernah berbekam dalam keadaan
sedang puasa dan sedang berihram.
‫إحتجم النبي ﷺ وهو صائم محرم‬
Artinya, “Rasulullah Saw berbekam dan beliau dalam keadaan sedang
puasa dan berihram (menggunakan pakaian ihram),” (HR Ibnu Mājjah).
Juga dalam hadits lain riwayat Abu Dawud disebutkan bahwa orang
yang mimpi basah, muntah, dan berbekam tidak membatalkan puasa.
‫ال يفطر من قاء وال من احتلم وال من احتجم‬
“Tidak batal puasa orang yang muntah, orang yang bermimpi keluar
sperma dan orang yang berbekam.” (HR. Abu Dawud).
Menurut pendapat Imam asy-Syafi’i dan Imam Ibnu Hazm, Hadis
pertama sudah dinasakh (dihapuskan) dengan hadits yang kedua. Karena
hadits pertama datang lebih awal dari pada hadits yang kedua.
1. Menjelaskan ‘illat (sebab-sebab) ditetapkannya suatu hukum.
2. Menjelaskan maksud suatu hadits yang masih musykil (sulit
dipahami).

D. Kitab-Kitab yang Berbicara tentang Asbabul Wurud


Adapun kitab-kitab yang banyak bicara mengenai asbabul wurud
antara lain:
1. Asbabu Wurud al-Hadits karya Abu Hafs al-Ukbari (w.339 H), namun
sayang kitab tersebut tidak dapat sampai ke tangan kita.
2. Asbabu Wurud al-Hadits karya Abu Hamid Abdul Jalil al-Jabari. Kitab
tersebut juga tidak sempat sampai ke tangan kita.
3. Asbabu Wurud al-Hadtis atau yang disebut juga al-Luma’ fi asbab
Wurudil hadits, karya Jalaluddin Abdurrahman as-Suyuthi. Kitab
tersebut sudah ditahqiq oleh yahya Ismail Ahmad.
4. Al-Bayan wa at-Ta;rif karya Ibnu Hamzah al-Husaini ad-Dimasyqi
(w.1110 H).

BAB III

6
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ilmu asbabul wurud al-hadits adalah ilmu yang menjelaskan sebab-
sebab keluarnya hadist baik berupa peristiwa atau keadaan, waktu maupun
karena adanya pertanyaan yang terjadi pada saat hadits itu disampaikan Nabi
SAW. Dengan lain ungkapan, asbabul wurud adalah faktor-faktor yang
melatarbelakangi munculnya suatu hadits. Asbabul wurud mempunyai
peranan penting untuk memahami maksud suatu hadits secara lebih baik.
Pemahaman yang mengabaikan asbabul wurud, cenderung dapat membawa
pemahaman yang keliru.
B. Saran
Setelah mempelajari tentang Ilmu Asbabul wurud al-hadist kita bisa
menambah pengetahuan tentang sebab-sebab turunnya hadits. Kita harus
mempelajari ilmu asbabul wurud hadist supaya kita bisa memahami maksud
suatu hadits dengan baik dan benar.

7
DAFTAR PUSTAKA

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/106965/ini-enam-fungsi-asbabul-wurud-
hadits
Sumber: http://makalahpendidikanislamlengkap.blogspot.com/2015/07/asbabul-
wurud.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai